You are on page 1of 18

Verenigde Oost Indische Compagnie 1602-1799

Makalah Ilmiah

Oleh : Farah Tasya Novana, 1106015402

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya 2011-2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membicarakan tentang perdagangan di Nusantara maka tidak lepas dari VOC yang merupakan serikat dagang milik Belanda. Perdagangan di Asia sudah berawal pada masa Portugis dan VOC, bahkan telah ada berabad-abad sebelumnya.1 Bangsa Portugis datang ke Nusantara tujuannya adalah untuk mendapatkan rempah-rempah. Saat Portugis dan VOC tiba di Asia, sistem perdagangan di wilayah Asia sudah sangat ramai dan wilayah Asia merupakan wilayah yang sangat kaya. Dengan demikian, dalam masa Modern Awal itu terjadi interaksi dagang antara para penguasa dan para penjajanya di Nusantara dan organisasi-organisasi dagang besar dari Eropa seperti Estado da India, dan East India Company (EIC) dari Inggris serta Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) dari Belanda.2 Di wilayah Asia terdapat 2 jalur utama perdagangan yaitu jalur darat dan jalur laut. Jalur darat biasanya di gunakan oleh pedagang-pedangan Cina yang menjual kain sutra sehingga jalur darat dikenal sebagai jalur sutra. Pada abad ke 10 perdagangan antarbenua sudah mulai dilakukan dengan menggunakan jalur laut, hanya saja pada abad tersebut perdagangan antar benua hanya dilakukan dengan sekali perjalanan saja. Kemudia hal itu mulai berubah menjadi perjalanan yang bertahap karena berkembangnya kota-kota emporium di beberapa pelabuhan. Kota emporium adalah kota dagang yang besar dan memiliki sarana infrastruktur yang lengkap untuk menunjang kegiatan perdagangan (terdapat gudang-gudang penyimpanan, penginapan,d.l.l). Jalur laut kea rah Timur (Asia) dilakukan bangsa Belanda sejak akhir abad ke-16 karena berhasil memperoleh petapeta dan informasi ke Timur dari bangsa Italia (Venesia) yang banyak berjasa membuat peta ke Timur yang kemudian digunakan oleh bangsa Portugis.3

1 2

Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia IV, Balai Pustaka, 2009, hal.5. Ibid. 3 Ibid, hal. 29.

Bangsa Portugis yang pertama kali menemukan pusat rempah-rempah di Nusantara kemudian membawa rempah-rempah itu kembali ke Portugis. Rempah rempah itu kemudian diangkut dari Portugis (Lisabon) oleh pedagang-pedangan Belanda dan kemudian didistribusikan ke seluruh wilayah Eropa. Melalui pendistribusian ini pedagang-pedagang Belanda mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Namun, akibat pecahnya perang antara Nederland dan Spanyol pada tahun 1568 (yang terkenal dengan Perang Delapan Puluh Tahun) mengakibatkan perdagangan Belanda di Eropa Selatan menjadi tidak lancar, terutama setelah Spanyol berhasil menduduki Portugal pada tahun 1580.4 Setelah itu Raja Spanyol melarang kapal-kapal dagang milik Belanda untuk memasuki pelabuhan-pelabuhan di wilayah kekuasaannya. Hal ini mengakibatkan kegiatan perdagangan di Lisabon tempat Belanda mengambil rempah-rempah menjadi terhenti. Oleh karena itu pihak Belanda mulai tergerak untuk mengunjungi tempat pusat rempah-rempah di Nusantara. Pada tanggal 2 April 1595, empat buah kapal bertolak dari pangkalan Tessel (Belanda Utara) di bawah pimpinan Cornelius de Houtman dan Pieter de Keyser.5 Dalam perjalanan itu mereka membagi tugas Cornelius de Houtman sebagai kepala dalam urusan perdagangan sedangkan Pieter de Keyser sebagai Navigator dan dalam hal pelayaran. Pada tanggal 23 Juni 1596 mereka akhirnya tiba di Pelabuhan Banten. Sejak sebelum berdirinya VOC, pedagang-pedagang Belanda sudah sering datang dan mengangkut rempah-rempah dari Nusantara. Karena begitu banyaknya pedagangpedagang tersebut maka terjadilah persaingan di antara pedagang-pedagang Belanda. Untuk mengatasi persaingan ini, Johan van Oldebarnevelt mengusulkan untuk membentuk suatu serikat dagang yang besar yang bernama Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC). 1.2 Rumusan Masalah

