Professional Documents
Culture Documents
'
.__.
-
...._
"--'
........
.......
adanya lubang tambang yang tidak dapat ditutup kembali oleh perusahaan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Zulkiflimansyah (2007) yang
menyatakan bahwa pertambangan batu bara membawa dampak negatif
terhadap pencemaran air, erosi dan sedimentasi tanah, Selanjutnya Suhada et
a/. (1995) menyatakan bahwa pertambangan batubara membawa dampak
negatif terhadap lingkungan karena merubah topografi ,dan bentang alam serta
meninggalkan lubang-lubang besar bekas galian tambang.
Berdasarkan struktur geologi. bentuk dan karakteristik lapisan batubara
serta lapisan penutupnya (kedalaman tanah penutup) di Kebupaten Kutai
Kartanegara, menunjukkan bahwa metode penambangan batubara yang
memungkinkan dapat diterapkan adalah sistem tam bang terbuka (open pit)
dengan menggunakan peralatan seperti backhoe, dump truck yang dibantu
dengan bulldozer sebagai alat garu dorong material galian. Kegiatan
pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) ini, pertama kali
akan membuka vegetasi/pohon-pohonan, menggali tanah dibawahnya, dan
meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih
tambang, permukaan tanah dikupas dan digali menggunakan alat-alat berat
seperti buldoser dan backhoe yang memberikan peluang yang besar terhadap
munculnya dampak negatif terhadap lingkungan.
Kegiatan penambangan batubara secara terbuka tersebut temyata
berdampak terhadap perubahan bentang alam dari kondisi asalnya. Perubahan
ini terjadi oleh aktivitas pengupasan tanah pucuk (top soif) dan tanah penutup
(sub soif). Pengupasan tanah pucuk dilakukan pada lahan yang potensial untuk
dilakukan penambangan dengan menggunakan bulldozer. Tanah pucuk yang
dikupas sedalam lapisan top soil yaitu sekitar 50 em dari permukaan tanah.
Tanah tersebut selanjutnya diangkut dan ditimbun pada tempat yang telah
dtentukan (top soil area) dengan menggunakan truck.
Setelah dilakukan pengupasan tanah pucuk, selanjutnya dilakukan
pengupasan tanah penutup (overburden I sub soif) yang terletak di atas lapisan
batubara. Apabila terdapat lapisan batuan yang keras pada saat pengupasan
tanah penutup ini , maka pengupasannya dilakukan dengan bantuan peledakan
(blasting) untuk menghancurkan batuan yang keras dan selanjutnya ditimbun
pada tempat penimbunan tanah penutup yang telah ditentukan dan nantinya
akan dikembalikan pada lubang bekas penambangan pada saat kegiatan backfill.
Setelah dilakukan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup, maka
._
.__,
- . . ~
~
.........
~
..._
selanjutnya dilakukan kegiatan pembongkaran batubara sesuai dengan rencana
produksi yang telah ditetapkan, kemudian diangkut keluar dari lubang tambang.
Pembongkaran batubara dilakukan dengan contour mining dimana teknik
penggaliannya dimulai dari elevasi paling tinggi ke elevasi paling rendah sampai
pada kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan. Adapun rangkaian
penambangan batubara secara umum dapat dilihat seperti Gambar 1 di bawah
ini.
~ ..
lfr ~ / Revegetation
D.
_...._ QIV __/
CJIIV" Cool Houcng
..
J =-
Gambar 4. Rangkaian Kegiatan Penambangan Batubara di Kabupaten Kutai
Kartanegara
Berdasarkan rangkaian kegiatan penambangan batubara sebagaimana
diuraikan di atas serta pada Gambar 4, menunjukkan bahwa pembukaan tanah
pucuk dan tanah penutup, serta pembongkaran batubara sangat berpengaruh
terhadap perubahan bentang Jahan dari kondisi aslinya yang terbentuk secara
alami selama ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Setelah deposit batubara
terangkut keluar, selanjutnya dilakukan reklamasi lahan dengan mengembalikan
tanah pucuk dan tanah penutup dengan cara backfill untuk menutupi lubang
tambang bekas penambangan. Adapun kondisi bentang lahan dari aktivitas
penambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara oleh salah satu
perusahaan yang sedang beroperasi seperti pada Gambar 5 dan Gambar 6 .
.__,
.___
........
._,
.._,
-
........
....
'-'
qj
Gambar 5. Kondisi Bentang Lahan setelah Dilakukan Penambangan Batubara
Gambar 6. Pematangan Bentang Lahan pada Lahan eks tambang batubara
Kegiatan pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara yang
secara keseluruhan dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit). Ketika
selesai beroperasi, perusahaan tersebut lubang-lubang raksasa di
bekas areal pertambangannya. Lubang-lubang itu berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan
kuantitas air. Dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
yang dimiliki oleh setiap perusahaan pertambangan batubara, ditekankan bahwa
lubang-lubang tambang yang dihasilkan dari aktivitas penambangan batubara ini
harus ditutup melalui kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan. Namun demikian,
........
.........
'"t'"t
kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan tersebut sangat sulit dipenuhi oleh
perusahaan untuk menutup lubang tambangnya 1 00 % yang disebabkan
kekurangan tanah penutup akibat deposit batubara yang terangkut keluar dari
lubang tambang, jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tanah penutup yang
digunakan untuk menutup kembali lahan bekas penambangan. Untuk
mengetimasi cadangan batubara dan rencana bukaan tanah, berikut ini disajikan
data sekunder salah satu perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Tabel 15. Cadangan 8atubara dan Rencana 8ukaan Tanah (Overburden) PT.
Anggana Coal di Kecamatan Loa Kulu dan Kecamatan Sebulu
PIT/Seam Luas (mz) Overburden (BCM) Coal (MT)
3 42.000,00 919.592,99 61 .759,10
4 28.000,00 602.960,65 40.548,80
48
61.758,00 1.100.186,08 75.046,80
4
8
1 22.831 ,00 799.746,60 52.442,40
481 45.746,00 1 :494.673,50 98.985,00
482 99.300,00 971.254,35 63.982,00
483 40.310,00 1.398.114,00 91 .380,00
5 132.271 ,00 2.723.357,35 185.894,70
6 46.400,00 972.804,16 64.338,90
7 98.500,00 1.745.272,32 119.539,20
8 21 .933,00 1.523. 786,40 44.229,00
9 85.598,00 1.071 .147,98 72.472,80
i
10 264.891 ,00 2.361.784,65 162.881,70
11 154.771 ,00 1.534.982,82 104.420,60
12 238.393,00 2.182.946,40 151.593,50
Jumlah 1.382.702,00 21 .402.610,25 1.389.515,00
Sumber : PT. Anggana Coal, 2010.
8erdasarkan data ekplorasi seperti di atas, diketahui cadangan batubara
terukur sebesar 1.389.515,00 MT dan dihasilkan overburden (08) sebesar
21 .402.610,25 8CM. Dari data tetsebut, diperkirakan OB yang ada tidak
mencukupi untuk menutup lubang tambang secara keseluruhan, sehingga perlu
mencari tambahan tanah penutup yang berasal dari lahan-lahan lainnya yang
ada di sekitarnya.
~
.._..
._..
.......
.__
-..
.......
4)
Hasil kajian di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya perusahaan
pertambangan batubara yang beroperasi di Kabupaten Kutai Kartanegara
meninggalkan lubang-lubang tambang yang besar (8.68%). Mereka
meninggalkan areal bekas tambang tanpa melakukan rehabilitasi dan/atau
reklamasi lahan, sehingga tidak sejalan dengan komitmennya dalam
pengendalian dampak lingkungan sebagaimana yang tertera dalam dokumen
AMDAL.
