You are on page 1of 23

SITAT-SIFAT OPTIK MINERAL RFM, TEKSTUR UMUM DAN KHUSUS BATUAN BEKU, DAN GAMBAR SAYATAN BATUAN BEKU

A. Macam-Macam Tekstur Batuan Beku


1. Tekstur Umum Batuan Beku Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu: Kristalinitas Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu: Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal. Holohyalin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohyalin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

1)

2)

Granularitas Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu: a. Fanerik/fanerokristalin Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi: Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm. Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 5 mm. Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 30 mm. Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm. b. Afanitik Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat dibedakan: Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 0,01 mm.

Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 0,002 mm. Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

3) Bentuk Kristal Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu: Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal. Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi. Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli. Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu: Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain. Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain. Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur. 4) Hubungan antar kristal Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu: Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineralmineral yang euhedral. Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineralmineral yang subhedral. Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineralmineral yang anhedral. Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas. 2. Tekstur Khusus Batuan Beku 1. Batuan beku yang berbutir seragam, disebut bertekstur granular. Macamnya: a. Panidiomorphic granular/automorphic granular = mineral berbentuk euhedral =>sering disebut bertekstur lamprophyric. b. Allotriomorphic granular/xenomorphic granular = mineral berbentuk anhedral => sering disebut tekstur aplitic.

c.

Hypidiomorphic granular/hypautomorphic granular = mineral berbentuk subhedral => sering disebut tekstur granitic.

2.

Batuan yang mengandung kristal berukuran kasar yang tertanam dalam massadasar yang berukuran lebih halus.

a.

Porphyritic/phyric= jika massadasar kristalin

b. Vitrophyric = jika massadasar gelasan c. Felsophyric : jika massadasar berupa kuarsa dan feldspar yang saling tumbuh bersama atau intergrowth. d. Orthophyric : jika massadasar berupa feldspar yang bentuknya gemuk, siku-siku. e. Cumulophyric : jika fenokris mengelompok/berkumpul.

Porphyritic

vitrophyric

3. Tekstur Khusus a. Ophitic dan subophitic : merupakan tekstur yang khas pada kelompok gabro/ basalt, terutama diabas. Merupakan intergrowth antara piroksen dan plagioklas. Ophitic : Jika mineral plagioklas dilingkupi oleh mineral piroksen Subophitic : Jika mineral piroksen dilingkupi oleh mineral plagioklas.

Tekstur Ophitic

Diabas/DOLERITE

b.

Tekstur graphic : merupakan tekstur yang sering ada pada batuan beku yang kaya silika, terutama granit, pegmatit, dimana mineral kuarsa tumbuh bersama dengan alkali feldspar.

Pegmatite

Graphyc Texture

c.

Trachytic (pilotaxitic): tekstur yang umum pada batuan vulkanik, berupa mikrolit yang membentuk orientasi tertentu, karena dihasilkan oleh mekanisme aliran.

Gambar : kenampakan struktur trachytic pada batuan vulkanik

d. Intergranular /intersertal : banyak dijumpai pada batuan lava dan hipabisal, khususnya basalt dan diabas. Celah-celah sudut mineral feldspar ditempati oleh mineral ferromagnesian (olivin, piroksen, bijih besi) atau gelas, mineral sekunder, serpentin, chlorit dll.

Gambar : kenampakan struktur Intergranular /intersertal pada batuan lava dan hipabisal

e.

Amygdaloidal texture : sering dijumpai pada lava atau batuan intrusi dangkal. Berupa lubanglubang gas (vesicles), yang terisi mineral sekunder, seperti opal, chalsedon, chlorite, kalsit.

Gambar : kenampakan struktur Amygdaloidal pada batuan intrusi

f.

Granophyric / micrographic texture merupakan tekstur intergrowth antara mineral kuarsa dengan feldspar, tetapi dengan ukuran yang lebih halus.Terdapat pada batuan applite.

