You are on page 1of 6

Hukum Membayar Hutang Puasa Wajib, Sekaligus Puasa Sunnah Monday, 02 March 2009 Assalamu'alaikum Wr.

Wb Ustadz, saya mau tanya, bagaimana hukumnya jika kita niat membayar hutang puasa wajib dibarengi sekalian dengan puasa sunnah. Contohnya saya hutang puasa Ramadhan 6 hari karena halangan. Lalu saya bayar hutang puasa Ramadhan berbarengan dengan puasa sunah Syawal dengan mendahulukan niat bayar Ramadhan daripada puasa Syawal. Apa puasa saya diterima atau sah? Wassalamu'alaikum Wr. Wb. (Dwi Hapsari, Sumedang) Dwi Hapsari yang berbahagia, dalam hadits diterangkan bahwa pahala orang yang berpuasa Ramadhan dan enam hari di bulan Syawal sama pahala dengan puasa setahun. Karena satu pahala kebaikan nilainya sama dengan sepuluh kali kebaikan (QS Al-An'am:160). Jika satu kebaikan dihitung sepuluh pahala, berarti puasa Ramadhan selama satu bulan dihitung sepuluh bulan. Dan puasa enam hari di bulan Syawal dihitung dua bulan. Jadi total jumlahnya adalah satu tahun. Sebagian ulama memperbolehkan tidak harus berturut-turut enam hari, namun pahalanya sama dengan yang melaksanakannya secara langsung setelah hari raya. Puasa Syawal juga boleh dilakukan di pertengahan atau di akhir bulan Syawal. Hikmah disyari'atkannya puasa enam hari di bulan Syawal adalah sebagai pengganti puasa Ramadhan yang dikhawatirkan ada yang tidak sah. Demikian juga untuk menjaga agar perut kita tidak lepas kontrol setelah sebulan penuh melaksanakan puasa, kemudian diberi kesempatan luas untuk makan dan minum. Lebih dari itu, puasa Syawal adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh ajaran agama kita. Berkaitan dengan pertanyaan Anda, pada prinsipnya maka Anda harus niat meng-qodo puasa wajib. Memang ada dilema ketika harus meng-qodo tapi juga ingin mengejar shaum Syawal, tetapi harus diingat bahwa qodo itu adalah membayar hutang. Kita harus mendahulukan yang wajib terlebih dahulu dibanding yang sunnah. Qodo itu kewajiban. Tidak bisa diniatkan sekaligus. Jadi harus dipisahkan antara yang wajib dan yang sunnah, tetapi yang wajib harus didahulukan.