Gambar 7. Salah satu Lubang Besar Bekas Penambangan Batubara yang
belum Direklamasi di Kabupaten Kutai Kartanegara
Lubang-lubang bekas penambangan batubara berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan
kuantitas air. Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat
merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air permukaan dan air
tanah. Potensi bahaya akibat rembesan ke dalam air tanah seringkali tidak
terpantau akibat lemahnya sistem pemantauan perusahaan-perusahaan
pertambangan tersebut. Namun demikian, dengan pemberian koagulan untuk
meningkatkan kualitas air tercemar pada lubang tambang bekas penambangan
batubara, maka lubang-lubang tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar untuk usaha pembudidayaan ikan dan sarana air irigasi.
__.
.......,
"--'
"--'
'-'
'--'
....._,
40
Keruhnya air sungai Mahakam beserta anak-anak sungainya sudah
sangat mengkhawatirkan akibat kerusakan lingkungan yang salah satunya
disebabkan oleh kegiatan pertambangan batubara di sekitarnya yang dilakukan
secara terbuka. Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan tambang serta
aktivitas lainnya seperti pembangunan jaringan jalan tambang, sarana dan
prasarana penunjang lainnya mempercepat aliran permukaan (run-off) yang
membawa material-material atau bahan-bahan pencemar masuk ke dalam badan
air di sungai Mahakam dan anak-anak sungainya serta sumur-sumur penduduk
yang berdekatan dengan areal penambangan pada saat terjadi hujan lebat.
Hasil analisis beberapa par-ameter kualitas air di sekitar perusahaan
pertambangan batubara PT. Arzara Baraindo Energitama dan PT. Kayan Putra
Utama Coal di Kecamatan T enggarong seberang memperlihatkan data kualitas
air sumur penduduk, Sungai Separi Kiri I (Hulu), Sungai Separi Kiri II (Hulu), dan
Sungai Separi Kiri (Hilir} dengan parameter seperti kekeruhan, TSS, TDS, pH,
COD, BOD, Fe dan mangan telah berada di atas baku mutu lingkungan. Adapun
hasil analisis parameter kualitas air tersebut seperti pada Tabel14
Tabel16. Hasil Analisis Kualitas Air di Sekitar Lokasi Tambang PT. Arzara
Baraindo Energitama dan PT. Kayan Putra Utama Coal
No Parameter Satuan BML Pengamatan
1 2 3 4
FISIK
Suhu
oc
Deviasi 27,6 26,65 28,03 30,92
Kekeruhan NTU 25 29,2 - - -
TSS mg/1 50 15 37,5 1.107,5 1.392,5
TDS mg/1 1500 75 327,5 1.671,3 3.093,8
Bau - - Tdk
bau
Rasa - - Normal Normal Normal Normal
KIM lA
pH mg/1 6,5- 5,78 5,52 6,50 5,78
9,0
'-'
'-'
'--"
........
'--"
'-'
"t/
DO mg/1 6 5,02 5,03 4,98
BOD mg/1 2 2,65 8,58 10,09
COD mg/1 10 32,13 99,60 157,43
Amonium (NH4l mg/1 0,5 0,02 0,19 0,24 0,32
Nitrit (N02-) mg/1 1 0,01 Ttd ttd Ttd
Nitrat (N03-) mg/1 10 1,40 0,90 1,26 1,27
Kesadahan total mg/1 500 11,74 - - -
Sulfat (S04) mg/1 400 8,89 34,94 115,60 191,71
Klorida (CI) mg/1 600 4,42 6,95 1,99 3,18
Besi (Fe) mg/1 0,3 0,29 3,65 8,35 11,71
Mangan (Mn) mg/1 0,1 0,48 0,67 4,38 6,73
Seng (Zn) mg/1 15 0,034 0.011 0,064 0,075
Kadmium (Cd) mg/1 0,005 Ttd Ttd 0,002 0,003
Timbal (Pb) mg/1 0,05 0,003 0.009 ttd Ttd
Flourida (F) mg/1 1,5 0,069 0,256 0,325 0,465
Detergen mg/1 0,5 0,013 Ttd ttd Ttd
BIOLOGI mg/1
Total Coliform MPN/10 so 0 - - -
Oml
Coli Fecal MPN/10 - 0
- - -
Oml
Sumber :Hasil analisis Laboratorium Budidaya Perairan (FPK) Unmul
Samarinda, 201 0
Keterangan : ttd = tidak terdeteksi
(1) Air sumur penduduk di desa Mulawarman, Kec Tenggarong
Seberang
(2) Sungai Separi Kiri Hulu I
(3) Sungai Separi Kiri Hulu II
(4) Sungaoi separi Kiri (Hilir)
'-'
___.
'-"
........
I..
....
'"tO
Pada Tabel 16 di atas, terlihat bahwa beberapa parameter kualitas air
pada beberapa titik pengamatan telah berada di atas baku mutu lingkungan.
Tingkat kekeruhan air terlihat tinggi pada salah satu sumur penduduk di desa
Mulawarman. Sedangkan untuk parameter TSS dan TDS berada di atas baku
mutu lingkungan pada lokasi pengamatan di sungai Separi Kiri Hulu II dan
Sungai Separi Kiri Hilir yang merupakan lokasi dekat penambangan dan
pengolahan salah satu perusahaan batubara. Sementara parameter pH,
kandungan besi, dan mangan terlihat tinggi pada semua titik pengamatan.
Tingginya kandungan bahan-bahan pencemaran air di lokasi kajian diakibatkan
oleh aktivitas penambangan dan pengolahan batubara (proses pencucian
batubara) dimana material-material bahan pencemar terbawa oleh air limpasan/
aliran permukaan (surface run-off) ke bagian yang lebih rendah dan masuk ke
badan air. Hasil pengamatan lapangan, menunjukkan bahwa salah satu sumur
penduduk mengalami tingkat kekeruhan air yang cukup tinggi yaitu mencapai
nilai 29,2 NTU yang melebihi dari batas ambang baku mutu lingkungan.
Total Suspention Solid (TSS) atau total padatan tersuspensi merupakan
padatan yang berkeruan < 1 f.Jm yang menyebabkan terjadinya kekeruhan pada
air. Padatan ini tidak terlarut dan tidak dapat mengendap secara langsung.
Timbulnya padatan tersuspensi dalam badan air adalah adanya gerakan-gerakan
air sehingga terjadi adukan Lumpur halus serta terkikisnya tanah akibat gerakan
tersebut. Hasil pengukuran total padatan tersuspensi pada beberapa titik
pengambilan sampel di lokasi kajian seperti pada Tabel 16 di atas
memperlihatkan nilai di atas batas ambang baku mutu lingkungan oleh aktivitas
pertambangan dan pengolahannya yang ada di sekitarnya. Kandungan total
padatan tersuspensi (TSS) di sungai Separi Kiri Hulu 2 sebesar 1.107,50 mg/1
dan sungai Separi Kiri Hilir sebesar 1.392,50 mg/1. Nilai ini cukup jauh melebihi
jika dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk TSS yang hanya sebesar
50 mg/1 (Permen No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Kualitas Air Kelas I dan II)
Total Dissolved Solid (TDS) merupakan padatan terlarut yang mempunyai
ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi yang berkuruan < 1 o.s mm termasuk
keloid yang berkuruan antara 10
6
- 10
3
mm. Sumber TDS umumnya berasal
dari bahan-bahan an-organik dan organic berupa ion yang terdapat pada
perairan. Hasil pengukuran total padatan terlarut (TDS) dilokasi kajian
memperlihatkan sungai-sungai yang memiliki nilai TDS jauh melebihi batas
........
