You are on page 1of 5

Nama Nim

: Saelah Nurlaela : 06320171 Epi 2/ Smt VI Syariah

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM ISLAM DAN HAKNYA DALAM MEMILIH PEKERJAAN A. Kedudukan Perempuan dalam Islam Perempuan adalah makhluk yang sangat lembut, dan karena dianggap lembut terkadang kaum laki-laki sering berbuat yang tidak semestinya kepada kaun perempuan. Kaum perempuan dianggap lemah dan tidak berdaya dan tidak memiliki hak apapun dalam pranata sosial dan masyarakat. Namun pemikiranpemikiran seperti itu lambat laun kian memudar seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman. Pada tahum 1960-an lahirlah suatu gerakan perempuan di Barat yang menamai Gerakan Feminisme. Feminisme adalah suatu gerakan yang menuntut hak akan keberadaan dirinya yang selama ini selalu ada dibelakang kaum laki-laki untuk menjadi sama bahkan lebih kedudukannya dibandingkan laki-laki. Sebenarnya gerakan perempuan dalam pembebasan dari belenggu penindasan telah ada sejak beberapa abad yang lalu. Namun dalam pelaksanaannya gerakan pembabasan yang terjadi di Barat tidak sesuai dengan aturan atau syariat yang ada di Islam, sehingga terkadang berbenturan dengan kedudukan wanita yang telah tercantum dalam Al-Quran. Sehingga lahirlah feminisme Islam sebagai bentuk ketidak puasan atas gerakan feminisme Barat. Tetapi sangat disayangkan, karena para pemikir muslim tentang perempuan kurang menggunakan rasionalitas secara maksimal, sehingga ketika mengkritik dan mengajukan alternatif Islam pada sesat pikir feminisme itu mereka cenderung untuk kembali pada perumusan Islam tradisional dan menggunakan data-data ilmmiah yang dibuat oleh para ilmuan Barat tentang kedudukan wanita di nasyarakatnya sendiri. Mereka tidak merasa perlu unruk melakukan refleksi

terhadap data-data modern barat itu, dan mereka menutup mata akan realitas historis yang kurang menguntungkan bagi perempuan di negaranya sendiri.1 Yang diperlukan sekarang, bukanlah gerakan antifeminisme yang tradisional konservatif, atau profeminisme yang modern progresif, tetapi suatu gerakan pascafeminisme Islam integratif, yang meletakan perempuan bukan sebagai lawan dari laki-laki, seperti yang dipersepsikan kaum feminis modern, atau sebagai subordinat pria seperti yang dipersepsikan oleh para anti feminis tradisional, tetapi perempuan sebagai kawan atau teman dari laki-laki. Perempaun adalah kawan bagi laki-laki yang seiring dalam pembebasan manusia secara keseluruhan dari tarikan naluri kehewanan, dan tarikan pengkondisisan kemesinan di masa depan.2 Jika ditinjau dari agama islam, manusia dalam artian perempuan dan lakilaki di dunia ini memiliki posisi yang sama dan yang membedakan keduanya hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah semata. Ayat yang menerangkan bahwa laki-laki danperempuan itu sama diantaranya adalah ayat AlQuran yang artinya Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa (QS 49: 13). B. Hak-hak Perempuan dalam Memilih Pekerjaan Kalau kita kembali menelaah keterlibatan perempuan dalam pekerjaan pada masa awal Islam, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa Islam membenarkan mereka aktif dalam berbagai aktivitas. Para wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang, di dalam ataupun di luar rumahnya, baik secara mandiri atau bersama orang lain, dengan lembaga pemerintah maupun swasta, selama pekerjaan tersebut dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya. Secara singkat, dapat dikemukakan rumusan menyangkut pekerjaan perempuan yaitu bahwa perempuan mempunyai hak untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan atau selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut.
1 2

Fatima Mernissi, Wanita di dalam Islam.Bandung: Pustaka. 1994. Hal.xiv-xv Ibid. Hal.xv

Pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan oleh perempuan pada masa Nabi cukup beraneka ragam, sampai-sampai mereka terlibat secara langsung dalam peperangan-peperangan, bahu-membahu dengan kaum lelaki. Di samping itu, para perempuan pada masa Nabi saw. aktif pula dalam berbagai bidang pekerjaan.3 1. Ada yang bekerja sebagai perias pengantin, seperti Ummu Salim binti Malhan yang merias, antara lain, Shafiyah bin Huyay istri Nabi Muhammad saw. Ada juga yang menjadi perawat atau bidan, dan sebagainya. 2. Dalam bidang perdagangan, nama istri Nabi yang pertama, Khadijah binti Khuwailid, tercatat sebagai seorang yang sangat sukses. Demikian juga Qilat Ummi Bani Anmar yang tercatat sebagai seorang perempuan yang pernah datang kepada Nabi untuk meminta petunjuk-petunjuk dalam bidang jual-beli. Dalam kitab Thabaqat Ibnu Saad, kisah perempuan tersebut diuraikan, di mana ditemukan antara lain pesan Nabi kepadanya menyangkut penetapan harga jual-beli. Nabi memberi petunjuk kepada perempuan ini dengan sabdanya: Apabila Anda akan membeli atau menjual sesuatu, maka tetapkanlah harga yang Anda inginkan untuk membeli atau menjualnya, baik kemudian Anda diberi atau tidak. (Maksud beliau jangan bertele-tele dalam menawar atau menawarkan sesuatu). 3. Istri Nabi saw., Zainab binti Jahsy, juga aktif bekerja sampai pada menyamak kulit binatang, dan hasil usahanya itu beliau sedekahkan. Raithah, istri sahabat Nabi Abdullah ibn Masud, sangat aktif bekerja, karena suami dan anaknya ketika itu tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga ini. Al-Syifa, seorang perempuan yang pandai menulis, ditugaskan oleh Khalifah Umar r.a. sebagai petugas yang menangani pasar kota Madinah. Demikian sedikit dari banyak contoh yang terjadi pada masa Rasul saw. dan sahabat beliau menyangkut keikutsertaan perempuan dalam berbagai bidang usaha dan pekerjaan. Di samping yang disebutkan di atas, perlu juga digarisbawahi bahwa Rasul saw. banyak memberi perhatian serta pengarahan kepada perempuan agar
3

http/:attanzil.wordpress.com/2008/07/20/kedudukan-perempun-dalam-islam/#r199

menggunakan waktu sebaik-baiknya dan mengisinya dengan pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat. Tentu saja tidak semua bentuk dan ragam pekerjaan yang terdapat pada masa kini telah ada pada masa Nabi saw. Namun, sebagaimana telah diuraikan di atas, ulama pada akhirnya menyimpulkan bahwa perempuan dapat melakukan pekerjaan apa pun selama ia membutuhkannya atau pekerjaan itu membutuhkannya dan selama norma-norma agama dan susila tetap terpelihara. Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk kaum wanita, mereka mempunyai hak untuk bekerja dan menduduki jabatan jabatan tertinggi. Hanya ada jabatan yang oleh sementara ulama dianggap tidak dapat diduduki oleh kaum wanita, yaitu jabatan Kepala Negara (Al-Imamah Al-Uzhma) dan Hakim. Namun, perkembangan masyarakat dari saat ke saat mengurangi pendukung larangan tersebut, khususnya menyangkut persoalan kedudukan perempuan sebagai hakim. C. Kesimpulan Karena kedudukan atai posisi perempuan di dalam Islam adalah sebagai kawan bagi kaum laki-laki, maka selayaknyalah jika jika perempuan mempunyai hak yang sama dengan kaum laki-laki dalam pranata sosial dan masyarakat, tentunya dengan tidak melupakan kondratnya sebagi perempuan. Sehingga perempuan dapat melakukan segala hal yang dilakukan oleh laki-laki tapi tidak dengan melanggar syariat yang telah ditentukan oleh agama mengenai posisinya sebagai perempuan. Perempuan dibolehkan bekerja disegala bidang yang tentunya sesuai dengan keilmuan yang mereka kuasai, perempuan masa kini pun tidak terbelenggu didalam rumah saja. Mereka juga dibolehkan untuk berkreasi diluar rumah, tentunya dengan dengan tidak melupakan kodrat mereka sebagai seorang istri dan seorang ibu. Sehingga karier atau pekerjaan diluar rumah dapat mereka lakukan tetapi keluarga pun tetap terurus sebagaimana layaknya. DAFTAR PUSTAKA

Fatima Mernissi. Wanita di dalam Islam. Bandung : Pustaka. 1994

http/:attanzil.wordpress.com/2008/07/20/kedudukan-perempuan-dalam-Islam/#r199

You might also like