You are on page 1of 36

DETEKSI DINI TERHADAP KOMPLIKASI

A.

Tanda-Tanda Dini Bahaya/ Komplikasi Ibu Dan Janin Masa Kehamilan Muda Kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh seorang bidan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda. Adapun komplikasi ibu dan janin yang mungkin terjadi pada masa kehamilan muda meliputi perdarahan pervaginam, hipertensi gravidarum maupun nyeri perut bagian bawah. Kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami terlambat haid (terlambat haid dengan jangka waktu lebih dari satu bulan sejak waktu haid terakhirnya) dan mempunyai satu atau lebih tanda berikut ini: perdarahan, kaku perut, pengeluaran sebagian produk konsepsi, serviks yang berdilatasi atau uterus yang lebih kecil dari seharusnya Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis, kenali dan segera tangani komplikasi yang ada. 1. Perdarahan pervaginam masa hamil muda Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang 22 minggu. Perdarahan pervaginam pada hamil muda dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa. a. Abortus Pengertian 1) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan (Saifudin, 2000) 2) Abortus spontan adalah abortus terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau miscarriage 3) Abortus buatan provakatus (induced abortion) adalah abortus yang sengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi: (a) Abortus Medisinalis (abortus therapeutica) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli. (b) Abortus Kriminalis

Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

4) Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya. 5) Abortus septic/ infeksiosus adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi. Sepsis dapat berasal dari infeksi jika organism penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan. b. Jenis abortus 1) Abortus imminens (keguguran membakat) Abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari atau dapat berulang. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. Beberapa kepustakaan menyebutkan beberapa resiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dfalam rahim. Perdarahan yang sedikit pada hamil muda mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain misalnya placental sign yaitu perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah sekitar plasenta. Dasar Diagnosis a) Anamnesis

(1) Kram perut bagian bawah (2) Perdarahan sedikit dari jalan lahir b) Pemeriksaan dalam (1) Fluksus ada (sedikit) (2) Ostium uteri tertutup (3) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan (4) Uterus lunak c) Pemeriksaan penunjang Hasil USG menunjukkan: (1) Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin (2) Meragukan (3) Buah kehamilan tidak baik, janin mati 2) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi seviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat diraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan kontraindikasi. Dasar diagnosis a) Anamnesis (1) Disertai nyeri/ kontraksi rahim (2) Perdarahan dari jalan keluar b) Pemeriksaan dalam (1) Perdarahan sedang hingga banyak (2) Ostium uteri terbuka (3) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan (4) Buah kehamilan masih dalam rahim, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi (5) Ketuban utuh (menonjol) 3) Abortus incomplitus (keguguran bersisa)

Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plesenta). Perdarahan basanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Serviks terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap srbagai benda asing. Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri amun tidak sehebat insipiens. Pada beberapa kasus perdarahan tidak banyak dan bila dibiarkan serviks akan menutup kembali. Bila perdarahan banyak akan terjadi syok.

Dasar diagnosis a) Anamnesis (1) Kram perut bagian bawah (2) Perdarahan banyak dari jalan lahir b) Pemeriksaan dalam (1) Perdarahan sedang hingga banyak (2) Teraba sisa jaringan buah kehamilan (3) Ostium uteri terbuka (4) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan 4) Abortus komplitus (keguguran lengkap) Hasil konsepsi lahir dengan lengkap. Pada keadaan ini kuretase tidak diperlukan. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks akan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan, abortus inkomplitus atau endometritis pasca abortus harus dipikirkan. Dasar diagnosis a) Anamnesis

(1) Nyeri perut bagian bawah sedikit/tidak ada (2) Perdarahan dari jalan lahir sedikit b) Pemeriksaan dalam (1) Perdarahan bercak sedikit hingga sedang (2) Teraba sisa jaringan buah kehamilan (3) Ostium uteri tertutup, bila ostium terbuka teraba rongga uterus kosong (4) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan 5) Abortus tertunda (missed abortion) Apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya, rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin. Abortus spontan biasanya berakhir selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati, kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali, janin akan lebih cepat dikeluarkan, namun sebaliknya jika kematian janin terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut, maka retensi janin akan berlangsung lebih lama.

Dasar diagnosis a) Anamnesis (1) Buah dada mengecil (2) Tanpa nyeri (3) Perdarahan bisa ada/ tidak b) Pemeriksaan fisik (1) Hilangnya tanda kehamilan

(2) Tidak ada bunyi jantung (3) Berat badan menurun (4) Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan c) Pemeriksaan penunjang (1) USG: Tampak janin tidak utuh dan membentuk gambaran kompleks (2) Laboratorim: Hb, Trombosit, fibrinogen, waktu arahan, waktu pembekuan dan waktu protombin 6) Abortus habitualis (keguguran berulang) Merupakan abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan genetik (kromosom), kelainan hormonal (imunologik) dan kelainan anatomis. 7) Abortus febrilis Abortus yang disertai rasa nyeri atau febris Dasar diagnosis: Anamnesa: panas, perdarahan dari jalan lahir berbau Pemeriksaan dalam: a) Ostium uteri umumnya terbuka dan teraba sisa jaringan b) Rahim maupun adneksa nyeri pada perabaan c) Fluksus berbau Diagnosis perdarahan pada kehamilan muda Perdarahan Serviks Uterus Gejala/ tanda Kram perut Uterus lunak Limbung atau Kehamilan ektopik terganggu goyang Diagnosis Abortus Imminens