Kedutaan Besar Republik Indonesia Den Haag, VOC di Kepulauan Indonesia : berdagang dan menjajah, Balai Pustaka, 2000, hal.1-2. 5 Kedutaan Besar Republik Indonesia Den Haag, VOC di Kepulauan Indonesia : berdagang dan menjajah, Balai Pustaka, 2000, hal.3.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengajukan beberapa pertanyaan sebgai berikut : 1.2.1 Bagaimana awal terbentuknya Verenigde Oost Indische Compagnie? 1.2.2 Bagaimana reaksi daerah di Nusantara terhadap Verenigde Oost Indische Compagnie? 1.2.3 Mengapa Verenigde Oost Indische Compagnie runtuh?

1.3 Ruang Lingkup Dalam penulisan makalah ini penulis mengambil ruang lingkup pembahasan mengenai serikat dagang Verenigde Oost Indische Compagnie dari tahun 1602-1799. Tahun 1602 dijadikan sebagai awal dari isi makalah ini karena pada tahun itulah tepatnya pada tanggal 20 maret 1602 berdiri serikat dagang Verenigde Oost Indische Compagnie. Sedangkan sebagai batasan akhir penulis memilih tahun 1799 karena pada tahun itu serikat dagang Verenigde Oost Indische Compagnie dibubarkan. Alasannya karena korupsi yang dilakukan oleh pegawai-pegawai Verenigde Oost Indische Compagnie itu sendiri.

1.4 Tujuan Penelitian Pada dasarnya tujuan dari penulisan makalah mengenai serikat dagang Verenigde Oost Indische Compagnie atau yang lebih dikenal dengan sebuta VOC adalah untuk memberi informasi kepada pembaca mengenai bagaimana awal terbentuknya serikat dagang VOC. Kemudian perlawanan apakah yang diberikan oleh penguasa lokal hingga akhirnya bagaimana serikat dagang ini dapat runtuh.

1.5 Metode Penelitian Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode sejarah. Metode sejarah terdiri dari 4 tahap. Tahap pertama yaitu heuristik, pada tahap ini penulis mengumpulkan sumber-sumber sekunder tertulis mengenai serikat dagang VOC melalui studi kepustakaan dan melakukan kunjungan ke Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. Setelah berhasil mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, tahap kedua yaitu pemberian kritik terhadap data tersebut. Tahap ini terdiri dari pemberian kritik intern yaitu mengenai isi dari data tersebut dan kritik ekstern yaitu pemberian kritik terhadap keaslian data tersebut. Tahap ketiga dalam metode sejarah adalah interpretasi, yaitu pemberian pendapat penulis mengenai data-data yang telah di beri kritik. Dan tahap terakhir adalah historiografi yaitu tahap penulisan sejarah.

BAB II ISI A. Berdirinya VOC Pada tanggal 20 Maret 1602 didirikanlah sebuah serikat dagang milik Belanda bernama Verenigde Oostindische Compagnie atau yang lebih dikenal dengan sebutan VOC. VOC merupakan hasil dari peleburan pedagang-pedagang Belanda. VOC

