You are on page 1of 60

http://indone5ia.wordpress.

com/ Pembangkit Listrik Masa Depan Indonesia

1.

Pendahuluan

Setelah pulih dari krisis moneter pada tahun 1998, Indonesia mengalami lonjakan hebat dalam konsumsi energi. Dari tahun 2000 hingga tahun 2004 konsumsi energi primer Indonesia meningkat sebesar 5.2 % per tahunnya. Peningkatan ini cukup signifikan apabila dibandingkan dengan peningkatan kebutuhan energi pada tahun 1995 hingga tahun 2000, yakni sebesar 2.9 % pertahun. Dengan keadaan yang seperti ini, diperkirakan kebutuhan listrik indonesia akan terus bertambah sebesar 4.6 % setiap tahunnya, hingga diperkirakan mencapai tiga kali lipat pada tahun 2030. Seperti terlihat pada Gambar 1. [ER Indonesia]

Tentunya pemerintah pun tidak tinggal diam dalam menghadapi lonjakan kebutuhan energi, terutama energi listrik. Salah satu langkah awal yang pemerintah lakukan adalah dengan membuat blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006 2025 (Keputusan Presiden RI nomer 5 tahun 2006). Secara garis besar, dalam blueprinttersebut ada dua macam solusi yang dilakukan secara bertahap hingga tahun 2025, yaitu peningkatan efisiensi penggunaan energi (penghematan) dan pemanfaatan sumber-sumber energi baru (diversifikasi energi). Mengingat rasio elektrifikasi yang masih relatif rendah, yaitu 63 % pada tahun 2005, sedangkan Indonesia menargetkan rasio

elektrifikasi 95 % pada tahun 2025, maka pembahasan pada artikel ini akan lebih diarahkan pada pemanfaatan sumber energi primer sebagai pembangkit listrik.

2. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang berlimpah dan beragam baik yang bersumber dari fosil seperti minyak bumi, batubara dan gas bumi. Ataupun sumber energi alternatif dan terbarukan lainnya seperti tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, geothermal, biomasa dan lain-lain. Meskipun potensi sumber energi yang dimiliki berlimpah, Indonesia sampai saat ini tetap belum bisa memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya sendiri. Diversifikasi energi (bauran sumber energi) merupakan suatu konsep / strategi yang dapat dipergunakan sebagai alat (tools) untuk mencapai pembangunan energi dan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan bauran energi (energy mix) menekankan bahwa Indonesia tidak boleh hanya tergantung Indonesia pada perlu sumber energi berbasis fosil, namun harus juga mengembangkan penggunaan energi terbarukan. Kebijakan bauran energi di dikembangkan dengan memperjelas strategi, sasaran penggunaan, jumlah pemanfaatandan pengelolaan energi nasional, dengan mempertimbangkan potensi energi, permintaan energi, infrastruktur energi serta faktor lainnya seperti harga energi, teknologi, pajak, investasi dan sebagainya. Pada tahun 2005, sumber 54.78 % utama ), pasokan disusul gas energi Indonesia 22,24 adalah minyak bumi ( bumi (

% ), batubara ( 16.77 % ), Air ( 3.72 %) dangeothermal ( 2.46 % ). Sasaran pemerintah pada tahun 2025, diharapkan terwujudnya bauran energi yang lebih optimal, yaitu : minyak bumi ( < 20 % ), gas bumi ( > 30 %),batubara ( > 33 % ), biofuel ( > 5 % ), panas bumi ( > 5 % ), Energi terbarukan lainnya ( > 5 % ) dan batubara yang dicairkan ( > 2 % ) [BluePrint]

Artikel ini akan mengkaji kelebihan dan kekurangan masing-masing sumber energi di Indonesia. Dengan memaparkan kelebihan dan kekurangan ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk mendukung program pemerintah dalam mengembangkan energi di Indonesia berdasarkan blueprint pengelolaan energi nasional (Presidential degree 5, 2006). Artikel ini merupakan salah satu upaya dan kontribusi nyata dari penulis (insinyur atau para ahli di perguruan tinggi) untuk dapat membangun negara dan bangsa Indonesia yang lebih bermartabat karena mampu mandiri di bidang energi.

3. Kriteria Pemilihan Pembangkit Meskipun Indonesia memiliki banyak potensi energi yang dapat dikembangkan menjadi pembangkit listrik, namun kenyataannya proses realisasinya tidak semudah membalik telapak tangan. Pemilihan pembangkit listrik bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan secara matang, seperti:

prediksi pertumbuhan beban per tahun, karakteristik kurva beban, keandalan sistem pembangkit, ketersediaan dan harga sumber energi primer yang akan digunakan, juga isu lingkungan, sosial dan politik. 3.1 Karakteristik Beban Hingga saat ini tidak ada satu alat pun yang dapat menyimpan energi listrik dalam kapasitas yang sangat besar. Untuk itu besarnya listrik yang dibangkitkan harus disesuaikan dengan kebutuhan beban pada saat yang sama. Apabila melihat kurva beban harian pada Gambar 3, sebagai contoh kurva beban listrik di Pulau Jawa, terlihat bahwa beban yang ditanggung PLN berubah secara fluktuatif setiap jamnya. Secara garis besar ada 3 tipe pembangkit listrik berdasarkan waktu beroperasinya. Tipebase untuk menyangga beban-beban dasar yang konstan, dioperasikan sepanjang waktu dan memiliki waktu mula yang lama. Tipe intermediate biasanya digunakan sewaktu-waktu untuk menutupi lubanglubang beban dasar pada kurva beban, memiliki waktu mula yang cepat dan lebih reaktif. Tipe peak/puncak, hanya dioperasikan saat PLN menghadapi beban puncak, umumnya pembangkit tipe ini memiliki keandalan yang tinggi, namun tidak terlalu ekonomis untuk digunakan terus-menerus. Melihat kurva diatas pula, maka kebijakan mengenai pembangunan pembangkit baru juga harus merefleksikan kurva beban sesuai dengan proyeksi kebutuhan listrik dimasa depan. Maka nantinya akan terlihat berapa pembangkit yang harus menjadi pembangkit tipe basedan berapa yang menjadi pembangkit mendukung beban intermediate dan beban puncak. 3.2 Keandalan Pembangkit Salah satu hal penting dari penyediaan pasokan energi listrik adalah isu keandalan. Keandalan kapasitas pembangkit didefenisikan sebagai persesuaian antara kapasitas pembangkit yang terpasang terhadap kebutuhan beban. Artinya pasokan energi diharuskan selalu tersedia untuk melayani beban secara kontinyu. Banyak faktor yang menjadi parameter keandalan dan kualitas listrik. Diantaranya : (i) Ketidakstabilan frekuensi (ii) Fluktuasi tegangan (iii) interupsi atau pemadaman listrik. Untuk parameter pertama dan kedua, umumnya permasalahannya muncul di sektor transmisi atau distribusi. Sedangkan

parameter ketiga lebih banyak pada sektor pembangkitan, karena terkait masalah pemenuhan kapasitas pasokan terhadap beban. Metoda yang biasa digunakan untuk menentukan indeks itu adalah dengan metoda LOLP (Loss Of Load Probability) atau sering dinyatakan sebagai LOLE (Loss Of Load Expectation). Probabilitas kehilangan beban adalah metode yang dipergunakan untuk mengukur tingkat keandalan dari suatu sistem pembangkit dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya peristiwa sistem pembangkit tidak dapat mensuplai beban secara penuh. Banyak kegagalan pembangkit terjadi akibat tidak tersedianya sumber energi primer. Permasalahan ketersediaan ini seringkali menimpa pembangkitpembangkit berbahan bakar fosil. Di Indonesia sendiri banyak pembangkit berbahan bakar gas yang harus dioperasikan dengan bahan bakar minyak karena langkanya ketersediaan gas untuk konsumsi pembangkit Indonesia. Atau bisa juga karena masalah distribusi yang tersendat, seperti masalah kapal batu bara yang tidak bisa merapat, terganggu akibat faktor cuaca. Sedangkan pada kebanyakan pembangkit listrik energi terbarukan, ketersediaanya memang bisa dibilang cukup menjanjikan, karena semuanya memang sudah tersedia di alam dan tinggal dimanfaatkan saja. 3.3 Aspek Ekonomi Pertimbangan aspek ekonomi pembangkit umumnya meliputi 3 lingkup besar, yaitu: (i) biaya investasi awal; (ii) biaya operasional; (iii) biaya perawatan pembangkit. Sifat ekonomis sebuah sistem pembangkit listrik dapat dilihat dari harga jual listrik untuk setiap kWh (kilo watt kali jam). Salah satu faktor yang mempengaruhi bahwa pembangkit listrik-ekonomis (harga jual listrik serendah mungkin untuk setiap kWh) adalah biaya bahan bakar. Secara umum, biaya bahan bakar untuk pembangkit berbahan bakar fosil adalah 80 % dari biaya pembangkitan dan untuk pembangkit nuklir adalah 50 % dari biaya pembangkitan. 3.4 Aspek Lingkungan dan Geografis Sistem harus sesuai dengan kondisi geografis dan hubungan antarnegara. Sebuah pembangkit dibangun mengacu pada letak geografis dan pengaruhnya terhadap negara tetangga atau negara lain. Misalkan sebuah PLTU dioperasikan dan mengeluarkan gas CO2ke udara. Pengontrolan terhadap pengeluaran gas CO2 perlu di lakukan juga oleh negara tetangga atau negara

