You are on page 1of 18

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada periode sekarang ini, lembaga pendidikan Islam mendapatkan kembali popularitasnya. Di Indonesia, lembaga pendidikan Islam khususnya pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mendapat sorotan cukup tajam. Media massa barat mengidentifikasikan pesantren sebagai tempat tumbuhnya radikalisme dan militansi Islam terkait dengan kejadian bom Bali 1 dan 2. Sorotan internasional yang tajam tersebut , yang disertai dengan pemojokan pendidikan Islam pada umumnya di karenakan oleh sifat takut dan kurangnya pemahaman yang memadai tentang lembaga lembaga pendidikan Islam dengan segala kompleksitasnya. Karena pada dasarnya, Lembaga pendidikan Islam bukanlah institusi tunggal yang bersifat monolitik (sama di semua tempat). Terbukti setelah mengalami modernisasi, lembaga-lembaga tersebut mampu menunjukkan kompleksitasnya tanpa meninggalkan identitas yang melekat. Memasuki era globalisasi ini, modernisasi kembaga pendidikan Islam tidak terelakkan lagi. Makin banyak kita melihat pesantren-pesantren modern serta yang lebih baru sekolah-sekolah Islam yang di wilayah perkotaan. Sekolah atau pesantren ini juga memiliki banyak murid dan santri serta mutu pendidikan yang memadai. Sedangkan madrasah atau pesantren yang masih memakai sistem lama pun tak dapat mengelakkan modernisasi (walaupun hanya dalam skala kecil). Oleh karena itu, penulis mengangkat judul Perkembangan

Lembaga Islam di Malang agar para pembaca mendapatkan sedikit pemahaman tentang perkembangan Lembaga Islam khususnya di Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengupas tentang Perkembangan Lembaga Islam di Malang maka penulis memberikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan Lembaga pendidikan Islam? 2. Bagaimana sejarah Lembaga pendidikan Islam? 3. Apa saja perubahan yang terjadi pada Lembaga Pendidikan Islam di Malang? 4. Bagaimana perbandingan kurikulum Lembaga Pendidikan Islam di Malang dulu dan sekarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara terperinci, tujuan penelitian dan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan pengetahuan terhadap perkembangan lembaga pendidikan Islam khususnya di kota Malang. 2. Untuk memberikan gambaran tentang lembaga pendidikan Islam dahulu dan kini.

1.4 Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode observasi, yaitu:

1. Tekhnik Pengamatan Langsung Penulis terjun langsung ke lokasi pengamatan yaitu Pondok Pesantren Modern Al-Rifaie Gondanglegi, Malang, Pondok Pesantren Salaf Nurul Huda Mergosono, Malang, serta Majelis Talim wal Maulid Ar-Ridwan Malang 2. Tekhnik Wawancara Tekhnik ini dilakukan agar mendapat gambaran

perkembangan lembaga pendidikan Islam di Malang. Wawancara dilakukan dengan narasumber seorang lulusan Universitas Negeri Islam di Malang yang juga merupakan seorang pengajar hafidz di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim 3. Studi Pustaka Penulis menelaah sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian dari buku dan internet. 1.5 Sumber Data

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penulisan, maka di butuhkan sumber data. Data akan mudah diperoleh jika teah ditentukan lokasi penelitian. Oleh karena itu, penulis menentukan lokasi penelitian adalah Pondok Pesantren modern Al-Rifaie, Pondok Pesantren salaf Nurul Huda, Mergosono, Malang, dan Majelis Talim wal Maulid Ar-Ridwan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lembaga Pendidikan Islam Lembaga Pendidikan Islam adalah suatu tempat atau institusi yang di gunakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar yang berbasis dan atau mengandung pembelajaran tentang Islam. Lembaga pendidikan Islam telah mengalami banyak perubahan semenjak kemunculannya pada periode klasik hingga awal abad ke 21ini. Dari segi interaksinya dengan modernisasi, lembaga pendidikan saat ini tidak hanya menawarkan ilmu keislaman semata tapi juga sains dan tekhnologi yang tak kalah dengan lembaga pendidikan pada umumnya. 2.2 Sejarah Lembaga Pendidikan Islam