SIFAT OPTIK MINERAL PEMBENTUK BATUAN BEKU

Bowens Raction Series

Sifat optik beberapa mineral 1. Olivine Sifat Optik Yang Khas: Abu2 agak kehijauan-transparan Relief tinggi Bentuk poligonal/prismatik Pecahan tak beraturan, tanpa belahan WI orde II Pada bidang pecahan/rekahan sering teralterasi menjadi serpentin Data Optik : Biaxial (+), a=1.63-1.65, b=1.65-1.67, g=1.67-1.69, bire=0.0400,2V(Calc)=88, 2V(Meas)=46-98. Dispersi relatif lemah.

Gambar 2.3.1 Mineral Olivin

2. Clinopyroxene Sifat Optik Yang Khas: Biru cyan colourless Relief sedang WI Orde 3 Birefringence: 0.002-0.022

RI: 1.674-1.764

Gambar 2.3.2 Mineral Klinopiroksen

3. Orthopiroxene Sifat optik sama dengan klinopiroksen ( augit, diopsid ) Yang membedakan adalah gelapannya sejajar (klino=miring) TO sumbu 2 (-) hipersten (+) enstatit Sistem kristal: Orthorhombic Relief: sedang Warna: hijau muda / merah muda, colorless RI: 1.658-1.788 Bire: 0.008-0.020 WI Orde 2

Gambar 2.3.3 Mineral Orthopiroksen

4. Hornblende Sifat Optik Yang Khas : Warna kehijauan/kecoklatan, relief tinggi,

pleokroisme kuat (dikroik/trikroik), belahan 1 arah atau 2 arah 120o, bentuk prismatik (biasanya memanjang), gelapan miring 12-30o

Gambar 2.3.4 mineral hornblende

5. Biotite Sifat Optik Yang Khas : Warna coklat, kemerahan, kehitaman Bentuk berlembar Pleokroisme kuat Gelapan sejajar Umumnya teralterasi dengan klorit dan mineral mineral lempung Data Optik: Biaxial (-), a= 1.565-1.625, b= 1.605-1.675, g= 1.605-1.675, bire= 0.0400-0.0500, 2V(Calc)= 0, 2V(Meas)= 0-25. Dispersion r > v or r < v.

Gambar 2.3.5 Mineral Biotit

6. Muscovite Sifat Optik Yang Khas : Warna colorless Biaxial negatif Warna colorless Bentuk berlembar Pleokroisme kuat Gelapan sejajar Bentuk dan sifat optik lain mirip biotit

Gambar 2.3.6 mineral muskovit

7. Quartz Sifat Optik Yang Khas :

Colorless, relief rendah Bentuk tak beraturan, dalam batuan umumnya anhedral Tidak punya belahan Gelapan bergelombang Warna interferensi abu2 orde1 TO sumbu I (+) nw = 1.544 ne = 1.553 Orientasi optik: sumbu optik terletak pada sumbu c, perpanjangan kristal memotong ujungujung sumbu yang berlengan pendek. Komposisi: kandungan dasarnya berupa SiO2, meskipun bekas kandungan mineral dari Ti, Fe, Mn, Al, kemungkinan dapat ditemukan. Sifatnya tidak mudah terubah dan sangat stabil pada lingkungan yang mudah mengalami pelapukan

Gambar 2.3.7 mineral kuarsa

Genesa mineral yang bisa kita simpulkan dari pengamatan adalah ukurannya jika dilihat dari ukuran mineral yang kita amati, mineral ini mempunyai ukuran yang kecil, ini berarti menunjukan bahwa mineral ini paling akhir terbentuk oleh karena mineral ini tidak mempunyai cukup ruang untuk terbentuk sesudah mineral-mineral lain terbentuk. Dari bentuk mineral yang anhedral dapat diketahui mineral ini terbentuk paling akhir karena bidang batas mineral dipegaruhi oleh mineral lain sehingga bidang batasnya hampir tidak terlihat, kemudian

terdapatnya sedikit pecahan pada mineral ini menunjukan bahwa mineral ini terletak pada di akhir oleh karena itu mineral ini mempunyai resistensi yang tinggi dan mineral ini terdapat pada batuan beku asam hal ini dikarenakan mineral ini terbentuk di akhir (semakin keatas sifatnya semakin basa dan semakin kebawah semakin asam). Berdasarkan deskripsi yaitu warna mineral colorless bentuk granular, belahan tidak ada, terdapat pecahan, relief rendah dan pleokrisme monokroik