lain. Di dalam hal ini, kerja sama internasional sangat diperlukan untuk menjamin sistem berkeselamatan andal dan ramah lingkungan. 3.5 Aspek Sosial dan Politik Sistem harus sesuai dengan program penelitian dan pengembangan negara itu serta terbentuknya kerja sama yang harmonis antara pemerintah dan masyarakat untuk menjamin tingkat keselamatan sistem yang tinggi dan andal. Kebutuhan masyarakat dan kebijakan pemerintah tentang program penelitian dan pengembangan bidang energi harus sesuai / searah untuk menjamin perencanaan energi nasional di masa depan berlangsung dengan baik. Energi nasional seharusnya dapat direncanakan dan diprediksi secara jangka pendek maupun jangka panjang dengan berdasarkan 5 kriteria pemilihan/kompatibilitas pembangkit. Hal ini untuk menjamin sebuah sistem pembangkit yang mendukung program energi nasional dapat beroperasi dengan baik dan berkeselamatan. Andal agar lingkungan tidak tercemari dan hubungan kerja sama internasional tetap berlangsung dengan baik. Berdasarkan kriteria tersebut, perencanaan bauran energi nasional sangat diperlukan untuk menghilangkan ketergantungan teknologi kepada salah satu jenis pembangkit, serta menjamin keberlangsungan kebutuhan energi di masa depan. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin Kadek Fendy Sutrisna 21 Mei 2011 Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering juga disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah salah satu pembangkit listrik energi terbarukan yang ramah lingkungan dan memiliki efisiensi kerja yang baik jika dibandingkan dengan pembangkit listrik energi terbarukan lainnya. Prinsip kerja PLTB adalah dengan memanfaatkan energi kinetik angin yang masuk ke dalam area efektif turbin untuk memutar baling-baling/kincir angin, kemudian energi putar ini diteruskan ke generator untuk membangkitkan energi listrik.

Berdasarkan data dari GWEC, jumlah PLTB yang ada di dunia saat ini adalah sebesar 157.900 MWatt (sampai dengan akhir tahun 2009), dan pembangkit jenis ini setiap tahunnya mengalami peningkatan dalam pembangunannya sebesar 20-30%. Teknologi PLTB saat ini dapat mengubah energi gerak angin menjadi energi listrik dengan efisiensi rata-rata sebesar 40%. Efisiensi 40% ini disebabkan karena akan selalu ada energi kinetik yang tersisa pada angin karena angin yang keluar dari turbin tidak mungkin mempunyai kecepatan sama dengan nol. Gambar 1 merupakan laju pertumbuhan dan daya elektrik total PLTB di dunia yang ada sampai saat ini.

Gambar 1 Laju Pertumbuhan PLTB di Dunia 1. Energi Angin 1.1 Energi Kinetik Angin Sebagai Fungsi dari Kecepatan Angin Energi kinetik angin yang dapat masuk ke dalam area efektif turbin angin dapat dihitung berdasarkan persamaan 1.1 berikut :

(1.1) dimana pada persamaan tersebut dapat kita lihat bahwa energi angin (P ; Watt) bergantung terhadap faktor-faktor seperti aliran massa angin (m ; kg/s), kecepatan angin (v ; m/s), densitas udara ( ; kg/m3), luas permukaan area efektif turbin (A ; m3 ). Di akhir persamaan, secara jelas dapat disimpulkan bahwa energi angin akan meningkat 8 kali lipat apabila kecepatan angin meningkat 2 kali lipatnya, atau dengan kata lain apabila kecepatan angin yang masuk ke dalam daerah efektif turbin memiliki perbedaan sebesar 10% maka energi kinetik angin akan meningkat sebesar 30%. Apabila kecepatan kerja

PLTB adalah Vrated, maka daya keluaran PLTB dapat diperoleh dari persamaan 1.1 dengan menuliskan kembali ke persamaan sebagai berikut.

(1.2)

(1.3) Gambar 2 merupakan kurva intensitas energi kinetik angin berdasarkan fungsi dari kecepatan angin.

Gambar 2 Intensitas Energi Angin 1.2 Kecepatan Angin Berdasarkan Fungsi dari Ketinggiannya dari Permukaan Tanah Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kecepatan angin sangat dipengaruhi oleh ketinggiannya dari permukaan tanah. Semakin mendekati permukaan tanah, kecepatan angin semakin rendah karena adanya gaya gesek antara permukaan tanah dan angin. Untuk alasan ini, PLTB biasanya dibangun dengan menggunakan tower yang tinggi atau dipasang diatas bangunan. Berikut adalah rumus bagaimana cara mengukur kecepatan angin berdasarkan ketinggiannya dan jenis permukaan tanah sekitarnya.

Tabel 1 menunjukan besarnya nilai n sebagai faktor perbedaan jenis permukaan tanah yang mempengaruhi kecepatan angin. Tabel 1 Nilai n berdasarkan jenis permukaan tanah

Gambar 3 menunjukan hasil perhitungan kecepatan angin berdasarkan ketinggian, dengan garis putus-putus menggunakan asumsi n = 7, sedangkan garis lurus dengan asumsi n =5.

Gambar 3 Kecepatan angin berdasarkan ketinggiannya dari permukaan tanah 2. Jenis-jenis Angin Angin timbul akibat sirkulasi di atmosfer yang dipengaruhi oleh aktivitas matahari dalam menyinari bumi yang berotasi. Dengan demikian, daerah khatulistiwa akan menerima energi radiasi matahari lebih banyak daripada di daerah kutub, atau dengan kata lain, udara di daerah khatulistiwa akan lebih tinggi dibandingkan dengan udara di daerah kutub. Perbedaan berat jenis dan tekanan udara inilah yang akan menimbulkan adanya pergerakan udara. Pergerakan udara inilah yang didefinisikan sebagai angin. Gambar 4

merupakan pola sirkulasi pergerakan udara akibar aktivitas matahari dalam menyinari bumi yang berotasi.

Gambar 4 Pola sirkulasi udara akibat rotasi bumi (Sumber : Blog Konversi ITB, Energi Angin dan Potensinya) Berdasarkan prinsip dari terjadinya, angin dapat dibedakan sebagai berikut : 2.1 Angin Laut dan Angin Darat Angin laut adalah angin yang timbul akibat adanya perbedaan suhu antara daratan dan lautan. Seperti yang kita ketahui bahwa sifat air dalam melepaskan panas dari radiasi sinar matahari lebih lambat daripada daratan, sehingga suhu di laut pada malam hari akan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di daratan. Semakin tinggi suhu, tekanan udara akan semakin rendah. Akibat adanya perbedaan suhu ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara di atas daratan dan lautan. Hal inilah yang menyebabkan angin akan bertiup dari arah darat ke arah laut. Sebaliknya, pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 angin akan berhembus dari laut ke darat akibat sifat air yang lebih lambat menyerap panas matahari. 2.2 Angin Lembah Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari. Prinsip terjadinya hampir sama dengan terjadinya angin darat dan angin laut yaitu akibat adanya perbedaan suhu antara lembah dan puncak gunung.

2.3 Angin Musim Angin musim dibedakan menjadi 2, yaitu angin musim barat dan angin musim timur. Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang mengalir dari Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas). Apabila angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra, maka angin ini akan mengandung curah hujan yang tinggi. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari dan Februari, dan maksimal pada bulan Januari dengan kecepatan minimum 3 m/s. Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas). Angin ini menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau, karena angin melewati celah- celah sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli. 2.4 Angin Permukaan Kecepatan dan arah angin ini dipengaruhi oleh perbedaan yang diakibatkan oleh material permukaan Bumi dan ketinggiannya. Secara umum, suatu tempat dengan perbedaan tekanan udara yang tinggi akan memiliki potensi angin yang kuat. Ketinggian mengakibatkan pusat tekanan menjadi lebih intensif. Selain perbedaan tekanan udara, material permukaan bumi juga mempengaruhi kuat lemahnya kekuatan angin karena adanya gaya gesek antara angin dan material permukaan bumi ini. Disamping itu, material permukaan bumi juga mempengaruhi kemampuannya dalam menyerap dan melepaskan panas yang diterima dari sinar matahari. Sebagai contoh, belahan Bumi utara didominasi oleh daratan, sedangkan selatan sebaliknya lebih di dominasi oleh lautan. Hal ini saja sudah mengakibatkan angin di belahan Bumi utara dan selatan menjadi tidak seragam. Gambar 5 menunjukkan tekanan udara dan arah angin bulanan pada permukaan Bumi dari tahun 1959-1997. Perbedaan tekanan terlihat dari perbedaan warna. Biru menyatakan tekanan rendah, sedangkan kuning hingga oranye menyatakan sebaliknya. Arah dan besar angin ditunjukkan dengan arah panah dan panjangnya.

