You are on page 1of 85

LAPORAN PENELITIAN

KAJIAN DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA


TERHADAP PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI
DAN LINGKUNGAN Dl KABUPATEN
KUTAIKARTANEGARA
TIM PENELITI
1. Dr. lr. lnce Raden, MP
2. M.Soleh Pulungan, S.Pd,MH
3. Moh. Dahlan, SE, M.Si
4. Dr. lr. Thamrin, MP
Dibiayai oleb Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam
negeri, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Nomor: 15.21/PI-111112010
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
JAKARTA
NOVEMBER 2010
.......
HAJJAN l'J!iNriLlilAft UAll f!i11\ifi1Y1DA11UA11 UAI'JMn
Jln. Wolter .Kantor Bupatl Gedun\l Bappeda-Balitbangda Lt. 4
TENGGARONG
SURAT PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
Jabatan
Tahun Anggaran
: DR.Ir. Ince Raden, MP
: Ketua Tim (Penelitian dampak penambangan batubara
terhadap pengembangan sosial ekonomi dan lingkungan
Di Kabupaten Kutai Kartanegara)
:2010
Dengan ini menyatakan bahwa hasil Laporan Akhir Penelitian Dampak penambangan
batubara terhadap peningkatan sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan di Kabupaten Kutai
'
Kartanegara tahun 2010, telah diperbaiki/ disempurnakan sesuai dengan arahan nara sumber,
pada saat paparan Draft Laporan Akhir hasil penelitian dimaksud yang dilaksanakan di Jakarta
pada tanggal12 sf d 16 Nopember 2010.
Semoga kegiatan ini bermanfaat untuk berbagai pihak terkait khususnya diwilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur
Demikian Surat Pengesahan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya .
Mengetahui:
Kepala Balitbangda
Kutai Kartanegara
.1\': M.Hermawan, M.Si.
9630908 198902 1 002
Tenggarong, l Desember 2010
Ketua Tim Peneliti,
R.Ir. Ince Raden MP
NIP. 196709081994 31005
........
...__.
..._
'-
-...J
~
PRAKATA
Puji dan syukur hanya kehadirat Allah SWT karena berkat petunjuk,
rahmat dan karuniah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kajian
Dampak Penambangan Batu Bara terhadap Perkembangan Sosial, Ekonomi dan
Lingkungan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Laporan ini secara umum
menyajikan tentang dampak keberadaan usaha pertambangan batubara di 4
Kecamatan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kegiatan penelitian ini didanai pada tahun 2010 oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia melalui
program lnsentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa di
Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah Tahun 201 o
yang diajukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda)
Kabupaten Kutai Kartanegara. Sehubungan dengan telah selesainya laporan
penelitian ini kami mengucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memb. 1tu kesuksesan kegiatan ini.
.himya semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak
Tenggarong, November 2010
Tim Peneliti
.......,
RINGKASAN
Kutai Kartanegara merupakan salah satu Kabupaten di Kalimantan Timur
yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, salah satu diantaranya adalah
penambangan batubara. Dalam proses eksploitasinya menimbulkan dampak
terhadap sosial ekonomi dan lingkungan.
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah memperoleh informasi
tentang dampak sosial ekonomi dan lingkungan fisik, kimia dan biologi terkait
dengan penambangan batubara di Kutai Kartanegara serta merekomendasikan
strategi penanggulangan dampak pertambangan batubara yang perly
dilaksanakan guna untuk mengantisipasi dan mencegah dampak negatif dan
mengoptimalkan dampak positif akibat pertambangan batubara di Kabupaten
Kutai Kartanegara. Diharapkan dari penelitian ini menemukan kondisi riil sosial
ekonomi dan kondisi kerusakan lingkungan serta tindakan preventif dan
pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan pertambangan sehingga
menjadi salah satu bahan masukan bagi pihak Pemerintah Daerah (terutama
bagi stakeholders seperti, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pertambangan dan
Energi, dan Badan Pengelola ljin Terpadu) untuk menilai dampak penambangan
batubara terhadap pengembangan sosial ekonomi masyarakat dan kualitas
lingkungan yang pada akhirnya dapat menjadi pertimbangan dalam
pengawasan dan pemantauan penambangan batubara.
Strategi untuk mencapai tujuan di atas dilakukan pendekatan Penelitian
dari aspek ekonomi, sosial budaya dan aspek ekologi (lingkungan) dan
mengevaluasi program-program CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan
batubara baik berdasarkan data primer maupun data sekunder melalui quisioner,
indepth interview, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka (literatur).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertambangan batubara
memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat di sekitar
perusahaan, yaitu meningkatkan pendapatan per bulan, memberikan peluang
kerja dan peluang usaha sehingga dapat memberbaiki ekonomi masyarakat.
Disisi lain, kegiatan usaha pertambangan batubara memberikan dampak negatif
dan positif terhadap kondisi sosial masyarakat sekitar perusahaan. Dampak
negatifnya adalah Kehadiran usaha pertambangan meningkatkan konflik antara
masyarakat, antara masyarakat dan perusahaan yang dipicu oleh masalah
limbah, penerimaan tenaga kerja, masalah tumpangtindih lahan, dan tidak
--
" ..J
optimalnya perusahaan dalam melaksanakan program pemberdayaan
masyarakat (Comdev). Selain itu, keberadaan perusahaan batubara memberikan
dampak terhadap menurunnya aktifitas keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan
gotong royong terutama kerja bakti dan kegiatan-kegiatan keagamaan, tetapi
memberikan dampak positif terhadap kepedulian pemberian bantuan dana untuk
kegiatan-kegiatan sosial. Selanjutnya dari penelitian ini ditemukan pula bahwa
kegiatan usaha pertambangan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
fisik, kimia dan biologi. Kerusakan-kerusakan tersebut diantaranya kerusakan
bentang alam, penurunan kesuburan tanah, rusaknya flora dan fauna endemik,
meningkatnya polusi udara dan debu, erosi dan sedimen yang memicu banjir,
kebisingan, rusaknya jalanan umum yang digunakan untuk memuat alat-alat
berat perusahaan, dan adanya limbah yang dapat masuk ke lahan-lahan
pertanian dan sungai sehingga merusak biota perairan dan sumber air yang
digunakan untuk air bersih (minum) dan mencuci.
Program pengembangan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
perusahaan pertambangan batubara didominasi olef1 pembangunan infrastruktur,
pemberian beasiswa dan bantuan di bidang kesehatan dan strategi untuk meng
eliminir dampak negatif akibat aktifrtas pertambangan batubara di Kutai
Kartanegara maka perlu dilakukan evaluasi kinerja pertambangan batubara mu!ai
tahan Pra konstruksi , konstruk, operasi dan pasca operasi penambangan
batubara dan Selanjutnya memberikan sanksi yang tegas kepada perusahaan-
perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya dalam melakukan reklamasi dan
revegetasi lahan bekas tambang yang selama ini jarang/tidak pernah dilakukan.
---
._,
..........
DAFTAR lSI
Halaman
PRAKATA .. .. ....... .. ...... .. .................... . ...... .. ... . ...... ........................ .
RINGKASAN.......... ... .. .... .. ................ .. .... .... . .. ... .................. . ... ....... ii
DAFTAR lSI. .. .... ........ ................. . ......... .. ...... . ........ . ........... ... ......... iv
DAFTAR TABEL... ... ... ... ... ... ...... ...... ..... . ..... . ..... . ... .. . ... ... ... ... .. . ... .... . v
DAFTAR GAMBAR... ...... ....... .. ......... ..... . ... ... .................................. viii
BAB 1. PENDAHULUAN.... .. ... .... .... ...... .. .. .... .. ..... . ... .. ..... .. ... .. .. .. .. .. ... 1
1.1 Latar Belakang.. .. .. . .. ... ... ... .. . ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... . .. .. . .. . ... 1
1.2 Rumusan Masalah.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB II . TINJUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.1. Dampak pertambangan batubara........................................ 5
2.2. Potensi Pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai
Kartanegara.. .... ... .......... ..... ... ..... . .... .. ....... ..... ..... . .... ...... 9
2.3. Metode dan Tahap Penambangan batubara.... .. ... ... ... .. . .... ... . 10
2.4. Kebijakan Pengelolaan Pertambangan Batubara di Indonesia... 13
BAB Ill. TUJUAN DAN MANFAAT. .. ... ...... ..... . .. . ... ... ... ...... ... ... ... ... .... .. 17
3.1. iujuan Penelitian...... .... ... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
3.2. Manfaat Penelitian... ............ ...... .................. ............ ........ 17
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN .. .. .. . .. .. .. .. .. . ... .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. . .. 18
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... .. . ... .. . .. .... 18
4.2. Ruang Lingkup Kajian... ... .. . .. . ... .. .. .. ...... ... ... ... ... ...... ...... ... 19
4.3. Kerangkan Pemikiran..... .. .. ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... .... .. ... .. . .. .. 19
4.4. Rancangan Penelitian.. . ... .... .. ... ... .... .. .... .. ... ... ... ... ... .... ... .. 21
4.5. Pendekatan Penelitian..... . .. .... ...... ... ... ............ ..... . .... ... ..... 21
4.6. Populasi dan Sampel ....... .......... . ... .... ... ... .. .... ... .. ... .. . .. .... . 23
4. 7 .Variabel Penelitian... ...... ... ...... ... ... .. .. ... ...... .. ..... ... .. ...... .. . . . 24
4.8. Metode Anal isis Data........................................................ 26
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN.... .......... ..................................... 33
5.1. Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Ekonomi
Masyarakat.. . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . .. .. . . . . .. . .. . . . . .. . .. . .. . .. . . . . .. . . .. . . . . . . . 33
5.2. Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial
Masyarakat. .. .. . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . 38
5.3. Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap Lingkungan. .. ... ... 40
5.4. Community Development dan Corporate Sosial Responsibility.. 65
5.5. Strategi Pengelolaan dampak Pertambangan Batubara di
Kabupaten Kutai Kartanegara..................................................... 66
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 70
6.1. Kesimpulan.. .. ..... .. .. ..... .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . 70
6.2. Saran... .... ... ... .......... . ..... ..... ... .. ..... .... ........ . ........ .. ... .. ... 71
DAFTAR PUSTAKA...................................... ................................... 72
v
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Metode Pengumpulan data, analisis data social dan ekonomi. ..... .
2. Daftar parameter fisik dan kimia lingkungan perairan ................... .
3. Metode Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Parameter
Komponen Kualitas Udara dan Kebisingan .................................... .
4. Jadwal Kegiatan Penelitian ............ .. ........ .. ... ........ ... ...... .. .. ... .
5. Pendapatan per bulan sebelum dan sesudah ada perusahaan
tambang batubara .. ................... .... .. ......... ..... .. ... .... . ......... .. .
6. Pengeluaran setiap bulan sebelum dan sesudah ada
perusahaan ... ....... .. ...... ...... ... ...... .............. ....... ........ .... ... .. .
7. Kebutuhan Tenaga Kerja PT. Anggana Coal untuk Operasional
Tam bang Batubara di Kecamatan Loa Kulu ................................... .
8. Peluang usaha yang dapat dikembangkan masyarakat akibat
adanya perusahaan ............................................................ .
9. Kondisi ekonomi masyarakat akibat adanya perusahaan
batubara ....... ...... ... .. ..... ....... ...... .... .. ..... . ........ .. ... ... ........... .
10. Pengaruh kehadiran perusahaan batubara terhadap konflik .... .... .
11 . Penyebab terjadinya konflik antara masyarakat-peruahaan .... ..... .
12. Perubahan prilaku gotong royong akibat kehadiran pertambangan
batubara ........ ...... . .... .. .... ..... ..... .... ...... ..... ................ ........ .
13. Perubahan kondisi sosial masyarakat .................................... .
14. Kerusakan lingkungan akibat adanya aktifrtas pertambangan
batubara ..... .................... .......... . ....... ... ......... ... ........... .... .. .
15. Cadangan Batubara dan Rencana Bukaan Tanah (Overburden)
PT. Anggana Coal di Kecamatan Loa Kulu dan Kecamatan
Sebulu ............................ ...... ... ........ .. . ........ ..... .... ............ .
16. Hasil Analisis Kualitas Air di Sekitar Lokasi Tambang PT. Arzara
Barain .............................................................................................. .
17. Jumlah Kendaraan dan Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)
PT. Putra Dewa Jaya ........................ .. ........ .............. .. ..... ..... ..... ..... .
18. Kualitas Udara Ambien di Sekitar Lokasi Pertambangan Batubara
PT. Putra Dewa Jay a di Kutai Kartanegara .................................... .
29
29
30
32
33
34
34
37
38
38
39
39
40
40
44
46
50
52
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Dampak yang Timbuk akibat Aktivitas Pembangunan .... ... ..... .. ...... .
2. Peta Lokasi Penelitian Dampak Pertambangan Batubara di
Kabupaten Kutai Kartanegara .................. .. ...... ..................... .
3. Kerangka Pikir Kajian Dampak Pertambangan Batubara terhadap
Pengembangan Ekonomi , Sosial, dan Lingkungan .................... .
4. Rangkaian Kegiatan Penambangan Batubara di Kabupaten Kutai
Kartanegara ...................................................... ................ .
5. Kondisi Bentang Lahan setelah Dilakukan Penambangan
Batubara .. ................ ........................................................ .
6. Pematangan Bentang Lahan pada Lahan eks tambang
batubara .......................................................................................... .
7. Salah satu Lubang Besar Bekas Penambangan Batubara yang
belum Direklamasi di Kabupaten Kutai Kartanegara .... ............... .
8. Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Pasca Tambang di
Kabupaten Kutai Kartanegara ........................................................ .
9. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang Batubara sebagai Sarana
lrigasi di Kecamatan Tenggarong Seberang ... ... .. ..... ... ......... .... .
10. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang untuk Budidaya Tambak
lkan di Kecamatan Tenggarong Seberang ............................... .
11. Grafik Analisis SWOT dalam Menentukan Grand Strategy. ............. .
5
18
20
42
43
43
45
60
66
66
72
1.1. Latar Belakang
BABI
PENDAHULUAN
Memasuki abad XXI, dalam konteks pembangunan daerah terdapat 2
(dua} aspek mendasar yang akan mewarnai tatanan kehidupan dan
pemerintahan di daerah. Pertama adalah pengaruh globalisasi yang ditandai
dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yang makin nyata dan
terasa dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Kedua, berkembangnya era
otonomi daerah yang ditandai dengan diundangkannya undang-undang nomor
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. Dari dua aspek tersebut peranan data dan informasi baik dalam
penyajian, keakuratan, dan aktualisasi dan kecepatan penyampaian informasi
akan sangat menentukan keberhasilan kebijakan dan tujuan pembangunan yang
dilaksanakan.
Secara geografis Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu
dari 13 kabupaten/kota yang terdapat di Propinsi Kalimantan Timur. Dari ibukota
Propinsi Kalimantan Timur (Samarinda) ke Tenggarong (lbukota Kabupaten Kutai
Kartanegara), cukup ditempuh dengan p e ~ a l a n a n darat selama 30- 45 menit
(sekitar 25 km). Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki luas wilayah sekitar
27.263,10 km
2
terletak antara 11526' Bujur Timur sampai dengan 11736' Bujur
Timur dan 128' Lintang Utara sampai dengan 108' Lintang Selatan. Kabupaten
Kutai Kartanegara merupakan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten
Malinau, Kutai Timur dan Kota Bontang pada sisi sebelah utara. Pada sisi
sebelah timur berbatasan dengan Selat Makasar, sebelah selatan berbatasan
dengan Kota Balikpapan dan juga Kabupaten Penajam Paser Utara, dan sisi
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat. Sedangkan wilayah
Kota Samarinda dikelilingi oleh seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kabupaten Kutai Kartanegara kini terdiri dari 18 Kecamatan dan 226
desa/ kelurahan (termasuk desa persiapan). Jumlah desa/kelurahan ini
meningkat bila dibandingkan dari tahun 1999 ketika awal pemekaran wilayah
Kutai menjadi 3 kabupaten dan 1 kota. Pada tahun tersebut jumlah
desa/kelurahan tercatat 186 desa/kelurahan. Dengan demikian ada pertambahan
34 desa/kelurahan atau 18,28 persen dari tahun 1999. Bila diamati dari letak
_,
'--'
'-'
geografisnya, dari 226 desa/kelurahan tersebut sebanyak 28 desa/kelurahan
atau 12,38 persen merupakan daerah pesisir yang langsung berbatasan dengan
laut (selat Makasar).
Kegiatan pertambangan di Kutai Kartanegara mencakup pertambangan
migas dan non migas. Dari kegiatan tersebut minyak bumi dan gas alam
merupakan hasil tambang yang sangat besar pengaruhnya terhadap
perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya dan Provinsi Kalimantan
Timur umumnya karena hingga kini kedua hasil tambang tersebut merupakan
komoditi ekspor utama. Perkembangan produksi batubara misalnya pada tahun
2006 mencapai 467.275,07 metrik ton dari empat perusahaan tambang yang
memasukkan data pada dinas pertambangan.
Kutai Kartanegara merupakan salah satu Kabupaten yang cukup kaya
dengan sumber daya alamnya, potensi sumber daya alam yang sudah dikelola
secara besar besaran adalah potensi pertambangan batubara, banyak investor
yang terlibat dibidang pertambangan batu bara baik investor dari dalam negeri
maupun dari luar negeri , tentunya dengan banyaknya investor yang
menanamkan modalnya di kabupaten Kutai Kartanegara akan membawa
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah bahwa
kesejahteraan masyarakat di wilayah pertambangan secara umum terlihat
meningkat karena efek domino dari keberadaan perusahaan telah mampu
mendorong dan menggerakkan sendi-sendi ekonomi masyarakat, Struktur sosial
di masyarakat juga mengalami perubahan karena masyarakat sekitar
pertambangan termotivasi untuk mampu menyesuaian perubahan struktur sosial
yang disebabkan banyaknya masyarakat pendatang yang menjadi karyawan di
perusahaan tambang batubara maupun masyarakat pendatang berusaha di
sekitar perusahaan batubara.
Banyaknya investasi di bidang pertambangan batubara tidak hanya
membawa dampak positif akan tetapi juga membawa dampak negatif, baik pada
perubahan struktur sosial , budaya, ekonomi masyarakat maupun pada kualitas
lingkungan. Pengaruh negatif struktur sosial masyarakat di sekitar perusahaan
pertambangan yang mungkin bisa adalah perilaku dan atau kebiasaan
yang bersifat negatif seperti kebiasaan minum-minuman keras dan
pola hidup konsumtif para karyawan yang bisa mendorong perubahan
masyarakat lokal menjadi lebih konsumtif dan bila hal tersebut tidak didukung
oleh perubahan kemampuan daya beli masyarakat lokal akan menyebabkan
'---'
-
kecemburuan sosial yang pada akhirnya bisa menyebabkan ketidak harmonisan
(konflik sosial) antara warga di sekitar perusahaan pertambangan.
Hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah dampak negatif terhadap
kualitas lingkungan. Tidak dapat di pungkiri bahwa aktivitas pertambangan dapat
dipastikan menyebabkan rendahnya kualitas lingkungan. Untuk mengendalikan
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan tambang
batubara tersebut maka diperlukan kontrol yang kuat dari seluruh steakeho/der
(perusahaan, pemerintah dan seluruh masyarakat). Mengingat besarnya potensi
negatif atas pertambangan batubara maka tanggung jawab perusahaan untuk
meminimalkan dampak negatif tersebut adalah dengan menyusun dokumen
analisis dampak lingkungan, menyusun rencana pengelolaan lingkungan dan
rencana pemantauan lingkungan yang juga di dalamnya terdapat program-
program kepedulian bagi masyarakat sekitar tambang agar tidak hanya
merasakan dampak negatif saja akan tetapi juga merasakan manfaat atas
aktivitas pertambangan disekitarnya. Bentuk kepedulian perusahaan tambang
batubara adalah dengan mengembangkan Corporate Social Responcibility yang
dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat untuk meningkatkan
kualitas hidupnya seperti penanggulangan kemiskinan, membantu dalam
menyediaan fasilitas kesehatan, pendidikan, beasiswa, peningkatkan skill,
peningkatan daya beli masyarakat sekitar tambang, memberikan pelatihan agar
masyarakat sekitar tambang mempunyai daya saing, dan membantu
membangun infrastruktur yang sangat diperlukan oleh masyarakat termasuk di
dalamnya fasilitas air bersih. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dikaji
berbagai dampak dari kegiatan pertambangan batubara di Kabupaten Kutai
Kartanegara. Dampak yang dimaksud dalam kajian ini tidak dibatasi pada
dampak negatif saja tetapi juga dampak positif yang timbul oleh aktivitas
pertambangan batubara.
1.2. Rumusan Masalah
Dari Jatar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1 . Bagaimana dampak pertambangan batubara terhadap aktifitas sosial dan
ekonomi masyarakat di Kabupaten Kutai Kartanegara ?
2. Bagaimana dampak pertambangan batubara terhadap kualitas lingkungan di
Kabupaten Kutai Kartanegara ?
'---'
,,
3. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dan
menanggulangi dampak pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kutai
Kartanegara ?
~
--J
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dampak Pertambangan Batubara
2.1.1. Pengertian Dampak
Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dampak lingkungan didefinisikan sebagai suatu
perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu dan atau kegiatan.
Sementara itu, Soemarwoto (2005) mendefinisikan dampak sebagai suatu
perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas di mana aktivitas tersebut
dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik, dan biologi. Lebih lanjut didefinisikan
dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi
lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diperkirakan akan ada setelah
ada pembangunan. Pembangunan yang dimaksud termasuk kegiatan
penambangan batubara yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan
secara umum.
Dampak
Sosial,
ekonomi dan
Budaya
Dampak
Biofisik
Kegiatan
Pembangunan
Tujuan
Dampak
Biofisik
Dampak
Sosial,
ekonomi dan
Budaya
Dampak
Primer
Dampak
Sekunder
Gambar 1. Dampak yang Timbuk akibat Aktivitas Pembangunan
Dampak penambangan batubara berarti perubahan lingkungan yang
disebabkan oleh kegiatan usaha eksploitasi batubara baik perubahan sosial,
ekonomi, budaya, kesehatan maupun lingkungan alam. Dampak penambangan
--.
batu bara bisa positif bila perubahan yang ditimbulkannya menguntungkan dan
negatif, jika merugikan, mencemari, dan merusak lingkungan hidup. Dampak
yang diakibatkan oleh penambangan batubara menjadi penting bila terjadi
perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar. Adapun kriteria dampak
penting, yaitu : (1) jumlah manusia yang akan kena dampak, (2) luas wilayah
penyebaran dampak, (3) intensitas dan lamanya dampak berlangsung, (4)
banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak, (5) sifat komulatif
dampak, dan (6) berbalik (reversible) atau tidak berbalik (ireversible) dampak.
2.1.2. Dampak Penambangan Batubara terhadap Lingkungan
Konsekuensi dari sebuah pembangunan akan dapat membawa dampak
terhadap lingkungan baik dampak positif maupun negatif. Semua manusia
berkeinginan bahwa adanya sebuah kegiatan (usaha) atau pembangunan akan
dapat meningkatkan kesejateraan masyarakat dan mengelolah dampak negatif
dengan sebaik-baiknya sehingga dapat dieliminir sehingga kehadiran usaha atau
pembangunan tersebut dapat berhasil guna bagi semua mahluk hidup (manusia,
flora dan fauna, air, tanah dan ekosistem lainnya).
Konsep dasar pengelolaan pertambangan bahan galian berharga dari
lapisan bumi hingga saat ini tidak banyak beruba, yang berubah hanyalah skala
kegiatannya hal ini juga terjadi di Kutai Kartanegara. Kondisi riil di lapangan
menunjukkan bahwa perkembangan teknologi mekanisasi pengelolaan
pertambangan menyebabkan semakin luas dan semakin dalam pencapaian
lapisan bumi jauh di bawah permukaan tanah sehingga membawa dampak
terhadap pencemaran air permukaan dan air tanah.
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan
sangat rum it, sarat risiko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan
teknologi tinggi, padat modal, dan membutuhkan aturan regulasi yang
dikeluarkan oleh beberapa sektor. Selain itu, kegiatan pertambangan mempunyai
daya ubah lingkungan yang besar sehingga memerlukan perencanaan total yang
matang sejak tahap awal sampai pasca tambang. Seharusnya pada saat
membuka tambang, sudah harus difahami bagaimana menutup tambang yang
menyesuaikan dengan tata guna lahan pasca tambang sehingga proses
rehabilitasi/reklamasi tambang bersifat progresif, sesuai rencana tata guna lahan
pasca tambang. Dasar rencana dan implementasi seperti ini, harus dilakukan di
-'
.......
.......
._;
'-'
__,
.......,
-...J
._,
.__.
menghentikannya karena sifat alamiah dari reaksi yang terjadi pada batuan.
Sebagai contoh, pertambangan timbal pada era kerajaan Romawi masih
memproduksi air asam tambang 2000 tahun setelahnya. Air asam tambang
baru terbentuk bertahun-tahun kemudian sehingga perusahaan
pertambangan yang tidak melakukan monitoring jangka panjang bisa salah
menganggap bahwa batuan limbahnya tidak menimbulkan air asam tambang .
Air asam tambang berpotensi mencemari air permukaan dan air tanah. Sekali
terkontaminasi terhadap air akan sulit melakukan tindakan penanganannya.
Zulkiflimansyah (2007) menambahkan bahwa terdapat dampak negatif
lain selain lubang tambang dan air asam tambang yang langsung timbul dari
kegiatan pertambangan seperti berkurangnya debit air sungai dan tanah,
pencemaran air, kerusakan hutan hingga erosi dan sedimentasi tanah, dimana
dampak ini masih menjadi masalah yang belum terpecahkan secara tuntas
dalam kegiatan pertambangan di Indonesia.
Studi yang dilakukan oleh Suhala et a/. (1995) misalnya, menjelaskan
bahwa penambangan batubara di Bukit Asam (Sumatera Selatan) dan Ombilin
(Sumatera Barat) selain berdampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan
sumber energi, juga berdampak negatif terhadap lingkungan, yaitu terjadinya
perubahan topografi karena terbentuknya lubang-lubang besar bekas galian
tambang, gangguan hidrologi , perubahan aliran permukaan, penurunan mutu
udara dengan meningkatnya debu di udara, penurunan kesuburan tanah,
berkurangnya keanekaragaman flora dan fauna serta timbulnya masalah sosial di
masyarakat sekitar lokasi penambangan.
2.1.3. Dampak Penambangan Batubara terhadap Sosial dan Ekonomi
6erbagai dampak potensial di sektor sosial dan ekonomi dapat terjadi
akibat adanya penambangan batubara di suatu wilayah, baik dampak positif
maupun dampak negatif. Berbagai dampak positif diantaranya tersedianya
fasilitas sosial qan fasilitas umum, kesempatan kerja karena adanya penerimaan
tenaga kerja, meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat sekitar tambang,dan
adanya kesempatan berusaha. Di samping itu dapat pula terjadi dampak negatif
diantaranya munculnya berbagai jenis penyakit akibat menurunnya kualitas
udara, meningkatnya kecelakaan lalu lintas, dan terjadinya konflik sosial saat
pembebasan lahan.
Melihat pertumbuhan produksi' batu bara dari tahun ke tahun yang
semakin besar, maka diperkirakan dalam jangka waktu 10 sampai 20 tahun ke
-
.._,
........
-
-
~
.._...
~ . ;
depan deposit batubara ini akan habis yang dapat berdampak negatif terhadap
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar terutama masyarakat yang
menggantungkan kehidupannya pada kegiatan pertambangan, di mana mereka
akan kehilangan mata pencaharian sebagai akibat dari berhentinya beroperasi
kegiatan pertambangan.
2.2. Potensi Pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara
Keberadaan potensi sumberdaya mineral Kabupaten Kutai Kartanegara
sangat dirasakan dalam pemanfaatannya sebagai sumber devisa negara
disamping sumberdaya alam lainnya. Secara geografis, Kutai Kartanegara
memiliki sumberdaya alam yang beraneka ragam baik yang terbarukan
(renewable resourcer) maupun sumberdaya alam yang tak terbarukan (non
renewable resources) misalnya batubara dan migas, sehingga dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan disegala bidang kehidupan
dituntut kearah yang demokratis termasuk hak mengelola sumberdaya mineral
(batubara) bagi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat di daerah sejalan
dengan perlindungan hukum dan legitimasi yang wajar.
Dari data Direktorat Batubara Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral telah mengidentifikasi cadangan batubara tertunjuk sebanyak 38.768 juta
MT. Dari jumlah tersebut, sekitar 11.484 juta MT merupakan cadangan terukur
dan 27.284 juta MT cadangan terindikasi, dan sekitar 5.362 juta MT yang
diklasifikasikan sebagai cadangan yang terekploitasi. Sumberdaya ini sebagian
besar berada di Kalimantan yang menyimpan deposit sebesar 61 % (21 .088 juta
MT), di Sumatera 38 % (17.464 juta MT) dan sisanya tersebar di wilayah lain.
sumber batubara (resources) sebanyak 57,8 milliar ton. Dari jumlah itu Widodo
(2005) melaporkan bahwa cadangan batubara terbesar hanya tersebar di tiga
provinsi di Indonesia yaitu Provinsi Sumatera Selatan (38 %}, Kalimantan Timur
(35 %), dan Kalimantan Selatan (26 %), (Widodo, 2005). Usaha pertambangan
batubara mempunyai prospek sebagai sektor andalan pengganti migas dalam
membangun perekonomian Kalimantan Timur di masa mendatang. Hal ini
didasarkan pada ketersecliaan sumberdaya batubara, prospek pemasaran, dan
dukungan kebijakan pemerintah daerah,
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Kalimantan Timur yang mempunyai potensi sumberdaya alam cukup besar
termasuk batubara. Besarnya sumberdaya alam yang dimiliki oleh Kutai
.._
-"
....__,
'-'
'-'
._,
._.,
Kartanegara, menjadikan Kabupaten ini sebagai kabupaten terkaya di Indonesia.
Terkait dengan sumberdaya alam berupa batubara, Kabupaten Kutai
Kartanegara memiliki cadangan batubara yang cukup besar. Hal tersebut
ditunjukkan oleh perkembangan produksi batubara, dimana pada tahun 2002
produksinya mencapai 7,37 juta MT dan pada tahun 2006 produksinya
meningkat dan mencapai sekitar 13,21 juta MT dan pada tahun 2007
produksinya mencapai 69,22 juta MT (Bappeda Kab. Kutai Kartanegara, 2008).
Mengingat keberadaan sumberdaya batubara sebagai sumber
keuangan negara, maka ada tuntutan dalam mewajibkan untuk dimanfaatkan
secara optimal dan diamankan dari berbagai dampak negatif seperti kerusakan
dan pencemaran lingkungan agar pembangunan dapat terus berjalan secara
berkelanjutan (Sustainable development). Oleh karena itu di dalam pelaksanaan
kegiatan pertambangan batubara atau kegiatan sektor lainnya harus dilakukan
berbagai tahapan kegiatan pengelolaan lingkungan dalam berbagai tingkatan
kegiatan aktifrtas penambangan, sehingga berbagai kemungkinan dampak-
dampak negatif tersebut dapat diminimalkan (walaupun tidak akan 100 %
menghilangkan dampak) dan meningkatkan/mengoptimalkan berbagai dampak
positif dalam menunjang kesejahteraan kehidupan msyarakat.
2.3. Metode dan Tahap Penambangan Batubara
2.3.1. Metode Penambangan Batubara
Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya membutuhkan
investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur.
Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa pasar
dan harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan
industri pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik
dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun aspek politik.
Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode yaitu (Sitorus, 2000) :
1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tambang
terbuka, penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.
2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).
Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan
gangguan seperti :
._.1