Bercak hingga Tertutup sedang(a)

Sesuai dengan usia gestasi Sedikit membesar dari normal porsio

pingsan Nyeri perut bawah Nyeri

Massa adneksa

Tertutup/ terbuka Lebih kecil dari usia gestasi Sedang hingga Terbuka massif/ banyak(b) Sesuai kehamilan usia Terbuka Lunak dan lebih besar dari usia gestasi

Cairan bebas intra Sedikit/ tanpa nyeri Abortus komplit Riwayat ekspulsi

abdomen perut di bawah hasil konsepsi Kram atau nyeri Abortus insipiens Belum terjadi perut bawah ekspulsi hasil konsepsi Kram atau nyeri Abortus inkomplit Ekspulsi sebagian Mual/ muntah Kram perut bawah Sindroma mirip Abortus mola perut bawah hasil konsepsi

pereklampsia (a) Perdarahan ringan membutuhkan waktu lebih dari 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain bersih (b) Perdarahan berat membutuhkan waktu kurang dari 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain bersih 8) Kehamilan ektopik Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim,misalnya dalam tuba, ovarium, rongga perut, serviks, parts interstisialis, tuba, atau dalam tanduk rudimenter rahim. Istilah lain: ectopic pregnancy, actopic gestation dan eccecysis. Kehamilan ektopik dikatakan terganggu (KET) apabila berakhir dengan abortus atau rupture tuba. Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi di dalam tuba. Kejadian kehamilan tuba, 1 dari 150 persalinan (Amerika), angka ini cenderung meningkat. Kehamilan heterotopik: Adalah kehamilan intrauterine yang terjadi dalam waktu yang berdekatan dengan kehamilan ektopik.

Kehamilan ektopik kombinasi (combined ectopic pregnancy): Adalah kehamilan intrauterine yang terjadi pada waktu bersamaan dengan kehamilan ekstrauterin. Kehamilan ektopik rangkap (compound ectopic pregnancy): Adalah kehamilan intrauterine dengan kehamilan ekstrauterin yang lebih dulu terjadi, tapi janin sudah mati dan menjadi litopedion.

a)

Patofisiologis Kehamilan ektopik terutama terjadi akibat gangguan transportasi ovum yang telah dibuahi dari tuba ke rongga rahim

b)

Dasar diagnosis

(1)

Anamnesis (a) Telambat haid (b) Gejala subjektif kehamilan lainnya (mual, pusing dan sebagainya) (c) Nyeri perut, local atau menyeluruh bisa sampai pingsan atau nyeri bahu (d) Perdarahan pervaginam

(2)

Pemeriksaan fisik Dapat ditemukan: (a) Tanda-tanda syok hipovolemik 1. Hipotensi 2. Takikardi 3. Pucat, anemis, ekstrimitas dingin

(b) Nyeri abdomen 1. Perut tegang 2. Nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen (3) Pemeriksan ginekologis Pemeriksaan dengan speculum: ada fluksus, sedikit (+) Pemeriksaan dalam: (a) Nyeri goyang serviks (b) Korpus uteri sedikit membesar dan lunak, nyeri pada perabaan (c) Kanan/ kiri uterus: nyeri pada perabaan dan dapat teraba masa tumor (d) Kavum Douglas bisa menonjol karena berisi darah, nyeri tekan (+) (4) Pemeriksaan penunjang (a) Laboratorium: 1. Hb, Leukosit 2. Beta hCG (b) USG 1. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri 2. Adanya kantong kehamilan di luar cavum uteri 3. Adanya massa komplek di rongga panggul (c) Kuldosentesis: untuk mengetahui adanya darah dalam kavum Douglas (5) Diagnosis laparoskopi Tanda dan gejala kehamilan ektopik Kehamilan ektopik Gejala kehamilan awal: flek atau perdarahan yang irregular, mual, pembesatan payudara, perubahan warna pada vagina dan serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil yang meningkat Nyeri pada abdomen dan pelvis Kehamilan ektopik terganggu Kolaps dan kelelahan Denyut nadi cepat dan lemah (110x/ menit atau lebih) Hipotensi Hipovolemia Abdomen akut dan nyeri pelvis Distensi abdomen(a) Nyeri lepas Pucat (a) Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan petunjuk adanya darah bebas

9) Mola hidatidosa Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidrofik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur, korialis yang seluruhnya atau sebagian berkembang tidak wajar berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur.

a) Klasifikasi (1) Mola hidatidosa komplit (2) Mola hidatidosa parsial b) Faktor predisposisi (1) Umur sangat muda dan tua (2) Gizi kurang, mola hidatidosa banyak ditemukan pada mereka yang kekurangan protein (3) Etnis, lebih banyak ditemukan pada mongoloid daripada kaukasoid

