You are on page 1of 6

BAB III PEMBAHASAN

Angin adalah udara yang bergerak karena bagian-bagian udara didorong dari daerah bertekanan tinggi (suhu dingin) ke daerah yang bertekanan rendah (suhu panas). Di beberapa daerah di permukaan bumi, besarnya kekuatan angin yang berhembus berbeda-beda. Antara lain terdapat angin pantai, angin laut, angin darat, angin gunung dan angin lembah. Perbedaan tekanan di waktu tertentu lah yang membedakan jenis-jenis angin tersebut. Adapun skala penggolongan angin yang merupakan hasil pengamatan oleh Sir Francis Beaufort (1808) yaitu dengan cara mengamati gerak asap yang mengepul ke atas. Skala penggolongan angin tersebut digunakan di daerah yang tidak mungkin memiliki pengukur kecepatan angin (anemometer). Tabel 1. Skala Beaufort Nomor Gejala Beaufort 0 Asap mengepul vertikal 1 Arah angin tampak dari serabut-serabut lepas dari asap. 2 Angin terasa di wajah. Daun berisik. Kepulan asap condong menunjukkan arah angin 3 Daun dan ranting kecil bergerak terus dan dapat mengibarkan bendera ringan. 4 Menghambur debu dan menerbangkan kertas. 5 Pohon-pohon kecil bergoyang 6 Cabang-cabang besar pohon bergerak. Payung sulit dikuasai 7 Pohon-pohon bergoyang. Berjalan melawan angin harus cukup bertenaga. 8 Dahan-dahan kecil putus. Berjalan melawan angin sulit. 9 Timbul kerusakan-kerusakan kecil pada bangunan. Genting-genting mulai berterbangan. 10 Pohon-pohon ambruk. Kerusakan bangunan lebih parah. 11 Malapetaka kerusakan meluas 12 Angin taufan (hurricane) Kecepatan (mph) <1 13 47 8 12 13 18 19 24 25 31 32 38 39 46 47 54 55 63 64 75 > 75 kmph 4,6 1,6 4,8 6,4 11,2 12,8 19,2 20,8 29,6 31,2 39,2 40,8 50,4 52 61,6 63,2 74,4 76 87,2 88,8 103,6 105,2 120 120

Pada tabel diatas terlihat bahwa pada kecepatan angin tertentu, angin menjadi sangat berbahaya bagi manusia. Maka dari itu manusia membangun bangunan dengan salah satu tujuannya adalah berlindung dari efek gerak angin yang berlebihan. Untuk itu diperlukan konstruksi yang tepat pada suatu bangunan.

3.1 Beban Angin Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin, akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan atau hisapan pada bangunan.

Gambar 1. Pengaruh angin pada bangunan

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya tekanan dan hisapan pada bangunan pada saat angin bergerak adalah kecepatan angin. Besarnya kecepatan angin berbeda-beda untuk setiap lokasi geografi. Kecepatan angin rencana biasanya didasarkan untuk periode ulang 50 tahun. Karena kecepatan angin akan semakin tinggi dengan ketinggian di atas tanah, maka tinggi kecepatan rencana juga demikian. Selain itu perlu juga diperhatikan apakah bangunan itu terle tak di perkotaan atau di pedesaan. Seandainya kecepatan angin

telah diketahui, tekanan angin yang bekerja pada bagunan dapat ditentukan dan dinyatakan dalam gaya statis ekuivalen. Pola pergerakan angin yang sebenarnya disekitar bangunan sangat rumit, tetapi konfigurasinya telah banyak dipelajari serta ditabelkan. Karena untuk suatu bangunan, angin menyebabkan tekanan maupun hisapan, maka ada koefisien khusus untuk tekanan dan hisapan angin yang ditabelkan untuk berbagai lokasi pada bangunan. Untuk memperhitungkan pengaruh dari angin pada struktur bangunan, pedoman yang berlaku di Indonesia mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut: Tekanan tiup angin harus diambil minimum 25 kg/m. Tekanan tiup angin di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, harus diambil minimum 40 kg/m. Untuk tempat-tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mungkin

mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar. Tekanan tiup angin (p) dapat ditentukan berdasarkan rumus empris: p = V/16 (kg/m)............................(1) dimana V adalah kecepatan angin dalam satuan m/detik.

3.2 Kecepatan Angin Secara umum, kecepatan angin terus bertambah seiring dengan pertambahan ketinggiannya, seperti yang ditunjukkan pada gambar. Tingkat pertambahan kecepatan angin ini merupakan faktor dari kekasaran tanah, yang awalnya diperlambat dari tanah hingga makin cepat sesuai pertambahan ketinggian. Semakin banyak halangan pada keadaan sekeliling (pohon, gedung, rumah), ketinggian yang diperlukan angin untuk mencapai kecepatan maksimum (Vmax) juga semakin besar.

Gambar 2. Kecepatan maksimum angin

3.3 Penyebab, Akibat dan Upaya Pencegahan Penyebab yang sering mengakibatkan kerusakan bangunan akibat angin: 1. Dimensi kekecilan 2. Akibat Puntir 3. Mutu beton tidak memenuhi syarat 4. Pembesian tidak benar 5. Metode pelaksanaan tidak benar 6. Kesalahan pelaksanaan Akibat yang timbul pada bangunan: 1. Bangunan terangkat 2. Bangunan bergeser dari pondasinya 3. Robohnya bangunan 4. Atap terangkat 5. Bangunan rusak

Upaya pencegahan tekanan dan hisapan adalah dengan cara: 1. Penerapan prinsip tanggul atau perisai, misalnya dengan pohon tinggi berdaun rapat, atau dengan pagar tembok dengan memberi perkuatan berupa kolom praktis pada jarak 3 4 meter dan kolom perkuatan yang miring posisinya pada jarak 6 8 meter, serta menggunakan slop dan balok atas dinding. 2. Lokasi terlindungi. Bangunan berada pada permukaan tanah yang lebih rendah, sehingga angin yang bergerak tertahan oleh permukaan tanah yang tinggi. 3. Menanam pohon pada jarak yang cukup (minimal 6 meter) dari bangunan. 4. Ketinggian bangunan dan penggunaan atap yang tidak curam. 5. Membangun bangunan baru atau rumah atau lainnya, memerhatikan persyaratan penting, yaitu: Lebar atau bentang bangunan idealnya Bahan kerangka bangunan Hubungan antar unsur (slop, kolom, balok ring, dll) Hubungan kuda-kuda dengan ring balok Bahan kuda-kuda dengan menggunakan baja atau kayu Terjadi momen pada hubungan kuda-kuda dan ring balok.

DAFTAR PUSTAKA

Chusna,Nur.2011.

Pengaruh

Angin

Pada

Bangunan

(http://ceruleancanvas.

blogspot.com/2011/04/pengaruh-angin-pada-bangunan.html) diakses pada Sabtu, 25 Februari 2012 pukul 23.16 WIB. Mangunwijaya, Dipl. Ing. Y.B.1980.Pasal-Pasal Penghantar Fisika Bangunan. Gramedia:Jakarta.

You might also like