..._ .
4 ~
ambang baku mutu lingkungan. Total padatan terlarut pada sungai Separi Kiri
Hulu II sebesar 1.671 ,25 mg/1 dan sungai Separi Kiri Hilir sebesar 3.093,75 mg/1
sementara batas baku mutu lingkungan untu TDS sebesar 1000 mg/1 air.
Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik pada
kondisi aerobik (stabil). Nilai BOD di dalam air merupakan indikator jumlah
oksigen terlarut yang akan hilang selama asimilasi biologis polutan organik
secara alamiah atau merupakan gambaran jumlah bahan organik mudah terurai
(biodegradable organics) yang ada di perairan. Nilai BOD terukur pada beberapa
titik pengambilan sample di lokasi kajian menunjukkan nilai yang cukup tinggi di
atas baku mutu lingkungan. Hal ini terlihat pada sungai Separi Kiri Hulu II
memiliki nilai BOD sebesar 8,58 mg/1 dan di sungai Separi Kiri Hilir sebesar 10,09
mg/1. Nilai ini di atas dari baku mutu yaitu sebesar 2 mg/1 air. Hal yang sama
dengan nilai Chemical Oxygen Demand (COD) di sungai Separi Kiri Hulu II
sebesar 32,13 mg/1 dan sungai Separi Kiri Hilir sebesar 157,43 mg/1, serta di
sumur penduduk dengan nilai COD sebesar 32,13 mg/1. Nilai COD ini telah
melebihi batas baku mutu lingkungan yaitu sebesar 1 0 mg/1 air. Biochemical
Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses kimia dalam perairan atau jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang bias
didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang tidak bias terdegradasi
(non biodegradable).
Logam mangan (Mn) dan besi (Fe) merupakan unsur yang terkandung
dalam batubara yang dihasilkan oleh proses ekstraksi dan masuk ke lingkungan.
Kandungan Mn dan Fe yang tinggi menyebabkan tingginya tingkat kemasaman
lingkungan. Kandungan Mn dalam air tidak boleh melebih dari 0,1 mg/1 dan Mn
lebih kecil dari 0,3 mg/1. Hasil pengukuran Fe dan Mn di lokasi kajian
memperlihatkan kedua nilai unsur tersebut di atas baku mutu lingkungan. Di
sungai Separi Kiri Hulu II 8,53 mg/1 dan 11 ,71 mg/1, sedangkan di sungai Separi
Kiri Hilir masing-masing sebesar 4,38 mg/1 dan 6,73 mg/1.
Selain menurunnya kualitas air, dampak aktifitas pertambangan juga
menurunkan kualitas udara ambien. Penurunan kualitas udara ambien ini ,
disebabkan oleh pembongkaran batubara dan mobilitas pengangkutan batubara
dan peratalan dari dalam ke luar lokasi penambangan. Dampak aktivitas
penambangan batubara terhadap penurunan kualitas udara dihitung berdasarkan
~
~
...
:>U
jumlah bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan oleh kendaraan perusahaan
yang beroperasi dalam setiap hari. Untuk memudahkan perhitungan, diambil
salah satu contoh perusahaan batubara yang beroperasi di Kecamatan Loa Kulu
yaitu PT. Putra Dewa Jaya, dengan kebutuhan jumlah kendaraan dan bahan
bakar seperti pada Tabel 17 berikut :
Tabel17. Jumlah Kendaraan dan Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) PT.
Putra Dewa Jaya
Kebutuhan Kendaraan dan BBM
No. Nama Alat Kendaraan BBM BBM
(Unit) (liter/Bulan) (Liter/Hari)
1 Excavator 2 16.280 576
2 Bulldozer 1 12.240 408
3 Wheel loader 1 7.200 240
4 Grader 1 5.760 192
5 Dump Truck 24 2.280 160
6 Compactor 1 10.080 336
7 Fuel Truck 1 2.880 96
8 Water Truck 1 2.880 96
9 Mobil Karyawan 2 9.600 320
10 Mobil Operasional 3 12.000 400
11 Diesel Genset 1 2.280 160
12 Pompa 3 2.880 96
Jumlah: 41 83.840 3.080
Sumber : Putra Dewa Jaya, 2010.
Menurut Dewerkgroup Wegverkeer (1970) dalam Rau J.G dan D.c.
Wooten (1980) bahwa penggunaan bahan bakar solar sebanyak 1 ton (1000 liter
= 0,79 ton) akan menghasilkan emisi gas sebanyak:
S02 = .:!: 19,0 kg/ton = .:!: 19,0 X 10
6
mg/ton
N02 = . 11,0 kg/ton = . 11,0 x 10
6
mg/ton
CO = . 34,5 kg/ton = . 34,5 x 10
6
mg/ton
Jika diasumsikan bahan bakar solar yang digunakan 1.500 liter/hari atau
1 ,5 ton/hari, maka emisi gas buang yang akan dihasilkan sebanyak :
S02 = .:!: 19,0 kg/ton X 1,5 kg/hari = 28,5 kg/hari = .:!: 28,50 X 10
6
mg/hari
N0
2
= . 11,0 kg/ton x 1 ,5 kg/hari = 16,5 kg/hari = . 16,50 x 10
6
mg/hari
.........
,__..,
~
..__,
~
)1
CO = 34,5kg/tonx1 ,5kg/hari=51,75kg/hari= 51,75x10
6
mg/hari
Jika mobilisasi peralatan melalui jalur-jalur pengangkutan sepanjang 10
km (10.000 meter) dengan sebaran gas kiri kanan jalan dengan jarak masing-
masing 100m dan tinggi kolom udara 100m (volume kolam udara = 1 x 10
6
m
3
),
maka gas buang yang dihasilkan kendaraan pengangkut adalah sebagai berikut :
S02 = 28,50 X 10
6
mg/1 X 10
6
m
3
= 28,50 mg/m
3
N02 = 16,50 X 10
6
mg/1 X 10
6
m
3
CO = 51 ,75 x 10
6
mgt 1x 10
6
m
3
= 16,50 mg/m
3
=51 ,75 mg/m
3
Apabila dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk masing-
masing gas tersebut yaitu sekitar 900 1Jm/Nm
3
(S0
2
), 400 1Jm/Nm
3
(N0
2
}, dan
30.000 1Jm/Nm
3
(CO) menunjukkan bahwa kadar pencemaran udara di lokasi
kajian cukup tinggi. Selain disebabkan oleh pembongkaran batubara dan
mobilisasi kendaraan, penurunan kualitas udara ambient juga disebabkan oleh
tingginya kandungan debu di udara. Untuk menghitung kandungan debu di udara
menggunakan rumus sebagai berikut :
Eu:;:: 20,77 (S/12)(V/48)(W/3)
0
7
(N/4)
0
5
(D/365)
Dimana:
Eu = Jumlah debu per panjang jalan (kg/km)
S = silt content (%)
V = Kecepatan kendaraan ( k m ~ a m )
W = Berat kendaraan (ton)
N = Jumlah roda kendaraan
D = Jumlah hari tidak hujan
Diketahui:
~ Kecepatan alat pengangkut (V) = 20 km/jam
~ Berat alat pengangkut dan muatan (W) = 85 ton
~ Jumlah roda kendaraan pengangkut (N) = 22 buah
~ Silt content (S) untuk jalan diperkeras = 10 %
~ Jumlah hari tidak hujan (365- 215) = 150 hari
Maka jumlah debu yang dihasilkan oleh bergeraknya satu lintasan kendaraan
pada jalan yang diperkeras adalah :
Eu = 20,77 (10/12} (20/48) (85/3)
0
7
(8/4)
0
5
(150/365)
= 20,77 (0,83) (0,42) (10,39) (1,41) (0,41)
= 43,49 kg/km
:u.