8. Plagioclase Sifat Optik Yang Khas : Colorless tapi agak keruh, relief rendah - sedang kembaran albit atau carlsbad-albit WI abu2 terang orde I TO sumbu 2 (-) dan (+) Terdapat belahan, terdapat pleokroisme monokroik

Gambar 2.3.8 mineral plagioklas

Proses pembentukan mineral Plagioklas berdasarkan Bowen Reaction Series terletak pada deret continuous. Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (CaNa-feldspar,

CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hampir 100% natrium terbentuk. Kemudian terdapatnya pecahan pada mineral ini menunjukan bahwa mineral ini terletak pada awal pembentukan karena pada awal pembentukan ini mineral belum mempunyai resistensi yang tinggi sehingga mudah terbentuk pecahan dan mineral ini terdapat pada batuan beku basa hal ini dikarenakan mineral ini terbentuk lebih dulu (semakin keatas sifatnya semakin basa dan semakin kebawah semakin asam).

9. Orthoclase Sifat Optik Yang Khas : Pada sayatan 001 terlihat kembaran carlsbad WI abu2 terang orde I TO sumbu 2 (-) Colorles tapi agak keruh, relief rendah : nalpha = 1.514 - 1.526, nbeta= 1.518 - 1.530, ngamma = 1.521 - 1.533 Bentuk : Umumnya sebagai anhedral sampai euhedral pada batuan beku. Tidak terdapat pleokroisme

Gambar 2.3.9 mineral orthoklas

10. Sanidine Sifat Optik Yang Khas : Warna colorless Bentuk tabular

Relief rendah Gelapan miring 5o 15o Tidak terdapat pleokroisme Umumnya teralterasi dengan mineral mineral lempung dan sericite

Gambar 2.3.10 Mineral Sanidin

11. Serpentine Sifat Optik Yang Khas: Sistem kristal: Trigonal, Monoclinic, Orthorhombic Relief: Rendah Warna: hijau, kuning, merah kecoklatan RI: 1.532-1.574 Bire: 0.004-0.017 WI orde 1

Gambar 2.3.11 Mineral Serpentin

12. Calcite Sifat optik yang khas: Relief : bervariasi rendah-sedang, colorless RI: 1.658-1.486 Bire: 0.172 WI Orde 4

Gambar 2.3.12 mineral kalsit

13. Garnet Sifat Optik Yang Khas: Sistem kristal: isometrik Relief: tinggi Warna merah muda pucat RI: 1.800 Bire: isotropic

Gambar 2.3.13 Mineral Garnet

14. Zicron Sifat Optik Yang Khas: Sistem kristal: Tetragonal Relief: sedang colourless RI : 1.922-2.015 Bire: 0.042-0.065 WI Orde 3

Gambar 2.3.14 Mineral Zircon

15.

KUARSA

Colorless, relief rendah Bentuk tak beraturan, dalam batuan umumnya anhedral Tidak punya belahan Gelapan bergelombang Warna interferensi abu2 orde1 TO sumbu I (+) nw = 1.54 ne = 1.553

Orientasi optik: sumbu optik terletak pada sumbu c, perpanjangan kristal memotong ujungujung sumbu yang berlengan pendek. Komposisi: kandungan dasarnya berupa SiO2, meskipun bekas kandungan mineral dari Ti, Fe, Mn, Al, kemungkinan dapat ditemukan. Sifatnya tidak mudah terubah dan sangat stabil pada lingkungan yang mudah mengalami pelapukan

Gambar 1.1 Kenampakan Kuarsa Secara Optik

16.

ORTOKLAS

Colorles tapi agak keruh, relief rendah Pada sayatan 001 terlihat kembaran carlsbad WI abu2 terang orde I TO sumbu 2 (-)

17.

PLAGIOKLAS

Colorles tapi agak keruh, relief rendah-sedang kembaran albit atau carlsbad-albit WI abu2 terang orde I TO sumbu 2 (-) dan (+)

18.