(4) Genetik, wanita dengan balanced translocation mempunyai resiko lebih tinggi c) Dasar diagnosis Anamnesa: (1) Amenore (2) Keluhan gestosis antara lain hiperemisis gravidarum (3) Perdarahan d) Pemeriksaan fisik Uterus lebih besar dari usia kehamilan e) Pemeriksaan penunjang (1) Kadar Beta hCG lebih tinggi (2) USG: didapatkan gambaran gelembung vesikel (Vesicular Ultrasonic Pattern) f) Diagnosis pasti (1) Klinis terlihat adanya gelembung mola yang keluar dari uterus (2) Pemeriksaan patologi anatomi 2. Hipertensi gravidarum a. Hipertensi kronik Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca salin

Dasar diagnosis: 1) Anamnesa

a) Nyeri kepala b) Gangguan penglihatan 2) Pemeriksaan fisik Tekanan diastolik > 90 mmHg 3) Pemeriksaan penunjang Proteun urin (-) b. Superimposed preeklampsi Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan diperberat oleh kehamilan 1) Dasar diagnosis a) Anamnesa (1) Nyeri kepala (2) Gangguan penglihatan b) Pemeriksaan fisik Tekanan diastolic 90-110 mmHg 2) Pemerksaan penunjang Protein urin < ++ 3. Nyeri perut pada kehamilan muda Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik abortus.

B.

Deteksi Dini Nyeri Perut Pada Kehamilan Muda 1. Kista Ovarium Kista ovarium dapat menimbulkan nyeri perut ringan dan hebat akibat terpuntir dan pecah pada trimester 1. Dasar diagnosa a. Anamnesa 1) Nyeri perut ringan sampai dengan nyeri perut hebat 2) Perdarahan ringan b. Pemeriksaan fisik Teraba massa tumor dan nyeri tekan di abdomen bawah. Pada periksa dalam teraba tumor adneksa

2. Apendisitis Apendisitis dalam kehamilan kadang-kadang sulit di diagnosis.

Dasar diagnosis a. Anamnesa 1) Nyeri perut bagian bawah 2) Demam 3) Nyeri tekan dan nyeri lepas 4) Mual muntah 5) Anoreksia b. Pemeriksaan fisik 1) Perut membengkak 2) Nyeri diatas McBurney 3) Tumor (-) c. Pemeriksaan penunjang Leukositosis 3. Sistitis Dasar diagnosa a. Anamnesa 1) Disuria 2) Nyeri perut 3) Sering berkemih b. Pemeriksaan fisik Nyeri retro/ suprapubik 4. Pielonefritis Akut Dasar diagnosa a. Anamnesa 1) Disuria 2) Demam tinggi/ menggigil 3) Sering berkemih

4) Nyeri perut dan nyri pinggang 5) Anoreksia 6) Mual muntah 7) Sakit didada b. Pemeriksaan fisik Nyeri retro/ suprapubik 5. Hipertensi Pada Hamil Muda a. Hipertensi kronik Hipertensi kronik adalah hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Dasar diagnosis 1) Anamnesa a) b) Nyeri kepala Gangguan penglihatan sudah

2) Pemeriksaan fisik Tekanan diastolic > 90 mmHg 3) Pemeriksaan penunjang Proein urine (-) b. Superimposed preeklampsia Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan diperberat oleh kehamilan. Dasar diagnosis 1) Anamnesa a) b) Nyeri kepala Gangguan penglihatan

2) Pemeriksaan fisik Tekanan diastolic 90 110 mmHg

3) Pemeriksaan penunjang

Protein urine < ++

C.

Tanda- Tanda Bahaya Pada Kehamilan Lanjut Tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi pada kehamilan lanjut adalah: 1. Perdarahan pervaginam 2. Sakit kepala yang hebat 3. Penglihatan kabur 4. Bengkak di wajah/ muka dan jari tangan 5. Keluar cairan pervaginam 6. Gerakan janin tidak terasa 7. Nyeri abdomen yang hebat Selama memberikan pelayanan ANC bidan harus selalu memeriksa/ mendeteksi tanda bahaya ini sehingga bisa membuat suatu asessmen atau diagnosa dan membuat rencana pelaksanaan yang tepat dan sesuai. 1. Perdarahan Pervaginam a. Batasan Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan. Perdarahan yang tidak normal pada kehamilan lanjut adalah perdarahan yang merah, banyak, dan kadang-kadang tapi tidak selalu disertai rasa nyeri. b. Jenis- jenis perdarahan antepartum 1) Plasenta previa Adalah keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada atau didekat serviks, dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

a)

Gejala- gejala (1) Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa rasa nyeri dan usia gestasi > 22 minggu bias terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja.. (2) Gejala perdarahan awal biasanya berupa bercak dan umumnya berhenti secara spontan (3) Jumlah perdarahan yang terjadi tergantung dari jenis plasenta previa. dan darah berupa darah segar atau kehitaman dengan bekuan dan kadang disertai dengan syok. (4) Tidak ada kontraksi uterus, dan bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul dan lebih sering disertai dengan kelainan letak. (5) Kondisi janin bisa normal atau terjadi gawat janin. (6) Plasenta previa biasanya terjadi pada grande multipara.

b)