Jarak angkut dari lokasi tambang menuju pelabuhan menempuh jarak
sejauh . 1 0 km dengan 2 trip/hari , maka jumlah debu yang dihasilkan sebesar :
Eu = 43,49 kg/hari x 2 trip x 10 km
= 869,8 kg/hari
Jika sebaran gas kiri kanan jalan dengan jarak masing-masing 100 m dan tinggi
kolom udara 100 m, maka :
volume kolom udara = 10.000 m x 200m x 100m = 200 x 10
6
m
3
Sehingga kadar debu di udara (Eu) sebesar :
Eu = 869,8 kg/hari
200 x 10
6
m
3
= 869,8 x 10
6
mg/hari
200 x 10
6
m
3
= 4,349 mglm
3
I hari
Jika dibandingkan dengan nilai baku mutu lingkungan untuk sebaran
debu di udara, menunjukkan bahwa aktivitas pengangkutan material batubara
yang melewati jalan tambang (hauling road) berada di atas batas ambang baku
mutu dimana batas ambang baku mutu sebaran udara berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 41 tahun 1999 sebesar 0,23 mg/m
3
, sementara sebaran
udara di lokasi penambangan PT. Putra Dewa Jaya mencapai nilai 4,349
mg/m
3
/hari.
Sebagai perbandingan pengambilan sampel kualitas udara ambien pada
lokasi yang belum terjama oleh aktivitas pertambangan batubara oleh PT. Putra
Dewa Jaya di Kecamatan Loa Kulu, memperlihatkan bahwa semua parameter
kualitas udara ambien masih berada di bawah baku mutu lingkungan. Adapun
data hasil pengamatan adalah sebagai berikut :
Tabel18. Kualitas Udara Ambien di Sekitar Lokasi Pertambangan Batubara PT.
Putra Dewa Jaya di Kutai Kartanegara
Parameter Satuan Baku Mutu
Lokasi Pengamatan
1 2
Sulfur Dioksida (S02) 1JQ/Nm
3
900 Ttd 0,09
Nitrogen Dioksida (N02) 1Jg/Nm
3
400 9,36 69,93
Karbon Monoksida (CO) 1Jg/Nm
3
30.000 Ttd 58
Debu mglm" 0,23 0,09 0,19
Sumber : Balai Riset dan Standarisasi lndustri Samarinda, Kalimantan Timur,
2008
Keterangan : ttd = tidak terdeteksi
' '
..._
'---
..._
Jj
Dampak terhadap kebisingan merupakan dampak negatif langsung dari
aktivitas pertambangan batubara dengan menggunakan kendaraan pengangkut
yang beroperasi baik pada tahap persiapan, konstruksi, operasi maupun pada
tahap pasca operasi. Kendaraan perusahaan yang lalu-lalang akan menimbulkan
kebisingan terhadap para p e k e ~ a (karyawan perusahaan) dan masyarakat
sekitar.
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam
satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang
tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Sumber
kebisingan dapat berasal dari sumber bergerak maupun tidak bergerak.
Umumnya sumber kebisingan dari aktivitas pertambangan batubara berasal dari
penggunaan alat-alat pengangkut dan Dalam kajian ini, pengamatan terhadap
kebisingan dilakukan pada beberapa titik yaitu di sekitar PIT tambang, pos
security, dan permukiman penduduk di desa Mulawarman dan desa Bhuana
Jaya pada areal penambangan batubara PT. Anggana Coal di Kecamatan
Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil pengamatan disajikan seperti
pada Tabel19.
Tabel19. Hasil Pengamatan Tingkat Kebisingan Sesaat di sekitar Lokasi
Kegiatan Tambang Batubara PT. Anggana Coal
Lokasi Pengamatan
Parameter Baku Mutu
1* 2**
lntensitas Kebisingan 55* 54,80 57,50
85**
Keterangan :
* Kepmen LH. No. 48 Tahun 1999 (Permukimah)
** KepMennaker NO. 51 tahun 1999 (Lingkungan Kerja)
Lokasi 1 : Permukiman Penduduk RT 2 Dusun Ngadang, Desa Beloro
Lokasi 2 : PIT Tambang
Lokasi 3: Jalan Tambang
3-
59,70
Berdasarkan hasil pengamatan tingkat kebisingan seperti tabel 17 di atas,
menunjukkan bahwa pada titik-titik lokasi pengamatan di sekitar lokasi
'--'
54
pertambangan batubara PT. Anggana Coal, nilai kebisingan masih berada di
bawah batas ambang baku mutu lingkungan, kecuali di lokasi pit dan sekitar jalan
tambang.
Untuk mengetahui dampak penambangan batubara terhadap keberadaan
vegetasi (flora darat) dan satwa (fauna) liar dilakukan kajian pada salah satu
perusahaan batubara yang beroperasi di Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu PT.
Anggana Coal yang beroperasi di Kecamatan Loa Kulu. Pengamatan vegetasi
dilakukan pada areal yang belum terganggu oleh aktivitas pertambangan,
sedangkan pengamatan fauna liar dilakukan dengan cara menghimpun informasi
dari masyarakat setempat.
Hasil kajian menunjukkan bahwa kondisi vegetasi saat ini merupakan
kawasan hutan alam yang tidak terbina berupa hutan sekunder dan semak
belukar yang merupakan kawasan budidaya non kehutanan (KBNK) berdasarkan
RTRW Provinsi Kalimantan Timur tahun 1999, sehingga memungkinkan untuk
ditambang. Beberapa vegetasi cepat tumbuh yang ditemukan seperti Laban
(Vitex pubesscen), puspa (Schima wallihcit) , dan Mahang (Macaranga sp.).
Penentuan daerah vegetasi dilakukan secara purposive pada kawasan studi.
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dengan
metode kuadran. Hasil inventarisasi jenis vegetasi yang ada selanjutnya dihitung
tingkat kerapatan, frekuensi , dan dominansi setiap jenis vegetasi yang ada. Hasil
analisis mengenai vegetasi di lokasi kajian disajikan seperti pada Tabel18.
Tabel 20. Hasil Perhitungan Nilai Penting Jenis Vegetasi (Flora Darat) di sekitar
No.
1
2
3
4
5
6
Areal Pertambangan Batubara PT. Anggana Coal di Kecamatan Loa
Kulu
Nama Vegetasi KR FR DR NPJ
Daerah Botanis (%) (%) (%) (%)
Bengkal Neulea sp. 6,38 4,55 7,23 18,16
Terap Arthocarpus sp. 8,51 9,09 6,12 23,72
Mahang Macaranga triloba 12,77 13,64 8,45 34,85
Sirih Hutan Piper adumcum 12,77 9,09 5,00 26,86
Laban Vitex pubesscen 17,02 18,18 29,47 64,67
Ficus Ficus sp. 8,51 9,09 10,47 28,08
__..
.........
........
,),)
7 Puspa Schima wallici 23,40 18,18 10,56 52,15
8 Anggrung Trema orienta/is 6,38 9,09 15,71 31 ,19
9 Pulai Alostonia sp. 4,26 9,09 6,98 20,33
Jumlah Total: 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan : KR = Kerapatan Relatif, FR = Frekuensi Relatif, DR = Dommans1
Relatif, NPJ = Nilai Penting Jenis
Berdasarkan hasil analisis di atas, memperlihatkan bahwa jenis vegetasi
di lokasi kajian didominasi oleh jenis Vitex pubesscen yaitu sebesar 64,67 %,
disusul oleh jenis Schima wallici sebesar 51,15 %.