berhasil terbentuk setelah Dewan Perwakilan melakukan perundingan yang cukup lama. Pada tahap yang genting dalam perundingan-perundingan (15 Januari 1602) Oldenbarneveldt mengemukakan bahwa ada dua sebab utama yang menyebabkan perlunya dibentuk persatuan perusahaan dagang: Guna menimbulkan bencana pda musuh dan guna keamanan tanah air.6 Surat izin berdirinya VOC berlaku selama 21 tahun dan dapat diperbarui. Serikat dagang itu dikelola oleh sebuah badan (Bewindhebbers) yang berjumlah sekitar 70 orang yang mewakili perusahaan-perusahaan lokal yang ada sebelumnya.7 VOC merupakan sebuah badan yang kuat, yang mengawasi perdagangan Belanda, tidak hanya di Nusantara, tetapi juga di Srilanka, dan kawasan yang merentang dari Tanjung Harapan hingga ke Jepang.8 VOC dipimpin dari Amsterdam oleh sebuah dewan persero, de XVII Heeren atau ke-17 tuan-tuan, hingga akhir abad ke-18.9 Sebagai sebuah serikat dagang, VOC memiliki hak istimewa yang disebut dengan hak Ocktoi, yang isinya : 1. Hak Mengadakan perjanjian dengan Negara lain tanpa melalui persetujuan Raja/Ratu Belanda. 2. Hak membuat dan mengedarkan uang sendiri.

6 7

Boxer,C.R, Jan Kompeni Dalam Perang dan Damai 1602-1799, Sinar Harapan,1983,hal. 9. Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia IV, Balai Pustaka, 2009,hal. 29. 8 Denys Lombard, Nusa Jawa : Silang Budaya 1, Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal. 61. 9 Ibid.

3. Hak menyusun dan memiliki angkatan laut dan angkatan darat sendiri yang dapat bertindak tanpa harus tunduk kepada kerajaan Belanda. 4. Hak menyatakan perang dengan Negara atau kerajaan lain tanpa harus meminta persetujuan Raja/Ratu Belanda.10 Dengan adanya hak istimewa yang dimiliki VOC, dengan kata lain VOC terlihat seperti Negara dalam Negara Belanda. Sistim berdagang yang digunakan oleh VOC yaitu perdagangan yang didasari oleh birokrasi dan tentara serta membina kerjasama dengan penguasa lokal. Sampai sekitar pertengahan abad ke-16 kemitraan itu berhasil dibangun karena para penguasa lokal membutuhkan VOC untuk memerangi Portugis.11 Pada tahun 1610-1619, pusat kedudukan VOC terletak di Ambon, namun karena letaknya yang kurang strategis, VOC kemudian mencari tempat baru dimana semua kegiatan perdagangan dapat berjalan dengan baik dan aman. Pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen terpilih sebagai Gubernur Jenderal VOC. Dialah yang menjadikan Jayakarta sebagai tempat pusat kegiatan VOC yang tetap setelah merebut dan mengalahkan Pangeran Wijayakrama. Pada tahun 1619 nama Jayakarta dirubah menjadi Batavia. Dalam hal perdagangan untuk memudahkan kegiatan VOC di wilayah kekuasaan-nya, VOC dikoordinasi oleh seorang goeverneur. Sedangan untuk diluar wilayah kekuasaan-nya ditempatkanlah seorang opperhoofd. Selama masa pemerintahan Coen, Ia berhasil memiliki angkatan perang/militer dan berhasil memonopoli rempah-rempah di Maluku. VOC memiliki angkatan perang/militer karena menurut mereka usaha-usaha yang dilakukan melalui perjanjian-perjanjian dengan penguasa lokal tidak cukup dan untuk melawan kekuatan portugis yang saat itu masih ingin menguasai wilayah Nusantara. Sebenarnya Coen ingin mendatangkan orang-orang Eropa khususnya Belanda untuk menjadi penduduk di Batavia, namun hal tersebut ditolak oleh Heeren XVII.

10

Kedutaan Besar Republik Indonesia Den Haag, VOC di Kepulauan Indonesia : berdagang dan menjajah, Balai Pustaka, 2000, hal.4. 11 Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia IV, Balai Pustaka, 2009,hal. 30.