-
.......

a. Menimbulkan lubang besar pada tanah.
b. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan
galian yang dikembalikan ke dalam lubang galian.
c. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling
dapat mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci
ke daerah hilir.
d. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang
yang ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat
bahan beracun, kurang bahan organiklhumus atau unsur hara telah
tercuci .
Sistem penambangan batubara yang diterapkan oleh perusahaan-
perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sistem
tambang terbuka (Open Cut Mining) . Penambangan batubara dengan sistem
tambang terbuka dilakukan dengan membuat jenjang (Bench) sehingga
terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penambangan.
Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang
dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back filling per blok
penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran deposit sumberdaya
mineral, (Suhala eta/., 1995).
2.3.2. Tahap Persiapan Penambangan Batubara
Beberapa tahap persiapan penambangan batubara khususnya pada
penambangan terbuka (open cut mining) adalah kegiatan yang dilakukan
sebelum penambangan yang mencakup :
a. Perintisan (Pioneering)
Perintisan (Pioneering) adalah kegiatan persiapan yang mencakup
pembuatan sarana jalan angkut dan penanganan sarana air drainase (saluran).
Dalam pembuatan jalan, Iebar dan kemiringan jalan harus sesuai dengan yang
direncanakan sehinggga hambatan-hambatan dalam pengangkutan material
mineral dapat diatasi dan tingkat keamanan pengguna jalan lebih Untuk
pembuatan jalan dapat dilakukan dengan menggunakan bulldozer.
b. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pembabatan (Clearing) adalah kegiatan atau pembersihan
daerah yang akan ditambang dari semak-semak, pohon-pohon kecil dan tanah
maupun bongkahan-bongkahan yang menghalangi selanjutnya.
.........
- - ~
.......
..__.
-
'---'
Peralatan yang sering digunakan untuk kegiatan pembersihan tanah tambang
adalah tenaga manusia seperti gergaji , bulldozer, chainsaw, truk cungkil dan
penggaruk (ripper) . Kegiatan pembersihan lahan tambang dari vegetasi penutup
tanah dilakukan tanpa pembakaran (zero burning). Vegetasi hasil pembersihan
lahan dikumpulkan dan dirapikan bersama hasil tebangan pepohonan pada
tempat yang telah ditentukan dan diharapkan dapat menjadi sumber bahan
organik.
c. Penggalian dan Pemindaha Tanah Penutup (Overburden)
Lapisan tanah penutup merupakan lapisan tanah atau batuan yang
berada diantara lapisan tanah pucuk (top soil) dan lapisan batubara. Pengupasan
tanah penutup (Overburden) yang dilakukan pada lapisan tanah penutup
biasanya dilakukan bersama-sama dengan land clearing dan menggunakan
bulldozer dan excavator kelas V?OO sampai PC3000. Pekerjaan dimulai dari
tempat yang lebih tinggi (puncak bukit) dan tanah penutup didorong ke bawah
kearah tempat yang lebih rendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan
gaya gravitasi.
Dalam penggalian lapisan penutup juga dapat digunakan bahan peledak
(blasting) apabila lapisan tanah penutup cukup keras dan tidak bias dibongkar
dengan alat mekanik lainnya.
d. Penggalian Batubara
Setelah kegiatan penimbunan lapisan tanah penutup (Overburden) ,
selanjutnya dilakukan penggalian batubara. Pekerjaan penggalian batubara ini
menggunakan peralatan berupa bulldozer 085 yang dilengkapi alat garu. Setelah
batubara dibongkar, kemudian batubara dikumpulkan dengan bulldozer yang
memiliki blade. Batubara selanjutnya dimuat dengan menggunakan excavator
untuk dimasukkan kedalam alat angkut Dump Truck HD465 dengan kapasitas 50
ton untuk diangkut keinstalasi pengolahan batubara.
Untuk menjaga lokasi bukaan tambang batubara agar tetap kering maka
di sekeliling dari lantai bukaan tambang dibuatkan saluran/parit keliling dan
sumur {sump) untuk menampung air tirisan tambang dan ditampung di settling
pond yang te/ah disediakan atau dapat memanfaatkan lubang bekas bukaan
tambang yang belum ditutup. Sedangkan untuk menghindari air run off dari tanah
penutup di atasnya, maka tiap jenjang dan lereng tanah penutup dibuat saluran
drainase.
._.,
........
.........
"-
'--"
.......
e. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara
Reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang batubara dilakukan
setelah penambangan dimulai pada pit tambang berikutnya. Kegiatan ini
bertujuan untuk memulihkan kondisi lahan sehingga mendekati kondisi awal
sebefum penambangan dilakukan. Setiadi (1999), mendefinisikan revegetasi
sebagai suatu usaha manusia untuk memulihkan lahan kritis di luar kawasan
hutan dengan maksud agar lahan tersebut dapat kembali berfungsi secara
normal, sedangkan Parotta (1993) dalam Latifa (2000), menyatakan bahwa
reklamasi dengan spesies-spesies pohon dan tumbuhan bawah yang terpilih
dapat memberikan peranan penting dalam mereklamasi hutan tropika. Reklamasi
dengan jenis-jenis lokal dan eksotik yang telah beradaptasi dengan kondisi
tempat tumbuh yang terdegradasi dapat memulihkan kondisi tanah dengan
menstabilkan tanah, penambahan bahan-bahan organik dan produksi serasah
yang dihasilkan sebagai mulsa untuk memperbaiki keseimbangan sildus hara
dalam tanah reklamasi. Selanjunya Setiawan (1993) dalam Latifa (2000),
mengemukakan syarat-syarat tanaman penghijauan ataun reklamasi sebagai
berikut:
1. Mempunyai fungsi penyelamatan tanah dan air dengan persyaratan tumbuh
yang sesuai dengan keadaan lokasi, baik iklim rnaupun tanahnya.
2. Mempunyai fungsi mereklamasi tanah.
3. Bemilai ekonomis dimasa yang akan datang dan disukai masyarakat.
4. Hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang tidak terlalu lama .
Kendala dalam melakukan aktivitas reklamasi lahan pasca penambangan
adalah kondisi tanah yang marginal bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini
secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka karakteristik fisik, kimia dan biologi tanah perlu diketahui.
2.4. Kebijakan Pengelolaan Pertambangan Batubara di Indonesia
Pilihan paradigma pembangunan yang berbasis negara (state-based
resources development) mengandung konsekuensi pada manajemen
pembangunan yang bercorak sentralistik dan semata-mata berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi, yang didukung oleh instrumen hukum dan kebijakan yang
bercorak refresif. Ada sejumlah peraturan perundangan bidang pertambangan
yang berlaku di Indonesia. Keseluruhan peraturan ini menginduk pada sebuah
undang-undang No. 11 Tahun 1967 yang biasa disebut juga dengan UU pokok
._/
......-
pertambangan/1967. UU ini dikeluarkan untuk mengganti UU No. 37/Prp/ Tahun
1960 yang lahir sebagai pengganti lndischen Minjwet 1899, sebuah UU
pertambangan produk pemerintah kolonial Hindia-Belanda (Bachriadi , 1998).
Untuk mengatur pelaksanaan pengelolaan pertambangan secara formal
maka telah diterbitkan beberapa peraturan yang menyangkut dan mengatur
pengelolaan suatu kegiatan pertambangan, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah pusat (UU, PP, Kepres, Kepmen, dll) dan juga yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah propinsi dan kabupaten berupa perda-perda yang berkaitan
dengan pengelolaan pertambangan, Adapun peraturan perundang-undangan
tersebut antara lain ;
A. Peraturan yang menyangkut Ungkungan :
1) UU No. 11 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Pertambangan.
2) UU No 32 tahun 2009 tentang pengendalian dan pengelolaan lingkungan
hid up
3) PP No. 27 tahun 1999 tentang Analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL)
4) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001 tentang jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL (termasuk di
dalamnya kegiatan pertambangan Batubara)
5) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 02 tahun 2000 tentang Panduan penilaian
dokumen AMDAL
6) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 12 tahun 1994 tentang Panduan
penyusunan rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana
pemantauan lingkungan (RPL)
7) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 08 tahun 2000 tentang keterlibatan
masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL.
8) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 09 tahun 2000 tentang pedoman
penyusunan AMDAL.
9) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 02 tahun 1988 tentang baku mutu udara
am bien.
10) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 tentang baku mutu limbah
cair bagi kegiatan industri.
11) KEPRES No. 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung.
12) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 113 tahun 2003 tentang baku mutu air
limbah cair bagi kegiatan dan/atau usaha pertambangan batubara.
......,
-
-
-
_ ....
B. Peraturan yang menyangkut Ungkungan Pertambangan
1) Kepmentambeng No. 103 tahun 1989 tentang pengawasan atas pelaksanaan
rencana pengelolaan lingkungan dan rencanapemantauan lingkungan dalam
bidang pertambangan dan energi
2) Kepmentambeng No. 1211.K tahun 1995 tentang pencegahan dan
penanggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan pada kegiatan
usaha pertambangan umum
3) Kepmentambeng No. 1256.K tahun 1996 tentang pedoman teknis
penyusunan AMDAL untuk kegiatan pertambangan dan energi
4) Kepmen ESDM No. 1453.K tahun 2000 tentang pedoman teknis
penyelenggaraan tugas pemerintahan di bidang pertambangan umum.
5) Kep. Dirjen Tambeng No. 693.K tahun 1996 tentang pedoman teknis
pengontrolan erosi dan sedimentasi untuk kegiatan pertambangan umum
6) Kep Dirjen Tambeng No. 336.K tahun 1996 tentang Jaminan Reklamasi
Peraturan Pemerintah Daerah Yang Menyangkut Ungkungan dan
Pertambangan
Peraturan pemerintah daerah menyangkut pengelolaan lingkungan dan
pertambangan, dijabarkan masing-masing oleh kepala daerah sesuia dengan
kondisi daerahnya dengan merujuk pada pertauran tentang lingkungan yang
lebih tinggi , misalnya :
1. SK Gubemur Kalimantan Timur No. 339 tahun 1988 tentang baku mutu
lingkungan hidup di Kalimantan Timur
2. Perda Kab. Kutai Kartanegara No. 09 Tahun 2003 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
3. SK Bupati Kutai Kartanegara No. 180.188/HK-316/2003 tentang pedoman
pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan pada kegiatan
umum di Kabupagten Kutai Kartanegara
T erkait dengan kebijakan pengelolaan pertambangan batubara,
pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang digunakan sebagai landasan di
dalam kebijakan pengusahaan batubara, yaitu :
1. Kepmen ESDM No.1128 Tahun 2004, tentang Kebijakan Batubara Nasional.
2. Perpres No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.
3. lnpres No.2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara
yang Dicairkan Sebagai Bahan Bakar Lain ..
.......
~ . -
'-'
-
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara,
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (Dep. ESDMD, 2006) melaporkan
bahwa dalam sasaran bauran energi nasional tersebut, batubara menempati
urutan pertama di dalam penggunaan energi. Hal tersebut dikarenakan oleh :
b) Sumber daya batubara cukup melimpah, yaitu 61 ,3 miliar ton, dengan
cadangan 6,7 miliar ton.
c) Dapat digunakan langsung dalam bentuk padat, atau dikonversi menjadi gas
(gasifikasi) dan cair (pencairan) .
d) Harga batubara kompetitif dibandingkan energi lain.
e) Tekn61ogi pemanfaatan batubara yang ramah lingkungan telah berkembang
pesat, yang dikenal sebagai T eknologi Batubara Bersih (Clean Coal
Technology) .
...__,
._.,
-
3.1. Tujuan Penelitian
BAB Ill
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan penelitian tni adalah:
1. Mengetahui dampak sosial ekonomi bagi masyarakat terkait dengan
penambangan batubara di Kutai Kartanegara.
2. Mengetahui dampak lingkungan akibat penambangan batubara Kutai
Kartanegara.
3. Menyusun strategi penanggulangan dampak pertambangan batubara yang
perlu dilaksanakan oleh perusahaan pertambangan di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
1.4. Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian dan penyusunan laporan ini , peneliti
mengharapkan:
1. Hasil kajian ini sebagai salah satu bahan masukan bagi pihak Pemerintah
Daerah (terutama bagi stakeholders seperti , Bapedalda, Dinas
Pertambangan dan Energi , dan Badan Pengelola ljin Terpadu) untuk menilai
dampak perusahaan batubara terhadap sosial ekonomi masyarakat dan
kualitas lingkungan sehingga menjadi pertimbangan dalam pengawasan dan
pengeluaran ijin penambangan batubara.
2. Menemukan kondisi riil sosial ekonomi masyarakat sekitar tambang dan
kondisi kerusakan lingkungan alam akibat penambangan batubara
3. Adanya strategi penanggulangan dampak sosial ekonomi dan lingkungan
akibat penambangan batubara
~
BABIV
METODOLOGI
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada dalam wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara,.
Empat kecamatan ditetapkan sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan
Tenggarong, Tenggarong Seberang, Loa Kulu, dan Sanga-Sanga. Lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 2. Penetapan lokasi penelitian dipilih secara
sengaja (purposive) dari 18 kecamatan, dengan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
1. Secara geografis, merupakan kecamatan dengan tingkat kepadapat
penduduk yang tinggi dan aktivitas yang cukup ramai sehingga rentan
terhadap dampak dari kegiatan pertambangan batubara.
2. Kecamatan dengan jumlah perusahaan pertambangan batubara terbanyak
yang beroperasi.
3. Memiliki potensi lahan pertanian produktif yang besar namun terancam
kelestariannya akibat aktivitas pertambangan yang memungkinkan dilakukan
pada lahan pertanian produktif tersebut.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Pebruari sampai dengan bulan
Nopember 2010, terhitung sejak penyusunan proposal penelitian sampai
penyusunan draft dan revisi laporan penelitian.
1
PETALOKASI
PENELITIAN
Keterangan
1. Kec. Anggana
2. Kec. Kembang Janggut
3. Kec. Kenohan
4. Kec. Kola Bangun
5. Kec. Loa janan
7. Kec Marang Kayu
B. Kec. Muara Badak
9. Kec. Muara Jawa
10 Kec. Muara Kaman
11 Kec. Muara Muntai
12Kec. Muara Wis
13 Kec. Samboja
tnl
15 Kec. Sebulu
16Kec. Tabang
'9'
u
!
s
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Dampak Pertambangan Batubara di
Kabupaten Kutai Kartanegara
-
4.2. Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup kajian tentang dampak penambangan batubara terhadap
pengembangan sosial, ekonomi dan lingkungan di Kabupaten Kutai Kartanegara
secara garis besar dibagi atas lingkup wilayah dan lingkup kegiatan. Lingkup
wilayah yang dimaksud adalah wilayah studi yang akan dijadikan sebagai objek
kajian yang dalam hal ini adalah wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan
menetapkan beberapa kecamatan sebagai kecamatan sampel. Penentuan
kecamatan sampel dilakukan secara purposive sampel dengan pertimbangan
banyaknya perusahaan pertambangan batubara yang beroperasi pada
kecamatan tersebut.
Untuk lingkup kegiatan, adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
penambangan batubara yang berpeluang menimbulkan dampak baik kegiatan
pada tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca
operasi. Setiap tahapan kegiatan dalam penambangan batubara dimaksud akan
menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap kondisi ekonomi, sosial dan
lingkungan.
4.3. Kerangka Pemikiran
Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu kabupaten di
Kalimantan Timur yang memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar
baik sumberdaya alam terbarukan (renewble resources) seperti hutan, lahan
pertanian produktif untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan
perkebunan, dan sumberdaya alam pesisir, maupun sumberdaya alam tidak
terbarukan (unrenewable resources) seperti batubara, minyak dan gas bumi yang
terdapat di daratan dan di lautan. Potensi yang besar tersebut dapat
dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu
permasalahan terbesar dalam pemanfaatan sumberdaya alam tersebut adalah
pemanfaatan sumberdaya alam tidak terbarukan terutama batubara yang
memiliki nilai ekonomi yang besar dalam penyediaan energi seringkali
menggeser keberadaan potensi sumberdaya alam terbarukan yang ada di
atasnya.
Dari potensi sumberdaya yang ada, pertambangan batubara
merupakan faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara sampai saat ini. Hal ini terlihat dari tingginya sumbangan sektor
pertambangan dan penggalian terhadap peningkatan Produk Domestik Regional
~ -
~ . /
... ~
..........
Bruto (PDRB) Kabupaten Kutai Kartanegara. Di sisi lain sektor pertambangan
berpotensi paling besar menimbulkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan.
Dampak sosial yang timbul seperti tumpang tindih penggunaan lahan, konflik
sosial antara masyarakat dengan perusahaan, sedangkan dampak ekonomi
seperti terbukanya lapangan pekerjaan, hilangnya mata pencaharian
masyarakat, terbukanya peluang berusaha. Sementara itu, pertambangan
batubara juga memberikan dampak terhadap lingkungan (ekologi) yang timbul
karena di sekitar lokasi pertambangan terjadi degradasi lahan, polusi air, udara,
kebisingan, banjir, rusaknya bentang alam dan berbagai kerusakan lingkungan.
Lainnya. Degradasi lahan akibat pertambangan mengakibatkan penurunan
kualitas sifat fisik kimia dan biologi tanah sehingga tanah pasca tambang
berubah menjadi media tumbuh yang sangat jelek yang tidak mampu untuk
mendukung pertumbuhan vegetasi atau tanaman. Adapun kerangka pikir dalam
penelitian ini disajikan pada Gambar 3 di bawah ini :
Potensi Sumberdaya Alam