Deteksi dini (1) Pengumpulan data Tanyakan pada ibu tentang karakteistik perdarahannya, kapan mulai, berapa banyak, warnanya, adakah gumpalan, dan lain-lain. Anamnesa perdarahan tanpa rasa nyeri atau tanpa keluhan dan perdarahan berulang. (2) Pemeriksaan fisik Periksa tekanan darah, suhu, nadi, Djj. Jangan lakukan periksa dalam dan pemasangan tampon. Lakukan pemeriksaan luar dan rasakan apakah perut bagian bawah lembut pada perabaan. Pemeriksaan

inspekulo dilakukan secara hati-hati untuk menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis servikalis atau sumber lain. c) Pemeriksaan USG Diagnosis plasenta previa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan USG dan ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98 %. Pemeriksaan USG dapat menentukan implantasi plasenta dan jarak tepi plasenta dengan ostium. d) Pemeriksaan dalam di meja operasi Jika USG tidak tersedia dan usia kehamilan 37 minggu, Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan PDMO dengan cara melakukan perabaan plasenta secara langsung melalui pembukaan serviks .Jika masih ragu lakukan pemeriksaan digital dengan hati-hati. 2) Solutio plasenta Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta lepas setelah anak lahir.

a) Tanda dan gejala

(1) Perdarahan yang tampak keluar atau tidak tampak keluar dan diluar his.

karna

terkumpul dibelakang plasenta dan disertai nyeri intermitten atau menetap (2) Warna darah kehitaman dan cair tetapi mungkin ada bekuan jika solutio relative baru dan jika ostium terbuka terjadi perdarahan berwarna merah segar. (3) Pada solution dengan perdarahan yang tak tampak/ tersembunyi mempunyai tanda yang lebih khas yaitu rahim keras seperti papan karna seluruh perdarahan tertahan didalam dan umumnya berbahaya karna jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. (4) Nyeri abdomen pada saat dipegang (5) Palpasi sulit dilakukan (6) Fundus uteri makin lama makin naik (7) Terjadi gawat janin atau bahkan bunyi jantung biasanya tidak ada (8) Solutio plasenta banyak terjadi pada kasus ibu hamil dengan hipertensi, trauma abdomen, polihidramnion, gemelli dan defisiensi gizi (9) Terjadi anemia berat 3) Gangguan pembekuan darah Koagulopati dapat menjadi penyebab dan akibat perdarahan yang hebat. Terjadi pada kasus solution plasenta, IUFD, eklampsia, dan emboli air ketuban. Deteksi dini Pengumpulan data Gambaran klinisnya bervariasi mulai dari perdarahan hebat, dengan atau tanpa komplikasi trombosis, sampai keadaan klinis yang stabil yang hanya terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium. 4) Ruptura uteri Perdarahan dapat terjadi intraabdominal atau melalui vagina kecuali jika kepala janin menutupi rongga panggul.

a) Tanda dan gejala (1) Perdarahan intraabdominal dan atau vaginal (2) Nyeri hebat sebelum perdarahan dan syok yang kemudian hilang setelah terjadi regangan hebat pada perut bawah ( kondisi ini tidak khas) (3) Terjadi pada ibu hamil dengan seksio sesarea, partus lama atau kasep, DKP, kelainan letak/presentasi. Persalinan traumatic (4) Gejala lain syok atau takhikardi, hilangnya gerak dan DJJ, bentuk uterus abnormal atau konturnya tidak jelas, nyeri raba/tekan dan bagian-bagian janin mudah diraba. b) Deteksi dini Tanyakan pada ibu tentang karakteristik perdarahannya, adakah nyeri sebelum perdarahan, dan masihkah terasa gerakan janin atau tidak.

2. Sakit Kepala Yang Hebat a. Batasan Masalah; Wanita hamil mengeluh nyeri kepala hebat Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsia. b. Deteksi dini

Pengumpulan data Tanyakan pada ibu apakah ia mengalami edema pada muka / tangan atau masalah visual. c. Pemeriksaan 1) Periksa TD, protein urine, refleks dan edema/ bengkak 2) Periksa suhu, jika tinggi, pikirkan untuk melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya parasit malaria 3. Penglihatan Kabur a. Batasan Masalah; Wanita hamil mengeluh penglihatan kabur, karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan /minor adalah normal. b. Tanda dan gejala 1) Masalah visual yang menindikasikan keadaan yang mengancam adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan kabur dan berbayang 2) Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan pre-eklampsia. c. Deteksi dini Pemeriksaan TD, protein urine, refleks dan edema.

4. Bengkak Di Wajah/ Muka Dan Jari Tangan a. Gejala dan tanda Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka

b. Deteksi dini 1) Pengumpulan data Tanyakan pada ibu apakah ia mengalami sakit kepala atau masalah visual 2) Pemeriksaan (a) periksa adanya pembengkakan (b) ukur TD dan protein urine (c) periksa haemoglobin ibu ( warna konjungtiva)dan tanyakan tentang tanda dan gejala lain dari anemia 5. Keluar Cairan pervaginam Batasannya kelurnya cairan dari vagina pada trimester 3. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Kehamilan normal apabila tidak berupa perdarahan banyak, air ketuban maupun leukorhe patologis Penyebab terbesar persalinan prematur adalah ketuban pecah sebelum waktunya.Insidensi dalam Cairan ketuban pecah dini 10 % mendekati dari semua persalinan dan 4 % pada kehamilan kurang 34 mg. Penyebab : pervaginam serviks inkompeten, ketegangan rahim berlebihan (kehamilan ganda, hidramnion), kelainan bawaan dari selaput ketuban, infeksi