Pada pertengahan abad ke-17 negeri Belanda menjadi Negara perdagangan terbesar di Eropa, karena kebijaksanaan dengan kekerasan yang diterapkan oleh Coen ternyata memberi keuntungan yang sangat besar.12 Selama pendudukan VOC di Nusantara, VOC memiliki pengaruh yang sangat besar. VOC berhasil memonopoli rempah-rempah, mengusir Portugis yang menjadi saingannya, mengendalikan penduduk kota, berhasil mempengaruhi penguasa lokal melalui perjanjian-perjanjian, hingga menyebarkan agama Kristen Belanda khususnya di Batavia yang menjadi ibukota VOC. Sebenarnya, piagam VOC sendiri sama sekali tidak memasukkan penyebaran agama dalam tugas-tugas VOC. Hanya kemudian, November 1617, penguasa tertinggi VOC di Belanda (de Heeren XVII) memerintahkan pejabatnya di Hindia untuk melaporkan pelaksanaan tugas mereka, termasuk di dalamnya de voortplanting der Christelijke religie (tepatnya, pelaksanaan moral Kristen).13

12

Kedutaan Besar Republik Indonesia Den Haag, VOC di Kepulauan Indonesia : berdagang dan menjajah, Balai Pustaka, 2000, hal. 9. 13 Parakitri T. Simbolon, Menjadi Indonesia, Kompas, 2007, hal. 43.

BAB III ISI B. Reaksi daerah di Nusantara terhadap VOC Berdirinya VOC dengan sistimnya yang semena-mena dan melakukan kolonialisasi di Nusantara tidaklah selalu berjalan dengan lancer. Pada kenyataanya banyak perlawanan-perlawanan yang dilakukan terhasap VOC dari penguasapenguasa lokal. 1. Perlawanan di Ambon Di Ambon terdapat daerah yang memberikan perlawanan terhadap VOC. Salah satu daerah tersebut adalah Hitu. Disana terdapat seorang murid Sunan Giri yang bernama Kakiali. Ia adalah pemimpin masyarakat Hitu di bawah Belanda. Cara yang ditempuh oleh Kakiali adalah dengan berpura-pura berteman dengan VOC padahal sebenarnya Ia menentang dan mendukung perdagangan rempah-rempah secara illegal, karena pada saat itu VOC melarang penduduk untuk berdagang rempah-rempah. Namun karena semakin meluasnya perlawanan terhadap VOC dan VOC tidak memiliki kekuatan yang cukup di Ambon, maka VOC melakukan cara licik yaitu dengan menjebak Kakiali dan menahannya. Namun ternyata langkah yang diambil oleh VOC hanya menyulutkan api. Para penduduk Hitu mulai memperkuat benteng-benteng. Perlawanan ini ternyata menyulitkan posisi VOC sehingga pada tahun 1637 Van Diemen membebaskan Kakiali dan mendudukkannya kembali pada jabatan Kapitein Hitoe.14 VOC di Ambon di bawah pimpinan Van Diemen kemudian menawarkan perjanjian dengan Raja Ternate yaitu mengakui kedaulatan Ternate atas Seram dan Hitu namun sebagai imbalan VOC boleh memonopoli perdagangan cengkeh dan mengambil wilayah Maluku Selatan. Tawaran ini kemudian ditolak. Pada tahun 1641, Kakiali
14

Kedutaan Besar Republik Indonesia Den Haag, VOC di Kepulauan Indonesia : berdagang dan menjajah, Balai Pustaka, 2000, hal. 10.