Sumberdaya Alam
Terbarukan
+
Peningkatan PDRB dan
Kesejahteraan
Masyarakat
Kutai Kartanegara
I

Sumberdaya Alam Tidak
Terbarukan
~
BATUBARA
Eksploitasi Secara Besar-Besaran
I
Gambar 3. Kerangka Pikir Kajian Dampak Pertambangan Batubara terhadap
Pengembangan Ekonomi, Sosial , dan Lingkungan
'--'
~
4.4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Subana (2001 ),
penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang menuturkan dan menafsirkan
data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang
terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan hasil penelitian secara jelas
dan akurat berdasarkan dukungan data yang diperoleh secara up to date.
Dalam penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan atau
menggambarkan data-data yang telah diperoleh dari kuesioner, observasi,
wawancara dan penelusuran pustaka. Penelitian dirancang dalam tiga tahapan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tahapan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
o Tahap pertama adalah mengkaji secara mendalam dampak yang ditimbulkan
dari setiap aktivitas pertambangan batubara dilihat dari aspek sosial dan
ekonomi
o Tahap kedua adalah mengkaji secara mendalam dampak yang ditimbulkan
dari setiap aktivitas pertambangan batubara dilihat dari aspek lingkungan
o Tahap ketiga adalah menyusun strategi pengelolaan dampak terutama
dampak negatif dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan, mengurangi
potensi konflik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kajian dampak pertambangan batubara terhadap pengembangan
ekonomi , sosial , dan lingkungan di Kabupaten Kutai Kartanegara ini merupakan
penelitian yang memadukan antara penelitian yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Namun demikian data-data yang bersifat kualitatif diupayakan diolah
menjadi data kuantitatif sehingga dapat dengan mudah diinterpretasikan dengan
menggunakan kriteria-kriteria tertentu untuk memudahkan menjastifikasi besaran
dampak yang terjadi , seperti dengan menggunakan nilai persentasi ataupun
kriteria lainnya.
4.5. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan model pengukuran dan evaluasi terhadap
dampak penambangan batubara terhadap kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat, maupun terjadinya kerusakan lingkungan akibat penambangan
batubara.
Berdasarkan data sekunder yang berasal dari berbagai instansi /lembaga
terkait akan dilakukan validasi atau verifikasi data sebagai sarana menyusun
alternative desain pemecahan masalah yang akan dijadikan sebagai strategi
dalam mengelola dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan
batubara. Secara garis besar ada tiga pendekatan yang dapat dipakai dalam
penelitian ini, yaitu :
4.5.1. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ini dimaksudkan untuk menilai segi-segi biaya dan manfaat
ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar perusahaan dengan adanya kegiatan
pertambangan batubara yang beroperasi disekitar wilayahnya. Kaidah-kaidah
penilaian secara ekonomis akan diterapkan untuk mengetahui sejauh mana
manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat dilihat dari :
1. Pendapatan masyarakat sekitar perusahaan pertambangan batubara
2. Terbukanya lapangan pekerjaan
3. Peluang berusaha bagi masyarakat sekitar
4. Pengembangan ekonomi masyarakat oleh perusahaan melalui CSR
4.5.2. Pendekatan Sosial-Budaya
Dari sisi pendekatan sosia-budaya perlu memperhitungkan biaya manfaat
sosial (social cost) pengembangan usaha pertambangan batubara terhadap
masyarakat sekitar. Kemudahan memperoleh pelayanan dalam konteks interaksi
keruangan yang baru sebagai keuntungan maupun kerugian sosial yang mungkin
timbul terutama menyangkut tindak sinkronnya antara batas-batas wilayah milik
masyarakat, tumpang tindihnya kepemilikan lahan, besaran ganti rugi
pembebasan lahan dan tanam tumbuh, mekanisme perekrutan tenaga kerja,
pemeliharaan situs-situs budaya di lokasi penambangan, dan pemeliharaan
sarana umum seperti pengairan, dan kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan
oleh perusahaan terhadap masyarakat yang dikelola melalui Coorporate Social
Responsibility (CSR), maupun kegiatan social lainnya dalam pengelolaan dan
alokasi sumber daya tertentu yaitu pertambangan batubara oleh suatu
perusahaan
4.5.3. Pendekatan Lingkungan (ekologi)
Dari sisi pendekatan lingkungan akan mempertimbangkan besarnya
perubahan lingkungan yang akan t e ~ a d i sebagai akibat dai kegiatan
pertambangan batubara. Perubahan lingkungan tersebut dilihat dari perubahan
bentang lahan, penurunan tingkat kesuburan tanah, gangguan ekosistem
sebagai dampak dari kejadian erosi dan sedimentasi yang akan mengganggu
kualitas perairan, dan peluang pemanfaatan lahan bekas penambangan
batubara baik untuk kegiatan pertanian tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, perikanan, dan ekowisata yang dapat dikomplementerkan dengan
kegiatan lain seperti peternakan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
potensi ekonomi wilayah untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat
sekaligus mengurangi potensi konflik dimasyarakat.
4.6. Populasi dan Sample
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kecamaaan di Kutai
Kartanegara yakni sebanyak 18 kecamatan, yang hampir seluruh kecamatan
memiliki lokasi penambangan batubara serta seluruh masyarakat yang ada.
Sedangkan sample yang akan diambil dalam kegiatan penelitian ini adalah 4
kecamatan yakni : Kecamatan Tenggarong, Kecamatan Tenggarong Seberang,
Kecamatan Loa Kulu, dan Kecamatan Sanga-Sanga dan masyarakat pada
empat kecamatan tersebut yang akan dipilih secara acak (random) yang akan
dijadikan sebagai responden. Responden dalam penelitian ini dibedakan atas
dua yaitu responden dari masyarakat umum dan responden kunci.
Jumlah responden dari kalangan masyarakat umum pada kegiatan
penelitian ini meliputi : petani , nelayan, pelajar, ibu rumah tangga, buruh,
pedagang, pegawai negeri dll. Penentuan jumlah responden dilakukan dengan
menggunakan metode Purposive Random Sampling secara proporsional
(Walpole, 1995) dengan rumus sebagai berikut :
n, = ~ :J n
Dimana : n = Jumlah responden
N = jumlah populasi 4 kecamatan
Nx = Jumlah populasi setiap kecamatan
n = ukuran responden secara keseluruhan
Adapun penempatan titik-titik sampel didasarkan pada zona wilayah
yang akan dibagi dalam tiga (3) klaster yaitu klaster I, klaster II, dan klaster Ill.
Responden yang termasuk klaster I ditetapkan dengan radius sekitar 500 meter
dari lokasi penambangan, klaster II dengan radius 500 - 1500 meter dan klaster
Ill dengan radius lebih dari 1500 meter.
Sedangkan jumlah responden kunci dipilih secara sengaja (Purposive
Sampling). Responden yang dipilih memiliki pengetahuan dan keahlian sesuai
dengan bidang yang dikaji. Beberapa pertimbangan dalam menentukan
responden kunci yang akan dijadikan responden, menggunakan kriteria seperti
berikut:
1. Mempunyai pengalaman yang kompeten sesuai dengan bidang yang dikaji
2. Memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dalam kompetensinya dengan bidang
yang dikaji
3. Memiliki kredibilitas yang tinggi, bersedia, dan atau berada pada lokasi yang
dikaji
4. 7. Variabel Penelitian
Secara teori, definisi variabel penelitian adalah merupakan suatu objek,
atau sifat, atau atribut atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai
bermacam-macam variasi antara satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh
peneliti dengan tujuan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.
Pada bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik-
titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan hubungan
antar variabel, maka variabel tersebut dapat berupa variabel dependen (terikat)
dan variabel independent (variabel bebas). Variabel terikat merupakan variabel
yang besarannya tergantung dari besaran variabel independen (bebas). Adapun
variabel bebas dimaksud adalah kegiatan-kegiatan atau proses berlangsungnya
pertambangan batubara yang cenderung menimbulkan dampak. Dampak
tersebut dapat muncul pada setiap tahapan kegiatan pertambangan batubara
mulai dari tahap pra konstruksi, kontruksi, operasi dan pasca operasi.
Sedangkan variabel terikat adalah dampak yang timbuk akibat kegiatan
pertambangan batubara. Dampak ini berupa dampak negatif dan dampak positif
yang dilihat dari berbagai aspek yaitu aspek fisik-kimia (lingkungan), sosial-
ekonomi dan budaya masyarakat
a. Variabel dampak terhadap sifat fisik dan kimia lingkungan, antara lain :
(1) Degradasi (kerusakan) lingkungan akibat pembongkaran batubara
dengan metode open pit
(2) Pencemaran lingkungan akibat limbah-limbah yang dihasilkan oleh
aktivitas pertambangan.
b. Variabel dampak terhadap kondisi sosial ,ekonomi dan budaya masyarakat,
antara lain
( 1) Sikap dan persepsi masyarakat dengan adanya kegiatan pertambangan
batubara
(2) Kehilangan dan terbukanya lapangan pekerjaan
(3) Terbukanya peluang usaha
(4) Konflik sosial antar mansyarakat dengan perusahaan
(5) Kegiatan Coorporate Social Responsibility (CSR)
c. Variabel dampak terhadap kondisi biologi , atara lain :
(1) Terjadinya degradasi vegetasi oleh kegiatan pembukaan lahan
(2) T erganggunya keanekaragaman hayati terutama flora dan fauna
terutama yang dilindungi
Dari kedua variabel di atas, yakni variabel dependen dan variabel
independen, dalam analisis, hubungan antara keduanya tidak dimasukkan dalam
model staistik yang kita gunakan. Artinya tidak dihitung seberapa besar
terjadinya perubahan yang disebabkan oleh variabel independen (bebas) ini ,
akan memberi peluang terhadap perubahan variabel dependen (terikat) sebesar
koefisien (besaran) perubahan dalam variabel independen, tetapi hanya
dideskripsikan bahwa setiap kegiatan yang ber1angsung dalam penambangan
batubara akan menimbulkan dampak baik dampak positif maupun dampak
negatif terhadap kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat di
sekitarnya.
Untuk rnengukur besamya dampak yang muncul baik dampak positif
maupun dampak negatif, digunakan berbagai indikator, antara lain :
1. Dampak yang terikat dengan tingkat pencemaran lingkungan seperti
penurunan kualitas air, kualitas udara ambient, dan kebisingan mengacu
kepada tingkat baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan, antara lain
(Wardana, 2004) ;
a. Kualitas air mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air
b. Kualitas udara mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun
1999 tentang pengendalian pencemaran udara, SK MenLH Nomor 13
tahun 2005 dan SK Menaker Nomor 51 tahun 1999 tentang nilai ambang
batas debu ditempat kerja
~
c. Kebisingan mengacu pada Kepmen LH No. 48 Tahun 1996 Tentang ;
Baku Tingkat Kebisingan
d. Laju erosi mengacu pada tingkat bahaya erosi (TBE) yang ditetapkan
oleh Sitanala Arsyad tahun 2000 (Konservasi Tanah dan Air)
2. Dampak yang terkait dengan tingkat kondisi sosial dan ekonomi masyarakat ;
a. Tingkat persepsi dan sikap masyarakat mengacu pada persentase sikap
dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan pertambangan batubara
b. Potensi konflik sosial dilihat dari intensitas konflik yang terjadi antara
masyarakat di sekitar perusahaan dengan perusahaan itu sendiri
c. Lapangan pekerjaan mengacu pada perbandingan persentase tenaga
kerja yang diterima antara tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja non
lokal
d. Pendapatan masyarakat diukur dari tingkat pendapatan masyarakat
sebelum dan sesudah pertambangan batubara beroperasi
e. Terbukanya peluang usaha diukur dari banyaknya peluang usaha yang
terbuka bagi masyarakat sekitar dengan adanya aktivitas pertambangan
batubara
f. Penyediaan sarana dan prasarana, serta bantua sosial kepada
masyarakat diukur dari banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan melalui CRS (Coorporate Social Responsibity) yang ada.
3. Dampak yang terkait dengan kondisi biologi :
a. Degradasi vegetasi yang terdapat di areal penambangan batubara diukur
dari penurunan jumlah dan populasi vegetasi dan luas daerah pada a r e ~ l
yang ditambang
b. Terganggunya keanekaragaman hayati diukur dari tingkat kepadatan,
keragaman, dan frekuensi kepeberadaan satwa yang ada di lokasi proyek
penambangan batubara
4.8. Metode Analisis Data
4.8.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian dampak pertambangan
batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer bersumber dari hasil survei langsung di lokasi studi dan
hasil penjajakan dengan menggunakan kuisioner kepada responden terpilih.
_,
Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait di Kabupaten Kutai
Kartanegara seperti Kantor Kecamatan dan Desa atau Kelurahan, Bappeda,
Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Pertanian, Dinas perkebunan, dan
dinas/instansi lainnya dalam lingkup SKPD Kabupaten Kutai Kartanegara.
4.8.2. Teknik pengumpulan data.
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan
kuisioner, observasi, dan wawancara mendalam kepada responden yang
ditentukan dengan teknik random (acak), serta studi literatur.
a. Kuisioner, dilakukan melalui penyebaran angket atau daftar pertanyaan yang
tersedia relevan dengan masalah yang diteliti. Kuisioner dimaksudkan untuk
memperoleh data yang objektif terkait dengan dampak kegiatan
penambangan batubara baik yang bersifat pengembangan ekonomi, potensi
dan penanganan konflik sosial , maupun ancaman kerusakan lingkungan.
Adapun penyebaran angket kepada responden berjumlah 250 responden dari
4 kecamatan yang menjadi sampel kegiatan penelitian.
b. Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dan informasi yang
dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala, peristiwa dan aspek-aspek yang diteliti di lokasi penelitian.
Observasi ini akan dilakukan pada empat wilayah studi untuk mengetahui
secara Jangsung kondisi sosial , ekonomi, dan lingkungan sekitar
pertambangan batubara.
c. Wawancara mendalam (indepth interview) yaitu mengumpulkan data dan
informasi dengan melakukan wawancara secara langsung berdasarkan
pedoman yang telah disusun sebelumnya dengan pihak yang berkompeten
dan berwenang terkait masalah yang diteliti antara lain:
o Kepala Dinas Pertambangan dan Energi
o Badan Lingkungan Hidup Daerah Kutai Kartanegara
o Pimpinan perusahaan pertambangan batubara
o Dekan Fakultas Teknik Geologi Pertambangan
o T okoh Masyarakat.
o LSM
d. Studi Literatur, mengumpulkan data dengan mempelajari , menelaah dan
menganalisa data literatur, dokumen, peraturan serta referensi lainnya yang
._;
~ - -
erat kaitannya dengan masalah yang diteliti. Adapun buku literatur yang
diperlukan antara lain:
~ Data BPS Kutai Kartanegara
~ Data Dinas Pertambangan Kutai Kartanegara
~ Data BLHD Kutai Kartanegara
~ Data Bappeda Kutai Kartanegara
4.8.3. Teknik Pengolahan Data
Dalam studi ini menggunakan metode deskriptif. Analisis deskriptif
(Deskriftive Analysis) diartikan sebagai ana/isis untuk menje/askan dan
menggambarkan suatu kondisi dari objek yang dikaji. Analisis deskriptif dilakukan
dengan cara mengumpulkan berbagai informasi terkait kegiatan pertambangan
batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara dan dampaknya terhadap masyarakat
sekitar baik dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta strategi pengelolaan
dampak. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan digunakan metode
triangulasi yang merupakan perpaduan antara studi literatur, observasi lapangan,
dan penyebaran kuisioner. Observasi lapangan dilakukan untuk mencocokkan
beberapa data yang diperoleh dari hasil studi literatur dengan kenyataan yang
terjadi di /apangan. Sedangkan penyebaran kuisioner di/akukan untuk menjaring
informasi dari masyarakat terutama persepsinya dalam kegiatan pertambangan
batubara di wilayahnya dan dampak yang ditimbulkannya.
a. Data kualitatif dan kuantitatif akan dianalisa melalui pendekatan isi dan
kedalaman menterjemahkan suatu fenomena berdasarkan standar
persentase.
b. Sedangkan data kuantitatif akan dikategorikan, diklasifikasi dan diolah
sebagai dasar pengukuran dan analisis untuk memberikan penjelasan dan
penilaian terkait dengan dampak penambangan batubara di wilayah Kutai
Kartanegara baik yang bersifat pengembangan sosial-ekonomi masyarakat
maupun yang bersifat ancaman kerusakan lingkungan.
Data sekunder yang diperoleh akan dijadikan sebagai data menganalisa
dampak penambangan batubara di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
mengenai data kondisi sosial ekonomi, meliputi :
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), menggunakan rumus:
r AK
TPAK=----X 100%
r PUK
'--
--
........
2. Kesempatan Kerja (KK) menggunakan rumus :
r. AK yang bekerja
KK = X 100%
r. AK
3. Pendapatan per kapita ( PPK) menggunakan rumus :
PRT
PPK = ---
ART
Keterangan :
AK = Angkatan Kerja (PUK yang bekerja dan mencari pekerjaan)
PUK = Penduduk Usia K e ~ a (Penduduk berusia 15 tahun ke atas)
PRT = Pendapatan rata-rata per rumah tangga
ART = Rata-rata jumlah anggota rumah tangga (RT)
3. Sikap dan persepsi masyarakat di sekitar perusahaan di lakukan survey
lapangan dengan melakukan wawancana dan pengisian kuisioner terhadap
responden sampel. Metode pengumpulan data, analisis data sosial, seperti
pada T abel 1 .
T abel 1. Metode Pengumpulan data, analisis data social dan ekonomi
Parameter Met ode Peralatan
Pengumpulan Data Analisis Data
Sikap dan Observasi, Tabulasi dan Kuisioner/ daftar
Persepsi wawancara, dan Grafikltabel is ian
pengumpulan data
sekunder
------ - ----- - -- ---- --
Untuk karakteristik lingkungan dan komponen biologi, walaupun hanya
didukung dari data sekunder dari perusahaan batubara yang melakukan proses
analisis, namun untuk memperoleh data tersebut, menggunakan berbagai
macam metode analisis, antara lain :
1. Kualitas perairan menggunakan metode analisis laboratorium yang
berpedoman pada Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 , dengan
parameter fisik dan kimia kualitas air seperti pada Tabel2.
Tabel 2. Daftar parameter fisik dan kimia lingkungan perairan
No. Parameter Satuan Metode Analisis
I, Fisika
2 Residu Terlarut (TDS) mg/1 Gravimetri
3 Residu Tersuspensi (TSS) mg/1 Gravimetri
4 Kekeruhan NTU Secchi disk
5 Wama TCU Spektrofotafinetri I
7 Debu mg/1 Gravimetri I
II, KIMIA
1 I so2 I
ppm I Pararosanilin
-
~
'""'
2 N02
mg/1 Spektrofotometri
No. Parameter Satuan Metode Analisis
3 HC ppm Flame Ionization
4 co ppm NDIR
5 NH
3
mg/1 Spektrofotometri
6 Ph mg/1 Potensiometri
12 BOD mg/1 Titrimetri
13 COD mg/1 Titrimetri
14 DO mg/1 Titrimetri
15 TotaiPhospatsebagaiP mg/1 Spektrofotometri
16 Nitrat sebagai N mg/1 Spektrofotometri
19 Nitrit sebagai N mg/1 Spektrofotometri
21 Fecal Coliform MPN/100 ml MPN atau Filtrasi
22 Total Coliform MPN/100 ml MPN atau Filtrasi
23 Minyak dan Lemak IJQ/L Spektrofotometri
Sumber : Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kab. Serang, 2007.
2. Kualitas Udara dan Kebisingan. Analisis kualitas udara dilakukan dengan
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara, sedangkan kebisingan diukur dengan
menggunakan metode pembacaan skala pada alat sound level meter.
Adapun metode analisis data untuk kualitas udara dan kebisingan seperti
pada Tabel3.
Tabel3. Metode Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Parameter
Komponen Kualitas Udara dan Kebisingan
No. Parameter Satuan Metode
Pengumpulan Data Analisis Data
A Kualitas Udara
1. so2 Ppm Analisis Lab Pararosanilin
co Ppm Analisis Lab NDIR
NOx Ppm Analisis Lab Saltzman
Debu Ug/m
3
Analisis Lab Gravimetric
B Kebisingan
Kebisingan dB (A) Pengukuran Pembacaan
Langsung Skala
Peralatan
Sound
Level
Meter
3. Erosi Tanah diukur dengan menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss
Equation) oleh Weischmeir W. H dan Smith (1978) dengan rumus:
A=RxKxLxSxCxP
...._,