Deteksi dini Strategi pada perawatan antenatal a) Deteksi factor resiko b) Deteksi infeksi secara dini c) USG; biometri dan funelisasi. Trimester I: Deteksi factor resiko, aktifitas seksual, pH vagina, USG, Pemeriksaan Gram, darah rutin, urine. Trimester II dan III: hati-hati bila ada keluhan nyeri abdomen, punggung, kram di daerah pelvis, perdarahan pervaginam, diare, rasa menekan di pelvis. (1) Pengumpulan data Konfirmasi usia kehamilan bila perlu dengan USG (2) Pemeriksaan (a) Dengan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar ( jumlah, warna dan bau) dan membedakannya dengan urine. (b) Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior. (c) Tentukan ada tidaknya infeksi (d) Tentukan tanda-tanda inpartu (3) Konfirmasi diagnosis (a) bau cairan yang khas (b) jika keluarnya cairan sedikit-sedikit tampung cairan yang keluar dan nilai dalam 1 jam

6. Gerakan Janin Tidak Terasa Gerakan janin berkurang bisa disebabkan oleh aktifitas ibu yang berlebihan sehingga gerak janin tidak dirasakan, kematian janin, perut tegang akibat kontraksi berlebihan ataupun kepala sudah masuk panggul pada kehamilan aterm Normalnya gerakan janin dirasakan ibu pada kehamilannya 5 atau 6 bulan. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah, dan gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring dan jika ibu makan dan minum dengan baik. a) Tanda dan gejala Gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam atau kurang dari 10 kali dalam 24 jam. b) Deteksi dini (1) Pengumpulan data Jika bayi sebelumnya bergerak dan sekarang tidak bergerak, tanyakan kapan terakhir bergerak (2) Pemeriksaan (a) Raba gerakan bayi (b) Dengarkan Djj (c) Jika pemeriksaan radiology tersedia konfirmasi kematian janin setelah 5 hari (d) USG: merupakan sarana diagnostic yang baik untuk memastikan kematian janin. 7. Nyeri abdomen yang hebat a. Batasan tanda dan gejala Masalah : Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester 3 Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang irritable, obruptio plasenta,ISK atau infeksi lain.

b. Deteksi dini 1) Pengumpulan data a) Tanyakan pada ibu tentang karakteristik dari nyeri, kapan terjadi , seberapa hebat, dan kapan mulai dirasakan. b) Tanyakan pada ibu apakah ia mempunyai tanda atau gejala lain seperti muntah, diare dan demam. 2) Pemeriksaan a) Ukur TD, suhu dan nadi b) Lakukan pemeriksaan eksternal/luar, pemeriksaan dalam, raba kelembutan abdomen atau kelembutan yang berulang. c) Periksa protein urine.

D.

Penatalaksanaan Kolaborasi Komplikasi Antepartum Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut dengan keguguran atau abortus dan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah Usia Kehamilan 22 minggu,mengingat kemungkinan janin hidup di luar uterus.

1. Perdarahan pada kehamilan muda a. Abortus imminens tidak perlu penanganan khusus atau tirah baring total jangan melkukan aktifitas yang berlebihan atau huungan sexual jika perdarahan berhenti lakukan pemantauan ANC seperti biasa dan penilaian perdarahan jika terjadi lagi jika perdarahan masih berlangsung, nilai kondisi janin (tes kehamilan dan USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain apalagi bila ditemukan uterus lebih besar dari yang diharapakan mungkin mola atau kehamilan kembar b. Abortus insipiens jika UK < 16 minggu, lakukan evakuasi uterus dengan aspirasi vakum manual (AVM) dsn jika AVM tidak dapat segera dilakukan ; berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400mcg per oral (dapat diulang sesudah 4

jam lika perlu) dan segera persiapkan untuk dilakukan pengeluaran hasil konsepsi dari uterus jika UK > 16 minggu, tunggu ekspulsi spontan dari hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu beri infuse 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV (NACL/RL) 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. Serta pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu sesudah penanganan c. Abortus inkomplit jika perdarahan tidak banyak dan UK < 16 minggu, evakuasi dapat dilakukan dengan digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mcg per oral jika perdarahan banyakatau terus berlangsung dan UK <16 minggu, lakuikan evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM dan jka AVM tidak dapat dilakukan dengan segera penanganan sama dengan abortus insipiens untuk UK < 16 minggu. jika kehamilan > 16 minggu, penanganan sama dengan abortus insipiens untuk UK > 16 minggu. Dan jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg) serta evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal di uterus pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

d. Abortus komplit tidak perlu evakuasi lagi observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet SF 600mg/hari selama 2 minggu dan jika anemia berat berikan tranfusi darah konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut

2.

