You are on page 1of 4

Adab masuk masjid Masjid di sini mencakup Mushalla, Langgar, atau tempat-tempat yang dikenal di daerah kita dapat

ditegakkan shalat lima waktu secara rutin dan berjamaah. Berikut ini kami sadur keterangan Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzhahullah dalam kitab beliau Al-Mulakhashul Fiqhiy yang berkenaan dengan adab berjalan menuju masjid untuk shalat. 1. Apabila engkau berjalan ke Masjid untuk menunaikan shalat berjamaah, hendaklah berjalan dengan tenang dan menjaga wibawa. Tenang di sini thumaninah dan tidak tergesa-gesa dalam berjalan. Dan yang dimaksud menjaga wibawa adalah berjalan dengan tenang, penuh kehatihatian, menundukkan pandangan, merendahkan suara, dan tidak banyak menoleh.

Dalam As-Shahihain telah diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa alihi wasallam bersabda:

( : )

Apabila telah ditegakkan shalat, (dalam lafadzh lain: Apabila kalian telah mendengar iqamah), maka berjalanlah, dan wajib atas kalian berjalan dengan tenang. Maka shalatlah dengan jumlah rakaat yang engkau capai, dan sempurnakanlah rakaat yang terlewat. (HR. AlBukhari 908, 2/105 dan Muslim 1358, 3/100)

Telah diriwayatkan dari Imam Muslim, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa alihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya salah seorang dari kalian, apabila keluar menuju shalat, maka dia dalam keadaan shalat. (HR. Muslim 1359, 3/101)

2. Hendaklah berpagi-pagi keluar menuju masjid, sehingga memungkinkan takbiratul ihram bersama imam, dan engkau dapat hadir untuk shalat berjamaah dari awal. Dan jadikan langkahmu itu saling berdekatan ketika berjalan ke masjid untuk shalat, karena dengan sebab itulah kebaikan-kebaikanmu menjadi banyak. Nabi shallallahu alaihi wa alihi wasallam bersabda:

Apabila salah seorang dari kalian berwudhu, maka perbaguslah wudhunya, kemudian dia keluar menuju masjid untuk shalat, dan tidaklah dia melangkah dengan satu langkah melainkan akan diangkat dengannya satu derajat dan gugur darinya satu dosa. (Al-Bukhari 477 dan Muslim 1/73, 1504, 3/168)

3. Apabila engkau telah sampai pintu masjid, maka dahulukan kakimu yang sebelah kanan dan kemudian berdoa:

Bismillah auudzubillahil adzhim wa biwajhil kariim wa sulthaanihil qadiim minas syaithanir rajiim, allahumma shalli ala Muhammad, allahummaghfirlii dzunuubi, waftah lii abwaaba rahmatik. Dengan nama Allah, aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dan berlindung dengan wajah-Nya yang mulia dan berlindung dengan kekuasaan-Nya yang tiada berpermulaan dari syaithan yang terkutuk. Ya Allah berikanlah shalawat atas Muhammad, Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dan bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu.

Namun apabila engkau hendak keluar, maka dahulukan kakimu sebelah kiri dan kemudian berdoa:

Bismillah auudzubillahil adzhim wa biwajhil kariim wa sulthaanihil qadiim minas syaithanir rajiim, allahumma shalli ala Muhammad, allahummaghfirlii dzunuubi, waftah lii abwaaba fadhlik. Dengan nama Allah, aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dan berlindung dengan wajah-Nya yang mulia dan berlindung dengan kekuasaan-Nya yang tiada berpermulaan dari syaithan yang terkutuk. Ya Allah berikanlah shalawat atas Muhammad, Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dan bukakanlah bagiku pintu-pintu keutamaan-Mu.

Hal ini karena Masjid itu tempatnya rahmat. Adapun keluar dari Masjid adalah tempatnya rizqi, dan itu adalah keutamaan dari Allah.

4. Apabila telah masuk masjid, maka jangan langsung duduk, sehingga engkau shalat tahiyyatul masjid dua rakaat. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa alihi wasallam:

Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid, maka janganlah duduk, sehingga dia shalat dua rakaat. (HR. Al-Bukhari 1163, 3/63 dan ini lafadz Al-Bukhari, dan Muslim 1/420, As-Shalah 297)

5. Hendaknya engkau jadikan dudukmu itu di Masjid untuk menunggu shalat itu dengan sibuk berdzikir kepada Allah, membaca Al-Quran, dan menjauhi segala sesuatu yang sia-sia, seperti menjalin jari jemari dan selainnya. Larangan ini telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa alihi wasallam ketika menunggu shalat.

Apabila salah seorang dari kalian berada di dalam Masjid, maka janganlah menjalin jari jemarinya, karena yang demikian itu dari syaithan. (HR. Ahmad 11324, 3/43, Ibnu Abi Syaibah 4824, 1/420, As-Shalah 297)

Adapun jika berada di dalam Masjid bukan untuk menunggu shalat, maka hal tersebut tidaklah dilarang. Telah tetap riwayat bahwa Nabi shallallahu alaihi wa alihi wasallam menjalin jari jemarinya di dalam Masjid selesai shalat. (Al- Bukhari 482, 1/731 kisah dzul yadain, dan dalam riwayat Muslim 1288, 3/69 dengan tanpa menyebutkan at-tasybik)

6. Ketika menunggu shalat di dalam Masjid, maka janganlah engkau berbicara panjang lebar seputar urusan dunia. Telah diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwasanya seorang hamba itu berada dalam shalat selama dia menunggu shalat, dan para Malaikat memohonkan ampun kepadanya. (Muttafaqun alaih Al-Bukhari 377, 1/730 dan Muslim 1504, 3/168)

Oleh karenanya janganlah engkau lalai dari pahala ini, serta menyia-nyiakannya dengan perbuatan yang sia-sia dan sibuk dengan katanya dan katanya...

7. Apabila shalat telah ditegakkan, maka berdirilah ketika muadzdzin mengatakan: Qad qaamatis shalaah, karena hal tersebut dilakukan Nabi shallallahu alaihi wa alihi wasallam. Namun jika engkau berdiri ketika iqamah baru di mulai, maka yang demikian itu tidak mengapa, hal ini jika mamum melihat imam. Adapun jika mamum tidak melihat imam ketika iqamah, maka yang afdhal (lebih utama) dia tidak berdiri sampai dia melihat imam.

Fikri Abul Hasan Footnote:

1. Syaikh Al-Albani rahimahullah menyatakan bahwa hadits ini dhaif. Namun beliau rahimahullah kembali menegaskan bahwa terjadi perbedaan pendapat di antara para Ulama tentang menjalin jari jemari di dalam masjid, bagi yang menetapkannya mereka menggabungkan hadits-hadits shahihah akan kebolehannya, kecuali pada waktu tertentu yakni ketika menunggu untuk shalat, karena sabda Nabi shallallahu alaihi wa alihi wasallam:

pulang

Apabila salah seorang dari kalian berwudhu di rumahnya, kemudian mendatangi Masjid, maka dia senantiasa dalam keadaan shalat hingga ia kembali pulang. Oleh karena itu, janganlah ia melakukan seperti ini sembari menjalinkan jari jemarinya Sanad hadits ini Shahih, Al-Irwa 2/101. (lihat Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhaifah wal Maudhuah no. 6815 14/719) pulang *Gambar menjalin jari jemari

You might also like