........
Dimana : A = Dugaan erosi tanah (ton/ha/tahun
R = lndeks erosivitas hujan
K = lndeks Erodibiltas tanah
L = Faktor Panjang lereng
S = Faktor kemiringan lereng
C = Faktor pengelolaan tanaman
P = Faktor konservasi tanah
4. Beban sedimen diukur dengan menghitung besamya sedimentasi yang
dengan menggunakan rumus :
as= 0,0864 X a XC
Dimana : Qs = Beban sedimen (ton/hari)
C =Rata-rata sedimen (mglliter)
a =Debit aliran air (m
3
/detik)
5. Vegetasi/flora darat dihitung dengan menggunakan lndeks Nilai Penting (INP)
yang merupakan penjumlahan relatif dari ketiga parameter, yaitu :
a. Kerapatan relatif (KR) = dari suatu jenis x 100 %
Kerapatan seluruh jenis
b. Frekuensi relatif (FR) = Frekuensi dari suatu jenis x 100 %
Frekuensi seluruh jenis
c. Dominasi Relatif = Dominasi dari suatu jenis x 1 00 %
Dominasi seluruh jenis
4.9 Pembentukan Tim Peneliti
Tim Pengarah
Tim Peneliti
1. Kementerian Negara Riset dan T eknologi Deputi
Sipteknas
2. Pit. Kepala Balitbang Depdagri
1. Dr. lr. lnce Raden, MP : Ketua merangkap anggota
: Anggota 2. Dr. lr. Thamrin, MP
3. M. Soleh Pulungan, S.Pd., MH : Anggota
4. Moh. Dahlan, SE, M.Si : Anggota
Tabel 4. Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan
2 3 4
I. PERSIAPAN
1. Penyusunan TOR dan Studi Literatur
r-
2.Koordinasi dengan lnstansi Terkait
-
3.Rapat-Rapat Tim ...
-
II PELAKSANAAN
1. Pengumpulan Data/Observasi ..
2.Tabulasi Analisis Data
3.Penyusunan Laporan Awal
Ill PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR
1. Penyusunan draft Laooran
2.Revisi Laporan
3. Evaluasi dan Diskusi
4. Seminar dan Revisi Laporan Akhir
r
\
5

BULAN
6 1
..
..
8
"Ia

9 10
..

..
,
\
32
11
-
I
BABV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil observasi, survey, dan wawancara sebagai data
primer dan data sekunder dari berbagai sumber untuk mengkaji berbagai
dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan aktifrtas perusahaan pertambangan,
diperoleh hasil analisis berbagai dampak di bidang ekonomi, sosial, dan
lingkungan akibat kegiatan pertambangan di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Adapun dampak tersebut diuraikan di bawah ini
5.1 Dampak kegiatan pertambangan terhadap ekonomi masyarakat
Berdasarkan hasil kajian ditemukan bahwa kehadiran perusahaan batu
bara di wilayah Kutai Kartanegara membawa dampak positif di bidang ekonomi
diantaranya dapat meningkatkan pendapatan per bulan masyarakat sekitar
pertambangan. Hasil analisis pada Tabel5 menunjukkan bahwa sebelum adanya
usaha pertambangan penghasilan per bulan penduduk tertinggi (57.14%)
berkisar Rp. 1000000 s/d 2000000, setelah adanya usaha pertambangan terjadi
peningkatan penghasilan per bulan penduduk setempat yaitu Rp 2000000-
3000000 (33.75 %), 3000000-4000000 (11,87 %), dan di atas 4000000 (8.12%).
Data tersebut memberikan indikasi bahwa terjadi pergeseran pendapatan
penduduk sekitar usaha pertambangan yang tadinya terkonsentrasi pada nilai
satu s/d dua juta per bulan terdisribusi ke tingkat yang lebih tinggi.
Tabel5. Pendapatan per bulan sebelum dan sesudah ada perusahaan tambang
batubara
NO Pendapatan per bulan (Rp) Penghasilan Per Bulan (%)
Sebelum Sesudah
1 > 4,000,000 1.78 8.12
2 3000000-4000000 4.76 11.87
-
---
3 2000000-3000000 14.28 33.75
4 1 000000-2000000 57.14 35.62
5 500000-1 000000 16.07 10.00
6 < 500000 2.38 0.62
7 Pengangguran 3.57 0
Sumber data diolah dari kuesioner 2010
Peningkatan pendapatan temyata berkorelasi positif dengan rata-rata
pengeluaran per bulan masyarakat sekitar pertambangan batubara. Berdasarkan

.........
hasil penelitian (Tabel 6) menunjukkan bahwa ada kenaikan 14.55 %
pengeluaran (belanja) yang dilakukan oleh penduduk setempat.
Tabel6. Pengeluaran setiap bulan sebelum dan sesudah ada perusahaan
Rata-rata pengeluran sebelum dan
Kabupaten sesudah ada perusahaan (Rp) %
Sebelum Sesudah
Kutai
KartaneQara 1,403,000 1,642,000 14,55
Sumber data yang dioleh dari kuesioner 2010
Peningkatan pendapatan ini disebabkan oleh adanya penerimaan tenaga
yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional.
meliputi tenaga managerial , teknis tambang, teknis operasional dan tenaga kerja
pendukung. Salah satu contoh kasus berikut ini disajikan salah satu contoh
jumlah kebutuhan tenaga kerja yang akan direkrut oleh salah satu perusahaan
batubara yaitu PT. Anggana Coal yang berioperasi di Kecamatan Loa Kulu
Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan data sebagai berikut :
Tabel7. Kebutuhan Tenaga Kerja PT. Anggana Coal untuk Operasional
Tambang Batubara di Kecamatan Loa Kulu
No. Deskripsi Tenaga Kerja Jumlah (orang)
A Manajemen
1 Project Manager 1
2 Mine Manager 1
3 Plant & Machinery Manager 1
4 Mine Operation Manager 1
5 Safety Manager 1
6 Marketing Manager 1
7 Coal Prep. Plant Manager 1
8 Finance & Administrasi Manager 1
9 Secretary 1
Jumlah : 9
B K3 dan Coorporate Social Responsibity (CSR)
1 HRD 2
2 Accountant 2
3 Administration Personil 3
4 Information Tech. Engineer 1
5 Staff K3 1
----- -- ----- ------------
9
B K3danCoo rate Social Res nsibi
6 Staff Community Development/CSR 1
7 Staff Lingkungan 1
8 Secretary 1
9 Security Guard 6
10 T enaga dokter) 1

'
.......-
..........
.........
'---'
..}.)
11 Paramedis (perawat) 2
Jumlah : 12
c Perencanaan dan Enggineering
Mine Engineer 2
Safety Personil 3
Projek Engineer 1
Geologist 1
Computer Analist 1
Technical Drafting 1
Surveyor 2
Secretary 1
Clerk/Helper Surveyor 2
Jumlah : 14
D Administrasi dan Keuangan
1 Accounting Staff 1
2 Secretary 1
3 Clerk 1
Jumlah : 3
E Operasi
1 Production Surveyor 1
2 Foreman 3
3 Heavy Equipment Operator 44
4 Ugh Equipment Operator 10
5 Cheker 6
Jumlah : 65
F Perawatan Dan Logistik
1 Engineer 2
2 Mechanics 4
3 Electrician 2
4 Welder 3
5 Parts Counter 4
6 Unskilled Laborer 12
Jumlah : 27
G CPP
1 Kepala Bagian 1
2 Teknisi 4
3 Staff adminsitrasi 4
4 Enggineering dan Analist 1
5 Quality Control 1
6 Helper 4
Jumlah : 15
L__ - - --
Jumlah Total : 151
Sumber : PT. Anggana Coal, 2010
Operasiona/ penambangan batubara, PT. Anggana Coal membutuhkan
tenaga kerja sebesar 151 orang. lni berarti akan memberikan kesempatan kerja
kepada penduduk lokal. Diketahui jumlah penduduk usia 16 - 55 tahun di sekitar
lokasi perusahaan sebanyak 5.435 jiwa dan jumlah pengangguran sebanyak 871
jiwa, maka tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), sebesar:
I
I
I
~
~ -
._.J
....__,
'--"'
Dimana:
Maka :
L AK
TPAK =----X 100%
L PUK
AK = Angkatan Kerja (PUK yang mencari pekerjaan)
PUK = Penduduk Usia Kerja (Penduduk berusia 15 tahun ke atas)
871
TPAK= X 100%
5.435
= 0,1601
= 16,02%
Karena PT. Anggana Coal merekrut tenaga kerja sebanyak 151 orang dengan
asumsi bahwa 80 % atau sebanyak 121 orang tenaga kerja berasal dari tenaga
kerja lokal yang belum bekerja, maka PT. Anggana Coal akan mengurangi
tingkat pengangguran atau memberikan kesempatan kerja (KK) bagi penduduk
lokal sebesar :
871 - 121
KK= - X 100%
5.435
= 0,1379
= 13,79%
Dengan demikian kesempatan kerja (KK) = 16,02%-13,79% = 2,23%
Perekrutan masyarakat lokal untuk bekerja di pertambangan batubara
diharapkan akan meningkatkan pendapatan mereka yang pada akhimya akan
berpengaruh pada tingkat pendapatan perkapita keluarga pekerja tambang .
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan terhadap pendapatan masyarakat
setelah ada aktivitas pertambangan batubara menunjukkan adanya peningkatan
secara umum dari pendapatan sekitar . Rp 1.000.000,- meningkat menjadi
sekitar . Rp 2.000.000,- Dengan jumlah anggota keluarga rata 3 orang per
kepala keluarga (KK), maka tingkat pendapatan perkapita (PPK) masyarakat di
sekitar tam bang batubara sebesar :
PRT
PPK =
ART
..__
...__
~
~
Jl
Dimana :
PRT = Pendapatan rata-rata per rumah tangga
ART = Rata-rata jumlah anggota rumah tangga (RT)
Rp. 2000.000
PPK = ---------
3
= Rp. 666.666,- (Enam Ratus Enam Puluh Enam Ribu Enam
Ratus Enam Puluh Enam Rupiah per kapita)
Selain faktor adanya penyerapan tenaga kerja lokal yang b e k e ~ a di
perusahaan, peningkatan penghasilan per bulan yang diterima oleh masyarakat
disebabkan pula oleh adanya peluang usaha bagi masyarakat yang berada
disekitar aktifitas pertambangan. Berdasarkan data Tabel 8 menunjukkan bahwa
72.26 % responden menjawab bahwa kehadiran perusahaan membuka peluang
usaha bagi penduduk setempat.
Warung sembako, rumah sewaan, dan warung makan adalah 3 peluang
usaha yang paling dominan yang dilakukan oleh masyarakat secara berturut-
turut presentasenya 20.76%, 19.48 %, dan 15.33 %.
Tabel8. Peluang usaha yang dapat dikembangkan masyarakat akibat adanya
perusahaan
A. Peluang usaha yang dikembangkan 72.26%
a Warung Makan 15.33
b Warung Sembako 20.76
c Counter Pulsa 11 .18
d Berdagang hasil pertanian (sayuran/buah-buahan) 6.38
e Rumah sewaan/kontrakan 19.48
f Jasa katering perusahaan 5.11
g Bibit penghijauan 2.55
h Jasa pencucian pakaian I Laundry 5.11
i Usaha isi air ulang 7.34
j Usaha petemakan 2.87
k Jasa angkutan karyawan 3.83
B. Tidak ada peluang usaha 18.97%
c. Tidak tahu 8.76%
Sumber data yang dioleh dari kuesioner 2010
I
Berdasarkan data-data aktual tersebut menyebabkan 51 .76% responden
(Tabel9) memberikan jawaban bahwa keberadaan perusahaan pertambangan di
wilayah Kutai Kartanegara memberikan kondisi ekonomi yang lebih baik kepada
........
.........
masyarakat Kutai Kartanegara dibandingkan sebelum ada aktifitas
pertambangan.
Tabel9. Kondisi ekonomi masyarakat akibat adanya perusahaan batubara
NO Kondisi ekonomi masyarakat %
a Lebih baik 51.76
b Sarna saja 29.41
c Lebih buruk 14.12
d Tidak tau 4.71
Sumber data yang dioleh dari kuesioner 2010
5.2. Dampak kegiatan pertambangan terhadap kehidupan sosial masyarakat
Kajian darnpak keberadaan perusahaan pertambangan batubara
terhadap kehidupan sosial masyarakat diarahkan ke bentuk proses sosial yang
terjadi di masyarakat Kutai Kartanegara. Secara asosiatif terjadi k e ~ a s a m a dan
akomodatif antara suku pendatang (yang bekerja diperusahaan dengan suku
asli) dan secara disosiatif juga terjadi persaingan dan konflik
Dampak positif yang ditunjukkan oleh bidang ekonomi akibat adanya
usaha pertambangan ternyata berbanding terbalik dengan dampaknya di bidang
sosial. Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konflik
sebelum dan sesudah adanya usaha pertambangan. Peningkatan konflik ini yang
tadinya terbesar masuk dalam kategori tidak pemah (52.69%) dan pemah (1 kali
dalam setahun) meningkat menjadi 2-3 kali setahun (28.74 %), 4-5 kali setahun
(14.37 %) dan sangat sering (12.57 %) setelah adanya aktifitas pertambangan di
wilayah Kutai Kartanegara.
Tabel10. Pengaruh kehadiran perusahaan batubara terhadap konflik
Kejadian konflik antara masyarakat dan
NO perusahaan Persentase (%)
Sebelum Sesudah
a Sangat sering 1.79 12.57
b Sering (4-5 kali setahun) 5.98 14.37
c Kadang-kadang (2-3 kali setahun) 13.77 28.74
d Pemah (1 kali) 25.74 22.15
e Tidak Pernah 52.69 22.15
Sumber data yang dioleh dari kuesioner 2010
Konflik antara masyarakat dan masyarakat dengan perusahaan sebagian
besar dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat sekitar dengan masalah limbah
(28.65 %) yang dikelolah oleh perusahaan sehingga keberadaanya mengganggu
i
I
---
........
........