Gambar 5. Arah angin permukaan dan pusat tekanan atmosfer rata-rata pada bulan Januari, 1959-1997. Garis merah merupakan zona konvergen intertropik (ITCZ). 2.5 Angin Topan Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Di Indonesia dan daerah lainnya yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa, jarang sekali dilewati oleh angin ini. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam. 3. Potensi Energi Angin Berdasarkan data dari GWEC, potensi sumber angin dunia diperkirakan sebesar 50,000 TWh/tahun. Total potensial ini dihitung pada daratan dengan kecepatan angin rata-rata diatas 5,1 m/s dan pada ketinggian 10 m. Data ini setelah direduksi sebesar 10% sebagai toleransi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, dan lain-lain. Tabel 2 Sebaran potensi energi angin. (TWh/tahun)

3.1 Potensi Energi Angin Di Indonesia Berikut ini adalah peta potensi energi angin di Indonesia yang dapat digunakan sebagai referensi dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia. Perbedaan kecepatan udara terlihat dari perbedaan warnanya. Biru menyatakan kecepatan udara rendah, sedangkan hijau, kuning, merah dan sekitarnya menyatakan semakin besarnya kecepatan angin.

Gambar 6 Peta persebaran kecepatan angin di Indonesia

Sistem PLTB Fixed Speed vs Variable Speed Kadek Fendy Sutrisna 2 Oktober 2011 Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna I. SISTEM TURBIN ANGIN KECEPATAN TETAP (Fixed Speed) Sistem turbin angin kecepatan tetap atau sering disebut dengan istrilah fixed speed adalah sistem turbin angin yang paling umum digunakan hingga saat ini, yang ditunjukkan pada gambar 1. Biasanya sistem ini menggunakan roda gigi, generator induksi, rangkaian elektronika daya - soft starter, capasitor bank dan bisa juga terhubung langsung dengan jala-jala/grid. Sistem ini umumnya membutuhkan daya reaktif dari kapasitor bank untuk menjaga kecepatan rotor pada generator agar tetap konstan berputar. Saat sistem dihubungkan dengan jala-jala, penggunaan capasitor bank dapat dikurangi untuk membuat dimensi sistem menjadi lebih kecil dan biaya perawatan menjadi lebih murah. Keunggulan utama sistem turbin angin jenis ini adalah :

1. 2. 3.

Robast Murah Sederhana/simpel

Generator induksi yang biasa digunakan adalah generator induksi rotor sangkar, generator yang paling murah dan mudah didapat. Sistem kendalinya sederhana yang hanya bekerja pada satu kecepatan putar saja, membuat kehandalan sistem ini sangat tinggi. Kelemahan sistem ini saat digunakan untuk karakteristik angin suatu daerah dengan kecepatan yang berubah-ubah setiap waktu adalah : 1. Pengkonversian energinya kurang maksimal. Perubahan torka secara signifikan tiap waktunya dapat

2.

menyebabkan rotor pada generator mengalami tegangan/stress.

Gambar 1 Sistem turbin angin kecepatan tetap II. SISTEM TURBIN ANGIN KECEPATAN BERUBAH (Variable Speed) Seiring dengan berkembangnya teknologi elektronika daya, para desainer mulai berpikir untuk menkonversikan energi angin semaksimal mungkin untuk setiap kecepatan angin yang berubah-ubah, sistem turbin angin seperti ini dikenal dengan istilah sistem turbin angin variable speed. Walaupun biaya investasi awal sistem turbin angin ini lebih mahal daripada sistem turbin angin fixed speed, namun perlu diingat bahwa energi angin yang diekstrasikannya lebih tinggi, maka harga jual listrik rata-rata per kWh nya masih bisa ditekan menjadi lebih murah. Selain itu, sistem ini juga memiliki beberapa keuntungan lain, diantaranya :

1. 2.

Menghilangkan stress pada torka . Dapat diaplikasikan pada sistem stand alone, atau

terisolasi dari jala-jala. Ada beberapa jenis sistem turbin angin variable speed yang ditawarkan sampai saat ini sebagai berikut : 1. Sistem I : Sistem variable speed dengan kendali resistansi

Gambar 2 Sistem variable speed dengan kendali resistansi

Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sistem ini antara lain :

Komponen yang ada dapat bertahan lebih lama, karena sistem ini lebih aman terhadap perubahan beban secara tiba-tiba.

Sedangkan kekurangan sistem ini adalah :

Belitan rotornya masih menggunakan slip ring, sehingga timbul rugi-rugi tambahan pada generator dan membutuhkan perawatan berkala.

Membutuhkan roda gigi, sehingga menimbulkan rugi-rugi gesek dan suara bising yang mengganggu lingkungan sekitar.

Menggunakan generator induksi-rotor belitan sehingga menimbulkan rugi-rugi tembaga pada rotor.

Hanya dapat mengekstrak daya pada range 5-10% diatas kecepatan nominalnya.

Harus dihubungkan ke kapasitor bank atau grid untuk menghasilkan daya keluaran.

2. Sistem 2 : Sistem variable speed dengan menggunakan generator induksi rotor sangkar

Gambar 3 Sistem variable speed dengan generator induksi rotor sangkar Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sistem ini antara lain :

Jangkauan kecepatan lebih luas dibandingkan sistem I. Sistem variable speed rotor sangkar ini dapat mengekstrak daya pada semua range kecepatan diatas kecepatan nominalnya.

Tidak menggunakan konverter untuk medan eksitasinya.

Tidak membutuhkan brush pada rotor sehingga sebagian rugi-rugi pada rotor dapat dihilangkan.

Teknologinya sudah terbukti handal.

Sedangkan kekurangan sistem ini adalah :

Membutuhkan roda gigi, sehingga menimbulkan rugi-rugi gesek dan suara bising yang mengganggu lingkungan sekitar.

Harus dihubungkan ke kapasitor bank atau grid untuk menghasilkan daya keluaran.

3. Sistem 3 :Sistem variable speed dengan menggunakan generator sinkron magnet permanen (direct drive)

Gambar 4 Sistem variable speed dengan generator sinkron magnet permanen Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sistem ini antara lain :

Jangkauan kecepatan kerja sistem tidak terbatas. Sistem variable speed direct-drive ini dapat mengekstrak daya pada kecepatan putar turbin berapapun.

Menghindarkan penggunaan roda gigi dengan menggunakan generator yang dapat beroperasi pada putaran rendah (multi-pole generator).

Tidak menggunakan brush, sehingga biaya perawatan komponen generator dan juga rugi-rugi daya pada rotor dapat dikurangi.

Tidak menggunakan konverter untuk medan eksitasinya. Menggunakan magnet permanen untuk membangkitkan tegangan, sehingga rugi-rugi daya pada rotor yang biasanya timbul pada generator rotor belitan dapat dihilangkan.

Sedangkan kekurangan sistem ini adalah :

Ukuran generator dapat menjadi besar dan berat. Membutuhkan magnet permanen yang mahal dan sulit diperoleh di Indonesia.

Sistem PLTB Kecepatan Rendah dan Berubah Tanpa Menggunakan Gearbox Kadek Fendy Sutrisna 5 September 2011 Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna Tenaga angin merupakan salah satu potensi yang belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia saat ini. Daya keluaran yang dapat dihasilkan untuk sebuah pembangkit listrik dari pemanfaatan energi angin (PLTB) adalah sebesar 1-100 kWatt. Pembangkit listrik dengan daya keluaran sebesar ini sebenarnya sangat cocok digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga/perkantoran di Indonesia. Alasan utama pembangkit listrik jenis ini belum berkembang karena kecepatan angin di Indonesia lebih rendah dan lebih berfluktuatif jika dibandingkan dengan kecepatan angin di Eropa ataupun di Jepang. Jadi dengan kata lain sebenarnya Indonesia tidak bisa mengadopsi langsung teknologi pembangkit listrik ini dari negara lain, dan harus mendesain sendiri sistem pembangkit listrik yang mampu mengkonversikan energi angin secara maksimal pada kecepatan angin yang rendah dan berubah-ubah, yang sesuai dengan karakteristik kecepatan angin di Indonesia. Perlu diketahui bahwa biasanya kecepatan putar turbin angin di Indonesia diantara 100-200 rpm. Untuk mengatasi kecepatan putar turbin angin yang rendah, biasanya digunakan komponen roda gigi untuk menyesuaikan dengan kecepatan putaran generator. Dan untuk mengatasi kecepatan angin yang berfluktuatif, biasanya turbin angin dioperasikan variable speed dengan mengunakan rangkaian elektronika daya. Pada artikel kali ini, akan dibahas tentang sistem PLTB kecepatan rendah berubah menggunakan generator permanen magnet. Semoga artikel ini bisa