Untuk satwa (fauna) liar, dianalisis fauna-fauna yang ada di sekitar
kawasan pertambangan batubara seperti mamalia, reptilia, amphibia, dan aves.
Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan satwa liar ini memegang peran
penting terhadap kawasan hutan terutama perannya sebagai penyebar biji,
mengadakan penyerbukan tanaman dan pengurai bahan-bahan organik. Fauna
liar juga ini memegang peran penting secara ekonomis terutama dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Kawasan hutan merupakan
tempat hidup dan berkembang biak bagi banyak satwa liar yang ada di
dalamnya. Kegiatan pembukaan yang didahului pembersihan lahan untuk
aktivitas pertambangan batubara memberikan dampak negatif terhadap
beberapa jenis satwa liar yang ada, karena dengan rusaknya atau hilangnya
fungsi hutan sebagai habitat satwa-satwa tersebut akan berpengaruh terhadap
kelangsungan hidupnya sehingga sehingga satwa yang ada akan mengadakan
migrasi ke lokasi lainnya atau punah. Beberapa satwa yang teramcam
kepunahannya yang ditemukan di lokasi kajian seperti pada Tabel19
Tabel21 . Jenis Satwa yang Terdapat di Sekitar Lokasi Pertambangan Batubara
PT. Anggana Coal
No. Nama Daerah Nama Latin
A. Insecta
1 Kupu-Kupu
2 Jangkrik
3 Kumbang
4 Lebah
5 Belalang
~
.._.
.........
..........
-
-..,
........
.JO
B. Aves
1 Pipit
2 Kacer
3 Elang
4 Bubut
5 Punai
6 Burung Gereja
7 Cerucuk
8 Murai
9 Burung Madu
10 Blekok Sawah
11 Kuntul
12 Kareo Padi
C. Reptilia
1 Biawak
2 UlarSawah
3 Kadal
4 Kura-Kura
D.Amphibi
Kodok
E. Mamalia
1 Kancil
2 Landak
3 Tupai
4 Tikus
5 Babi Hutan
6 Monyet
Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkatan
laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara sungai.
Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas pertambangan
batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan
pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan sarana dan
prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan,
.._,
.......
..__.
......,
:>I
pembangunan sarana BBM, genset, gudang bahan peledak dll, serta pembukaan
jalan tambang .
Tanah yang terbuka akan sangat peka dengan erosi yang pada akhirnya
membawa material-material yang akan di endapkan pada sempadan dan muara
sungai. Apalagi dengan intensitas curah hujan yang tinggi di Kabupaten Kutai
Kartanegara akan mempercepat laju aliran permukaan pada lahan yang tidak
tertutup vegetasi karena sudah dibuka untuk kegiatan pertambangan.
Erosi terjadi karena adanya pengikisan permukaan tanah oleh aliran
permukaan.Lapisan yang tererosi merupakan material yang telah mengalami
pelapukan. Untuk mengetahui besarnya erosi yang terjadi , dilakukan kajian pada
salah satu perusahaan yaitu PT. Anggana Coal yang beroperasi di Kecamatan
Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Pendugaan besarnya erosi dihitung
dengan menggunakan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) oleh
Wischmeier dan Smith (1978) dengan rumus :
A= R . K . L . 5. C. P
Dimana :
A = Nilai duga besarnya erosi tanah yang terjadi (tonlha/tahun)
R = Faktor erosivitas curah hujan
K
L
= Faktor erodibilitas tanah
= Faktor panjang lereng
S = Faktor kemiringan lereng
C = Faktor penutupan lahan oleh vegetasi
P = Faktor perlakuan konservasi tanah
Untuk menghitung berasnya erosivitas curah hujan digunakan rumus :
R = 0,41 x H
1
09
dimana H = curah hujan rata-rata tahunan di wilayah studi.
Diketahui curah hujan rata-rata tahunan (R) di wilayah studi sebesar 2.039,35
mm/tahun, maka nilai erosivitas curah hujan sebesar :
R = 0,41 x H
1
09
;; 0,41 X (2.039,35
1
09
= 0,41 X 4.048,98
= 1.660,08
Faktor erodibilitaslkepekaan tanah terhadap erosi (K) dihitung dengan
menggunakan persamaan :
100K = 2,7132 M
1
14
(10-4) (12- a)+ 3,25 (b- 2) + 2,5 (c- 3)
Dimana :
__,
.._
-
M = persen fraksi pasir halus (32,95 %) , debu (22,80 %) dan fiat (37,50 %)
a = kadar bahan organik (1 ,724 x C-organik) dimana C-organik = 1,35%
b = kode struktur tanah. Yaitu gum pal membulat (3)
c = Nilai permeabilitas tanah. Yaitu agak cepat (0,50 em/jam (2)
Sehingga:
100 K = 2,7132 X {(32,95% + 22,80 %) X (100%- 37,50 %)}
1
14
X (10
4
){12-
(1 ,724 X 1,35)} + 3,25 (3- 2) + 2,5 (2- 3)
100 K = (2,7132 X 10.914,97 X 10
4
X 9,67) + 3,25 + (-2,5)
100 K = 33,85 + 3,25 + (-2,5)
100 K = 29,39
K = 29,39
100
K = 0,29 x 1,29 (faktor konversi)
K = 0,38
;)lS
Adapun faktor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S) dapat
dihitung bersamaan yang merupakan faktor topografi (LS) dengan persamaan :
LS = v X { 0,0138 + (0,00965 X s) + (0,00138 X S
2
)
Dimana :
X = panjang lereng = 37 m
S = kemiringan lereng = 2 %
Sehingga :
LS = v 37 { 0,0138 + 0.0193 + 0.00552}
LS = .J 37 (0.03862)
LS = v 1 ,42894
LS = 1,19
Mengingat lahan telah dibersihkan dari vegetasi untuk segera ditambang,
maka nilai faktor pengelolaan tanaman (C) sebesar 1 (tanah terbuka) dan faktor
konservasi tanah (P) sebesar 1, sehingga besar erosi yang terjadi dapat diduga :
A = R . K . L . S. C. P
= (1 .660,08) (0,38) (1 ,19) (1) (1)
= 750,69 ton/ha/tahun
Berdasarkan hasil perhitungan erosi di atas, menunjukkan bahwa tingkat
kejadian erosi yang terjadi di sekitar lokasi pertambangan batubara tersebut
-
.........
..__.
:J'J
cukup tinggi yaitu mencapai 750,69 ton/ha/tahun. Hal ini melebihi dari tingkat
bahaya erosi (TBE) yang diperkenankan yaitu antara 12- 15 ton/ha/tahun.
Kegiatan pembersihan lahan tambang mengakibatkan persentase
penutupan lahan tambang berkurang menjadi < 30 %. Diketahui bahwa jika
persentase penutupan lahan berkurang < 30 %, maka nilai koefisien kekasaran
manning (n) menjadi 0,2 dari 0,8 jika persentase penutupan lahan masih > 70 %.