Mencari ilmu (talab al-ilm) merupakan bagian integral dari doktrin dan tradidi Islam. Dalam doktrin Islam disebutkan tentang kewajiban mencari ilmu bagi setiap muslim. Tradisi pembelajaran dalam Islam dimulai dari pembelajaran Al-Quran. Bentuk bentuk pembelajaran Al-Quran pada masa awal ada tiga. Pertama, seorang pembaca Al-Quran memberikanpekajaran tentang pewahyuan kepada sekelompok murid di masjid. Kedua, seorang guru, yang tidak jarang menjadi story teller, menceritakan kisah kisah dalam Al-Quran dengan memberikan penekanan kepada kisah kepahlawanan pada awal perkembangan Islam. Ketiga, memberikan tutorial tentang Al-Quran secara privat. Termasuk di dalamnyaadalah menceritakan kisahkisah di dalam Al-Quran, anekdot, dan nilai-nilai yang terkandung di dalam AlQuran. Dalam perkembangannya, beberapa institusi bermunculan sebagai bentuk institusionalisasi tradisi pembelajaran dalam Islam. Masjid, madrasah, dan rumah guru muncul sebagai tempat tempat berlangsungnya pembelajaran dalam masyarakat muslim. Sementara institusi institusi pembelajaran makin beragam., keilmuan Islam juga semakin kompleks. Disamping Al-Quran dan hadist, yang merupakan sumber utama doktrin Islam, muncul berbagai jenis ilmu lain. Sebagian merupakan ilmu-ilmu yang dimaksudkan sebagai alat bantu memahami Al-Quran seperti tata bahasa, sebagian lagi merupakan hasil penafsiran terhadap Al-Quran seperti ilmu fikih. Masjid merupakan institusi penting dalam proses institusionalisasi pendidikan Islam. J. Pedersen dan George Makdisi, dalam Encyclopedia of Islam, menyebutkan bahwa masjid (yang di dalamnya dilaksanakan majelis atau tempat belajar mengajar dengan Al-Quran sebagai materi utamanya) merupakan pusat pembelajaran yang muncul paling awal. Selanjutnya adalah masjid-khan yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari masjid. Khan merupakan asrama yang menjadi tempat tinggal murid yang datang dari luar daerah. Bangunan Khan menyatu dengan masjid. Institusi ini muncul di jaman Abbasiyah. Institusi lain yang penting disebut kuttab dari maktab yang berarti tempat belajar.Kuttab berlangsung di rumah-rumah guru, biasanya

seorang huffadz (penghafal Al-Quran) dengan materi berkisar pada baca-tulis. Karena itu, kuttab merupakan pendidikan yang paling dasar. Madrasah merupakan perkembangan lebih lanjut dan formalisasi dari tradisi pendidikan yang sudah berlangsung di masjid, masjid-khan dan kuttab. Meskipun demikian, kehadiran madrasah tidak serta merta mengakhiri peran Kuttab, masjid dan masjid-Khan sebagai pusat-pusat pembelajaran.

2.3 Lembaga Pendidikan Islam di Malang Lembaga pendidikan Islam di Malang dapat dibagi menjadi 2 bagian yang saling terintegrasi, yaitu pendidikan formal dan pendidikan imformal. Pendidikan formal di Malang tidak dapat dilepaskan dari peranan Pondok Pesantren yang banyak tersebar di wilayah Malang raya. Selain Pondok-Pondok tradisional yang lebih sering disebut Pesantren salaf (dalam dunia Islam ada perbedaan antar salaf dan salafiyah). Dalam perjalanannya, PondokPondok Pesantren ini berkembang tidak hanya memiliki madrasah yang digunakan untuk menimba ilmu agama tapi juga sekolahsekolah yang memasukkan kurikulum umum dan pelajaran-pelajaran layaknya sekolah umum lainnya. Bahkan, di abad 21 ini dengan kemajuan tekhnologi dan informasi, pondok-pondok pesantren ini (yang sering disebut dengan pondok modern) menawarkan sekolah yang berbasis IT dan berstandard Internasional tetapi tetap mempertahankan pendidikan-pendidikan agama khas pesantren. Salah satu contoh dari pondok modern ini adalah Yayasan Pondok Modern Al-Rifaie yang terdapat di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Kurikulum yang di pakai di ponpes ini