dijadikan referensi untuk perkembangan pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia. Sistem Turbin Angin Direct-drive (Gearless / tidak menggunakan roda gigi) Alasan utama penulis mengajukan sistem tanpa gearbox karena penggunaan roda gigi dapat menimbulkan adanya gesekan pada saat mengkonversikan putaran rendah pada baling-baling menjadi putaran tinggi pada generator. Gaya gesekan yang timbul ini akan menyebabkan turbin angin bergetar takseimbang, terkadang menimbulkan polusi suara bising, dan tentu saja hal ini nantinya akan membutuhkan perawatan khusus dengan memberikan pelumas secara rutin. Sistem PLTB tanpa menggunakan gearbox (gearless wind turbine system) atau sering juga disebur direct drive, selain membuat efisiensi PLTB menjadi lebih tinggi diklaim juga dapat mengurangi polusi suara serta mengurangi biaya investasi awal dan perawatan pada sistem pembangkit listrik tenaga angin. Desain direct drive biasanya menggunakan generator sinkron rotor belitan atau generator sinkron magnet permanen. Alasannya karena kedua tipe generator ini memungkinkan untuk membuat generator dengan kutub banyak (perbanyak jumlah kutub rotor) yang kecepatan putarnya sesuai dengan putaran nominal turbin angin. Sayangnya generator kutub banyak ini hanya cocok untuk aplikasi PLTB daya kecil, karena semakin besar daya yang didesain akan menyebabkan generator menjadi lebih besar dan lebih berat. KESIMPULAN SEMENTARA : Untuk aplikasi PLTB berdaya rendah dan sedang, permasalahan penggunaangerabox dapat dieliminasi dengan mendesain generator kutub banyak yang menghasilkan listrik secara optimal pada kecepatan angin yang rendah. Solusi dari permasalahan ini adalah Indonesia harus menguasai teknologi pembuatan generator kutub banyak. Bagaimana dengan permasalahan kecepatan angin di Indonesia yang sangat berfluktuasi? Kecepatan angin di Indonesia sering melonjak selama beberapa saat sehingga membutuhkan desain sistem PLTB yang dapat menghasilkan daya keluaran generator maksimum pada kecepatan angin yang berubah-ubah.

Jika kita merancang generator pada satu kecepatan angin rendah (low fixed speed), generator tidak bisa mengkonversikan energi pada kecepatan angin yang tinggi untuk mengurangi resiko kerusakan generator. Sebaliknya, sistem PLTB yang biasanya dipasang di Indonesia memiliki efisiensi konversi energi yang rendah karena generator dirancang berputar pada kecepatan yang sedikit lebih tinggi dari kecepatan angin rata-rata. Kedua sistem PLTB ini bukan merupakan solusi sistem PLTB di Indonesia. Sistem Turbin Angin Direct Drive dan Variable Speed dengan Generator Sinkron Magnet Permanen Dari gambar terlihat bahwa sistem ini memerlukan generator magnet permanen berkutub banyak, penyearah dioda, konverter DC-DC, dan Inverter. Dengan sistem seperti ini memungkinkan untuk mendesain turbin angin dapat berputar pada kecepatan poros yang berubah-ubah.

Variable speed dan direct-drive menggunakan generator magnet permanen Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sistem ini antara lain :

Generator bekerja maksimum pada kecepatan angin yang berubahubah, atau dengan kata lain sistemvariable speed direct-drive ini dapat mengekstrak daya pada kecepatan putar turbin berapapun.

Menghindarkan penggunaan roda gigi / gearbox dengan menggunakan generator yang dapat beroperasi pada putaran rendah (multi-pole generator).

Tidak menggunakan brush, sehingga biaya perawatan komponen generator dan juga rugi-rugi daya pada rotor dapat dikurangi.

Tidak memerlukan sistem daya untuk medan eksitasinya.

Menggunakan magnet permanen untuk membangkitkan tegangan, sehingga rugi-rugi daya pada rotor yang biasanya timbul pada generator rotor belitan dapat dihilangkan.

Sedangkan kekurangan sistem ini adalah :


Ukuran generator dapat menjadi besar dan berat. Generator magnet permanen kutub banyak tidak dijual dipasaran secara umum, butuh keahlian khusus untuk mendesain generatornya.

Membutuhkan magnet permanen yang mahal dan sulit diperoleh di Indonesia.

Butuh keahlian khusus untuk mendesain rangkaian elektronika daya yang spesifik.

Wind Farm (1) : Solusi Pemanfaatan PLTB di Indonesia Kadek Fendy Sutrisna 13 Januari 2012 Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna Energi listrik adalah bentuk energi yang paling mudah untuk dikonversikan ke dalam bentuk energi lain, sehingga energi listrik adalah media yang digunakan untuk memindahkan energi dari satu tempat ke tempat lain untuk digunakan oleh aplikasi-aplikasi di tempat tersebut. Kemajuan pembangunan saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kelistrikan. Dengan adanya listrik maka perkembangan berbagai aspek kehidupan masyarakat akan relatif jauh lebih cepat, hal ini sangat terasa terutama di sektor pendidikan dan industri. Kedua sektor tersebut kini sangat bergantung pada listrik. Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa. Namun rasio elektrifikasi Indonesia masih sangat rendah dan infrastruktur kelistrikan terpusat di Pulau Jawa. Sebagai contoh, sampai saat ini Bali masih tergantung dengan jaringan listrik Jawa-Bali untuk pasokan energi listrik. Karenanya, ketika terjadi gangguan koneksi Jawa-Bali, dampaknya

sangat

besar

bagi

Bali

yang

notabene

berkembang

dalam

industri

kepariwisataannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah membangun pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil pada lokasi-lokasi domestik diluar pulau Jawa. Akan tetapi hal ini kurang tepat untuk dilakukan mengingat harga minyak dunia yang semakin melonjak dan tentunya bila ditinjau dari aspek lingkungan, pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil menimbukan polusi karbon yang cukup signifikan. Solusi kedua diantaranya adalah dengan lebih memanfaatan potensi energi terbarukan domestik yang dimiliki tiap-tiap daerah, seperti pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB), surya (PLTS), mikrohidro, geotermal. Sayangnya, banyak permasalahan yang dihadapi untuk mengimplementasikan pembangunan pembangkit listrik ini di Indonesia, antara lain masalah biaya, perawatan, ketersediaan dan teknologi. Selain itu, tanpa adanya jaringan interkoneksi yang menghubungkan seluruh pulau di Indonesia, renewable energyakan susah termanfaatkan secara efisien dan ekonomis. Ingat bahwa semua proyek renewable energy di Eropa dan Amerika sukses karena semua jaringannya terinterkoneksi. SOLUSI UNTUK PEMANFAATAN PLTB Sebagai salah satu contoh dapat dilihat dalam proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) yang saat ini gencar dipertanyakan. Dimana ketersediaan angin di Indonesia masih dipertanyakan unjuk kerjanya untuk dapat menghasilkan listrik yang kontinu pada kecepatan angin yang berubah-ubah dengan daya yang besar dan kualitas yang baik. Salah satu teknologi yang dapat mengatasi permasalahan ini adalah penggunaan sistem turbin angin direct-drive permanet magnet generator yang dapat menghasilkan listrik secara optimal pada rentang kecepatan angin rendah dan berubah-ubah. Sistem turbin angin ini walaupun dapat menyelesaikan masalah ketersediaan angin, namun ditinjau dari segi biaya masih cukup mahal untuk direalisasikan dalam skala besar. Sebaliknya, turbin angin bila lainnya, menggunakan namun harus teknologi fixed-speed terkoneksi induction dapat generator, walaupun biaya yang diperlukan paling murah diantara sistem pada grid agar

menghasilkan produksi daya yang optimal pada kecepatan angin yang berubah-ubah. Penulis artikel ini mengajukan untuk mencoba suatu sistem turbin angin hybrid antara direct-drive permanet magnet generator dan fixed speed induction generator yang bertujuan untuk mereduksi biaya yang dibutuhkan untuk membangun sistem PLTB skala besar. Sistem gabungan ini menggunakan teknologi direct-drive permanet magnet generator sebagai pengganti fungsi grid, dan secara bersamaan keuntungan biaya yang murah juga didapatkan dari penggunaan teknologi fixed speed induction generator. Disamping itu, dalam artikel ini juga diusulkan penggunaan komponen elektronika daya yang dapat mengoptimalkan produksi daya dan meminimalisir ukuran sistem yang diusulkan secara keseluruhan. Dalam hal ini penggunaan trafo diminimalisir karena dinilai membuat sistem menjadi semakin besar, mahal dan tentunya memiliki nilai susut daya yang cukup besar dibandingkan dengan menggunakan komponen elektronika daya yang diusulkan. Referensi sistem pembangkit hybrid tenaga bayu yang dibicarakan pada artikel ini adalah yang memiliki kapasitas diatas 0.5 MW. Tegangan kerja yang digunakan untuk mendistribusikan listrik ke pusat-pusat beban adalah 11 kV AC. Sistem ini cocok diaplikasikan untuk membangun desa mandiri. Semoga artikel ini dapat menjadi suatu langkah awal terhadap solusi dari permasalahan pemanfaatan energi angin di negara Indonesia.

Wind Farm (2) : Permasalahan dan Tantangan Wind Farm di Indonesia Kadek Fendy Sutrisna 13 Januari 2012 Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna Secara garis besar permasalahan yang harus diatasi pada desain sistem pembangkit listrik tenaga bayu, diantaranya dapat diringkas sebagai berikut :

1.

Karakteristik

kecepatan

angin

di

Indonesia yang

cenderung fluktuatif : hal ini menyebabkan sistem turbin angin yang didesain harus mampu menghasilkan listrik pada kecepatan angin berapapun.

2.

Mahal

: Penggunaan

teknologi

turbin

angin direct-drive

permanet magnet generator (agar dapat menghasilkan listrik secara optimal pada rentang kecepatan angin yang luas) membuat sistem turbin angin dengan skala besar menjadi mahal.