........
'-'
'--
'--
J7
sumber air minum dan kebutuhan mencuci. Rendahnya jumlah tenaga lokal
yang diterima bekerja di perusahaan (26.07 %), dan masalah ganti rugi lahan
dan tanaman (18.62%) milik masyarakat sekitar proyek eksploitasi pertambangan
sebagaimana disajikan oleh Tabel11 .
Tabel11. Penyebab terjadinya konflik antara masyarakat-peruahaan
Penyebab konflik antara masyarakat-
No. perusahaan %
a Masalah tenaga kerja lokal 26.07
b Masalah ganti rugi lahan dan tanaman 18.62
c Masalah tumpang tindih lahan 11.46
d Masalah limbah 28.65
e Masalah pemberdavaan masvarakat (Comdev) 8.59
f Tidak tahu 6.59
Sumber data yang dioleh dari kuesioner 2010
Selain membawa dampak terhadap meningkatan konflik di masyarakat,
kehadiran perusahaan batubara di Kutai Kartanegara juga mempengaruhi prilaku
gotong royong terutama partisipasi masyarakat dalam mengikuti kerja bakti
mengalami penurunan paling besar, yaitu 31 .34 % (Tabel 12) diikuti oleh
kegiatan keagamaan (22.38 %). Kondisi tersebut, berbanding terbalik dengan
sumbangan masyarakat untuk kegiatan sosial semakin lebih baik.
Waktu kerja di perusahaan batubara sejak pagi hari sampai sore hari
bahkan adanya kerja lembur adalah sebagai pemicu dampak
keikutsertaan masyarakat untuk kegiatan kerja bakti semakin menurun
(berdampak negatif). Disisi lain, meningkatnya jumlah penghasilan per bulan
semakin mendorong masyarakat untuk ikut serta memberikan sumbangan-
sumbangan untuk membiayaan kegiatan-kegiatan sosial.
Tabel12. Perubahan prilaku gotong royong akibat kehadiran pertambangan
batubara
Prilaku gotong royong dan partisipasi Pengaruh adanya
NO masyarakat perusahaan
dalam kegiatan sosial Sebelum Sesudah
a Kematian Baik 20.89
b Kerja bakti Baik 31.34
c Kegiatan keagamaan Baik 22.38
d Sumbangan sosial mas}'arakat Baik 7.46
e Siskamling Baik 17.91
.........
'--
.__
......
.........
........
'--'
........
.....

'--


Akan tetapi pada saat responden diperhadapkan dengan pertanyaan
kondisi sosial masyarakat secara keseturuhan sebagian besar memberikan
jawaban bahwa kondisi sebelum dan sesudah ada perusahaan pertambangan
batubara kondisi sosial masyarakat sama saja (38.95 %) kemudian diikuti lebih
buruk 31 .39% sebagaimana disajikan pada Tabel13.
Tabel13. Perubahan kondisi sosial masyarakat
No Perubahan kondisi sosial %
a. Lebih baik 17.44
B Sarna saja 38.95
c Lebih buruk 31 .39
D Tidak tau 9.88
5.3. Dampak kegiatan pertambangan terhadap lingkungan
Kegiatan pertambangan di wilayah Kutai Kartanegara membawa dampak
negatif terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa
persentase menurunnya kualitas air, yaitu keruhnya air sungai, merupakan
dampak yang memiliki persentase tertinggi , yaitu 19,19% yang diakibatkan oleh
kegiatan pertambangan batubara . Kemudian diikuti terjadinya peningkatan debu
(18.98 %) dan peningkatan kebisingan (15.35 %) sebagaimana disajikan pada
Tabel14. ke tiga dampak negatif ini langsung dirasakan oleh masyarakat akibat
dari aktifitas pertambangan di Kutai Kartanegara.
Tabel14. Kerusakan lingkungan akibat adanya aktifitas pertambangan batubara
No. Kondisi kerusakan lingkungan %
A Air sungai menjadi keruh 19.19
B Penyebab banjir 13.53
c Terjadi Peningkatan debu 18.98
D Peningkatan kebisingan 15.35
E Masuknya limbah tambang ke Jahan pertanian 10.7
F Rusaknya jalanan umum 13.53
G Adanya lubang tambang tanpa ditutup 8.68
Sumber data Primer 2010
Jika dikaji lebih mendalam, persentase kondisi kerusakan lingkungan
yang lainnya juga mendapatkan penilaian yang tinggi dari masyarakat
diantaranya ekploitasi batubara membawa dampak terhadap terjadinya banjir,
masuknya limbah tambang ke lahan pertanian, rusaknya jalanan umum akibat
mobilisasi bahan dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dan
i

'
.__.
-
...._
"--'
........
.......
adanya lubang tambang yang tidak dapat ditutup kembali oleh perusahaan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Zulkiflimansyah (2007) yang
menyatakan bahwa pertambangan batu bara membawa dampak negatif
terhadap pencemaran air, erosi dan sedimentasi tanah, Selanjutnya Suhada et
a/. (1995) menyatakan bahwa pertambangan batubara membawa dampak
negatif terhadap lingkungan karena merubah topografi ,dan bentang alam serta
meninggalkan lubang-lubang besar bekas galian tambang.
Berdasarkan struktur geologi. bentuk dan karakteristik lapisan batubara
serta lapisan penutupnya (kedalaman tanah penutup) di Kebupaten Kutai
Kartanegara, menunjukkan bahwa metode penambangan batubara yang
memungkinkan dapat diterapkan adalah sistem tam bang terbuka (open pit)
dengan menggunakan peralatan seperti backhoe, dump truck yang dibantu
dengan bulldozer sebagai alat garu dorong material galian. Kegiatan
pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) ini, pertama kali
akan membuka vegetasi/pohon-pohonan, menggali tanah dibawahnya, dan
meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih
tambang, permukaan tanah dikupas dan digali menggunakan alat-alat berat
seperti buldoser dan backhoe yang memberikan peluang yang besar terhadap
munculnya dampak negatif terhadap lingkungan.
Kegiatan penambangan batubara secara terbuka tersebut temyata
berdampak terhadap perubahan bentang alam dari kondisi asalnya. Perubahan
ini terjadi oleh aktivitas pengupasan tanah pucuk (top soif) dan tanah penutup
(sub soif). Pengupasan tanah pucuk dilakukan pada lahan yang potensial untuk
dilakukan penambangan dengan menggunakan bulldozer. Tanah pucuk yang
dikupas sedalam lapisan top soil yaitu sekitar 50 em dari permukaan tanah.
Tanah tersebut selanjutnya diangkut dan ditimbun pada tempat yang telah
dtentukan (top soil area) dengan menggunakan truck.
Setelah dilakukan pengupasan tanah pucuk, selanjutnya dilakukan
pengupasan tanah penutup (overburden I sub soif) yang terletak di atas lapisan
batubara. Apabila terdapat lapisan batuan yang keras pada saat pengupasan
tanah penutup ini , maka pengupasannya dilakukan dengan bantuan peledakan
(blasting) untuk menghancurkan batuan yang keras dan selanjutnya ditimbun
pada tempat penimbunan tanah penutup yang telah ditentukan dan nantinya
akan dikembalikan pada lubang bekas penambangan pada saat kegiatan backfill.
Setelah dilakukan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup, maka
._
.__,
- . . ~
~
.........
~
..._
selanjutnya dilakukan kegiatan pembongkaran batubara sesuai dengan rencana
produksi yang telah ditetapkan, kemudian diangkut keluar dari lubang tambang.
Pembongkaran batubara dilakukan dengan contour mining dimana teknik
penggaliannya dimulai dari elevasi paling tinggi ke elevasi paling rendah sampai
pada kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan. Adapun rangkaian
penambangan batubara secara umum dapat dilihat seperti Gambar 1 di bawah
ini.
~ ..
lfr ~ / Revegetation
D.
_...._ QIV __/
CJIIV" Cool Houcng
..
J =-
Gambar 4. Rangkaian Kegiatan Penambangan Batubara di Kabupaten Kutai
Kartanegara
Berdasarkan rangkaian kegiatan penambangan batubara sebagaimana
diuraikan di atas serta pada Gambar 4, menunjukkan bahwa pembukaan tanah
pucuk dan tanah penutup, serta pembongkaran batubara sangat berpengaruh
terhadap perubahan bentang Jahan dari kondisi aslinya yang terbentuk secara
alami selama ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Setelah deposit batubara
terangkut keluar, selanjutnya dilakukan reklamasi lahan dengan mengembalikan
tanah pucuk dan tanah penutup dengan cara backfill untuk menutupi lubang
tambang bekas penambangan. Adapun kondisi bentang lahan dari aktivitas
penambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara oleh salah satu
perusahaan yang sedang beroperasi seperti pada Gambar 5 dan Gambar 6 .

.__,
.___
........
._,
.._,
-
........
....
'-'
qj
Gambar 5. Kondisi Bentang Lahan setelah Dilakukan Penambangan Batubara
Gambar 6. Pematangan Bentang Lahan pada Lahan eks tambang batubara
Kegiatan pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara yang
secara keseluruhan dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit). Ketika
selesai beroperasi, perusahaan tersebut lubang-lubang raksasa di
bekas areal pertambangannya. Lubang-lubang itu berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan
kuantitas air. Dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
yang dimiliki oleh setiap perusahaan pertambangan batubara, ditekankan bahwa
lubang-lubang tambang yang dihasilkan dari aktivitas penambangan batubara ini
harus ditutup melalui kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan. Namun demikian,
........
.........
'"t'"t
kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan tersebut sangat sulit dipenuhi oleh
perusahaan untuk menutup lubang tambangnya 1 00 % yang disebabkan
kekurangan tanah penutup akibat deposit batubara yang terangkut keluar dari
lubang tambang, jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tanah penutup yang
digunakan untuk menutup kembali lahan bekas penambangan. Untuk
mengetimasi cadangan batubara dan rencana bukaan tanah, berikut ini disajikan
data sekunder salah satu perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Tabel 15. Cadangan 8atubara dan Rencana 8ukaan Tanah (Overburden) PT.
Anggana Coal di Kecamatan Loa Kulu dan Kecamatan Sebulu
PIT/Seam Luas (mz) Overburden (BCM) Coal (MT)
3 42.000,00 919.592,99 61 .759,10
4 28.000,00 602.960,65 40.548,80
48
61.758,00 1.100.186,08 75.046,80
4
8
1 22.831 ,00 799.746,60 52.442,40
481 45.746,00 1 :494.673,50 98.985,00
482 99.300,00 971.254,35 63.982,00
483 40.310,00 1.398.114,00 91 .380,00
5 132.271 ,00 2.723.357,35 185.894,70
6 46.400,00 972.804,16 64.338,90
7 98.500,00 1.745.272,32 119.539,20
8 21 .933,00 1.523. 786,40 44.229,00
9 85.598,00 1.071 .147,98 72.472,80
i
10 264.891 ,00 2.361.784,65 162.881,70
11 154.771 ,00 1.534.982,82 104.420,60
12 238.393,00 2.182.946,40 151.593,50
Jumlah 1.382.702,00 21 .402.610,25 1.389.515,00
Sumber : PT. Anggana Coal, 2010.
8erdasarkan data ekplorasi seperti di atas, diketahui cadangan batubara
terukur sebesar 1.389.515,00 MT dan dihasilkan overburden (08) sebesar
21 .402.610,25 8CM. Dari data tetsebut, diperkirakan OB yang ada tidak
mencukupi untuk menutup lubang tambang secara keseluruhan, sehingga perlu
mencari tambahan tanah penutup yang berasal dari lahan-lahan lainnya yang
ada di sekitarnya.
~
.._..
._..
.......
.__
-..
.......
4)
Hasil kajian di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya perusahaan
pertambangan batubara yang beroperasi di Kabupaten Kutai Kartanegara
meninggalkan lubang-lubang tambang yang besar (8.68%). Mereka
meninggalkan areal bekas tambang tanpa melakukan rehabilitasi dan/atau
reklamasi lahan, sehingga tidak sejalan dengan komitmennya dalam
pengendalian dampak lingkungan sebagaimana yang tertera dalam dokumen
AMDAL.
Gambar 7. Salah satu Lubang Besar Bekas Penambangan Batubara yang
belum Direklamasi di Kabupaten Kutai Kartanegara
Lubang-lubang bekas penambangan batubara berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan
kuantitas air. Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat
merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air permukaan dan air
tanah. Potensi bahaya akibat rembesan ke dalam air tanah seringkali tidak
terpantau akibat lemahnya sistem pemantauan perusahaan-perusahaan
pertambangan tersebut. Namun demikian, dengan pemberian koagulan untuk
meningkatkan kualitas air tercemar pada lubang tambang bekas penambangan
batubara, maka lubang-lubang tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar untuk usaha pembudidayaan ikan dan sarana air irigasi.
__.
.......,
"--'
"--'
'-'
'--'
....._,
40
Keruhnya air sungai Mahakam beserta anak-anak sungainya sudah
sangat mengkhawatirkan akibat kerusakan lingkungan yang salah satunya
disebabkan oleh kegiatan pertambangan batubara di sekitarnya yang dilakukan
secara terbuka. Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan tambang serta
aktivitas lainnya seperti pembangunan jaringan jalan tambang, sarana dan
prasarana penunjang lainnya mempercepat aliran permukaan (run-off) yang
membawa material-material atau bahan-bahan pencemar masuk ke dalam badan
air di sungai Mahakam dan anak-anak sungainya serta sumur-sumur penduduk
yang berdekatan dengan areal penambangan pada saat terjadi hujan lebat.
Hasil analisis beberapa par-ameter kualitas air di sekitar perusahaan
pertambangan batubara PT. Arzara Baraindo Energitama dan PT. Kayan Putra
Utama Coal di Kecamatan T enggarong seberang memperlihatkan data kualitas
air sumur penduduk, Sungai Separi Kiri I (Hulu), Sungai Separi Kiri II (Hulu), dan
Sungai Separi Kiri (Hilir} dengan parameter seperti kekeruhan, TSS, TDS, pH,
COD, BOD, Fe dan mangan telah berada di atas baku mutu lingkungan. Adapun
hasil analisis parameter kualitas air tersebut seperti pada Tabel14
Tabel16. Hasil Analisis Kualitas Air di Sekitar Lokasi Tambang PT. Arzara
Baraindo Energitama dan PT. Kayan Putra Utama Coal
No Parameter Satuan BML Pengamatan
1 2 3 4
FISIK
Suhu
oc
Deviasi 27,6 26,65 28,03 30,92
Kekeruhan NTU 25 29,2 - - -
TSS mg/1 50 15 37,5 1.107,5 1.392,5
TDS mg/1 1500 75 327,5 1.671,3 3.093,8
Bau - - Tdk
bau
Rasa - - Normal Normal Normal Normal
KIM lA
pH mg/1 6,5- 5,78 5,52 6,50 5,78
9,0
'-'
'-'
'--"
........
'--"
'-'
"t/
DO mg/1 6 5,02 5,03 4,98
BOD mg/1 2 2,65 8,58 10,09
COD mg/1 10 32,13 99,60 157,43
Amonium (NH4l mg/1 0,5 0,02 0,19 0,24 0,32
Nitrit (N02-) mg/1 1 0,01 Ttd ttd Ttd
Nitrat (N03-) mg/1 10 1,40 0,90 1,26 1,27
Kesadahan total mg/1 500 11,74 - - -
Sulfat (S04) mg/1 400 8,89 34,94 115,60 191,71
Klorida (CI) mg/1 600 4,42 6,95 1,99 3,18
Besi (Fe) mg/1 0,3 0,29 3,65 8,35 11,71
Mangan (Mn) mg/1 0,1 0,48 0,67 4,38 6,73
Seng (Zn) mg/1 15 0,034 0.011 0,064 0,075
Kadmium (Cd) mg/1 0,005 Ttd Ttd 0,002 0,003
Timbal (Pb) mg/1 0,05 0,003 0.009 ttd Ttd
Flourida (F) mg/1 1,5 0,069 0,256 0,325 0,465
Detergen mg/1 0,5 0,013 Ttd ttd Ttd
BIOLOGI mg/1
Total Coliform MPN/10 so 0 - - -
Oml
Coli Fecal MPN/10 - 0
- - -
Oml
Sumber :Hasil analisis Laboratorium Budidaya Perairan (FPK) Unmul
Samarinda, 201 0
Keterangan : ttd = tidak terdeteksi
(1) Air sumur penduduk di desa Mulawarman, Kec Tenggarong
Seberang
(2) Sungai Separi Kiri Hulu I
(3) Sungai Separi Kiri Hulu II
(4) Sungaoi separi Kiri (Hilir)
'-'
___.
'-"
........
I..
....
'"tO
Pada Tabel 16 di atas, terlihat bahwa beberapa parameter kualitas air
pada beberapa titik pengamatan telah berada di atas baku mutu lingkungan.
Tingkat kekeruhan air terlihat tinggi pada salah satu sumur penduduk di desa
Mulawarman. Sedangkan untuk parameter TSS dan TDS berada di atas baku
mutu lingkungan pada lokasi pengamatan di sungai Separi Kiri Hulu II dan
Sungai Separi Kiri Hilir yang merupakan lokasi dekat penambangan dan
pengolahan salah satu perusahaan batubara. Sementara parameter pH,
kandungan besi, dan mangan terlihat tinggi pada semua titik pengamatan.
Tingginya kandungan bahan-bahan pencemaran air di lokasi kajian diakibatkan
oleh aktivitas penambangan dan pengolahan batubara (proses pencucian
batubara) dimana material-material bahan pencemar terbawa oleh air limpasan/
aliran permukaan (surface run-off) ke bagian yang lebih rendah dan masuk ke
badan air. Hasil pengamatan lapangan, menunjukkan bahwa salah satu sumur
penduduk mengalami tingkat kekeruhan air yang cukup tinggi yaitu mencapai
nilai 29,2 NTU yang melebihi dari batas ambang baku mutu lingkungan.
Total Suspention Solid (TSS) atau total padatan tersuspensi merupakan
padatan yang berkeruan < 1 f.Jm yang menyebabkan terjadinya kekeruhan pada
air. Padatan ini tidak terlarut dan tidak dapat mengendap secara langsung.
Timbulnya padatan tersuspensi dalam badan air adalah adanya gerakan-gerakan
air sehingga terjadi adukan Lumpur halus serta terkikisnya tanah akibat gerakan
tersebut. Hasil pengukuran total padatan tersuspensi pada beberapa titik
pengambilan sampel di lokasi kajian seperti pada Tabel 16 di atas
memperlihatkan nilai di atas batas ambang baku mutu lingkungan oleh aktivitas
pertambangan dan pengolahannya yang ada di sekitarnya. Kandungan total
padatan tersuspensi (TSS) di sungai Separi Kiri Hulu 2 sebesar 1.107,50 mg/1
dan sungai Separi Kiri Hilir sebesar 1.392,50 mg/1. Nilai ini cukup jauh melebihi
jika dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk TSS yang hanya sebesar
50 mg/1 (Permen No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Kualitas Air Kelas I dan II)
Total Dissolved Solid (TDS) merupakan padatan terlarut yang mempunyai
ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi yang berkuruan < 1 o.s mm termasuk
keloid yang berkuruan antara 10
6
- 10
3
mm. Sumber TDS umumnya berasal
dari bahan-bahan an-organik dan organic berupa ion yang terdapat pada
perairan. Hasil pengukuran total padatan terlarut (TDS) dilokasi kajian
memperlihatkan sungai-sungai yang memiliki nilai TDS jauh melebihi batas
........
..._ .
4 ~
ambang baku mutu lingkungan. Total padatan terlarut pada sungai Separi Kiri
Hulu II sebesar 1.671 ,25 mg/1 dan sungai Separi Kiri Hilir sebesar 3.093,75 mg/1
sementara batas baku mutu lingkungan untu TDS sebesar 1000 mg/1 air.
Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik pada
kondisi aerobik (stabil). Nilai BOD di dalam air merupakan indikator jumlah
oksigen terlarut yang akan hilang selama asimilasi biologis polutan organik
secara alamiah atau merupakan gambaran jumlah bahan organik mudah terurai
(biodegradable organics) yang ada di perairan. Nilai BOD terukur pada beberapa
titik pengambilan sample di lokasi kajian menunjukkan nilai yang cukup tinggi di
atas baku mutu lingkungan. Hal ini terlihat pada sungai Separi Kiri Hulu II
memiliki nilai BOD sebesar 8,58 mg/1 dan di sungai Separi Kiri Hilir sebesar 10,09
mg/1. Nilai ini di atas dari baku mutu yaitu sebesar 2 mg/1 air. Hal yang sama
dengan nilai Chemical Oxygen Demand (COD) di sungai Separi Kiri Hulu II
sebesar 32,13 mg/1 dan sungai Separi Kiri Hilir sebesar 157,43 mg/1, serta di
sumur penduduk dengan nilai COD sebesar 32,13 mg/1. Nilai COD ini telah
melebihi batas baku mutu lingkungan yaitu sebesar 1 0 mg/1 air. Biochemical
Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses kimia dalam perairan atau jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang bias
didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang tidak bias terdegradasi
(non biodegradable).
Logam mangan (Mn) dan besi (Fe) merupakan unsur yang terkandung
dalam batubara yang dihasilkan oleh proses ekstraksi dan masuk ke lingkungan.
Kandungan Mn dan Fe yang tinggi menyebabkan tingginya tingkat kemasaman
lingkungan. Kandungan Mn dalam air tidak boleh melebih dari 0,1 mg/1 dan Mn
lebih kecil dari 0,3 mg/1. Hasil pengukuran Fe dan Mn di lokasi kajian
memperlihatkan kedua nilai unsur tersebut di atas baku mutu lingkungan. Di
sungai Separi Kiri Hulu II 8,53 mg/1 dan 11 ,71 mg/1, sedangkan di sungai Separi
Kiri Hilir masing-masing sebesar 4,38 mg/1 dan 6,73 mg/1.
Selain menurunnya kualitas air, dampak aktifitas pertambangan juga
menurunkan kualitas udara ambien. Penurunan kualitas udara ambien ini ,
disebabkan oleh pembongkaran batubara dan mobilitas pengangkutan batubara
dan peratalan dari dalam ke luar lokasi penambangan. Dampak aktivitas
penambangan batubara terhadap penurunan kualitas udara dihitung berdasarkan
~
~
...
:>U
jumlah bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan oleh kendaraan perusahaan
yang beroperasi dalam setiap hari. Untuk memudahkan perhitungan, diambil
salah satu contoh perusahaan batubara yang beroperasi di Kecamatan Loa Kulu
yaitu PT. Putra Dewa Jaya, dengan kebutuhan jumlah kendaraan dan bahan
bakar seperti pada Tabel 17 berikut :
Tabel17. Jumlah Kendaraan dan Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) PT.
Putra Dewa Jaya
Kebutuhan Kendaraan dan BBM
No. Nama Alat Kendaraan BBM BBM
(Unit) (liter/Bulan) (Liter/Hari)
1 Excavator 2 16.280 576
2 Bulldozer 1 12.240 408
3 Wheel loader 1 7.200 240
4 Grader 1 5.760 192
5 Dump Truck 24 2.280 160
6 Compactor 1 10.080 336
7 Fuel Truck 1 2.880 96
8 Water Truck 1 2.880 96
9 Mobil Karyawan 2 9.600 320
10 Mobil Operasional 3 12.000 400
11 Diesel Genset 1 2.280 160
12 Pompa 3 2.880 96
Jumlah: 41 83.840 3.080
Sumber : Putra Dewa Jaya, 2010.
Menurut Dewerkgroup Wegverkeer (1970) dalam Rau J.G dan D.c.
Wooten (1980) bahwa penggunaan bahan bakar solar sebanyak 1 ton (1000 liter
= 0,79 ton) akan menghasilkan emisi gas sebanyak:
S02 = .:!: 19,0 kg/ton = .:!: 19,0 X 10
6
mg/ton
N02 = . 11,0 kg/ton = . 11,0 x 10
6
mg/ton
CO = . 34,5 kg/ton = . 34,5 x 10
6
mg/ton
Jika diasumsikan bahan bakar solar yang digunakan 1.500 liter/hari atau
1 ,5 ton/hari, maka emisi gas buang yang akan dihasilkan sebanyak :
S02 = .:!: 19,0 kg/ton X 1,5 kg/hari = 28,5 kg/hari = .:!: 28,50 X 10
6
mg/hari
N0
2
= . 11,0 kg/ton x 1 ,5 kg/hari = 16,5 kg/hari = . 16,50 x 10
6
mg/hari
.........
,__..,
~
..__,
~
)1
CO = 34,5kg/tonx1 ,5kg/hari=51,75kg/hari= 51,75x10
6
mg/hari
Jika mobilisasi peralatan melalui jalur-jalur pengangkutan sepanjang 10
km (10.000 meter) dengan sebaran gas kiri kanan jalan dengan jarak masing-
masing 100m dan tinggi kolom udara 100m (volume kolam udara = 1 x 10
6
m
3
),
maka gas buang yang dihasilkan kendaraan pengangkut adalah sebagai berikut :
S02 = 28,50 X 10
6
mg/1 X 10
6
m
3
= 28,50 mg/m
3
N02 = 16,50 X 10
6
mg/1 X 10
6
m
3
CO = 51 ,75 x 10
6
mgt 1x 10
6
m
3
= 16,50 mg/m
3
=51 ,75 mg/m
3
Apabila dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk masing-
masing gas tersebut yaitu sekitar 900 1Jm/Nm
3
(S0
2
), 400 1Jm/Nm
3
(N0
2
}, dan
30.000 1Jm/Nm
3
(CO) menunjukkan bahwa kadar pencemaran udara di lokasi
kajian cukup tinggi. Selain disebabkan oleh pembongkaran batubara dan
mobilisasi kendaraan, penurunan kualitas udara ambient juga disebabkan oleh
tingginya kandungan debu di udara. Untuk menghitung kandungan debu di udara
menggunakan rumus sebagai berikut :
Eu:;:: 20,77 (S/12)(V/48)(W/3)
0