OLIVIN

Abu2 agak kehijauan-transparan Relief tinggi Bentuk poligonal/prismatik Pecahan tak beraturan, tanpa belahan WI orde II Pada bidang pecahan/rekahan sering teralterasi menjadi serpentin

Gambar 1.3 Kenampakan Olivin Secara Optik

5.

KLINO PIROKSEN (AUGIT, DIOPSID)

Warna bening, abu-abu kecoklatan, prismatik, sayatan//c belahan 1arah, sayatan tegak lurus c belahan 2 arah 90o

Gelapan miring, augit 45-54o diopsid 37-44o TO (+) sb2

19.

ORTOPIROKSEN (ENSTANTIN, HIPERSTEN)

Sifat optik sama dengan klinopiroksen Yang membedakan adalah gelapannya sejajar (klino=miring) TO sumbu 2 (-) hipersten (+) enstatit

20.

Sanidine Sifat Optik Yang Khas :

Warna colorless Bentuk tabular Relief rendah Gelapan miring 5o 15o Tidak terdapat pleokroisme Umumnya teralterasi dengan mineral mineral lempung dan sericite

Gambar 1.5 Kenampakan Sanidine Secara Optik

21.

HORNBLENDE

Warna kehijauan/kecoklatan, pleokroisme kuat (dikroik/trikroik), belahan 1 arah atau 2 arah 120o, bentuk prismatik (biasanya memanjang), gelapan miring 12-30o

Gambar 1.2 Kenampakan Hornblende Secara Optik

Mineral hornblende merupakan mineral pembentuk batuan beku yang berwarna kehijauan/kecoklatan. Kenampakan warna tersebut dapat dilihat melalui mikroskop polarisasi. Berdasarkan Proses pembentukan mineral pada Bowen Reaction Series mineral ini terletak pada deret discontinuous pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Mineral Hornblende (termasuk mineral Amphibole) terbentuk setelah mineral Piroksen, sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C. Pada proses pembentukan mineral Hornblende tekanan yang ada tidak terlalu besar, sedangkan mineral Hornblende

bentuknya lebih prismatic atau memanjang. Sehingga mineral ini sering ditemukan berukuran lebih besar dibandingkan mineral lain yang ada disekitarnya. Hal menunjukan bahwa mineral ini lebih dulu terbentuk oleh karena itu mineral ini mempunyai cukup ruang untuk terbentuk sebelum mineral-mineral lain terbentuk (belum terdapat ubahan). Dari bentuk mineral yang euhedral dapat diketahui (sejalan dengan ukuran) mineral ini terbentuk terlebih dahulu karena bidang batas mineral tidak dipegaruhi oleh mineral lain sehingga bidang batasnya terlihat tebal, kemudian terdapatnya pecahan pada mineral ini menunjukan bahwa pada deret discontinuous mineral ini terletak pada awal pembentukan karena pada awal pembentukan ini mineral belum mempunyai resistensi yang tinggi sehingga mudah terbentuk pecahan dan mineral ini terdapat pada batuan beku basa hal ini dikarenakan mineral ini terbentuk lebih dulu (semakin keatas sifatnya semakin basa dan semakin kebawah semakin asam).

3.Sayatan Batuan Beku a. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%. Contohnya Granit, Riolit. Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap dibanding yang komposisinya asam.

800 506 - Abb.: Dnnschliff eines Peridotit-Gesteins.

Granodiorit

300 221 - Kenampakan andesin pada sayatan tipis diorit (Anonim, http://www.aliakbarvelayati33499.wordpress.com

b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52 %. Contohnya Gabro, Basalt. 1024 683 - Kenampakan bitownit pada sayatan tipis gabro (Anonim, 2007)

c.

Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-66 %. Contohnya Andesit dan Syenit.

Andesit

d.

Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%. Contohnya Dunit dan Peridotit.

DAFTAR PUSTAKA
Nurul, Siti Q, 2010. Laporan Praktikum Mineralogi Semester II. Semarang http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/13/petrologi-batuan-beku/ http://3emjata.blogspot.com/2010/11/petrologi-batuan-beku.html http://www.fisika-indonesia.co.cc/2010/09/batuan-beku.html
http://nurulgeologist.blogspot.com/2011/06/sitat-sifat-optik-mineral-rfm-tekstur.html

You might also like