3.

Jaringan Indonesia belum ter-interkoneksi : Penggunaan

teknologi fixed-speed induction generatordapat menekan biaya instalasi PLTB, namun agar dapat menghasilkan daya aktif sistem ini harus terkoneksi grid. Kesimpulannya desain ini baru akan berhasil menghasilkan listrik secara ekonomis dan efisien apabila dikoneksikan dengan jaringan grid yang besar seperti sistem Jawa Madura Bali.

4.

Lokasi

pusat

beban

yang

jauh dengan

sumber

energi : Biasanya pada PLTB yang sudah ada masih terhubung langsung dengan pusat beban, sedangkan umumnya jarak antara lokasi PLTB dan pusat beban cukup jauh, karena belum tentu lokasi pada pusat beban memiliki potensi angin yang cukup memadai.

5.

Tegangan keluaran PLTB yang rendah : Dibutuhkan saluran

distribusi tegangan tinggi untuk membagikan daya listrik yang biasanya dapat dicapai dengan menggunakan trafo. Sayangnya penggunaan trafo membuat sistem pembangkit menjadi lebih besar, lebih mahal dan menghasilkan rugi-rugi tambahan yang cukup signifikan. TANTANGAN

1.
2. 3. 4.

Mendesain

sistem

turbin

angin

yang

dapat

beroperasi

secara stand-alone. Mendesain suatu sistem turbin angin yang dapat meminimalisir Mendesain sistem turbin angin dengan ketersediaan daya yang Merancang rangkaian elektronika daya yang dapat meminimalisir biaya dengan tingkat efisiensi yang baik. cukup tinggi. penggunaan trafo dan mengoptimalkan produksi daya PLTB.

Wind Farm (3) : Sistem Turbin Angin Kadek Fendy Sutrisna 13 Januari 2012 Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna Konversi energi angin Proses konversi energi listrik yang terjadi pada PLTB pertama kali bermula dari angin yang berhembus melalui turbin, lalu ditangkap oleh sudu yang kemudian digunakan untuk memutar rotor. Putaran rotor yang dihasilkan umumnya ditingkatkan putarannya dengan menggunakan roda gigi sebelum digunakan untuk memutar generator. Hingga tahap ini proses konversi hanya berupa proses mekanis. Daya mekanis yang ditangkap oleh sudu pada turbin dapat direpresentasikan secara matematis sebagai berikut:

dimana, (rho) angin adalah kerapatan angin persatuan luas, A rot adalah luas bidang yang terlingkupi sudu turbin, V angin adalah kecepatan angin, dan Cp adalah koefisien daya yang nilainya bergantung pada jari-jari rotor, kecepatan putar rotor, dan kecepatan angin:

Generator mengubah energi gerak menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip induksi magnetik. Pada tahap ini konversi daya memasuki tahap konversi elektris. Kualitas daya yang dihasilkan pada umumnya diatur dengan menggunakan komponen elektronika daya. Sehingga tegangan dan frekuensi keluaran generator dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan. Apabila energi listrik yang dihasilkan ingin ditransmisikan melalui grid karena jarak pusat beban dan PLTB cukup jauh, maka tegangan nominal perlu dinaikkan untuk mengurangi susut daya yang terjadi pada saluran transmisi/distribusi. Demikian sebaliknya pada saat energi lsitrik tersebut

didistribusikan

pada

konsumen

(beban),

tegangan

nominalnya

perlu

diturunkan kembali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1 Aliran Konversi Energi PLTB Sistem induksi Pada awal sejarah digunakannya PLTB sebagai pembangkit listrik, teknologi fixed-speed terkoneksi griddengan menggunakan generator induksi rotor sangkar banyak digunakan (gambar 2). Alasan utama sistem ini banyak dipakai karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya sangat murah, kokoh, dan sederhana. Selain itu juga, keuntungan dalam mengekstrak energi secara optimal tanpa menggunakandummy load pada kondisi beban rendah juga didapatkan pada sistem turbin angin ini, karena sudah terhubung grid. Konsep fixed-speed mengandalkan konsep kendali yang dapat menjaga kecepatan putar sudu turbin pada kecepatan putar konstan. Karena itu, sistem ini dirancang untuk mengekstrak energi angin secara optimal pada satu tingkat kecepatan angin saja. Hal ini tentunya akan menjadi kekurangan utama dalam aplikasi PLTB, karena seperti kita ketahui profil kecepatan angin dapat berubah cepat dalam orde detik. Pada kasus ini, efek nyata dari penggunaan sistem turbin angin sangat terasa pada produksi daya yang dihasilkan oleh PLTB per tahunnya jika dibandingkan sistem turbin angin lainnya. turbin angin fixed-speed terkoneksi grid dengan generator

Gambar 2 Sistem Turbin Angin Fixed-Speed Terkoneksi Grid Dengan Generator Induksi Sistem turbin angin ini hanya menggunakan komponen elektronika softstarter yang digunakan untuk mengurangi dampak inrush current (gambar 3) yang terjadi pada saat pertama kali generator mulai terhubung dengan grid. Pencegahan inrush current ini harus dilakukan karena bila tidak ditangani akan menyebabkan frekuensi dan tegangan grid akan berubah secara drastis dan akan mempengaruhi stabilitas komponen yang terhubung dengannya.

Gambar 3 Inrush Current Selain itu, apabila grid yang terpasang pada sistem turbin angin lemah (memiliki suplai daya reaktif yang rendah), sisi keluaran generator harus terhubung dengan kapasitor bank untuk membantu suplai daya reaktif yang dibutuhkan generator agar dapat menghasilkan daya aktif. Sistem turbin angin direct-drive dengan generator sinkron magnet permanen Perkembangan terakhir dari teknologi sistem turbin angin yang ada saat ini sudah banyak menggunakan komponen generator putaran rendah permanen magnet untuk menghindari penggunaan roda gigi (gambar 4). Penggunaan

roda gigi (gearbox) dinilai merugikan karena menimbulkan rugi-rugi daya tambahan pada PLTB dan memerlukan perawatan, pelumasan secara berkala. Selain itu, nilai lebih dari sistem ini terletak pada kemampuannya mengkonversikan energi listrik secara optimal pada rentang kecepatan angin berapapun. Rugi-rugi eksitasi generator pada sistem turbin angin juga dapat dihilangkan dengan penggunaan permanen magnet yang notabene tidak menghasilkan arus muatan. Sistem ini sudah teruji kehandalannya baik pada saat beroperasi dengan grid maupun tidak (stand-alone). Akhirnya, dari penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, sistem turbin angin ini teruji paling baik dari segi efisiensi dan produksi daya per tahunnya. Sayangnya, dari kelebihan-kelebihan yang telah dikemukakan sebelumnya terdapat beberapa kerugian yang membuat para developer PLTB menghindari penggunaan sistem direct-drive, diantaranya karena biaya investasi yang dibutuhkan jauh lebih mahal dari sistem turbin angin lainnya. Disamping itu, untuk dapat menghasilkan daya yang optimal pada kecepatan angin yang rendah (<100 rpm) ukuran sistem ini memiliki dimensi yang lebih besar dibandingkan sistem lainnya, sehingga diperlukan pembangunan infrastruktur tambahan yang tentunya juga berimplikasi pada bertambahnya biaya yang diperlukan.

Gambar 4 Sistem Turbin Angin Direct-Drive Terkoneksi Grid Dengan Generator Putaran Rendah Magnet Permanen

Wind Farm (4) : Mendesain Wind Farm Kadek Fendy Sutrisna 15 Januari 2012

Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna Pada aplikasi pemanfaatan energi angin ke energi listrik dalam skala besar, biasanya dilakukan dengan cara membangun wind farm yang setiap turbin anginnya dikoneksikan pada satu bus yang sama. Beberapa turbin angin dipasang di setiap sisi ladang (farm) sehingga mampu menghasilkan listrik dari potensi angin lokal secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan pusat beban. Ada beberapa permasalah teknis yang perlu dibahas lebih detail dalam mendesain turbin angin, yaitu sebagai berikut : Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain :

Menentukan

tinggi

dari

turbin

angin

Semakin

tinggi

kita

memasang turbin angin maka kecepatan anginnya semakin besar. Namun semakin tinggi turbin semakin besar pula biaya yang dibutuhkan untuk membangun tower turbin. Rata-rata tinggi suatu turbin angin adalah 30 50 meter.

Menentukan jarak antara setiap turbin angin pada wind farm Terlalu jauh atau terlalu dekat pemasangan turbin angin pada wind farm akan menyebabkan produksi energi listrik yang dihasilkan wind farm tidak sebanding dengan biaya pembangunannya dan energi yang dikonversikan pada wind farmtersebut. Apabila turbin angin dibangun pada jarak yang terlalu jauh maka pemanfaatan potensi angin pada tempat tersebut akan tidak optimal. Sementara jika jarak antar turbin angin dibangun terlalu dekat, dapat terjadi turbulensi pada turbin. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar 1, jarak vertikal ideal antara satu turbin angin dan yang lainnya adalah sebesar 5 kali diameter balingbaling. Sedangkan jarang horisontalnya adalah 7 kali diameter balingbaling turbin.