7
(N/4)
0

5
(D/365)
Dimana:
Eu = Jumlah debu per panjang jalan (kg/km)
S = silt content (%)
V = Kecepatan kendaraan ( k m ~ a m )
W = Berat kendaraan (ton)
N = Jumlah roda kendaraan
D = Jumlah hari tidak hujan
Diketahui:
~ Kecepatan alat pengangkut (V) = 20 km/jam
~ Berat alat pengangkut dan muatan (W) = 85 ton
~ Jumlah roda kendaraan pengangkut (N) = 22 buah
~ Silt content (S) untuk jalan diperkeras = 10 %
~ Jumlah hari tidak hujan (365- 215) = 150 hari
Maka jumlah debu yang dihasilkan oleh bergeraknya satu lintasan kendaraan
pada jalan yang diperkeras adalah :
Eu = 20,77 (10/12} (20/48) (85/3)
0

7
(8/4)
0

5
(150/365)
= 20,77 (0,83) (0,42) (10,39) (1,41) (0,41)
= 43,49 kg/km
:u.
Jarak angkut dari lokasi tambang menuju pelabuhan menempuh jarak
sejauh . 1 0 km dengan 2 trip/hari , maka jumlah debu yang dihasilkan sebesar :
Eu = 43,49 kg/hari x 2 trip x 10 km
= 869,8 kg/hari
Jika sebaran gas kiri kanan jalan dengan jarak masing-masing 100 m dan tinggi
kolom udara 100 m, maka :
volume kolom udara = 10.000 m x 200m x 100m = 200 x 10
6
m
3
Sehingga kadar debu di udara (Eu) sebesar :
Eu = 869,8 kg/hari
200 x 10
6
m
3
= 869,8 x 10
6
mg/hari
200 x 10
6
m
3
= 4,349 mglm
3
I hari
Jika dibandingkan dengan nilai baku mutu lingkungan untuk sebaran
debu di udara, menunjukkan bahwa aktivitas pengangkutan material batubara
yang melewati jalan tambang (hauling road) berada di atas batas ambang baku
mutu dimana batas ambang baku mutu sebaran udara berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 41 tahun 1999 sebesar 0,23 mg/m
3
, sementara sebaran
udara di lokasi penambangan PT. Putra Dewa Jaya mencapai nilai 4,349
mg/m
3
/hari.
Sebagai perbandingan pengambilan sampel kualitas udara ambien pada
lokasi yang belum terjama oleh aktivitas pertambangan batubara oleh PT. Putra
Dewa Jaya di Kecamatan Loa Kulu, memperlihatkan bahwa semua parameter
kualitas udara ambien masih berada di bawah baku mutu lingkungan. Adapun
data hasil pengamatan adalah sebagai berikut :
Tabel18. Kualitas Udara Ambien di Sekitar Lokasi Pertambangan Batubara PT.
Putra Dewa Jaya di Kutai Kartanegara
Parameter Satuan Baku Mutu
Lokasi Pengamatan
1 2
Sulfur Dioksida (S02) 1JQ/Nm
3
900 Ttd 0,09
Nitrogen Dioksida (N02) 1Jg/Nm
3
400 9,36 69,93
Karbon Monoksida (CO) 1Jg/Nm
3
30.000 Ttd 58
Debu mglm" 0,23 0,09 0,19
Sumber : Balai Riset dan Standarisasi lndustri Samarinda, Kalimantan Timur,
2008
Keterangan : ttd = tidak terdeteksi
' '
..._
'---
..._
Jj
Dampak terhadap kebisingan merupakan dampak negatif langsung dari
aktivitas pertambangan batubara dengan menggunakan kendaraan pengangkut
yang beroperasi baik pada tahap persiapan, konstruksi, operasi maupun pada
tahap pasca operasi. Kendaraan perusahaan yang lalu-lalang akan menimbulkan
kebisingan terhadap para p e k e ~ a (karyawan perusahaan) dan masyarakat
sekitar.
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam
satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang
tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Sumber
kebisingan dapat berasal dari sumber bergerak maupun tidak bergerak.
Umumnya sumber kebisingan dari aktivitas pertambangan batubara berasal dari
penggunaan alat-alat pengangkut dan Dalam kajian ini, pengamatan terhadap
kebisingan dilakukan pada beberapa titik yaitu di sekitar PIT tambang, pos
security, dan permukiman penduduk di desa Mulawarman dan desa Bhuana
Jaya pada areal penambangan batubara PT. Anggana Coal di Kecamatan
Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil pengamatan disajikan seperti
pada Tabel19.
Tabel19. Hasil Pengamatan Tingkat Kebisingan Sesaat di sekitar Lokasi
Kegiatan Tambang Batubara PT. Anggana Coal
Lokasi Pengamatan
Parameter Baku Mutu
1* 2**
lntensitas Kebisingan 55* 54,80 57,50
85**
Keterangan :
* Kepmen LH. No. 48 Tahun 1999 (Permukimah)
** KepMennaker NO. 51 tahun 1999 (Lingkungan Kerja)
Lokasi 1 : Permukiman Penduduk RT 2 Dusun Ngadang, Desa Beloro
Lokasi 2 : PIT Tambang
Lokasi 3: Jalan Tambang
3-
59,70
Berdasarkan hasil pengamatan tingkat kebisingan seperti tabel 17 di atas,
menunjukkan bahwa pada titik-titik lokasi pengamatan di sekitar lokasi
'--'
54
pertambangan batubara PT. Anggana Coal, nilai kebisingan masih berada di
bawah batas ambang baku mutu lingkungan, kecuali di lokasi pit dan sekitar jalan
tambang.
Untuk mengetahui dampak penambangan batubara terhadap keberadaan
vegetasi (flora darat) dan satwa (fauna) liar dilakukan kajian pada salah satu
perusahaan batubara yang beroperasi di Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu PT.
Anggana Coal yang beroperasi di Kecamatan Loa Kulu. Pengamatan vegetasi
dilakukan pada areal yang belum terganggu oleh aktivitas pertambangan,
sedangkan pengamatan fauna liar dilakukan dengan cara menghimpun informasi
dari masyarakat setempat.
Hasil kajian menunjukkan bahwa kondisi vegetasi saat ini merupakan
kawasan hutan alam yang tidak terbina berupa hutan sekunder dan semak
belukar yang merupakan kawasan budidaya non kehutanan (KBNK) berdasarkan
RTRW Provinsi Kalimantan Timur tahun 1999, sehingga memungkinkan untuk
ditambang. Beberapa vegetasi cepat tumbuh yang ditemukan seperti Laban
(Vitex pubesscen), puspa (Schima wallihcit) , dan Mahang (Macaranga sp.).
Penentuan daerah vegetasi dilakukan secara purposive pada kawasan studi.
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dengan
metode kuadran. Hasil inventarisasi jenis vegetasi yang ada selanjutnya dihitung
tingkat kerapatan, frekuensi , dan dominansi setiap jenis vegetasi yang ada. Hasil
analisis mengenai vegetasi di lokasi kajian disajikan seperti pada Tabel18.
Tabel 20. Hasil Perhitungan Nilai Penting Jenis Vegetasi (Flora Darat) di sekitar
No.
1
2
3
4
5
6
Areal Pertambangan Batubara PT. Anggana Coal di Kecamatan Loa
Kulu
Nama Vegetasi KR FR DR NPJ
Daerah Botanis (%) (%) (%) (%)
Bengkal Neulea sp. 6,38 4,55 7,23 18,16
Terap Arthocarpus sp. 8,51 9,09 6,12 23,72
Mahang Macaranga triloba 12,77 13,64 8,45 34,85
Sirih Hutan Piper adumcum 12,77 9,09 5,00 26,86
Laban Vitex pubesscen 17,02 18,18 29,47 64,67
Ficus Ficus sp. 8,51 9,09 10,47 28,08
__..
.........
........
,),)
7 Puspa Schima wallici 23,40 18,18 10,56 52,15
8 Anggrung Trema orienta/is 6,38 9,09 15,71 31 ,19
9 Pulai Alostonia sp. 4,26 9,09 6,98 20,33
Jumlah Total: 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan : KR = Kerapatan Relatif, FR = Frekuensi Relatif, DR = Dommans1
Relatif, NPJ = Nilai Penting Jenis
Berdasarkan hasil analisis di atas, memperlihatkan bahwa jenis vegetasi
di lokasi kajian didominasi oleh jenis Vitex pubesscen yaitu sebesar 64,67 %,
disusul oleh jenis Schima wallici sebesar 51,15 %.
Untuk satwa (fauna) liar, dianalisis fauna-fauna yang ada di sekitar
kawasan pertambangan batubara seperti mamalia, reptilia, amphibia, dan aves.
Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan satwa liar ini memegang peran
penting terhadap kawasan hutan terutama perannya sebagai penyebar biji,
mengadakan penyerbukan tanaman dan pengurai bahan-bahan organik. Fauna
liar juga ini memegang peran penting secara ekonomis terutama dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Kawasan hutan merupakan
tempat hidup dan berkembang biak bagi banyak satwa liar yang ada di
dalamnya. Kegiatan pembukaan yang didahului pembersihan lahan untuk
aktivitas pertambangan batubara memberikan dampak negatif terhadap
beberapa jenis satwa liar yang ada, karena dengan rusaknya atau hilangnya
fungsi hutan sebagai habitat satwa-satwa tersebut akan berpengaruh terhadap
kelangsungan hidupnya sehingga sehingga satwa yang ada akan mengadakan
migrasi ke lokasi lainnya atau punah. Beberapa satwa yang teramcam
kepunahannya yang ditemukan di lokasi kajian seperti pada Tabel19
Tabel21 . Jenis Satwa yang Terdapat di Sekitar Lokasi Pertambangan Batubara
PT. Anggana Coal
No. Nama Daerah Nama Latin
A. Insecta
1 Kupu-Kupu
2 Jangkrik
3 Kumbang
4 Lebah
5 Belalang
~
.._.
.........
..........
-
-..,
........
.JO
B. Aves
1 Pipit
2 Kacer
3 Elang
4 Bubut
5 Punai
6 Burung Gereja
7 Cerucuk
8 Murai
9 Burung Madu
10 Blekok Sawah
11 Kuntul
12 Kareo Padi
C. Reptilia
1 Biawak
2 UlarSawah
3 Kadal
4 Kura-Kura
D.Amphibi
Kodok
E. Mamalia
1 Kancil
2 Landak
3 Tupai
4 Tikus
5 Babi Hutan
6 Monyet
Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkatan
laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara sungai.
Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas pertambangan
batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan
pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan sarana dan
prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan,
.._,
.......
..__.
......,
:>I
pembangunan sarana BBM, genset, gudang bahan peledak dll, serta pembukaan
jalan tambang .
Tanah yang terbuka akan sangat peka dengan erosi yang pada akhirnya
membawa material-material yang akan di endapkan pada sempadan dan muara
sungai. Apalagi dengan intensitas curah hujan yang tinggi di Kabupaten Kutai
Kartanegara akan mempercepat laju aliran permukaan pada lahan yang tidak
tertutup vegetasi karena sudah dibuka untuk kegiatan pertambangan.
Erosi terjadi karena adanya pengikisan permukaan tanah oleh aliran
permukaan.Lapisan yang tererosi merupakan material yang telah mengalami
pelapukan. Untuk mengetahui besarnya erosi yang terjadi , dilakukan kajian pada
salah satu perusahaan yaitu PT. Anggana Coal yang beroperasi di Kecamatan
Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Pendugaan besarnya erosi dihitung
dengan menggunakan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) oleh
Wischmeier dan Smith (1978) dengan rumus :
A= R . K . L . 5. C. P
Dimana :
A = Nilai duga besarnya erosi tanah yang terjadi (tonlha/tahun)
R = Faktor erosivitas curah hujan
K
L
= Faktor erodibilitas tanah
= Faktor panjang lereng
S = Faktor kemiringan lereng
C = Faktor penutupan lahan oleh vegetasi
P = Faktor perlakuan konservasi tanah
Untuk menghitung berasnya erosivitas curah hujan digunakan rumus :
R = 0,41 x H
1

09
dimana H = curah hujan rata-rata tahunan di wilayah studi.
Diketahui curah hujan rata-rata tahunan (R) di wilayah studi sebesar 2.039,35
mm/tahun, maka nilai erosivitas curah hujan sebesar :
R = 0,41 x H
1

09
;; 0,41 X (2.039,35
1

09
= 0,41 X 4.048,98
= 1.660,08
Faktor erodibilitaslkepekaan tanah terhadap erosi (K) dihitung dengan
menggunakan persamaan :
100K = 2,7132 M
1