Hiperemesis gravidarum (HEG) Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat atau malam hari. Mual disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormone estrogen

dan HCG dalam serum. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, tetapi ada yang berat sehingga pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan berlangsung sampai 4 bulan. Keadaan inilah yang disebut dengan hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. Pengelolaan pencegahan terhadap HEG perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberikn keyakinan bahwa mual dan kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada hamil muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan seharihari dengan jumlah yang sedikit tetapi lebih sering.Waktu bangun tidur pagi jangan segera bangun dari tempat tidur tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biscuit dengan the hangat. Makanan yang berbau lemak dan berminyak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindari kekurangan karbohidrat merupakan factor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula. Obat-obatan Apabila dengan cara tersebut diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedative yang sering diberikan adalah Phenobarbital, vitamin B1 dan B6, antihistamin bahkan anti emetic. Penanganan HEG yang lebih berat perlu dirawat di Rumah Sakit. Isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan sirkulasi udara yang baik. Catat intake dan output, hanya dokter, bidan dan perawat yang boleh masuk kamar penderita sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang bahkan hilang tanpa pengobatan. Terapi psikologik Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang sekiranya menjadi lpenyebab penyakit ini

Cairan parenteral Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik

Penghentian kehamilan Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakam manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapuetik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh silakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ vital.

3. Diabetes melitus Diabetes mellitus pada kehamilan dalam istilah kedokteran disebut diabetes mellitus gestasional. Diabetes mellitus ini mungkin hanya berlangsung selama kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah tidak hamil lagi. Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan. Disarankan agar setelah persalinan pemeriksaan gula darah diulang secara berkala misalnya setiap enam bulan sekali. Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran berulang, pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g, pernah mengalami

preeklamsia (keracunan kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas atau bayi dengan cacat bawaan. Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang melebihi 30 tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah mengalami diabetes mellitus pada kehamilan sebelumnya. Penatalaksanaan diabetes pada kehamilan sebaiknya dilakukan secara terpadu antara dokter kebidanan, penyakit dalam, ahli gizi, dan spesialis anak. Sasaran penatalaksanaan adalah mencapai kadar gula darah yang normal yaitu gula darah puasa kurang dari 105 mg/dl dan dua jam sesudah makan kurang dari 120 mg/dl. Sasaran dapat dicapai dengan melakukan pengaturan makan. Bila diperlukan maka diberikan insulin untuk menurunkan kadar gula darah mencapai normal. Biasanya bila kadar gula darah puasa melebihi atau sama dengan 130 mg/dl di samping perencanaan makan perlu diberikan insulin. Bila kadar gula darah puasa di bawah 130 mg/dl, penatalaksanaan dapat dimulai dengan perencanaan makan saja. Dalam perencanaan makan dianjurkan jumlah kalori sebesar 35 kal/kg berat badan ideal, kecuali bila penderita gemuk jumlah kalori dikurangi. Pada kehamilan biasanya perlu dipertimbangkan penambahan kalori sebanyak 300 kal. Agar janin dalam kandungan dapat tumbuh secara baik dianjurkan untuk mengkonsumsi protein sebesar 1-1,5 g. Penggunaan insulin biasanya dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan sesuai kebutuhan untuk mencapai kadar gula darah yang normal. Biasanya Anda akan diajari menyuntik insulin sendiri agar tidak tergantung orang lain. Untuk itu Anda perlu mempelajari prinsip-prinsip sterilitas, mengenal berbagai macam insulin, serta memahami dosis dan penyediaan insulin yang tepat. Anda tidak perlu khawatir terhadap pengaruh buruk insulin pada pertumbuhan janin. Justru pemberian insulin ini diharapkan dapat membantu tercapainya kadar gula darah normal sehingga janin dapat tumbuh dengan baik dan terhindar dari kesulitan waktu melahirkan. Bila gula darah tidak dikendalikan, maka terjadi keadaan gula darah ibu hamil yang tinggi (hiperglikemia) yang dapat menimbulkan risiko pada ibu dan juga janin.

Risiko pada janin dapat terjadi hambatan pertumbuhan karena timbul kelainan pada pembuluh darah ibu dan perubahan metabolik selama masa kehamilan. Sebaliknya dapat terjadi makrosomia yaitu bayi pada waktu lahir besar akibat penumpukan lemak di bawah kulit. Juga pernah dilaporkan terjadinya cacat bawaan karena diabetes mellitus yang tidak diobati waktu kehamilan. Risiko lain adalah meningkatnya kadar bilirubin bayi serta gangguan napas dan kelainan jantung. Pada ibu hamil diabetes mellitus yang tidak diobati dapat menimbulkan risiko terjadinya penyulit kehamilan berupa preeklamsi, cairan ketuban yang berlebihan, dan infeksi saluran kemih. Jadi penatalaksanaan diabetes mellitus pada kehamilan perlu dilakukan dengan baik untuk meningkatkan taraf kesehatan ibu dan bayi. 4. Penatalaksanaan Infeksi saluran kemih pada kehamilan a. Sistitis Adalah penyakit kandung kencing. Pengobatan: Berikan antibiotika amoksilin500 mg per oral 3 kali sehari selama 3 hari, atau trimetropim/sulfametoksazol 1 tablet (160/800 mg) per oral 2 kali sehari selama 3 hari. Jika terapi gagal, periksa kultur urin dan tesresistensi kuman jika tersedia, dan terapi antibiotika yang sesuai. Jika infeksi kambuh lagi ulangi pengobatan dari awal. b. Pielonefritis Akut Ialah infeksi akut saluran kemih atas, umumnya pelvic ginjal atau jika terdapat syok, berikan segera pengobatan untuk syok buat kultur dan tes resistensi jika tersedia dan terapi antibiotika yang sesuai sampai 2 hari bebas demam. Antibiotikanya adalah. Ampisilin 2 g/IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam. Jika telah bebas demam 2 hari, berikan amoksilin 1 g peroral 3 kali/hari selama 14 hari. untuk profilaksis, berikan antibiotika per oral sekali sehari, selama hamil dan 2 minggu pasca persalinan, jenisnya trimetropim/sulfametoksazol 1 tablet (160/800 mg) atau amoksilin 250 mg. berikan minum atau infuse parenkimnya

parasetamol 500 mg per oral jika sakit dan jika panas jika timbul kontraksi dan darah lender curigai persalinan pre term