Gambar 1 Mendesain jarak antar turbin angin yang ideal

Penempatan lokasi PLTB Tidak semua lokasi pada suatu daerah cocok untuk dibangun PLTB. Agar mampu menghasilkan energi angin yang besar perlu diadakan survey pada setiap daerah untuk mengetahui potensi angin lokalnya. Biasanya kecepatan angin pada suatu daerah juga akan semakin besar pada setiap ketinggian tertentu.

Gambar 2 Data kecepatan angin tahunan di seluruh wilayah Indonesia

Kerapatan udara/angin - Kerapatan udara merupakan fungsi dari temperatur dan tekanan udara yang angkanya tidak dapat diperkirakan secara eksak. Kerapatan udara rata-rata adalah 800 kali lebih rendah dibanding dengan kerapatan air. Sebagai contoh didaerah puncak gunung memiliki kecepatan angin yang tinggi namun semakin tinggi gunung semakin mengurangi kerapatan udara di daerah tersebut. Angka kerapatan udara yang biasa digunakan dalam mendesain turbin angin adalah sebesar 0,1 0,5.

Wind Farm (5) : Desain Sistem turbin angin hybrid Untuk Lokasi Yang Terisolasi Kadek Fendy Sutrisna 17 Januari 2012

Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna Sistem hybrid yang dimaksud artikel disini merupakan gabungan antara sistem turbin angin fixed-speed dandirect-drive dimana dalam aplikasinya direncanakan untuk bekerja pada platform lokasi terisolasi, yaitu pada desa dimana belum terpasang jaringan PLN dan tentunya memiliki potensi energi angin yang cukup baik. Dalam hal ini, beberapa keunggulan yang terdapat pada sistem fixed-speed akan digabungkan dengan sistemdirect-drive. Seperti kita ketahui pada artikel sebelumnya, sistem fixed-speed bekerja optimal pada saat terhubung dengangrid untuk membentuk profil tegangan dan frekuensi yang stabil yaitu 380 V, 50 Hz. Hal ini disebabkan karena generator induksi selalu membutuhkan daya reaktif pada saat beroperasi. Sayangnya, pada lokasi terisolasi, grid ini tidak tersedia. Penggunaan kapasitor bank diusulkan untuk menggantikan peran griddalam hal mensuplai daya reaktif yang dibutuhkan. Namun dalam aplikasinya, apabila pusat beban bersifat induktif (memerlukan suplai daya reaktif yang besar) akan timbul permasalahan baru pada sistem ini. Permasalahan timbul karena pusat beban yang bersifat induktif memaksa kapasitor untuk membagi suplai daya reaktifnya menuju beban dan generator pada waktu bersamaan. Akibatnya, generator akan kekurangan suplai daya reaktif untuk menghasilkan daya aktif yang dibutuhkan oleh beban seperti yang ditunjukkan oleh gambar 1.

Gambar 1 Aliran daya reaktif saat turbin angin generator induksi dihubungkan dengan beban yang induktif Beberapa cara telah diusulkan peneliti untuk menggunakan baterai sebagai komponen penyimpan energi pada sistem turbin angin fixed-speed apabila generator menghasilkan daya yang berlebih. Nantinya, energi yang tersimpan pada baterai ini dapat digunakan pada saat terjadi konsumsi daya reaktif

berlebih pada beban. Dalam hal ini, penggunaan baterai akan menggantikan peran kapasitor bank untuk mensuplai daya reaktif yang dibutuhkan oleh pusat beban. Walaupun baterai dapat mengatasi masalah kebutuhan suplai daya reaktif yang dibutuhkan oleh pusat beban, namun dibutuhkan kapasitas baterai yang sangat besar untuk menjamin kehandalan sistem dalam jangka waktu yang lama. Sistem turbin angin hybrid disini juga diajukan untuk mengatasi kendala yang terjadi pada sistem turbin angin fixed-speed dengan baterai, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada sistem hybrid yang diajukan, kekurangan sebelumnya dapat diatasi dengan hadirnya sistem turbin angin direct-drive. Sistem turbin angin direct-dirve yang dipakai pada penelitian ini berfungsi sebagai pengganti peran grid yang dibutuhkan generator induksi. Selain itu, penggunaan kapasitor bank pada sistem turbin angin hybrid dapat dieliminasi sehingga dapat mereduksi ukuran sistem secara keseluruhan. Kapasitas baterai yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar dibandingkan dengan sistem terdahulu, sehingga dapat mereduksi biaya penyediaan baterai yang tentunya cukup mahal. Fitur tambahan juga diusulkan pada sistem turbin angin hybrid untuk mengurangi penggunaan trafo pada sisi PLTB sistem direct-drive, yaitu menggunakan topologi konverter DC-DC yang mampu beroperasi pada rasio tegangan yang tinggi. Dengan fitur ini efisiensi, ukuran, biaya yang dibutuhkan oleh sistem dapat direduksi secara signifikan. Pada akhirnya, sistem hybrid yang diusulkan dapat meningkatkan nilai ekonomis, efisiensi, produksi daya per tahun dari sistem turbin angin yang sudah ada sebelumnya. Secara ringkas fitur-fitur yang digunakan pada sistem hybrid yang diusulkan dapat dirangkum sebagai berikut :

1.
2. 3.

Handal pada saat beroperasi pada lokasi terisolir (belum Menggunakan baterai dengan kapasitas yang tidak terlalu besar. Menghilangkan pengunaan kapasitor bank.

ada grid).

4.

Menggunakan generator permanen magnet sehingga terjadi

reduksi susut daya karena topologi generator ini tidak lagi menggunakan komponen gearbox. 5. 6. Mengurangi penggunaan trafo. PLTB dapat dibangun berjauhan dengan pusat beban, karena

sudah terdapat saluran distribusi lokal.

Gamb ar 2 Sistem turbin angin hybrid Kondisi dan Permasalahan Energi di Indonesia Kadek Fendy Sutrisna 2 Januari 2012 Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna Menurut Outlook Energi Nasional 2011, dalam kurun waktu 2000-2009 konsumsi energi Indonesia meningkat dari 709,1 juta SBM (Setara Barel Minyak/BOE) ke 865,4 juta SBM. Atau meningkat rata-rata sebesar 2,2 % pertahun. Konsumsi energi ini sampai akhir tahun 2011, terbesar masih

dikuasai oleh sektor industri, dan diikuti oleh sektor rumah tangga, dan sektor transportasi.

Gambar 1 Grafik laju konsumsi energi per sektor Dari sektor ketenagalistrikan, saat ini pembangkit listrik di Indonesia masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya batubara. Sedangkan daerah yang masih mengalami kekurangan daya listrik seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Nusa Tenggara, dan Papua pembangkit listriknya masih menggunakan BBM, yang dalam komponen biaya pembangkitan masih merupakan komponen terbesar. Berikut ini adalah ilustrasi hitungan BPP listrik yg dilakukan oleh Direktorat Jenderal LPE ESDM tahun 2010 (sudah diaudit oleh BPK) sebagai berikut : Jenis Pembangkitan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. IPP Rp. 580,83 /kWh PLTAir Rp. 149,21 /kWh PLTUap Rp. 622,91 /kWh PLTDiesel Rp. 4.796,11 /kWh PLTGas Rp. 1.642,06 /kWh PLTPanasbumi Rp. 776,09 /kWh PLTGU Rp. 813,27 /kWh

Biaya rata-rata Rp. 817,69 /kWh

1. 2. 3. 4.

Pada Transmisi HV Rp. 874,61 /kWh Pada Jaringan TM Rp. 928,95 /kWh Pada Jaringan TR Rp. 1.074,48 /kWh BPP rata-rata Rp. 1.008,29 /kWh ( th.2010 ) pengurangan

Saat ini, selain meningkatkan rasio elektrifikasi Indonesia,

pemakaian BBM untuk pembangkitan listrik juga menjadi tujuan utama pemerintah. Dari tabel 1 dibawah ini terlihat bahwa dari tahun 2008-2009 pemerintah berusaha mengurangi pemakaian BBM dengan cara mempercepat pembangunan PLTU batubara dan gas bumi. Saat ini pemerintah juga sudah melarang direktur utama PT. PLN untuk membangun pembangkit listrik berbahan bakar BBM lagi di seluruh wilayah Indonesia. Tabel 1 Pemakaian bahan bakar pembangkit listrik PLN

MENGHEMAT ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN LISTRIK Di era modern ini, semua orang mengetahui bahwa dengan menggunakan energi listrik kita bisa menghasilkan berbagai macam bentuk energi. Kemajuan teknologi membuat beberapa peralatan listrik menjadi lebih efektif dan efisien. Indonesia kaya akan sumber energi, namun kapasitas listrik terpasangnya sangatlah rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Padahal

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk peringkat ke-4 terbanyak di dunia. Inilah penyebab utama Indonesia menjadi negara yang boros akan penggunaan energi.