14
(10-4) (12- a)+ 3,25 (b- 2) + 2,5 (c- 3)
Dimana :
__,
.._
-
M = persen fraksi pasir halus (32,95 %) , debu (22,80 %) dan fiat (37,50 %)
a = kadar bahan organik (1 ,724 x C-organik) dimana C-organik = 1,35%
b = kode struktur tanah. Yaitu gum pal membulat (3)
c = Nilai permeabilitas tanah. Yaitu agak cepat (0,50 em/jam (2)
Sehingga:
100 K = 2,7132 X {(32,95% + 22,80 %) X (100%- 37,50 %)}
1

14
X (10
4
){12-
(1 ,724 X 1,35)} + 3,25 (3- 2) + 2,5 (2- 3)
100 K = (2,7132 X 10.914,97 X 10
4
X 9,67) + 3,25 + (-2,5)
100 K = 33,85 + 3,25 + (-2,5)
100 K = 29,39
K = 29,39
100
K = 0,29 x 1,29 (faktor konversi)
K = 0,38
;)lS
Adapun faktor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S) dapat
dihitung bersamaan yang merupakan faktor topografi (LS) dengan persamaan :
LS = v X { 0,0138 + (0,00965 X s) + (0,00138 X S
2
)
Dimana :
X = panjang lereng = 37 m
S = kemiringan lereng = 2 %
Sehingga :













LS = v 37 { 0,0138 + 0.0193 + 0.00552}
LS = .J 37 (0.03862)
LS = v 1 ,42894
LS = 1,19
Mengingat lahan telah dibersihkan dari vegetasi untuk segera ditambang,
maka nilai faktor pengelolaan tanaman (C) sebesar 1 (tanah terbuka) dan faktor
konservasi tanah (P) sebesar 1, sehingga besar erosi yang terjadi dapat diduga :
A = R . K . L . S. C. P
= (1 .660,08) (0,38) (1 ,19) (1) (1)
= 750,69 ton/ha/tahun
Berdasarkan hasil perhitungan erosi di atas, menunjukkan bahwa tingkat
kejadian erosi yang terjadi di sekitar lokasi pertambangan batubara tersebut
-
.........
..__.
:J'J
cukup tinggi yaitu mencapai 750,69 ton/ha/tahun. Hal ini melebihi dari tingkat
bahaya erosi (TBE) yang diperkenankan yaitu antara 12- 15 ton/ha/tahun.
Kegiatan pembersihan lahan tambang mengakibatkan persentase
penutupan lahan tambang berkurang menjadi < 30 %. Diketahui bahwa jika
persentase penutupan lahan berkurang < 30 %, maka nilai koefisien kekasaran
manning (n) menjadi 0,2 dari 0,8 jika persentase penutupan lahan masih > 70 %.
Jika luasan tam bang yang akan dibuka sekitar 1 0 ha dengan tingkat kemiringan
lerng sekitar 8 %, maka nilai SDR (sediment delivery ratio) atau nisbah
pelepasan sediment dapat dihitung sebagai berikut :
SDR = S x { 1 - 0,8683 ( A
0

2018
)} + 0,8683 (A
0

2016
)
2 ( S + 50.n)
Di mana :
A = Luas areal (ha)
S = kemiringan lereng rataan permukaan (%)
N = koefisien kekasaran manning
Sehingga:
SDR = 2 x { 1 - 0,8683 (10-
0

2018
) + 0,8683 ( 10
0

2018
)
2 ( 2 + 50. 0,2)
= 0,58
Hasil pendugaan erosi akibat pembersihan lahan tambang diketahui
sebesar 750,69 ton/ha/tahun dan hasil perkiraan nilai SDR (sediment delivery
ratio) sebesar 0,58, maka beban sedimen potensial yang akan dihasilkan
sebesar:
Beban Sedimen = 0,58 x 750,69 ton/ha/tahun
= 435,40 ton/ha/tahun
Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa nilai erosi dan
sedimentasi cukup besar akibat pembukaan lahan untuk kegiatan pertambangan
batubara jika lahan masih dalam keadaan terbuka tanpa vegetasi penutup.
Untuk memperbaiki kondisi lahan, maka perusahaan mengadakan reklamasi dan
revegetasi lahan. Kegiatan reklamasi dan revetasi lahan ini akan memberikan
dampak positif terhadap kondisi populasi vegetasi penutup lahan yang juga
berpengaruh terhadap penurunan tingkat bahaya erosi dan sedimentasi.
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan biasanya didahului dengan pematangan
lahan, yaitu mengembalikan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (sub soil)
pada lubang bekas penambangan dengan metode contouring. Selanjutnya tanah
._;
oU
diperkaya dengan pemberian pupuk baik pupuk organik maupun pupuk
anorganik untuk memacu pertumbuhan awal tanaman. Kegiatan ini diharapkan
dapat mengembalikan fungsi lahan sebagai kawasan hutan yang salah satu
fungsinya dalam mengurangi laju erosi disamping sebagai habitat yang baik bagi
satwa-satwa yang ada.
Gambar 8. Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Pasca Tambang di
Kabupaten Kutai Kartanegara
Gambar di atas merupakan salah satu kegiatan reklamasi dan revegetasi
lahan pasca tambang oleh salah satu perusahaan yang beroperasi di Kabupaten
Kutai Kartanegara. Jika kegiatan reklamasi dilakukan dengan pembuatan teras
dengan baik (faktor P = 0,04) yang selanjutnya ditanami dengan semak belukar
atau rumput-rumputan yang cepat tumbuh (faktor C = 0,3), maka erosi tanah
dapat dikurangi sebesar :
A = R . K . L . S. C. P
= (1 .660,08) (0,38) (1 ' 19) (0,3) (0,04)
= 9,01 ton/ha/tahun
Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan
batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah
penutup (sub soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup
akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah
yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari
lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat
pengupasan tanah tersebut. T anah yang telah dikupas, selanjutnya akan
__.
..........
._,

......
01
ditranslokasi pada tempat yang telah ditentukan di mana tanah pucuk dipisahkan
dengan tanah penutup, Setelah proses pembongkaran deposit batubara, maka
tanah pucuk dan tanah penutup dikembalikan ke lubang tambang dengan cara
backfilling. Waktu pengembalian tanah ke lubang tambang membutuhkan waktu
yang lebih lama tergantung pada kecepatan proses penambangan berlangsung.
Tanah pucuk dan tanah penutup yang telah ditimbun atau telah
dikembalikan ke lubang tambang, sangat rentang terhadap perubahan kesuburan
tanah terutama kesuburan kimia dan biologi akibat tanah tersebut telah rusak
karena dibongkar untuk mengambil deposit batubara yang ada di bawahnya.
Curah hujan yang tinggi , akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
kandungan unsur hara yang terdapat di dalamnya, sebab akan pencucian
unsur hara, sehingga tanah dapat kekurangan unsur hara yang dibutuhkan
tamanan pada saat dilakukan revegetasi tanaman.
Pengamatan tingkat kesuburan tanah dilakukan di areal pertambangan
batubara PT. Kayan Putra Utama Coal di Kecamatan Tenggarong Seberang.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum status kesuburan tanah
berada pada status kesuburan buruk sampai sangat buruk. Yang dikaji dalam
penelitian ini adalah permeabilitas tanah, kemasaman tanah (pH tanah),
Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan Kandungan hara Nitrogen, Fospor dan
Kalium .
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam melewatkan
air. Sifat-sifat tanah yang sangat besar pengaruhnya terhadap permeabilitas
tanah adalah tekstur, struktur, bobot isi tanah (bulk density) dan kandungan
mineral liat dan bahan organik. Hasil analisis terhadap permeabilitas tanah di
lokasi kajian menunjukkan permeabilitas tanah umumnya berkisar dari kelas
sedang sampai cepat dengan nilai sebesar 0,06 - 1 ,50 Tinginya
permeabilitas tanah di sekitar areal pertambangan batubara tersebut disebabkan
tanah telah terbongkar secara fisik sehingga mengurangi kemampuan tanah
untuk menghambat aliran air masuk ke dalam tanah. Kondisi ini sangat
berpengaruh terhadap ketersediaan air bagi tanaman, dimana air akan cepat
hilang dari lokasi perakaran sehingga tanaman rentan terhadap kekurangan air.
Permeabilitas tanah yang tinggi ini juga akan berpengaruh terhadap ketersediaan
unsur hara di sekitar perakaran tanaman, sebab dengan laju aliran air masuk
kedalam tanah yang cepat, akan memudahkan unsur hara tersedia tercuci dan
menjauhi areal perakaran tanaman .
._,
~
~
OL;
Salah satu sifat kimia tanah yang berperan penting dalam menentukan
status kesuburan tanah adalah pH. pH tanah menunjukkan tingkat keasaman
dan kebasaan suatu tanah atau banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang
terdapat dalam larutan tanah. Tingkat kemasaman tanah dicirikan oleh
konsentrasi ion W dan OH- dalam larutan tanah. Tanah dengan kandungan ion
H+ tinggi dalam larutan tanah dikategorikan sebagai tanah yang masam,
sebaliknya jikan kandungan ion OH- yang tinggi dikategorikan sebagai tanah
basa.
pH tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,.
Umumnya tanaman dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH sekitar
netral (6,5 - 7,5). Namun pada tanaman-tanaman tertentu ada yang lebih
menyukai tanph yang bereaksi masam atau basa. Berdasarkan hasil analisis
tanah di lokasi kajian menunjukkan tingkat kemasaman tanah umumnya berada
pada status masam sampai agak masam. Hasil analisis pH tanah seperti pada
Tabel22
Tabel22. Hasil Analisis pH tanah di Lokasi Kajian
No. Sampel Kedalaman (em) pH Tanah (H20)
P1 0 - 30
30-60
P2 0-30
30-60
f-- - -
P3 0-30
30-60
Keterangan :
P1 = PIT Tambang PT. Kayan Putra Utama Coal
P2 = Sekitar Jalan Tambang
P3 = Lokasi ReklamasiTambang
5,22
5,26
6,81
5,45
4,30
3,98
Status
Masam
Masam
Netral
Masam
Sangat masam
Sangat masam
Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan gambaran dari kemampuan
tanah mempertukarkan kation dalam tanah. KTK ini merupakan salah satu sifat
kimia tanah yang sangat besar petannya dalam kesuburan tanah. Tanah dengan
nilai KTK tinggi merupakan parameter untuk menilai bahwa tanah tersebut
memiliki kemampuan untuk menjerap dan menyediakan unsur hara yang lebih
'-
pj
baik pada tanaman dibandingkan dengan nilai KTK yang rendah. Pada tanah
dengan KTK yang tinggi didominasi oleh kation-kation basa seperti Ca, Mg, K,
dan Na di mana kation-kation ini mampu dipertukarkan dengan unsur-unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman karena larut dalam air dan dapat tersedia dan
diserap oleh tanaman.
Hasil pengukuran KTK tanah di lokasi kajian menunjukkan nilai KTK yang
rendah sampai sangat rendah dengan nilai berkisar antara 6,49- 17,71 me/100
g tanah. Hasil analisis seperti pada Tabel23.
Tabel23. Kapasitas Tukar Kation (KTK) di sekitar Lokasi Pertambangan
Batubara PT. Kayan Putra Utama Coal
No. Sampel Kedalaman (em) KTK (me/100 g)
P1 0-30 9,33
30-60 7,95
P2 0 - 30 3,33
30-60 7,32
P3 0-30 17,71
30 - 60 16,72
. -
Keterangan :
P1 =PIT Tambang PT. Kayan Putra Utama Coal
P2 = Sekitar Jalan Tambang
P3 = Lokasi Reklamasi Tambang
Status
Rendah
Rendah
Sangat Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur hara yang sangat besar
peranannya bagi pertumbuhan tanaman baik pertumbuhan vegetatif maupun
generatif. Ketiga unsur haran ini dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang
besar dan jika kekurangan salah satunya, akan menimbulkan dampak defisiensi
hara bagi tanaman. Oleh karena itu, ketiga unsur hara tersebut harus tersedia di
dalam tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman budidaya dengan baik
terutama pada saat dilakukan kegiatan revegetasi kembali lahan-lahan pasca
tam bang.
Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa, ketiga unsur hara disebutkan
di atas. tidak atau sedikit tersedia pada tanah-tanah bekas penambangan
batubara. Hal ini disebabkan unsur hara tersebut dapat larut dalam air dan
\..._.,
......
O<t
tercuci dan meninggalkan areal perakaran tanaman. Walaupun pada beberapa
tempat tersedia, namun tidak mencukupi untuk tanaman revegtasi. Hal ini sesuai
dengan hasil pengamatan di lokasi kajian yang memperlihatkan nilai unsur hara
N, P, dan K yang rata-rata berada pada kriteria rendah, sebagaimana disajikan
pada Tabel 24.
Tabel 24. Kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium di Sekitar Areal
Pertambangan Batubara PT. Kayan Putra Utama Coal
No. Kedalaman Nitrogen (N) Fosfor (P) Kalium (K)
Sam pel (em) % Status ppm
P1 0-30 0,12 R 8,63
30-60 0,10 R 9,50
P2 0-30 0,11 R 8,63
30-60 0,10 R 11,22
P3 0-30 0,06 SR 6,56
30-60 0,04 SR 6,90
Keterangan :
P1 = PIT Tambang PT. Kayan Putra Utama Coal
P2 = Sekitar Jalan Tam bang
P3 = lokasi Reklamasi Tambang
Status ppm Status
R 24,05 s
R 18,25 R
R 30,86 s
s 14,44 R
R 11 ,08 R
R 11 ,59 R
Berdasarkan realitas dan kondisi aktual tersebut 65.29 % responden
memberikan penilaian bahwa keberadaan perusahaan pertambangan batu bara
di Kutai Kartanegara membawa perubahan kondisi lingkungan yang lebih buruk
(Tabel25).
Tabel25. Perubahan kondisi lingkungan akibat pertambangan batubara
No Perubahan kondisi lingkungan %
a. Lebih baik 12.35
b Sarna saja 20,00
c Lebih buruk 65.29
d Tidak tau 2.35
'
!
i
'
I
V..l
Kondisi lingkungan yang lebih buruk tersebut dipicu oleh rendahnya
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. 41 .91 % responden menyatakan
bahwa kepedulian perusahaan terhadap lingkungan tidak ada dan 39.52% yang
menyatakan ada (Tabel 26). Hal ini memberikan indikasi bahwa kalaupun
perusahaan melakukan perbaikan lingkungan tidak dilakukan secara optimal dan
perbaikan lingkungan itu dilakukan jika telah t e ~ a d i kerusakan lingkungan atau
akibat adanya aksi-aksi demo yang dilakukan oleh warga masyarakat sekitar
pertambangan batu bara yang menuntut agar perusahaan batubara
bertanggungjawab terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkannya (Tabel
26).
Tabel26. Kepedulian perusahaan terhadap kerusakan lingkungan
No Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan %
a. Ada 39.52
b Tidak ada 41.91
c Tidak tau 18.56
Sumber data diolah dari data primer 2010
5.4. Community Development dan Corporate Sosial Responsibility
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nom or 23 tahun 2010 tentang
pelaksanaan usaha pertambangan mineral dan batubara setiap perusahaan
harus memiliki program pemberdayaan masyarakat (community development)
dan Corporate Sosial .Responsibility (CSR). Wujud kepedulian tersebut dilakukan
perusahaan dalam berbagai bentuk bantuan. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan oleh perusahaan 62.22 %
membangun infrastruktur diantaranya jalan, jembatan, sekolah, sumber air bersih
yang bisa digunakan untuk minum dsb. Selain itu, ada pula dalam bentuk
beasiswa dan bantuan kesehatan bagi masyarakat sekitar usaha pertambangan
batubara.sebagaimana disajikan pada T abel 27.
Tabel27. Wujud kepedulian perusahaan terhadap program pemberdayaan
Masyarakat
No Wujud Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan %
Pembangunan infrastruktur {Jalan, Jembatan, Sekolah dan
a. Air bersih) 62.22
b Beasiswa Sekolah 22.22
c 6antuan Kesehatan 15.55
---- - --
'-'
'--
()()
Lubang tambang yang tidak tertutup dapat dimanfaatkan warga untuk
sumber air persawahan dan kegiatan perikanan melalui usaha kerambah seperti
yang disajikan pada Gambar 8 dan 9.
Gambar 9. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang Batubara sebagai Sarana
lrigasi di Kecamatan Tenggarong Seberang
Gambar 10. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang untuk Budidaya Tambak lkan
di Kecamatan T enggarong Seberang
5.5 Strategi Pengelolaan dampak Pertambangan Batubara di
Kabupaten Kutai Kartanegara
Untuk menyusun strategi pengelolaan pert:ambangan batubara di
Kabupaten Kut:ai Kart:anegara dilakukan analisis SWOT (Strength, W e a k n e s ~
opportunities, dan TreathS) dengan terlebih dahulu menentukan faktor-faktor
internal dan eksternal yang berpengaruh pada pert:ambangan batubara.
._,
'-'
......,
V/
Penentuan faktor-faktor internal dan eksternal dilakukan melalui penyebaran
kuisioner dan wawancara mendalam dengan stakeholder terkait. Hasil kajian di
lapangan dan analisis data dengan SWOT dapat menggambarkan kemungkinan
adanya potensi dan permasalahan yang ada, yaitu gambaran yang komprehensif
rnengenai faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, serta
faktor-faktor ekstemal yang merupakan peluang dan ancaman dalam
pengelolaan pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Penentuan tingkat kepentingan setiap faktor, dilakukan dengan
rnemberikan peringkat (skor). Peringkat tetap menggunakan skala 1(rendah)
sampai 4 (tinggi) untuk kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman. Skala
tersebut berdasarkan hasil kuesioner dengan stakeholder kunci. Hasil yang
diperoleh disajikan pada Tabel 28 .
Tabel 28. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan Dampak
Pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara
No. Elemen SWOT Faktor Kunci Peringkat
1. Internal a. Kekuatan 1. Mempunyai potensi sumberdaya mineral
dan batubara yang cukup besar
4
2. Dukungan kebijakan Pemerintah cukup
besar dalam pengembangan
4
pertambangan batubara
3. Memiliki sarana dan prasarana transportasi
darat dan air (sungai) yang memadai
3
4. Jumlah tenaga kerja tersedia cukup besar
4
5. Prospelc pemasaran hasil tambang terbuka
3
luas
b. Kelemahan 1. Ketersediaan SDA Tambang terbatas 4
2. Eksploitasi SDA tambang yang tidak
2
terbatas
2
3. Lemahnya kualitas SDM
3
4. Pencemaran air akibat kegiatan tambang
5. Tumpang tindih perijinan usaha
3
pertambangan dengan usaha lain
2. Ekstemal a. Petuang 1. Kebutuhan dan permintaan pasar domestik 2
dan luar negeri tinggi
2. Pengembangan paket-paket ekowisata
3
pada lubang bekas tambang
3. Pengembangan marineculture dan tambak
pada lubang bukaan tambang 2
4. Dukungan regulasi (UU No.04 tahun 2009
dan PP No.22 tahun 2010, dan PERDA
4
pertambangan umum)
5. Peningkatan PAD 3
........
........
........
vo
No. ElemenSWOT Faktor Kunci Peringkat
b. Ancaman 1. Banyaknya penambangan liar yang tidak
terkendali 4
2. Menurunnya kualitas lingkungan,
munculnya konflik sosial dan perbaikan
kesejahteraan rnasyarakat 4
3. Sedimentasi sungai akibat erosi air
3
4. Konflik antara sektor (pertambangan,
4
kehutanan, perkebunan, pertanian)
5. Konflik dengan masyarakat lokal 4
6. Degradasi keanekaragaman hayati 3
Keterangan : skala 1 = rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi, dan 4 = Sangat tinggi
Setelah penentuan faktor-faktor internal dan ekstemal seperti di atas
berdasarkan elemen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka langkah
selanjutnya adalah menyusun faktor-faktor strategi berkaitan dengan
pengelolaan dampak pertambangan batubara dengan menggunakan matrik
SWOT. Berbagai altematif faktor strategi yang dapat dilakukan seperti dalam
Tabel 29 yang mencakup strategi s-o (Strengths-OpportunitieS), strategi W-0
(Weaknesses-OpportunitieS), strategi S-T (Strengths-ThreatS) dan strategi W-T
(Weaknesses-Threats).
Tabel 29. Fonnulasi Rancangan dampak pengelolaan Pertambangan batubara
Kab. Kutai Kartanegara dengan Matrik SWOT
Strengths - S Weaknesses -w
1. Mempunyai potensi 1. Ketersediaan SDA
sumberdaya mineral dan Tambang terbatas
batubara yang cukup besar
2. Eksploitasi SDA tambang
2. Dukungan kebijakan
yang tidak terbatas
Pernerintah cukup besar
3. Lemahnya kualitas SDM
dalam pengembangan
4. Pencemaran air akibat
pertambangan batubara
kegiatan tambang
3. Memiliki sarana dan
prasarana transportasi darat
5. Tumpang tindih perijinan
dan air (sungai) yang
usaha pertambangan
memadai
dengan usaha lain
4. Jumlah tenaga kerja tersedia
cukup besar
5. Prospek pemasaran hasil
tambang terbuka luas
Opportunities- 0 Strategi S- 0 Strategi w-o
1. Kebutuhan dan 1. rnemanfaatkan potensi 1. Lahan pasca tambang
permintaan pasar sumberdaya mineral dan dimanfaatkan untuk
domestik dan luar batubara untuk mernenuhi rneningkatkan PAD
negeri tinggi permintaan pasar dan 2. mengelolan SDA
2. Pengembangan paket- peningkatan PAD tambang secara bertahap
paket ekowisata pacta 2. Dukungan kebiiakan untuk memenuhi
........
-
~
lubang bekas tambang
3. Pengembangan
marineculture dan
tambak pada lubang
bukaan tambang
4. Dukungan regulasi (UU
No.04 tahun 2009 -dan
PP No.22 tahun 2010,
dan PERDA
pertambangan umum)
5. Peningkatan PAD
Threats-T
1. Banyaknya
penambangan liar yang
tidak terkendaU
2. Perbaikan kualitas
lingkungan,
penanganan konflik
sosial dan perbaikan
kesejahteraan
masyarakat
3. Sedimentasi sungai
akibat erosi air
4. Konflik antara sektor
(pertambangan,
kehutanan,
perkebunan, pertanian)
5. Konflik dengan
masyarakat lokal
6. Degradasi
keanekaragaman
hayati
pemerintah untuk
pemanfaatan lahan pasca
tambang sebagai objek wisata
dan marineculture serta
tambak
3. memanfaatkan tenaga kerja
lokal dalam setiap
pemanfaatan potensi SDA
yang ada
4. Kebutuhan permintaan pasar
yang besar memberikan
prospek yang baik bagi
pemasarana hasil tambang
5. Dukungan kebijakan
pemerintah dalam penyusunan
rencana peraturan daerah
tentang pertambangan umum
Strategi s-T
1. Memanfaatkan lahan pasca
tambang sebagai kawasan
wisata berbasis alam,
marineculteru dan tambak
untuk konservasi dan
meningkatkan PAD
2. Memanfaatkan dukungan
kebijakan pemerintah untuk
menyusun PERDA
pertambangan yang mengatur
konflik yang terjadi
3. Tenaga kerja yang tersedia
dapat dimanfaatkan dalam
pengembangan ekowisata,
marineculture dan tambak
untuk pwningkatan PAD
4. Memanfaatkan dukungan
kebijakan pemerintah untuk
menyusun PERDA
pertambangan yang mengatur
perbaikan kualitas lingkungan
dan degradasi
keanekaragaman hayati
5. Sarana dan prasarana
transportasi darat dan air
dimanfaatkan untuk
penQangkutan hasil tambang
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
\17
permintaan pasar dan
peningkatan PAD
Meningkatkan SDM
dalam mengelolan
pertambangan
Memperbaiki kualitas air
pada lubang tambang
untuk kegiatan ekowisata
dan marlneculture dan
tambak
Membuat PERDA
pertambangan umum
yang didalamnya
mengatur tumpang tindih
lahan usaha
pertambangan dengan
usaha lain disekitarnya,
Strategi W - T
Penegakan hukum yang
ketat dalam mengelola
SDA tambang yang
terbatas untuk mengatasi
penambangan liar
Membenahi sistem
penambangan yang tidak
terkendali dengan
mengawasi
penambangan liar yang
ada
Meningkatk.an kualitas
SDM sehingga
penambangan liar dapat
diatasi dan kualitas
lingkungan dapat terjaga
dengan baik
Mengatasi pencemaran
air oleh aktivitas
tambang dalam
mengantisipasi
munculnya konflik sosial
Mengatasi terjadinya
tumpang tindih lahan
sehingga konflik
penggunaan lahan dapat
diatasi
Setelah penilaian skala peringkat faktor-faktor kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman, selanjutnya ditentukan grand strategi pengelolaan
dampak pertambangan batubara dengan membuat Tabel IFA (Internal Strategy
Factors Analysis) dan tabel EFA (External Factors AnalysiS) dengan memberi
bobot terhadap masing-masing faktor berdasarkan tingkat kepentingan (skala
prioritas (SP)) yang dikalikan dengan konstanta K=4 nilai kepentingan tertinggi.
..........
._,
IV
Nilai skala prioritas 1 menunjukkan nilai rendah, nilai skala prioritas 2
menunjukkan nilai sedang, nilai skala prioritas 3 menunjukkan nilai tinggi, nilai
skala prioritas 4 menunjukkan nilai tertinggi. Hasil pembobotan setiap factor
seperti Tabel 30 dan 31.
Tabel 30. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE).
No. Faktor-faktor Internal 5P K=4
5P X K I Bobot
Peringkat Nifai 5kor