Bagaimana Puasa Syawal


Sep 13th, 2010 | By ibnuthohir | Category: Uncategorized

Puasa Syawal adalah salah satu sunnah yang sangat dianjurkan. Puasa ini dilakukan selama enam hari di bulan Syawal, boleh berturut-turut maupun tidak runtut, dengan niat puasa sunnah Syawal sebagaimana teknisnya puasa sunnah (boleh niat pada siang waktu dhuha). Telah populer hadits tentang puasa Syawal: Siapa yang berpuasa penuh bulan Ramadhan lalu mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, itu seperti berpuasa setahun. [HR Muslim] Hikmah puasa Syawal antara lain ianya sebagai penyempurna bagi puasa Ramadhan sebelumnya, menjaga jikalau ada kekurangan dalam pelaksanaannya, mengingat amal-amal sunnah akan berperan sebagai pelengkap keparipurnaan amal-amal fardhu. Puasa Syawal juga merupakan tanda syukur atas nikmat Ramadhan yang telah lalu, karena bentuk syukur yang paling utama adalah dengan melakukan keta`atan. Kemudian, salah satu ciri diterimanya kebaikan adalah dihasilkannya kebaikan-kebaikan lanjutannya, sehingga salah satu tanda diterimanya amal Ramadhan adalah bahwa amal Ramadhan itu menghasilkan amal lanjutan yang dalam hal ini adalah ibadah sunnah puasa Syawal. Dan yang terpenting, menggiatkan ibadah sunnah membuktikan kecintaan pada Rasul serta akan mendatangkan kecintaan dari Allah, yang merupakan karunia terbesar, yang mana siapa yang Allah cintai maka juga akan dicintai oleh manusia dan makhluq seisi dunia. Bagaimana melakukan puasa sunnah Syawal sedangkan ada kasus terdapat beban puasa qadha atau puasa utang di Ramadhan, misalnya karena selama Ramadhan ada hari-hari dalam kondisi sakit, haid, dan uzur lain yang menyebabkan tidak berpuasa. Situasi ini dapat dijabarkan: 1. Segera melunasi utang puasa, kemudian baru melaksanakan puasa sunnah selama bulan Syawal. Madzhab yang masyhur sepakat dengan cara seperti ini. Hal ini dapat disanggupi jika utang puasa tidak banyak, sehingga sempat melakukan puasa bayar utang lalu berpuasa enam hari dalam rentang bulan Syawal, dan tidak memberatkan diri. Juga bagi wanita yang apabila mempertimbangkan periode haid pada bulan Syawal maka masih bisa membayar utang puasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari sunnah Syawal. 2. Melakukan puasa enam hari Syawal, dan menangguhkan/menunda pelunasan utang puasa Ramadhan pada bulan lain. Madzhab Hanafi membolehkan cara ini, sedangkan Madzhab Maliki dan Syafi`i memakruhkan, sementara Madzhab Hambali melarang. Biasanya ini direncanakan bila memiliki beban puasa qadha yang banyak dan untuk mengqadha di bulan Syawal membuat tidak sempat berpuasa sunnah Syawal karena bulan Syawal akan keburu habis. Atau sebenarnya sempat, tapi akan memberatkan diri (contoh, harus puasa berturut-turut, bahkan sebulan Syawal penuh, untuk bisa membayar qadha puasa lalu berpuasa sunnah). Atau bagi wanita, periode haid bulanan membuatnya tidak bisa mengqadha puasa Ramadhan lalu berpuasa enam hari sunnah Syawal (mungkin hanya sempat 3 hari sunnah Syawal, misalnya). 3. Menggabungkan niat, ketika berpuasa di bulan Syawal, dalam sekali puasa satu hari itu sekaligus diniatkan untuk meng-qadha dan juga sebagai puasa Syawal. Cara ini juga beralasan seperti poin nomor 2 diatas. Tetapi yang seperti ini hanya diajukan oleh segelintir

pendapat yang tidak diterima luas. Karena bermasalah dalam menggabungkan niat ibadah wajib (qadha puasa Ramadhan) dengan niat ibadah sunnah (puasa Syawal). 4. Melaksanakan qadha puasa Ramadhan, kemudian menyambung dengan puasa sunnah selama bulan Syawal, dan apabila sampai bulan Syawal habis baru memperoleh sebagian sunnah Syawal, lalu melanjutkan puasa sunnah Syawal di bulan setelahnya (Dzulqa`idah). Misalnya di bulan Syawal, setelah meng-qadha puasa Ramadhan, kemudian hanya sempat puasa sunnah Syawal 3 hari, lalu pada bulan Dzulqa`idah berpuasa sunnah 3 hari dengan niat qadha puasa Syawal (supaya genap mendapat 6 hari puasa sunnah Syawal). Pendapat ini juga bukan merupakan pendapat jumhur (kebanyakan) ulama. Dengan demikian cara yang pertama adalah baik. Hendaknya yang wajib (qadha puasa Ramadhan) didahulukan ketimbang yang sunnah (puasa Syawal). Dalam pada itu, kalangan ulama Hanabilah berargumen, berdasarkan hadits keutamaan puasa Syawal, Siapa yang berpuasa penuh bulan Ramadhan lalu mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, itu seperti berpuasa setahun. maka keutamaan seperti berpuasa setahun itu tidak akan diperoleh jika puasa Ramadhan-nya tidak penuh. Bagi yang memiliki utang puasa Ramadhan, berarti puasa Ramadhan-nya belum penuh, sehingga percuma jika mendahulukan puasa sunnah Syawal sebelum menyempurnakan utang Ramadhan, tidak memenuhi syarat untuk memperoleh keutamaan dalam hadits. Lalu bagaimana jika situasinya seperti yang kedua, memiliki utang puasa yang jika mengqadha terlebih dahulu kemudian baru berpuasa sunnah selama bulan Syawal tidak akan sempat, karena banyak yang harus di-qadha, atau mengingat periode haid, atau uzur lainnya. Dapatkah keutamaannya jika hanya bisa berpuasa sunnah Syawal 3 hari (misalnya) sebelum habis bulan (masuk bulan Dzulqa`idah). Sesungguhnya Allah Mahatahu dan Mahabijaksana. Bukankah niat kebaikan itu sudah dinilai pahalanya meskipun tidak terlaksana akibat adanya halangan? Bukankah amal seseorang ketika ada uzur (safar atau sakit) akan digenapkan sebagaimana halnya amal orang tersebut ketika tidak ada uzur? Yang penting adalah kesungguhan niat dan optimasi ikhtiar. Boleh jadi, seorang wanita yang tidak bisa menyempurnakan puasa sunnah 6 hari Syawal karena terlebih dahulu meng-qadha puasa Ramadhan kemudian ditengah ia melaksanakan puasa sunnah Syawal datang hambatan haid, memperoleh keutamaan yang lebih dari seorang lelaki yang bisa berpuasa penuh Ramadhan juga lengkap berpuasa sunnah Syawal. Karena wanita ini memiliki ketulusan/keikhlasan azzam dan kekuatan ikhtiar yang lebih daripada lelaki itu. Demikian pula berlaku sebaliknya. Mahasuci Allah, tidak ada ilmu pada kita selain dari apa yang Dia ajarkan. Allahu wa Rasuluhu a`lam.