Gambar 2 Konsumsi energi listrik dan kapasitas terpasang di setiap negara LAJU PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA Dalam kurun waktu 2000-2009, Indonesia telah membangun pembangkit listrik dengan laju pertumbuhan sebesar 2,4% pertahun. Selama kurun waktu tersebut, PLTU Batubara dan PLTGU mendominasi kapasitas pembangkit listrik nasional dengan pangsa sebesar 33% dan 30%. Selama 9 tahun tersebut PLTA, PLTP, dan PLTD juga berkembang dengan laju pertumbuhan berturut turut sebesar 1,7%, 1,6% dan 1,7%. PLTG mengalami perkembangan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan sebesar 8,8%. Tabel 2 Laju peningkatan kapasitas pembangkit listrik PLN dan IPP

Menurut Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasioanl (RUKN) 2010-2030, dalam kurun 20 tahun ke depan Indonesia memerlukan tambahan tenaga listrik kumulatif sebesar 172 GW. Dari jumlah itu, 82% (sekitar 142 GW) diantaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan Jawa-Madura-Bali (JAMALI). Tambahan kapasitas PLTU Batubara mencapai pangsa sekitar 79% atau mendominasi dengan total penambahan kapasitas sebesar 116,4 GW. Tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) selama kurun waktu tersebut adalah sebesar 3,8 GW.

Gambar 3 Rencana tambahan kapasitas pembangkit listrik Indonesia dalam rentang waktu 2010-2030 TUJUAN UTAMA : MENGURANGI SUBSIDI PEMERINTAH

Permasalahan di bidang energi muncul saat kita mulai membicarakan subsidi BBM dari pemerintah. Indonesia mengalami kerugian berlipat-lipat dari program subsidi BBM untuk sarana transportasi saja, antara lain : (1) Devisa negara melayang dipakai untuk membeli minyak (2) Devisa negara melayang dipakai untuk subsidi BBM (3) BBM yang bersubsidi hanya dipakai oleh golongan menengah ke atas untuk menghadapi kemacetan di jalan raya perkotaan. Oleh karena itu, untuk pembangkitan listrik Indonesia harus mampu mengurangi ketergantungan terhadap pembangkit listrik berbahan bakar BBM. Sebagai contoh untuk memenuhi kebutuhan listrik di Wamena, pemerintah mengangkut solar menuju pembangkit listrik dengan menggunakan pesawat udara. Harga solar yang seharusnya Rp. 6.000/liter itu, harganya membengkak menjadi 16.000/liter. Atau dengan kata lain, biaya pengiriman solar ke Wamena tiap bulan saja menghabiskan jika uang biaya sebesar rata-rata itu sebesar RP. 1.132.362.000,00. Bayangkan digunakan untuk

membangun infrastruktur di Wamena. Untuk sekedar diketahui bahwa dalam kurun waktu 2004-2010 rata-rata subsidi BBM Indonesia adalah sebesar 90 trilyun rupiah. Sedangkan subsidi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun mencapai sekitar 20 kali lipat dari tahun 2004.

Gambar 4 Besarnya subsidi BBM dan listrik setiap tahun Selain itu hampir setiap tahunnya subsidi BBM menunjukan suatu pola bahwa realisasinya selalu lebih tinggi dari perhitungan anggaran yang sudah direncanakan di APBN. Hal ini menunjukkan bahwa masih lemahnya mekanisme dalam perhitungan dan monitoring subsidi BBM maupun listrik. Subsidi yang dialokasikan sebenarnya masih belum tepat jumlah dan tepat sasaran. Jika kebijakan subsidi terus diterapkan, dan masyarakat masih saja boros menggunakan BBM dan listrik sesuai pola yang ada sekarang hingga tahun 2030, maka secara kumulatif diperlukan dana subsidi sebesar 3000 trilyun Rupiah (undiscounted cost)

Gambar 5 Subsidi BBM dan listrik dalam APBN dan realisasinya setiap tahun KESIMPULAN Proyek percepatan pembangunan pembangkit listrik di Indonesia harus didukung oleh setiap lapisan masyarakat. Jangan ada lagi daerah yang menolak tempatnya dibangun pembangkit-pembangkit listrik skala besar nonBBM. Sebaliknya, pemerintah daerah jangan lagi mengijinkan pihak swasta untuk membangun proyek pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar BBM untuk menyelesaikan masalah krisis listrik di daerahnya. Seluruh wilayah di Indonesia harus dapat menikmati listrik secara berkecukupan agar pertumbuhan ekonomi di setiap daerah bisa meningkat dengan merata. Tugas selanjutnya setelah semua daerah di Indonesia terlistriki adalah membuat sistem interkoneksi yang menghubungkan seluruh pulau di Indonesia. Apabila percepatan pembangunan infrastruktur kelistrikan ini berjalan dengan baik, hal ini memungkinkan kita untuk menghemat energi nasional.

Gam bar 3 Cara kerja PLTB hybrid ASVC kompesator pada gambar 3 berguna untuk menggantikan peran kapasitor masih bank sebagai kompensator daya reaktif keluaran untuk sistem fixed untuk speed dari PLTB. ASVC diupayakan terkoneksi pada salah satu busbar yang terhubung dengan masing-masing generator sistem fixed-speed. Dengan cara seperti ini, ASVC selain dapat mensuplai daya reaktif ke masing-masing turbin angin, diharapkan juga komponen ini mampu mengendalikan faktor daya mendekati satu pada busbar yang terkoneksi. Topologi dari komponen ini dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini. Seperti terlihat pada gambar komponen dasar dari topologi ini adalah inverter dan baterai.

Gambar 4 ASVC

Kaskus.us Sejarah Kincir Angin Spoiler for kincir angin:

Sebetulnya, kincir angin yang pertama kali digunakan adalah di Persia pada abad 5. Kemudian kincir angin tersebut menyebar ke seluruh Eropa. Di Belanda sendiri, kincir angin digunakan pertama kali sekitar abad 13. Pada saat itu, masih banyak lokasi di Belanda yang masih berada di bawah air. Dengan

menggunakan kincir air yang ada di dalam bangunan kincir angin tersebut, air yang ada di tanah Belanda dialihkan, disalurkan dan dibendung sehingga kita bisa melihat saat ini tidak banyak air di sini. Selanjutnya, tanah yang masih sedikit basah dikeringkan dengan kincir angin. Dengan adanya perkembangan teknologi dan arsitektur, penggunaan kincir angin pun juga berkembang. Sekitar abad 17, banyak terjadi revolusi di negara-negara Eropa. Karena faktor tersebut, masyarakat di Belanda menggunakan kincir angin untuk kepentingan lain. Tidak hanya digunakan sebagai alat untuk mengalihkan dan membendung air, kincir angin juga dipergunakan sebagai salah satu sarana pembantu dalam bidang pertanian dan industri. Kincir angin memang memegang peran penting dalam berbagai bidang di negara ini. Quote: Jenis-jenis dan kegunaannya Spoiler for macam2 kincir angin:

Walaupun semua kincir angin di Belanda hampir terlihat sama, sebenarnya terdapat berbagai jenis dari kincir angin tersebut. Menurut fungsinya, kincir angin dibagi menjadi dua jenis yaitu kincir angin untuk kepentingan industri dan kincir angin untuk penyaluran air. Kincir angin untuk kepentingan industri terdapat banyak jenisnya dan mereka diberi nama sesuai dengan penggunaan mereka, contohnya kincir angin untuk menggergaji (sawmill red.) atau kincir angin untuk menggiling jagung (cornmill red.). Jenis kincir angin yang paling tua adalah kincir angin standar (standaardmolen atau postmill dalam bahasa inggrisnya). Kincir angin ini dapat menangkap dan mengalihkan banyak angin dan terlebih lagi dengan kincir air yang terpasang di dalamnya, dapat membantu proses pengalihan dan pengeringan air lebih cepat. Oleh karena itu, kincir angin tipe ini banyak ditemukan di pusat kota di Belanda, karena bermanfaat sekali untuk proses pengalihan angin dan air. Masih banyak jenisjenis lain dari kincir angin, seperti contohnya kincir angin kecil (wipmolen, red.) dan menara kincir angin (torenmolen, red.) Spoiler for kincir angin penumbuk beras:

Banyak kegunaan dari sebuah kincir angin.. Pada awalnya, kincir angin digunakan untuk membantu proses irigasi, menggiling hasil panen, dan kadang juga digunakan sebagai sarana informasi: kalau anggota keluarga si pemilik kincir angin meninggal, maka posisi kincir menyimpang dari biasanya. Fungsi dari kincir angin pun sekarang bertambah, tidak hanya sebagai tempat obyek wisata, kincir angin juga mempunyai berbagai macam kegunaan, antara lain untuk mengalihkan air dan angin, mengasah kayu, memproduksi kertas, mengeluarkan minyak dari biji, dsb. Quote: Perawatan kincir angin Spoiler for bagian2 kincir Angin:

Perawatan dan pembaharuan dilakukan di beberapa bagian, seperti di bagian kincir, atau atap. Bagian kincir perlu diperbaharui setiap 30 tahun, bagian atap setiap 60 tahun dan bagian yang berbahan dasar kayu harus diganti setiap 1020 tahun. "Dalam perawatannya, sebuah kincir angin memang membutuhkan banyak waktu dan membutuhkan kurang lebih 7000 euro dalam setahun. Tetapi hanya 4000 euro yang dapat diberikan oleh pemerintah dan beberapa donor untuk kincir angin ini," tegas Henk Berends, seorang pakar dalam bangunan

kincir angin. Quote: Obyek wisata kincir angin Spoiler for objek wisata:

Bagi kamu yang ingin melihat lebih dekat berbagai kincir angin yang ada di Belanda ini, kamu dapat berkunjung ke banyak tempat yang mempertunjukkan kincir angin tersebut. Tim ZP merekomendasikan kamu untuk berkunjung ke Zaanse Schans atau Kinderdijk. Berikut ini sedikit keterangan tempat wisata tersebut. Zaanse Schans Di Zaanse Schans ini, kamu bisa menemukan banyak jenis kincir angin. Kabarnya, kincir angin yang berada di Zaanse Schans ini membantu proses pengalihan air di daerah Belanda Utara (Noord-Holland, red.). Di sini kamu dapat melihat cara kerja kincir angin dalam mengalihkan air dan segala atraksi seperti pembuatan keju, pembuatan sepatu kayu (klompen red.), dll. Tiket masuk lokasi gratis, tetapi di setiap atraksi, kamu akan diberi harga yang berbeda-beda. Untuk informasi selanjutnya silahkan melihat diwww.zaanseschans.nl/ Kinderdijk Kincir angin yang berada di Kinderdijk kebanyakan digunakan sebagai alat

pemompa air. Dari 1000 yang tersisa di Belanda, 19-nya berada di Kinderdijk. Kincir angin tersebut tertata rapi sehingga menghasilkan pemandangan menarik untuk pengunjungnya. Banyak lukisan dan fotografi di buat di sini, karena lokasi ini sangatlah indah untuk dilihat terutama pada saat matahari terbenam. Kamu bisa berjalan kaki atau naik sepeda untuk melihat sekeliling lokasi ini dan jangan lupa untuk mengabadikannya! Para pengunjung tidak dikenakan biaya, tetapi jika kamu ingin melihat pengoperasian dari kincir angin yang ada di sini, mereka mengenakan biaya sebesar 3 EUR. Informasi lebih lengkap di www.kinderdijk.nl/ Kalo pingin murah, kamu juga bisa datang ke kincir angin yang dimiliki oleh perseorangan. Setiap hari Sabtu pertama dalam setiap bulan atau setiap tanggal 13 Mei, yang merupakan hari kincir angin, mereka akan membuka kincir angin mereka untuk umum. Namun, rata-rata pemilik kincir angin ini membukannya setiap hari, karena mereka bangga akan kincir angin mereka dan mereka biasanya memberikan keterangan tentang cara kerja dari kincir angin tersebut. Quote: Cara kincir Angin bekerja Spoiler for kincir angin:

Spoiler for Bagian2 kincir Angin:

Kincir angin merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Awal mulanya kincir angin digunakan pada zaman babilonia untuk penggilingan padi.

Penggunaan teknologi modern dimulai sekitar tahun 1930, diperkirakan ada sekitar 600.000 buah kincir angin untuk berbagai keperluan. Saat ini kapasitas daya yang dihasilkan kincir angin skala industri antara 1 - 4 mw.

Cara kincir angin bekerja sangat sederhana yaitu: * Angin akan meniup bilah kincir angin sehingga bilah bergerak * bilah kincir angin akan memutar poros didalam nacelle * Poros dihubungkan ke gearbox, di gearbox kecepatan perputaran poros ditingkatakan dengan cara mengatur perbandingan roda gigi dalam gearbox * gearbox dihubungkan ke generator. generator merubah energi mekanik menjadi energi listrik * dari generator energi listrik menuju transformer untuk menaikan tegangannya kemudian baru didistribusikan ke konsumen

Id.wikipedia.org Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu banyak dibangun di Denmark, Belanda, dan negaranegara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan Windmill. Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun sampai saat ini pembangunan turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensonal (Contoh: PLTD,PLTU,dll), turbin angin masih lebih dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam tak

terbaharui (Contoh : batubara, minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik. Perhitungan daya yang dapat dihasilkan oleh sebuah turbin angin dengan diameter kipas r adalah :

dimana

adalah kerapatan angin pada waktu tertentu dan

adalah kecepatan angin pada waktu tertentu. Umumnya daya efektif yang dapat dipanen oleh sebuah turbin angin hanya sebesar 20%-30%. Jadi rumus di atas dapat dikalikan dengan 0,2 atau 0,3 untuk mendapatkan hasil yang cukup eksak. Prinsip dasar kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir, lalu putaran kincir digunakan untuk memutar generator, yang akhirnya akan menghasilkan listrik. Sebenarnya prosesnya tidak semudah itu, karena terdapat berbagai macam sub-sistem yang dapat meningkatkan safety dan efisiensi dari turbin angin, yaitu : 1. Gearbox Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran tinggi. Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1:60. 2. Brake System Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi listrik maksimal pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan. Kehadiran angin diluar diguaan akan menyebabkan putaran yang cukup cepat pada poros generator, sehingga jika tidak di atasi maka putaran ini dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih diantaranya : overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus karena tidak dapat menahan arus yang cukup besar. 3. Generator Ini adalah salah satu komponen terpenting dalam pembuatan sistem turbin

angin. Generator ini dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya dapat dipelajari dengan menggunakan teori medan elektromagnetik. Singkatnya, (mengacu pada salah satu cara kerja generator) poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetik permanen. Setelah itu disekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisisnya adalah kumparan-kumparan kawat yang membentuk loop. Ketika poros generator mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang akhirnya karena terjadi perubahan fluks ini akan dihasilkan tegangan dan arus listrik tertentu. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa AC(alternating current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih sinusoidal. 4. Penyimpan energi Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang hari angin akan selalu tersedia) maka ketersediaan listrik pun tidak menentu. Oleh karena itu digunakan alat penyimpan energi yang berfungsi sebagai back-up energi listrik. Ketika beban penggunaan daya listrik masyarakat meningkat atau ketika kecepatan angin suatu daerah sedang menurun, maka kebutuhan permintaan akan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu kita perlu menyimpan sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada saat turbin angin berputar kencang atau saat penggunaan daya pada masyarakat menurun. Penyimpanan energi ini diakomodasi dengan menggunakan alat penyimpan energi. Contoh sederhana yang dapat dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki mobil. Aki mobil memiliki kapasitas penyimpanan energi yang cukup besar. Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga (kurang lebih) selama 0.5 jam pada daya 780 watt. Kendala dalam menggunakan alat ini adalah alat ini memerlukan catu daya DC (Direct Current) untuk meng-charge/mengisi energi, sedangkan dari generator dihasilkan catu daya AC (Alternating Current). Oleh karena itu diperlukan rectifier-inverter untuk mengakomodasi keperluan ini. Rectifier-inverter akan dijelaskan berikut.

5. Rectifier-inverter Rectifier berarti penyearah. Rectifier dapat menyearahkan gelombang sinusodal(AC) yang dihasilkan oleh generator menjadi gelombang DC. Inverter berarti pembalik. Ketika dibutuhkan daya dari penyimpan energi(aki/lainnya) maka catu yang dihasilkan oleh aki akan berbentuk gelombang DC. Karena kebanyakan kebutuhan rumah tangga menggunakan catu daya AC , maka diperlukan inverter untuk mengubah gelombang DC yang dikeluarkan oleh aki menjadi gelombang AC, agar dapat digunakan oleh rumah tangga. Daftar isi [sembunyikan]
o

1 Jenis turbin angin 1.1 Turbin angin sumbu 1.1.1 Kelebihan TASH 1.1.2 Kelemahan TASH 1.2 Turbin Angin Sumbu 1.2.1 Kelebihan TASV 1.2.2 Kekurangan TASV horizontal
o

Vertikal

[sunting]Jenis turbin angin Jenis turbin angin ada 2, yaitu : 1. Turbin angin sumbu horizontal Turbin angin sumbu tegak (misalnya turbin angin Darrieus)

2.

[sunting]Turbin angin sumbu horizontal

Turbin angin megawatt pertama di dunia berada di Castleton, Vermont Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar. Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan. Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah

tiupan mereka dan dengan demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah-bilah itu. [sunting]Kelebihan TASH

Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat

di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju dan arah angin antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di dalam atmosfer bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%. [sunting]Kelemahan TASH

Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90

meter sulit diangkut. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa mencapai 20% dari seluruh biaya peralatan turbin angin.

TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang sangat Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah TASH yang tinggi bisa memengaruhi radar airport. Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang TASH membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk

tinggi dan mahal serta para operator yang tampil.

yang berat, gearbox, dan generator.


mengganggu penampilan lansekap.

disebabkan oleh turbulensi.

membelokkan kincir ke arah angin. [sunting]Turbin Angin Sumbu Vertikal

Turbin angin Darrieus30 m di Kepulauan Magdalen Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah. Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar. Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini

merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi angin yang minimal. [sunting]Kelebihan TASV

Tidak membutuhkan struktur menara yang besar. Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw. Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang

pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.

terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.

Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak

atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASH.

TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH. TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan

Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10km/jam (6 m.p.h.)

putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus sangat kencang.

TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari

dilarang dibangun.

berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin (seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit),

TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah. Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.

[sunting]Kekurangan TASV

Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi TASH

karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.

TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya

kencang di elevasi yang lebih tinggi.

membutuhkan energi untuk mulai berputar.

memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup.

You might also like