Jika luasan tam bang yang akan dibuka sekitar 1 0 ha dengan tingkat kemiringan
lerng sekitar 8 %, maka nilai SDR (sediment delivery ratio) atau nisbah
pelepasan sediment dapat dihitung sebagai berikut :
SDR = S x { 1 - 0,8683 ( A
0
2018
)} + 0,8683 (A
0
2016
)
2 ( S + 50.n)
Di mana :
A = Luas areal (ha)
S = kemiringan lereng rataan permukaan (%)
N = koefisien kekasaran manning
Sehingga:
SDR = 2 x { 1 - 0,8683 (10-
0
2018
) + 0,8683 ( 10
0
2018
)
2 ( 2 + 50. 0,2)
= 0,58
Hasil pendugaan erosi akibat pembersihan lahan tambang diketahui
sebesar 750,69 ton/ha/tahun dan hasil perkiraan nilai SDR (sediment delivery
ratio) sebesar 0,58, maka beban sedimen potensial yang akan dihasilkan
sebesar:
Beban Sedimen = 0,58 x 750,69 ton/ha/tahun
= 435,40 ton/ha/tahun
Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa nilai erosi dan
sedimentasi cukup besar akibat pembukaan lahan untuk kegiatan pertambangan
batubara jika lahan masih dalam keadaan terbuka tanpa vegetasi penutup.
Untuk memperbaiki kondisi lahan, maka perusahaan mengadakan reklamasi dan
revegetasi lahan. Kegiatan reklamasi dan revetasi lahan ini akan memberikan
dampak positif terhadap kondisi populasi vegetasi penutup lahan yang juga
berpengaruh terhadap penurunan tingkat bahaya erosi dan sedimentasi.
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan biasanya didahului dengan pematangan
lahan, yaitu mengembalikan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (sub soil)
pada lubang bekas penambangan dengan metode contouring. Selanjutnya tanah
._;
oU
diperkaya dengan pemberian pupuk baik pupuk organik maupun pupuk
anorganik untuk memacu pertumbuhan awal tanaman. Kegiatan ini diharapkan
dapat mengembalikan fungsi lahan sebagai kawasan hutan yang salah satu
fungsinya dalam mengurangi laju erosi disamping sebagai habitat yang baik bagi
satwa-satwa yang ada.
Gambar 8. Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Pasca Tambang di
Kabupaten Kutai Kartanegara
Gambar di atas merupakan salah satu kegiatan reklamasi dan revegetasi
lahan pasca tambang oleh salah satu perusahaan yang beroperasi di Kabupaten
Kutai Kartanegara. Jika kegiatan reklamasi dilakukan dengan pembuatan teras
dengan baik (faktor P = 0,04) yang selanjutnya ditanami dengan semak belukar
atau rumput-rumputan yang cepat tumbuh (faktor C = 0,3), maka erosi tanah
dapat dikurangi sebesar :
A = R . K . L . S. C. P
= (1 .660,08) (0,38) (1 ' 19) (0,3) (0,04)
= 9,01 ton/ha/tahun
Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan
batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah
penutup (sub soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup
akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah
yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari
lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat
pengupasan tanah tersebut. T anah yang telah dikupas, selanjutnya akan
__.
..........
._,
......
01
ditranslokasi pada tempat yang telah ditentukan di mana tanah pucuk dipisahkan
dengan tanah penutup, Setelah proses pembongkaran deposit batubara, maka
tanah pucuk dan tanah penutup dikembalikan ke lubang tambang dengan cara
backfilling. Waktu pengembalian tanah ke lubang tambang membutuhkan waktu
yang lebih lama tergantung pada kecepatan proses penambangan berlangsung.
Tanah pucuk dan tanah penutup yang telah ditimbun atau telah
dikembalikan ke lubang tambang, sangat rentang terhadap perubahan kesuburan
tanah terutama kesuburan kimia dan biologi akibat tanah tersebut telah rusak
karena dibongkar untuk mengambil deposit batubara yang ada di bawahnya.
Curah hujan yang tinggi , akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
kandungan unsur hara yang terdapat di dalamnya, sebab akan pencucian
unsur hara, sehingga tanah dapat kekurangan unsur hara yang dibutuhkan
tamanan pada saat dilakukan revegetasi tanaman.
Pengamatan tingkat kesuburan tanah dilakukan di areal pertambangan
batubara PT. Kayan Putra Utama Coal di Kecamatan Tenggarong Seberang.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum status kesuburan tanah
berada pada status kesuburan buruk sampai sangat buruk. Yang dikaji dalam
penelitian ini adalah permeabilitas tanah, kemasaman tanah (pH tanah),
Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan Kandungan hara Nitrogen, Fospor dan
Kalium .
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam melewatkan
air. Sifat-sifat tanah yang sangat besar pengaruhnya terhadap permeabilitas
tanah adalah tekstur, struktur, bobot isi tanah (bulk density) dan kandungan
mineral liat dan bahan organik. Hasil analisis terhadap permeabilitas tanah di
lokasi kajian menunjukkan permeabilitas tanah umumnya berkisar dari kelas
sedang sampai cepat dengan nilai sebesar 0,06 - 1 ,50 Tinginya
permeabilitas tanah di sekitar areal pertambangan batubara tersebut disebabkan
tanah telah terbongkar secara fisik sehingga mengurangi kemampuan tanah
untuk menghambat aliran air masuk ke dalam tanah. Kondisi ini sangat
berpengaruh terhadap ketersediaan air bagi tanaman, dimana air akan cepat
hilang dari lokasi perakaran sehingga tanaman rentan terhadap kekurangan air.
Permeabilitas tanah yang tinggi ini juga akan berpengaruh terhadap ketersediaan
unsur hara di sekitar perakaran tanaman, sebab dengan laju aliran air masuk
kedalam tanah yang cepat, akan memudahkan unsur hara tersedia tercuci dan
menjauhi areal perakaran tanaman .
._,
~
~
OL;
Salah satu sifat kimia tanah yang berperan penting dalam menentukan
status kesuburan tanah adalah pH. pH tanah menunjukkan tingkat keasaman
dan kebasaan suatu tanah atau banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang
terdapat dalam larutan tanah. Tingkat kemasaman tanah dicirikan oleh
konsentrasi ion W dan OH- dalam larutan tanah. Tanah dengan kandungan ion
H+ tinggi dalam larutan tanah dikategorikan sebagai tanah yang masam,
sebaliknya jikan kandungan ion OH- yang tinggi dikategorikan sebagai tanah
basa.
pH tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,.
Umumnya tanaman dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH sekitar
netral (6,5 - 7,5). Namun pada tanaman-tanaman tertentu ada yang lebih
menyukai tanph yang bereaksi masam atau basa. Berdasarkan hasil analisis
tanah di lokasi kajian menunjukkan tingkat kemasaman tanah umumnya berada
pada status masam sampai agak masam. Hasil analisis pH tanah seperti pada
Tabel22
Tabel22. Hasil Analisis pH tanah di Lokasi Kajian
No. Sampel Kedalaman (em) pH Tanah (H20)
P1 0 - 30
30-60
P2 0-30
30-60
f-- - -
P3 0-30
30-60
Keterangan :
P1 = PIT Tambang PT. Kayan Putra Utama Coal
P2 = Sekitar Jalan Tambang
P3 = Lokasi ReklamasiTambang
5,22
5,26
6,81
5,45
4,30
3,98
Status
Masam
Masam
Netral
Masam
Sangat masam
Sangat masam
Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan gambaran dari kemampuan
tanah mempertukarkan kation dalam tanah. KTK ini merupakan salah satu sifat
kimia tanah yang sangat besar petannya dalam kesuburan tanah. Tanah dengan
nilai KTK tinggi merupakan parameter untuk menilai bahwa tanah tersebut
memiliki kemampuan untuk menjerap dan menyediakan unsur hara yang lebih
'-
pj
baik pada tanaman dibandingkan dengan nilai KTK yang rendah. Pada tanah
dengan KTK yang tinggi didominasi oleh kation-kation basa seperti Ca, Mg, K,
dan Na di mana kation-kation ini mampu dipertukarkan dengan unsur-unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman karena larut dalam air dan dapat tersedia dan
diserap oleh tanaman.