yang semula masih melakukan perlawanan secara sembunyi-sembunyi akhirnya melakukan perlawanan secara terang-terangan dengan menyerang benteng VOC. Setelah itu perlawanan-perlawanan ini berujung dengan terbunuhnya Kakiali oleh orang suruhan VOC yang berkebangsaan Spanyol. Perlawanan terus dilakukan oleh masyarakat Hitu namun karena semakin kuatnya VOC sehingga pemimpin terakhir perlawanan masyarakat Hitu setelah ditinggal Kakiali yang bernama Telukabesi, menyerahkan diri dan kemudian dihukum mati. Setelah meninggalnya Telukabesi masyarakat Hit uterus melakukan perlawanan terhadap VOC tetapi perlawanan yang diberikan oleh masyarakat Hitu tidak memberikan ancaman kepada VOC. Dengan demikian kedudukan VOC di Ambon semakin kuat dan monopoli rempah-rempah dapat dilakukan dengan lebih bebas. 2. Perlawanan Kerajaan Mataram Perlawanan yang diberikan oleh pemimpin Mataram yang bernama Sultan Agung diakibatkan karena tindakan-tindakan yang dilakukan oleh VOC sendiri. Dalam melaksanakan kegiatan perdagangan, VOC seringkali tidak berperikemanusiaan dan mengabaikan hak-hak asasi manusia.15 Dan VOC seringkali merampok kapal-kapal milik Mataram, penghinaan yang dilakukan terhadap agama Islam. Pada tahun 1614 VOC menawarkan kerjasama dengan Sultan Agung. Dalam tawaran itu VOC meminta bantuan kepada Mataram untuk membuat loji di daerah Jepara dengan imbalan VOC akan memenuhi semua yang diinginkan oleh Mataram. Tawaran inipun diterima oleh Sultan Agung karena tidak mengganggu kegiatan Kerajaan Mataram. Lalu kemudian VOC tidak merasa puas terhadap bantuan yang diberikan oleh Mataram oleh karena itu VOC mengirim kembali perwakilannya untuk mengadakan perjanjian dengan Sultan Agung yang isinya meminta agar Sultan Agung memberikan kebebasan kepada VOC untuk melakukan kegiatan di Mataram. Namun Sultan Agung menolaknya.
15

Ibid, hal. 17.

10

Karena sudah tidak tahan dengan VOC, Sultan Agung akhirnya memustuskan untuk menyerang ibukota VOC di Batavia. Penyerangan dilakukan dengan mengirim mata-mata untuk mengetahui medan lawan dan membagi pasukan ke dalam tiga kelompok. Dan pada tanggal 22 Agustus 1628, penyerangan dilakukan. Penyerangan ini berlangsung cukup lama, namun menurut Sultan Agung penyerangan ini dianggap kurang berhasil. Sultan Agung kemudian memutuskan untuk melakukan serangan kedua yaitu dengan jalan pengepungan terhadap benteng VOC di Batavia. Penyerangan ini dimulai pada tanggal 22 Agustus 1629. Dalam serangan kedua ini Mataram mengerahkan 130.000 prajurit dan diperlengkapi dengan meriam.16 Dalam penyerangan ini Gubernur Jenderal Batavia Jan Pieterszoon Coen meninggal dunia. Namun penyerangan yang dilakukan oleh Mataram masih belum dapat mengalahkan VOC. VOC pada akhirnya masih tetap betahan di Batavia. 3. Perlawanan Kerajaan Banten Pelabuhan Banten juga dikuasai VOC melalui sistem kemitraan. Perlawanan yang dilakukan oleh kerajaan Banten berlangsung dari tahun 1655-1660. Sebelum penyerangan yang cukup lama ini, sebenarnya orangorang Banten telah merencanakan membunuh Jan Pieterszoon Coen dengan jalan menyelundupkan orang-orang Banten yang bertindak pura-pura sebagai pedagang.17 Rencana tersebut gagal karena VOC telah mengetahui rencana tersebut dari orang-orang Cina. Kerajaan Banten melakukan perlawanan dengan melakukan penyerangan ke kapal-kapal dan pos-pos VOC di daerah Angke, perang gerilya, dan melakukan pembunuhan. Puncak penyerangan Banten terhadap VOC terjadi pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Pasukan Banten pada tahun 1650 melakukan serangan ke Batavia di pimpin oleh Senopati dan Wangsaraja, namun lagi-lagi penyerangan ini sudah lebih dahulu diketahui oleh VOC sehingga terjadilah pertarungan terbuka
16 17

Ibid, hal. 23. Ibid, hal. 24.

11

antara Pasukan Banten dan VOC. Perlawanan kerajaan Banten terhadap VOC diakhiri sejak Sultan Ageng Tirtayasa digantikan oleh anaknya yang benama Sultan Haji. Untuk memperkuat kekuasaannya Sultan Haji justru bekerja sama dengan VOC.