51 Mempunyai potensi 4 4 . 16 0,25
4 1
sumberdaya mineral dan
batubara yang cukup
besar
52 Dukungan kebijakan 4 4 16 0,25 4 1
Pemerintah cukup besar
dalam pengembangan
pertambangan umum
53 Memiliki sarana dan 2 4 8 0,13 3
0,39
prasarana transportasi
darat dan air (sungai)
yang memadai
54 Jumlah tenaga kerja 3 4 12 0,19 4
0,76
tersedia cukup besar
55
Prospek pemasaran hasif
4 4 16 0,25 3 0,75
tambang terbuka luas
Jumlah 17 3,9
Kelemahan
Wl Ketersediaan SDA 4 4 16 0,25 4 1
Tambang terbatas
W2 eksploitasi SDA tambang 2 4 8 0,13 3 0,39
yang tidak terbatas
W3 Lemahnya kualitas SDM 2 4 8 0,13 3 0,39
. W4 Pencemaran air aldbat 3 4 12 0,19 3 0,57
I ws
kegiatan tambang
Tumpang tindih perijinan
4 4 16 0,25 3 0,75
usaha pertambangan
dengan usaha lain
Jumlah 15 3,1
I
I
I
I
I 1
Tabel 31. Matrik External Factors Eva/uatiol (EFE)
No. Faktor-faktor Internal SP K=4 SPx K Bobot Peringkat Nilai Skor
Peluang (Opportunftie&?
01
Kebutuhan dan
4 4 16 0,25
2
0,50
permintaan pasar
domestik dan luar negeri
tinggi
~
02
Pengembangan paket-
3 4 12 0,19 3 0,57
pak:et ek:owisata pada
lubang bekas tambang
03
Pengembangan
3 4 12 0,19 2 0,38
marineculture .dan tambak
pada lubang bukaan
tam bang
04
Dukungan regulasi (UU
4 4 16 0,25 4 1
No.04 tahun 2009 dan PP
No.22 tahun 2010, dan
PERDA pertambangan
umum)
OS
Peningkatan PAD
2 4 8 0,13 3 0,57
Jumlah 16 3,02
Ancaman (Threats)
T1
Banyaknya penambangan
3 4 12 0,19
4
0,76
liar yang tidak terkendali
T2
Penurunan kualitas
4 4 16 0,25 4 1,00
lingkungan, konflik sosial
dan kesejahteraan
masyarakat
T3
Sedimentasi sungai akibat
3 4 12 0,19 3 0,57
erosl air
T4 Konflik antara sektor 4 4 16 0,25 4 1,00
(pertambangan,
kehutanan, perkebunan,
pertanian)
TS Konflik dengan 4 4 16 0,25 4 1,00
rnasyarakatlokal
Degradasi 2 4 8 0,13 3 0,57 '
keanekaragaman hayati
I
Jumlah 20 4,9
........
..........
...._,
Il.
Berdasarkan Tabel EFE dan IFE dapat dihitung sebagai berikut:
Kekuatan (StrengthS)- Ketemahan (WeaknesseS)= 3,90-3.10 = + 0,80
Peluang ( OpJXJrtinities) - Ancaman (Threats) = 3,02-4,90 = - 1,88
Untuk mengetahui strategi yang harus dilakukan dalam pengelolaan
dampak pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka perlu
dibuat grafik analisis SWOT dengan menggunakan matriks grand strategy. Skor
(nilai) dari matriks internal-eksternal dari hasil wawancara dan kuesioner dapat
digunakan untuk menentukan rancangan pengelolaan pertambangan di
Kabupaten Kutai Kartanegara dalam jangka waktu mendatang. Nilai penjumlahan
untuk faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan sebesar +0,80 (sumbu X
positif) sedangkan nilai penjumlahan faktor eksternal antara peluang dan
ancaman - 1,88 (sumbu Y negatif). Jadi posisi koordinat berada pada (0,80 ; -
1,88), sehingga posisi rancangan berada pada kwadran 2, artinya mendukung
suatu rancangan diversifikasi menggalang kekuatan untuk mengatasi encaman
yang ada. Adapun strategi pengelolaan pertambangan umum di Kabupaten Kutai
Kartanegara seperti terlihat pada Gambar 11.
Sell: Mendukung strategi
stabilisasi (tum around)
Kelemahan
(Weaknesses)
Sell : Mendukung strategi
Bertahan (devensive)
Peluang
(Opportunity)
0,80
I
I
-1,88 1- - .J
Ancaman
(Threats)
Sell : Mendukung strategi
agresif
Kekuatan
(Strength)
Sell : Mendukung strategi
Diversifikasi
Gambar 11. Grafik Analisis SWOT dalam Menentukan Grand Strategy
Gambar 11 menunjukkan bahwa dalam pengelolaan dampak
pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara terutama dalam rangka
menuju pengelolaan pertambangan yang berkelanjutan, maka perlu dilakukan
~
...--
---
'--'
I ~
strategi diversifikasi yang menggabungkan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman yang ada (strategi Strength - ThreatS). Dengan kata lain,
meskipun dalam pengelolaannya mengalami ancaman (Threats), tetapi memiliki
kekuatan dari sisi internal yang dapat digunakan dalam mengatasi ancaman yang
ada.
Berdasarkan analisis tersebut ada beberapa rekomendasi yang perlu
disarankan diantaranya :
1. Bagi Pemerintah
a. Mengevaluasi kinerja perusahaan pertambangan batubara yang telah
beroperasi dalam melakukan kegiatan penambangan pada setiap
tahapan mulai tahapan pra konstruksi, kontruksi, operasi dan pasca
operasi.
b. Badan Perizinan dan pertanahan agar meneliti dengan baik terhadap
perusahaan yang ijin lahannya timpang tindih, baik pertambangan
batubara yang satu dengan yang lainnya maupun antara perusahaan
batubara dengan usaha perkebunan baik kelapa sawit maupun
perkebunan karet yang saai ini menjadi komoditas unggulan di dinas
perkebunan.
c. Diharapkan pemerintah daerah Kabupaten Kutai Kartanegara dan DPRD
segera merampungkan Peraturan Daerah tentang Pertambangan Umum
di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
d. Selanjutnya memberikan sanksi yang tegas kepada perusahaan-
perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya dalam melakukan
reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang yang selama ini
jarang/tidak pernah dilakukan.
2. Bagi Perusahaan
a) Menginventarisasi lahan-lahan milik masyarakat yang akan dibebaskan
untuk kegiatan pertambangan batubara dengan memberikan ganti rugi
lahan dan tanam tumbuh yang memadai sesuai dengan kesepakatan
antara perusahanan dan masyarakat pemilik lahan yang difasilitasi oleh
pemerintah setempat.
~
'--'
/'t
b) Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar pertambangan
batubara tentang rencana pembukaan usaha tambang di sekiar
permukiman agar masyarakat mengetahui dan memahami dampak
penambangan batubara di wilayahnya
c) Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada masyarakat lokal
untuk direkrut sebagai karyawan perusahaan sesuai dengan keahlian
yang dimiliki.
d) Pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan pembangunan sarana
dan prasarana penunjang lainnya dilakukan tanpa pembakaran untuk
menghindari punahnya satwa-satwa yang ada di dalamnya. Biomassa
vegetasi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan
kualitas tanah pada saat kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan
dilakukan. Biomassa vegetasi yang dibuka dapat dimanfaatkan secara
langsung dengan mencampur secara langsung pada saat pembongkaran
tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup dilakukan untuk selanjutnya di
backfilling pada lubang bekas penambangan.
e) Membangun settling pond pada setiap PIT tambang, ruas jalan angkut
(hauling road) untuk mengurangi aliran permukaan run-off dan erosi
masuk ke badan air secara langsung. Pada settling pond diberikan
perlakuan koagulan berupa tawas untuk mempercepat pengendapan
bahan sediment sebelum aimya di buang kelingkungan. Sedangkan untuk
mengatasi air asam tambang diberikan perlakuan kapur sesuai dengan
tarat yang dibutuhkan
f) Membangun fasilitas oil trap untuk menampung ceceran oli dan minyak
agar tidak masuk ke dalam badang perairan
g) Limbah cair dan lumpur yang akan dipompa ke luar dari lubang tambang
saat penambangan batubara berlangsung, dialirkan ke saluran drainasi
yang telah dibuat untuk segera dimasukkan ke settling pond sebelum
airnya dibuang ke lingkungan.
h) Melakukan pengontrolan dan pemeriksaan kualitas air dan kualitas udara
secara berkala sesuai peraturan yang ada di sekitar permukiman
masyarakat dan lokasi penambangan.
i) Menutup lubang tambang pada lahan yang selesai ditambang dengan
mengembalikan tanah pucuk dan tanah penutup (back filling} . {;)
j) Melakukan reklamasi dan revegetasi lahan bekas penambangan batubara
melalui peningkatan kualitas tanah dengan pemberian kapur dan pupuk
(organik dan an-organik), yang selanjutnya menanam tanaman penutup
tanah yang cepat tumbuh seperti rumput-rumputan dan tananam tahunan
non kehutanan (hortikultura} pada kawasan tambang non budidaya
kehutanan (KBNK).
k) Pengangkutan peralatan tambang yang melewati jalan umum dilakukan
pada malam hari dan mendahulukan kendaraan umum jika terdapat
kedaraan umum yang akan lewat.
I) Melakukan penyiraman jalan tambang minimal dua kali sehari terutama
jalan tambang yang dekat dengan permukiman masyarakat saat kegiatan
angkut batubara berlangsung
m) Melakukan reklamasi dan revegetasi lanjutan pada lahan bekas
penambangan yang belum ditutup. Pemeliharaan tanaman revegatasi
dilakukan selama tiga tahun setelah penambangan batubara berakhir
untuk memberikan kesempatan yang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan yang baik tanaman revegetasi.
n) Bagi lubang tambang yang tidak bisa ditutup karena kekurangan tanah
penutup, dapat diarahkan melalui pengembangan wisata alam atay
perikanan budidaya tambak untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat.
o) Pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi karyawan tambang dilakukan
dengan terlebih dahulu membekali keterampilan untuk berwirausaha
sehingga tidak menimbulkan pengangguran baru pasca penambangan.
3. Bagi Masyarakat
a) Diharapkan selalu menyelesaikan masalah konflik social di lapangan
dengan cara musyawarah dan mufakat
b) Membuat program untuk diajukan kepada perusahaan yang dapat
dibiayai melalui program pemberdayaan masyarakat (CSR)
c) Mengevaluasi dan mengontrol program revegetasi dan reklamasi yang
dilaksanakan perusahaan dan disesuaikan dengan dokumen Amdal,
RKL, dan RPL perusahaan tersebut.
~
6.1. Kesimpulan
6AEJVI
KESIMPULAN DAN SARAN
/0
Berdasarkan hasil penelitian, dirumuskan berbagai kesimpulan sebagai berikut :
1. Pertambangan batubara memberikan dampak positif terhadap perekonomian
masyarakat di sekitar perusahaan, yaitu meningkatkan pendapatan per bulan,
memberikan peluang kerja dan peluang usaha sehingga dapat memberbaiki
ekonomi masyarakat
2. Kegiatan usaha pertambangan batubara memberikan dampak positif dan negatif
terhadap kondisi sosial masyarakat sekitar perusahaan. Dampak negatifnya
adalah Kehadiran usaha pertambangan meningkatkan konflik antara
masyarakat, antara masyarakat dan perusahaan yang dipicu oleh masalah
limbah, penerimaan tenaga kerja, masalah tumpangtindih lahan, dan tidak
optimalnya perusahaan dalam melaksanakan program pemberdayaan
masyarakat (Comdev) . Selain itu, keberadaan perusahaan batubara memberikan
dampak terhadap menurunnya aktifitas keikutsertaan masyarakat dalam
kegiatan gotong royong terutama kerja bakti dan kegiatan-kegiatan keagamaan,
tetapi memberikan dampak positif terhadap kepedulian pemberian bantuan
dana untuk kegiatan-kegiatan sosial.
3. Kegiatan usaha pertambangan memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan fisik, kimia dan biologi. Kerusakan-kerusakan tersebut diantaranya
kerusakan bentang alam, penurunan kesuburan tanah, rusaknya flora dan fauna
endemik, meningkatnya polusi udara dan debu, erosi dan sedimen yang memicu
banjir, kebisingan, rusaknya jalanan umum yang digunakan untuk memuat alat-
alat berat perusahaan, dan adanya limbah yang dapat masuk ke lahan-lahan
pertanian dan sungai sehingga merusak biota perairan dan sumber air yang
digunakan untuk air bersih (minum) dan mencuci.
4. Program pengembangan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
perusahaan pertambangan batubara didominasi oleh pembangunan
infrastruktur, pemberian beasiswa dan bantuan di bidang kesehatan II
6.2. Saran
1. Disarankan perusahaan menin8katkan kepeduliaan terhadap kehidupan ekonomi dan
social masyarakat sekitar perusahaan melalui program-program pemberdayaan
masyarakat diantaranya melakukan pembinaan dan peningkatan skill , memberikan
bantuan untuk sarana dan prasarana umum, memprioritaskan pemuda lokal untuk
dipekerjakan di perusahaan
2. Diharapkan kepada Perusahaan untuk mentaati Amdal yang di dalamnya telah ada
rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan usaha pemantauan Lingkungan (RPL)
dalam mengeliminir dampak kerusakan lingkungan
3. lnstansi teknis yang bertanggungjawab mengawasi, memonitor, pemantau dampak
ekonomi , social dan lingkungan dari aktifitas perusahaan pertambangan batubara
dan instansi teknis yang memberi izin usaha pertambangan agar benar-benar
mengemban amanah sesuai dengan perundang-undangan yang ada.
........
'-'
7S
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. S. 2000. konservasi Tanah dan Air. lnstitut Pertanian Bogor (IPB) Press .
. I nstitut Pertanian Bog or. Bogor
Bachriadi, B. 1998. Merana di Tengah Kelimpahan. ELSAM. Jakarta
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara. 2008. Kutai dalam Angka. Bappeda Kutai Kartanegara.
Tenggarong
Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild pada Lahan Bekas Tambang
Timah (Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis Sekolah Pascasarjana.
IPB. Boger.
Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan
Batubara. Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen
ESDM. Jakarta
Setiadi, Y. 1999. Status Penelitian dan Pemanfaatan Cendawan Mikoriza
arbuskula dan Rizobium untuk Merehabilitasi Lahan Terdegradasi. Dalam
Makalah Seminar Nasional Mikoriza I, Tanggal15-16 November. Bogor.
Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan.
Jurusan Tanah. Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.
Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
Uversity Press. Yogyakarta
Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta'alim. 1995. Teknologi Pertambangan
Indonesia. Pusat Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan
dan Energi. Jakarta.
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. 515 hal.
Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi
Yogyakarta.Yogyakarta.
Widodo, S. 2005. Batubara, Produk Strategis yang Harus Jadi Prioritas untuk
lndustri Nasional. http://www.google.eem. Diakses pada tanggal 08 Maret
2010. Boger.

You might also like