Hasil pengukuran KTK tanah di lokasi kajian menunjukkan nilai KTK yang
rendah sampai sangat rendah dengan nilai berkisar antara 6,49- 17,71 me/100
g tanah. Hasil analisis seperti pada Tabel23.
Tabel23. Kapasitas Tukar Kation (KTK) di sekitar Lokasi Pertambangan
Batubara PT. Kayan Putra Utama Coal
No. Sampel Kedalaman (em) KTK (me/100 g)
P1 0-30 9,33
30-60 7,95
P2 0 - 30 3,33
30-60 7,32
P3 0-30 17,71
30 - 60 16,72
. -
Keterangan :
P1 =PIT Tambang PT. Kayan Putra Utama Coal
P2 = Sekitar Jalan Tambang
P3 = Lokasi Reklamasi Tambang
Status
Rendah
Rendah
Sangat Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur hara yang sangat besar
peranannya bagi pertumbuhan tanaman baik pertumbuhan vegetatif maupun
generatif. Ketiga unsur haran ini dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang
besar dan jika kekurangan salah satunya, akan menimbulkan dampak defisiensi
hara bagi tanaman. Oleh karena itu, ketiga unsur hara tersebut harus tersedia di
dalam tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman budidaya dengan baik
terutama pada saat dilakukan kegiatan revegetasi kembali lahan-lahan pasca
tam bang.
Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa, ketiga unsur hara disebutkan
di atas. tidak atau sedikit tersedia pada tanah-tanah bekas penambangan
batubara. Hal ini disebabkan unsur hara tersebut dapat larut dalam air dan
\..._.,
......
O<t
tercuci dan meninggalkan areal perakaran tanaman. Walaupun pada beberapa
tempat tersedia, namun tidak mencukupi untuk tanaman revegtasi. Hal ini sesuai
dengan hasil pengamatan di lokasi kajian yang memperlihatkan nilai unsur hara
N, P, dan K yang rata-rata berada pada kriteria rendah, sebagaimana disajikan
pada Tabel 24.
Tabel 24. Kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium di Sekitar Areal
Pertambangan Batubara PT. Kayan Putra Utama Coal
No. Kedalaman Nitrogen (N) Fosfor (P) Kalium (K)
Sam pel (em) % Status ppm
P1 0-30 0,12 R 8,63
30-60 0,10 R 9,50
P2 0-30 0,11 R 8,63
30-60 0,10 R 11,22
P3 0-30 0,06 SR 6,56
30-60 0,04 SR 6,90
Keterangan :
P1 = PIT Tambang PT. Kayan Putra Utama Coal
P2 = Sekitar Jalan Tam bang
P3 = lokasi Reklamasi Tambang
Status ppm Status
R 24,05 s
R 18,25 R
R 30,86 s
s 14,44 R
R 11 ,08 R
R 11 ,59 R
Berdasarkan realitas dan kondisi aktual tersebut 65.29 % responden
memberikan penilaian bahwa keberadaan perusahaan pertambangan batu bara
di Kutai Kartanegara membawa perubahan kondisi lingkungan yang lebih buruk
(Tabel25).
Tabel25. Perubahan kondisi lingkungan akibat pertambangan batubara
No Perubahan kondisi lingkungan %
a. Lebih baik 12.35
b Sarna saja 20,00
c Lebih buruk 65.29
d Tidak tau 2.35
'
!
i
'
I
V..l
Kondisi lingkungan yang lebih buruk tersebut dipicu oleh rendahnya
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. 41 .91 % responden menyatakan
bahwa kepedulian perusahaan terhadap lingkungan tidak ada dan 39.52% yang
menyatakan ada (Tabel 26). Hal ini memberikan indikasi bahwa kalaupun
perusahaan melakukan perbaikan lingkungan tidak dilakukan secara optimal dan
perbaikan lingkungan itu dilakukan jika telah t e ~ a d i kerusakan lingkungan atau
akibat adanya aksi-aksi demo yang dilakukan oleh warga masyarakat sekitar
pertambangan batu bara yang menuntut agar perusahaan batubara
bertanggungjawab terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkannya (Tabel
26).
Tabel26. Kepedulian perusahaan terhadap kerusakan lingkungan
No Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan %
a. Ada 39.52
b Tidak ada 41.91
c Tidak tau 18.56
Sumber data diolah dari data primer 2010
5.4. Community Development dan Corporate Sosial Responsibility
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nom or 23 tahun 2010 tentang
pelaksanaan usaha pertambangan mineral dan batubara setiap perusahaan
harus memiliki program pemberdayaan masyarakat (community development)
dan Corporate Sosial .Responsibility (CSR). Wujud kepedulian tersebut dilakukan
perusahaan dalam berbagai bentuk bantuan. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan oleh perusahaan 62.22 %
membangun infrastruktur diantaranya jalan, jembatan, sekolah, sumber air bersih
yang bisa digunakan untuk minum dsb. Selain itu, ada pula dalam bentuk
beasiswa dan bantuan kesehatan bagi masyarakat sekitar usaha pertambangan
batubara.sebagaimana disajikan pada T abel 27.
Tabel27. Wujud kepedulian perusahaan terhadap program pemberdayaan
Masyarakat
No Wujud Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan %
Pembangunan infrastruktur {Jalan, Jembatan, Sekolah dan
a. Air bersih) 62.22
b Beasiswa Sekolah 22.22
c 6antuan Kesehatan 15.55
---- - --
'-'
'--
()()
Lubang tambang yang tidak tertutup dapat dimanfaatkan warga untuk
sumber air persawahan dan kegiatan perikanan melalui usaha kerambah seperti
yang disajikan pada Gambar 8 dan 9.
Gambar 9. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang Batubara sebagai Sarana
lrigasi di Kecamatan Tenggarong Seberang
Gambar 10. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang untuk Budidaya Tambak lkan
di Kecamatan T enggarong Seberang
5.5 Strategi Pengelolaan dampak Pertambangan Batubara di
Kabupaten Kutai Kartanegara
Untuk menyusun strategi pengelolaan pert:ambangan batubara di
Kabupaten Kut:ai Kart:anegara dilakukan analisis SWOT (Strength, W e a k n e s ~
opportunities, dan TreathS) dengan terlebih dahulu menentukan faktor-faktor
internal dan eksternal yang berpengaruh pada pert:ambangan batubara.
._,
'-'
......,
V/
Penentuan faktor-faktor internal dan eksternal dilakukan melalui penyebaran
kuisioner dan wawancara mendalam dengan stakeholder terkait. Hasil kajian di
lapangan dan analisis data dengan SWOT dapat menggambarkan kemungkinan
adanya potensi dan permasalahan yang ada, yaitu gambaran yang komprehensif
rnengenai faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, serta
faktor-faktor ekstemal yang merupakan peluang dan ancaman dalam
pengelolaan pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Penentuan tingkat kepentingan setiap faktor, dilakukan dengan
rnemberikan peringkat (skor). Peringkat tetap menggunakan skala 1(rendah)
sampai 4 (tinggi) untuk kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman. Skala
tersebut berdasarkan hasil kuesioner dengan stakeholder kunci. Hasil yang
diperoleh disajikan pada Tabel 28 .