5. Penatalaksanaan penyakit jantung pada kehamilan Untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas wanita penderita penyakit jantung dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, perlu dilakukan konseling pra konsepsi dengan memperhatikan resiko masing-masing penyakit. Pasien dengan kelainan jantung derajat 3 dan 4 sebaiknya tidak hamil dan memilih cara kontrasepsi AKDR, tubektomi atau vasektomi pada suaminya. Penanganan tingkat I dan II selama kehamilan nifas Morbiditas rendah, tapi perlu kewaspadaan pada kehamilan dan nifas untuk m,encegah dan mendeteksi dini kemungkinan terjadinya gagal jantung.Cegah infeksi dengan cara; hindari kontak dengan penderita infeksi saluran nafas termasuk influenza, dilarang merokok dan menggunakan obat-obat narkotika Gejala dan tanda kearah kegagalan jantung umumnya bertahap, mulai dari ronkhi basah serta batuk-batuk, sesak nafas dalam aktifitas sehari-hari dan kemudian dapat terjadi hemoptisis, edema, dan tachikardi. 6. Penatalaksanaan asma pada kehamilan Asma bronchial terjadi pada 3-4% kehamilan. Kehamilan memperberat gejala dan tanda asma bronkiale. jika terjadi spasme bronkus berikan bronkodilator. Misalnya terbutalin 2,5 mg oral setiap 4-6 jam atau 250 mcg setiap 15 menit dalam 3 dosis jika tidak ada perbaikan dengan bronkodilator, berikan kortikosteroid seperti hidrokortison 2 mg/kg BB IV setiap 4 jam. Jika ada infeksi berikan ampisilin 2 g IV setiap 6 jam Jangan berikan prostaglandin. Sesudah eksaserbasi akut diatasi lanjutkan terapi dengan inhalasi bronkodilator dan kortikosteroid. 7. Penatalaksanaan tuberculosis pada kehamilan

PTB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003). Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA). TB Paru adalah penyakit infeksi pada Paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam (Suriadi, 2001). TB Paru adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penatalaksanaan Menurut Dep.Kes (2003) tujuan pengobatan TB Paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Salah satu komponen dalam DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Pemberian paduan OAT didasarkan pada klasifikasi TB Paru. Prinsip pengobatan TB Paru adalah obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadi kekambuhan. Pada anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB Paru BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan. Bila anak mempunyai gejala seperti TB Paru maka dilakukan pemeriksaan seperti alur TB Paru anak dan bila tidak ada gejala, sebagai pencegahan diberikan Izoniasid 5 mg per kg berat badan perhari selama enam bulan. Pada keadaan khusus (adanya penyakit penyerta, kehamilan, menyusui) pemberian pengobatan dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi khusus tersebut (Dep.Kes, 2003) misalnya :

1) Wanita hamil Pinsip pengobatan pada wanita hamil tidak berbeda dengan orang dewasa. Semua jenis OAT aman untuk wanita hamil kecuali Streptomycin, karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier plasenta yang akan mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan pada bayi yang dilahirkan. Dalam perawatan pasien hamil dengan TB perawat atau bidan harus mampu memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga tentang penyebaran penyakit dan pencegahannya, tentang pengobatan yang diberikan dan efek sampingnya, serta hal yang mungkin terjadi jika penyakit TB tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. Pasien dan keluarga harus tahu system pelayanan pengobatan TB sehingga pasien tidak mengalami drop out selama pengobatan dimana keluarga berperan sebagai pengawas minum obat bagi pasien. Pemantuan kesehatan ibu dan janin harus selalu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mungkin terjadi akibat TB. Perbaikan status nutrisi ibu dan pencegahan anemia sangat penting dilakukan untuk mencegah keparahan TB dan meminimalkan efek yang timbul terhadap janin. Pendidikan tentang sanitasi lingkungan pada keluarga dan pasien penting diberikan untuk menghindari penyebaran penyakit lebih luas a) Efek tuberculosis terhadap kehamilan Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil. Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil. Lebih dari 50 persen kasus TB paru adalah perempuan dan data RSCM pada tahun 1989 sampai 1990 diketahui 4.300 wanita hamil,150 diantaranya adalah pengidap TB paru (M Iqbal, 2007 dalam http://www.mail-archive.com/) Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB.

Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal. Usia kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa merupakan factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan dengan TB. Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan diafragma akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah mengalami kolaps yang disebut pneumoperitoneum. Pada awal abad 20, induksi aborsi direkomondasikan pada wanita hamil dengan TB. Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti usus, selaput otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga organ reproduksi, kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang. Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran pada pengidap TB atau yang pernah mengidap TB, khususnya wanita usia reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi. Harold Oster MD,2007 dalam http://www.okezone.com/index.php mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun aktif) tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika kuman menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Tapi tidak berarti kesempatan untuk memiliki anak menjadi tertutup sama sekali, kemungkinan untuk hamil masih tetap ada. Idealnya, sebelum memutuskan untuk hamil, wanita pengidap TB mengobati TB-nya terlebih dulu sampai tuntas. Namun, jika sudah telanjur hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan tidak perlu melakukan aborsi.

b) Efek tuberculosis terhadap janin Menurut Oster,2007 dalam http://www.okezone.com/index.php jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada sedikit risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha, Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 dalam http://proquest.umi.com/pqdweb

tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan kelompok wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir rendah (<2500 style=""> Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.

Tes Diagnosis TB pada Kehamilan Bakteri TB berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam.

Karena itu disebut basil tahan asam (BTA). Kuman TB cepat mati terpapar sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembap. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat melakukan dormant (tertidur lama selama beberapa tahun). Penyakit TB biasanya menular pada anggota keluarga penderita maupun orang di lingkungan sekitarnya melalui batuk atau dahak yang dikeluarkan si penderita. Hal yang penting adalah bagaimana menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Seseorang yang terpapar kuman TB belum tentu akan menjadi sakit jika memiliki daya tahan tubuh kuat karena sistem imunitas tubuh akan mampu melawan kuman yang masuk. Diagnosis TB bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti pemeriksaan BTA dan rontgen (foto torak). Diagnosis dengan BTA mudah dilakukan,murah dan cukup reliable. Kelemahan pemeriksaan BTA adalah hasil pemeriksaan baru positif bila terdapat kuman 5000/cc dahak. Jadi, pasien TB yang punya kuman 4000/cc dahak misalnya, tidak akan terdeteksi dengan pemeriksaan BTA (hasil negatif). Adapun rontgen memang dapat mendeteksi pasien dengan BTA negatif, tapi kelemahannya sangat tergantung dari keahlian dan pengalaman petugas yang membaca foto rontgen. Di beberapa negara digunakan tes

untuk mengetahui ada tidaknya infeksi TB, melalui interferon gamma yang konon lebih baik dari tuberkulin tes. Diagnosis dengan interferon gamma bisa mengukur secara lebih jelas bagaimana beratnya infeksi dan berapa besar kemungkinan jatuh sakit. Diagnosis TB pada wanita hamil dilakukan melalui pemeriksaan fisik (sesuai luas lesi), pemeriksaan laboratorium (apakah ditemukan BTA?), serta uji tuberkulin. Uji tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya infeksi TB, sedangkan penentuan sakit TB perlu ditinjau dari klinisnya dan ditunjang foto torak. Pasien dengan hasil uji tuberkulin positif belum tentu menderita TB. Adapun jika hasil uji tuberkulin negatif, maka ada tiga kemungkinan, yaitu tidak ada infeksi TB, pasien sedang mengalami masa inkubasi infeksi TB, atau terjadi anergi. Kehamilan tidak akan menurunkan respons uji tuberkulin. Untuk mengetahui gambaran TB pada trimester pertama, foto toraks dengan pelindung di perut bisa dilakukan, terutama jika hasil BTA-nya negatif 2) Ibu menyusui Pada prinsipnya pengobatan TB Paru tidak berbeda dengan pengobatan pada umumnya Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi sesuai dengan berat badannya. 3) Wanita pengguna kontrasepsi Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Penderita TB Paru seyogyanya menggunakan kontrasepsi non hormonal. 4) Penderita TB paru dengan Diabetes Melitus Dalam keadaan ini, diabetesnya harus dikontrol. Penggunaan Rifampicin akan mengurangi

efektifitas obat oral anti diabetes sehingga dosisnya perlu ditingkatkan. Penggunaan Etambutol pada penderita Diabetes harus diperhatikan karena mempu nyai komplikasi terhadap mata. Penggunaan OAT mempunyai beberapa efek samping diantaranya a. Rifampicin : tidak nafsu makan, mual, sakit perut, warna kemerahan pada air seni, purpura dan syok (Dep.Kes, 2003), sindrom flu, hepatotoksik (Soeparman, 1990) b. Pirasinamid : nyeri sendi, hiperurisemia, (Soeparman, 1990) c. INH : kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki (Dep.Kes, 2003), neuropati perifer, hepatotoksik (Soeparman, 1990). d. Streptomisin : tuli, gangguan keseimbangan (Dep.Kes, 2003), nefrotoksik dan gangguan Nervus VIII (Soeparman, 1990) e. Ethambutol : gangguan penglihatan, nefrotoksik, skinrash/dermatitis (Soeparman, 1990). f. Etionamid : hepatotoksik, gangguan pencernaan (Soeparman, 1990) Hampir semua OAT memberikan efek samping gatal dan kemerahan, ikhterus tanpa penyebab lain, bingung dan muntah-muntah (Dep.Kes, 2003), serta bersifat hepatotoksik atau meracuni hati (Soeparman, 1990) Menurut Suriadi (2001) penatalaksanaan terapeutik TB Paru meliputi nutrisi adekuat, kemoterapi, pembedahan dan pencegahan. Menurut Soeparman (1990), indikasi terapi bedah saat ini adalah penderita sputum BTA tetap positif (persisten) setelah pengobatan diulangi dan penderita batuk darah masif atau berulang.

You might also like