telah sesuai dengan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, bahkan SMP AlRifaie telah mempunyai kurikulum berstandard Internasional. Para siswi disini diperbolehkan membawa laptop sendiri dan segala bentuk tugas-tugasnya di serahkan melalui e-mail. Tetapi, sebagaimana modernitas di Indonesia yang tetap mempertahankan ciri-ciri kebudayaan asli Indonesia. Pesantren-pesantren modern ini juga tetap berpegang teguh pada nilai-nilai pesantren yang telah mendarah daging ratusan tahun. Perkembangan-perkembangan ini telah membawa pondok pesantren ke tingkat yang lebih tinggi. Saat ini pesantren tidak hanya dipandang sebagai bengkel untuk menyembuhkan anak-anak bermasalah seperti yang dulu sering dilakukan orang tua yang merasa tak mampu lagi mengatasi anak-anak mereka. Sedangkan untuk pendidikan informal, salah satu yang kita kenal adalah Majelis-majelis talim. Dikatakan pendidikan informal karena para jamaah yang mengikuti majelis tersebut tidak terikat dengan jumlah dan keharusan untuk hadir di tiap pertemuan. Tetapi walaupun begitu, majelis-majelis talim ini memiliki para jamaah-jamaah yang militan dan royal. Contoh majelis talim di Malang adalah Majelis Talim wal Maulid Ar-Ridwan pimpinan Al Habib Achmad Jamal bin Toha Baagil, majelis yang diadakan tiap 2 minggu sekali ini selalu dihadiri oleh ratusan pemuda-pemudi berbagai latar belakang yang berkumpul untuk mendapatkan ilmu agama. Bahkan para pemuda-pemudi ini memiliki sebuah komunitas pencinta majelis Ar-Ridwan (Ar-Ridwaners) serta idetitas-identitas seperti jaket majelis, tas atau aksesoris lainnya (lihat lampiran). Kemunculan majelis-majelis ini di dasari oleh keprihatinan para pemuka Agama Islam (Kyai dan Habaib) terhadap generasi-generasi yang tidak mampu mengikuti pendidikan Islam secara formal, ketidak mampuan ini bisa disebabkan karena kurangnya sarana pendidikan di lingkungannya atau karena kesibukan mereka. Maka tak heran, majelis-majelis seperti ini memilliki jadwal yang lebih fleksibel dan longgar (malam hari) daripada pendidikan Islam formal. Ilmu-ilmu yang diajarkan di majelis-majelis seperti ini juga tidak sekompleks pendidikan formal. Majelis-majelis seperti ini cenderung hanya mengandalkan para pemuka agama Islam untuk memberikan tausyiah atau ceramah berkaitan dengan hal-hal yang mendasar

seperti keesaan Allah atau cara-cara beribadah kepada-Nya. Hal ini jelas sekali berbeda dengan pendidikan formal yang memiliki pelajaran-pelajaran kompleks seperti ilmu gramatika Arab, dan pelajaran-pelajaran pendalaman agama. Tetapi walaupun memiliki sistem yang berbeda, tetapi baik pendidikan formal maupun nonformal memiliki misi yang sama yaitu membentuk generasi Islami dan paham tentang agama Islam baik secara umum maupun khusus. 2.4 Perbandingan Kurikulum Pendidikan Islam di Malang Kurikulum yang penulis bandingkan adalah antara kurikulum pendidikan Islam formal tradisional dan modern (dikarenakan pendidikan informal tidak memiliki kurikulum yang baku tergantung cara pengajaran pemukanya). Pada kurikulum tradisional, santri di pondok-pondok tradisional kebanyakan tidak bersekolah umum atau telah selesai menamatkan pendidikan dasar. Sekalipun ada yang sambil bersekolah umum, sekolah tersebut tidak jadi satu bagian dari pondok tesebut, contohnya PP.Nurul Huda yang terdapat di kecamatan Mergosono Malang. Di pondok tersebut hanya menyediakan pendidikan agama Islam saja, santri di perbolehkan untuk bersekolah umum tetapi di luar area pondok. Sekolah umum hanya sebagai formalitas saja. Di pondok ini juga masih di gunakan cara lama untuk kegiatan belajar-mengajar yaitu setiap santri baru di tes terlebih dahulu untuk menentukan kelas (tidak terpengaruh usia) kemudian kegiatan belajar di kelas dengan cara guru (ustadz/ah) menyampaikan secara lisan ilmu tersebut kemudian santri mencatat pada kitabnya dan pada akhir semester akan dilakukan tes untuk melihat kemampuan santri tersebut. Selain dengan cara seperti itu, ada lagi cara belajar-mengajar yang disebut dengan ngaji bandongan yaitu seluruh santri tidak pandang bulu kelasnya mengaji secara bersamasama di dalam masjid dan biasanya di asuh lngsung oleh Kyai pemilik pondok. Kitabkitab yang diajarkan pada ngaji bandongan berbeda dengan kitab yang diajarkan di kelas. Kitab-kitab bandongan lebih bersifat universal dan memiliki penjelasan yang dapat di cerna oleh seluruh santri. Peraturan-peraturan pondok pesantren tradisional juga berbeda dengan pondok modern. Kebanyakan pondok-pondok tradisional memiliki peraturan yang sangat ketat dalam hal kedisiplinan tapi kurang