Hukum menggabung niat puasa syawal dengan qadha puasa


Assalamu alaikum. Ustadz, apakah boleh puasa dalam sehari, niatnya untuk puasa Syawal dan qadha puasa? Terima kasih. Wassalamu alaikum. Umie (umie**@yahoo.***) Jawaban: Waalaikumussalam. *
Menggabung niat qadha puasa dengan puasa syawal (Disadur dari Fatawa Syabakah Islamiyah, di bawah bimbingan Dr. Abdullah Al-Faqih. No. fatwa: 12728)

Pertanyaan: Bolehkah melakukan puasa Syawal, sekaligus dengan niat meng-qadha puasa yang pernah ditinggalkan di bulan Ramadan? Bagaimana cara yang tepat? Jawaban: Alhamdulillah, washshalatu was salamu ala Rasulillah wa ala alihi wa shahbihi. Amma badu Tidak boleh melakukan puasa 6 hari di bulan Syawal dengan niat ganda, untuk puasa sunah dan meng-qadha puasa Ramadan yang pernah ditinggalkan, karena meninggalkan puasa ketika Ramadan, baik karena alasan yang dibenarkan maupun tanpa alasan, itu wajib untuk di-qadha, berdasarkan firman Allah,

Siapa saja di antara kalian yang sakit atau dalam perjalanan (kemudian dia berbuka) maka dia (mengganti) sebanyak hari puasa yang ditinggalkan di hari yang lain. (Qs. AlBaqarah:184) Sementara, puasa 6 hari Syawal itu hukumnya sunah, berdasarkan hadis dari Abu Ayyub AlAnshari; beliau mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barang siapa yang berpuasa Ramadan, kemudian diikuti (puasa) enam hari bulan Syawal, maka itu seperti puasa setahun. (Hr. Muslim) Oleh karena itu, hendaknya orang yang memiliki utang puasa tersebut meng-qadha utang puasa Ramadan kemudian melaksanakan puasa sunah 6 hari bulan Syawal.

Puasa Syawal harus dilakukan secara khusus, demikian pula qadha puasa juga harus dilakukan secara khusus. Dalam keadaan semacam ini, tidak memungkinkan untuk digabungkan niatnya, tidak sebagaimana ibadah yang lain, seperti mandi junub dan mandi Jumat. Allahu alam.

Assalamualaikum wr. wb. Maaf sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penggabungan niat antara membayar hutang puasa ramadan dengan niat puasa syawal. Apakah boleh dan mohon dalilnya. Sukron Wassalamualaikum wr. wb. **** Untuk menjawab komentar di atas, kami nukilkan fatwa Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts wal Ifta (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) mengenai bolehkah menggabungkan niat puasa wajib dengan puasa sunnah. Soal Ketiga dari Fatwa No. 6497

Bolehkah melakukan puasa sunnah dengan dua niat sekaligus yaitu niat mengqodho puasa dan niat puasa sunnah? Jawab:

Tidak boleh melakukan puasa sunnah dengan dua niat sekaligus yaitu dengan niat qodho puasa dan niat puasa sunnah. . Karena memang dalam penggabungan niat tidak bisa antara wajib dan sunnah. Qodho' puasa Ramadhan itu wajib dan puasa Syawwal itu sunnah. Sebagaimana shalat qobliyah shubuh dua raka'at tidak mungkin digabungkan niatnya dengan shalat Shubuh dua raka'at. Ini contoh dan kaedah yang mesti dipahami. Meski dipahami pula bahwa puasa wajib lebih harus dilakukan dari yang sunnah. Ingat pula bahwa amalan wajib tentu memiliki pahala lebih besar dari amalan sunnah. Hanya Allah yang beri taufik.

You might also like