12

BAB IV ISI C. Runtuhnya VOC Pada akhir abad ke-18 tepatnya pada tahun 1799 VOC di bubarkan. Penyebabnya ialah banyak terjadinya korupsi dalam tubuh VOC sendiri sehingga VOC mengalami kerugian yang sangat besar. Ahli-ahli sejarah masih

memperdebatkan sejauh mana VOC benar-benar runtu disebabkan korupsi pada akhir masa ini, sebagai yang dinyatakan oleh para jenaka masa itu dalam permainan kata menurut huruf-huruf awal iniV(ergaan) O(nder) C(orruptie)Runtuh Lantaran Korupsi.18 Hal lain yang menyebabkan VOC mengalami kerugian ialah karena sistem pembukuan ganda dari VOC. VOC tidak mampu lagi menutupi parahnya kondisi keuangannya hingga pemerintah Belanda ikut turun tangan dan akhirnya, diambil alih secara resmi pada tanggal 8 Agustus 1799. Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC resmi dinyatakan bangkrut dan seluruh miliknya berada di bawah kekuasaan Negara Belanda. Dengan demikian berakhirlah masa VOC di Nusantara.

18

R. Boxer, C. Jan Kompeni Dalam Perang dan Damai 1602-1799, Sinar Harapan,1983,hal. 107.

13

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Serikat dagang Verenigde Oost Indische Compagnie milik Belanda terbentuk karena adanya persaingan-persaingan diantara pedagang-pedangan Belanda. Setelah melalui perundingan panjang maka terbentuklah sebuah serikat dagang bernama Verenigde Oost Indische Compagnie pada tanggal 20 Maret 1602. Serikat dagang ini ternyata tidak hanya melakukan perdagangan dan memonopoli rempah-rempah tetapi juga menjajah wilayah Nusantara. Ibukota VOC terletak di kota Batavia karena letaknya yang strategis dekat dengan Selat Sunda. Saat berada di Nusantara VOC berhasil memonopoli rempah-rempah, mengambil hati para penguasa lokal, mengendalikan penduduk lokal terutama di Batavia, dan menyebarkan agama Kristen Belanda. Hingga akhirnya pada tahun 1799, serikat dagang ini memiliki hutang yang banyak dan bangkrut akibat korupsi yang dilakukan oleh pegawai-pegawai VOC itu sendiri. Akhirnya, pada tanggal 31 Desember 1799 serikat dagang Verenigde Oost Indische Compagnie resmi dibubarkan. Dengan begitu berakhirlah masa menjajahan oleh VOC dan mulailah masa penjajahan oleh Hindia-Belanda.

B. Saran Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan baik cara penulisan, isi, dan bahasa yang digunakan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dari pembaca sehingga penulis dapat memperbaikinya dalam penulisan makalah berikutnya.

14

C. Ucapan Terima Kasih Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari dengan adanya bantuan dari berbagai pihak maka makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kedua orang tua penulis yang telah member bantuan moril kepada penulis dalam penulisan makalah ini, kepada Dr. Ita Syamtasiyah Ahyat, S.S., M.Hum. selaku dosen Sejarah Kerajaan dan Kesultanan, dan kepada rekan-rekan yang membantu dalam penulisan makalah ini.

15

Daftar Pustaka

Poesnegoropo, Marwati Djoened., dan Notosusanto, Nugroho. 2009. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta: Balai Pustaka. Simbolon, Parakitri T. 2007. Menjadi Indonesia. Jakarta: Kompas. Kedutaan Besar Republik Indonesia. 2002. VOC di Kepulauan Indonesia : berdagang dan menjajah. Jakarta: PT Balai Pustaka. Lombard, Denys. 2005. Nusa Jawa : Silang Budaya 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. R. Boxer, C. 1983. Jan Kompeni Dalam Perang dan Damai 1602-1799. Jakarta: Sinar Harapan. Blusse, Leonard. 1986. Strange Company. Dordrecht: Foris Publications. C. Ricklefs, M. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta

16

Lampiran

Lambang VOC

Sumber : google.com

Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen

Sumber : google.com

17

Lampiran

Mata Uang VOC

Sumber : google.com

18

You might also like