memperhatikan tentang penampilan. Sehingga muncul stigma jika para santri-santri yang mondok di pesantren tradisional selalu terlihat kucel dan kurang rapi. Walaupun tidak semua pondok pesantren tradisional seperti ini, tetapi tak ayal generalisasi tetap saja terjadi. Contoh kegiatan pendidikan pondok pesantren salaf dapat dilihat di lampiran. Sedangkan di sisi lain, pondok-pondok modern memiliki kurikulum yang menyesuaikan perkembangan zaman dan metode yang digunakan lebih berkembang daripada pondok-pondok tradisional. Selain memiliki sekolah umum yang terintegrasi dengan pendidikan agama, pondok modern ini juga memiliki sistem yang berbeda daripada pondok tradisonal. Cara kegiatan belajar-mengajarnya tidak melulu hanya 1 arah dari guru ke murid, tapi terjadi komunikasi 2 arah ketika murid di tuntut untuk aktif di kelas. Tidak hanya itu, cara mencatat murid-murid di pondok ini tidak hanya terbatas di kitab-kitab mereka tetapi bisa menggunakan laptop atau computer jinjing mereka. Lebih jauh, pondok-pondok modern ini sekarang telah megembangkan pendidikan berbasis IT dan memiliki ekstrakulikuler yang mendukung kegiatan belajar mengajar di pondok modern. Di karenakan memiliki sekolah umum, maka usia para calon santri juga sangat diperhatikan sesuai dengan jenjang pendidikan umum yang akan ditempuh. Walaupun memiliki cara pendidikan yang lebih modern, kebanyakan pondok-pondok ini tidak melupakan warisan pondok-pondok tradisional dalam hal ketertiban serta kedisiplinan para santrinya, tetapi image kucel dan kurang rapi biasanya tidak melekat pada pondok-pondok modern seperti ini. Contoh dari pondok modern di Malang adalah PP. Al-Rifaie Gondanglegi, Malang.

Bab III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Lembaga Pendidikan Islam adalah suatu tempat atau institusi yang di gunakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar yang berbasis dan atau mengandung pembelajaran tentang Islam. Sejarah perkembangan lembaga Islam dimulai dari pembelajaran Al-Quran kemudian berkembang menjadi madrasah-madrasah yang dikenal seperti sekarang. Lembaga pendidikan Islam dari segi interaksinya dengan modernitas menawarkan tidak hanya ilmu keislaman tetapi juga ilmu-ilmu tekhnologi dan ilmu pengetahuan umum. Lembaga pendidikan Islam, khusunya di Malang dapat dibagi menjadi lembaga pendidikan formal dan nonformal. Contoh lembaga pendidikan formal adalah pondok pesantren baik pondok tradisional atau salaf dan pondok

10

Modern. Sedangkan untuk pendidikan nonformal terdapat Majelis-majelis talim yang tersebar di Malang raya. Perbedaan kurikulum pondok tradisional dan modern terdapat pada sistem pengajaran serta pemilihan santri atau murid. Walaupun demikian, antara pondok pesantren tradisional dan pondok modern tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pondok tradisional semakin lama smakin terbuka dengan perkembangan jaman sedangkan pondok modern tetap mempertahankan nilai-nilai kesalafan mereka sebagai suatu identitas yang melekat dan sebagi kendali atas arus modernisasi yang menggempur setiap sudut madrasah.

LAMPIRAN

1. Dokumentasi Kegiatan Belajar-Mengajar Pondok Pesantren Tradisional

11

12

2. Dokumentasi Kegiatan Belajar-Mengajar Pondok Pesantren Modern

13

14

3. Dokumentasi Kegiatan Lembaga Pendidikan Islam Nonformal

15

16

DAFTAR PUSTAKA

Hasyim. Farid. Strategi Madrasah Unggul, Yogyakarta: Prismashophie, 2009. Pedersen, J. and George Makdisi. Madrasa. Encyclopedia of Islam, Leiden: Koninklijke Brill NV, 1999. Rasmianto,dkk. Proses Perubahan STAIN menjadi UIN Malang, Malang: UIN press, 2004. Subhan, Arief. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, Jakarta: Kencana, 2012. http://www.facebook.com/profile.php?id=647234001&ref=ts www.majelisarridwan.org
17

18

You might also like