Tabel 28. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan Dampak
Pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara
No. Elemen SWOT Faktor Kunci Peringkat
1. Internal a. Kekuatan 1. Mempunyai potensi sumberdaya mineral
dan batubara yang cukup besar
4
2. Dukungan kebijakan Pemerintah cukup
besar dalam pengembangan
4
pertambangan batubara
3. Memiliki sarana dan prasarana transportasi
darat dan air (sungai) yang memadai
3
4. Jumlah tenaga kerja tersedia cukup besar
4
5. Prospelc pemasaran hasil tambang terbuka
3
luas
b. Kelemahan 1. Ketersediaan SDA Tambang terbatas 4
2. Eksploitasi SDA tambang yang tidak
2
terbatas
2
3. Lemahnya kualitas SDM
3
4. Pencemaran air akibat kegiatan tambang
5. Tumpang tindih perijinan usaha
3
pertambangan dengan usaha lain
2. Ekstemal a. Petuang 1. Kebutuhan dan permintaan pasar domestik 2
dan luar negeri tinggi
2. Pengembangan paket-paket ekowisata
3
pada lubang bekas tambang
3. Pengembangan marineculture dan tambak
pada lubang bukaan tambang 2
4. Dukungan regulasi (UU No.04 tahun 2009
dan PP No.22 tahun 2010, dan PERDA
4
pertambangan umum)
5. Peningkatan PAD 3
........
........
........
vo
No. ElemenSWOT Faktor Kunci Peringkat
b. Ancaman 1. Banyaknya penambangan liar yang tidak
terkendali 4
2. Menurunnya kualitas lingkungan,
munculnya konflik sosial dan perbaikan
kesejahteraan rnasyarakat 4
3. Sedimentasi sungai akibat erosi air
3
4. Konflik antara sektor (pertambangan,
4
kehutanan, perkebunan, pertanian)
5. Konflik dengan masyarakat lokal 4
6. Degradasi keanekaragaman hayati 3
Keterangan : skala 1 = rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi, dan 4 = Sangat tinggi
Setelah penentuan faktor-faktor internal dan ekstemal seperti di atas
berdasarkan elemen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka langkah
selanjutnya adalah menyusun faktor-faktor strategi berkaitan dengan
pengelolaan dampak pertambangan batubara dengan menggunakan matrik
SWOT. Berbagai altematif faktor strategi yang dapat dilakukan seperti dalam
Tabel 29 yang mencakup strategi s-o (Strengths-OpportunitieS), strategi W-0
(Weaknesses-OpportunitieS), strategi S-T (Strengths-ThreatS) dan strategi W-T
(Weaknesses-Threats).
Tabel 29. Fonnulasi Rancangan dampak pengelolaan Pertambangan batubara
Kab. Kutai Kartanegara dengan Matrik SWOT
Strengths - S Weaknesses -w
1. Mempunyai potensi 1. Ketersediaan SDA
sumberdaya mineral dan Tambang terbatas
batubara yang cukup besar
2. Eksploitasi SDA tambang
2. Dukungan kebijakan
yang tidak terbatas
Pernerintah cukup besar
3. Lemahnya kualitas SDM
dalam pengembangan
4. Pencemaran air akibat
pertambangan batubara
kegiatan tambang
3. Memiliki sarana dan
prasarana transportasi darat
5. Tumpang tindih perijinan
dan air (sungai) yang
usaha pertambangan
memadai
dengan usaha lain
4. Jumlah tenaga kerja tersedia
cukup besar
5. Prospek pemasaran hasil
tambang terbuka luas
Opportunities- 0 Strategi S- 0 Strategi w-o
1. Kebutuhan dan 1. rnemanfaatkan potensi 1. Lahan pasca tambang
permintaan pasar sumberdaya mineral dan dimanfaatkan untuk
domestik dan luar batubara untuk mernenuhi rneningkatkan PAD
negeri tinggi permintaan pasar dan 2. mengelolan SDA
2. Pengembangan paket- peningkatan PAD tambang secara bertahap
paket ekowisata pacta 2. Dukungan kebiiakan untuk memenuhi
........
-
~
lubang bekas tambang
3. Pengembangan
marineculture dan
tambak pada lubang
bukaan tambang
4. Dukungan regulasi (UU
No.04 tahun 2009 -dan
PP No.22 tahun 2010,
dan PERDA
pertambangan umum)
5. Peningkatan PAD
Threats-T
1. Banyaknya
penambangan liar yang
tidak terkendaU
2. Perbaikan kualitas
lingkungan,
penanganan konflik
sosial dan perbaikan
kesejahteraan
masyarakat
3. Sedimentasi sungai
akibat erosi air
4. Konflik antara sektor
(pertambangan,
kehutanan,
perkebunan, pertanian)
5. Konflik dengan
masyarakat lokal
6. Degradasi
keanekaragaman
hayati
pemerintah untuk
pemanfaatan lahan pasca
tambang sebagai objek wisata
dan marineculture serta
tambak
3. memanfaatkan tenaga kerja
lokal dalam setiap
pemanfaatan potensi SDA
yang ada
4. Kebutuhan permintaan pasar
yang besar memberikan
prospek yang baik bagi
pemasarana hasil tambang
5. Dukungan kebijakan
pemerintah dalam penyusunan
rencana peraturan daerah
tentang pertambangan umum
Strategi s-T
1. Memanfaatkan lahan pasca
tambang sebagai kawasan
wisata berbasis alam,
marineculteru dan tambak
untuk konservasi dan
meningkatkan PAD
2. Memanfaatkan dukungan
kebijakan pemerintah untuk
menyusun PERDA
pertambangan yang mengatur
konflik yang terjadi
3. Tenaga kerja yang tersedia
dapat dimanfaatkan dalam
pengembangan ekowisata,
marineculture dan tambak
untuk pwningkatan PAD
4. Memanfaatkan dukungan
kebijakan pemerintah untuk
menyusun PERDA
pertambangan yang mengatur
perbaikan kualitas lingkungan
dan degradasi
keanekaragaman hayati
5. Sarana dan prasarana
transportasi darat dan air
dimanfaatkan untuk
penQangkutan hasil tambang
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
\17
permintaan pasar dan
peningkatan PAD
Meningkatkan SDM
dalam mengelolan
pertambangan
Memperbaiki kualitas air
pada lubang tambang
untuk kegiatan ekowisata
dan marlneculture dan
tambak
Membuat PERDA
pertambangan umum
yang didalamnya
mengatur tumpang tindih
lahan usaha
pertambangan dengan
usaha lain disekitarnya,
Strategi W - T
Penegakan hukum yang
ketat dalam mengelola
SDA tambang yang
terbatas untuk mengatasi
penambangan liar
Membenahi sistem
penambangan yang tidak
terkendali dengan
mengawasi
penambangan liar yang
ada
Meningkatk.an kualitas
SDM sehingga
penambangan liar dapat
diatasi dan kualitas
lingkungan dapat terjaga
dengan baik
Mengatasi pencemaran
air oleh aktivitas
tambang dalam
mengantisipasi
munculnya konflik sosial
Mengatasi terjadinya
tumpang tindih lahan
sehingga konflik
penggunaan lahan dapat
diatasi
Setelah penilaian skala peringkat faktor-faktor kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman, selanjutnya ditentukan grand strategi pengelolaan
dampak pertambangan batubara dengan membuat Tabel IFA (Internal Strategy
Factors Analysis) dan tabel EFA (External Factors AnalysiS) dengan memberi
bobot terhadap masing-masing faktor berdasarkan tingkat kepentingan (skala
prioritas (SP)) yang dikalikan dengan konstanta K=4 nilai kepentingan tertinggi.
..........
._,
IV
Nilai skala prioritas 1 menunjukkan nilai rendah, nilai skala prioritas 2
menunjukkan nilai sedang, nilai skala prioritas 3 menunjukkan nilai tinggi, nilai
skala prioritas 4 menunjukkan nilai tertinggi. Hasil pembobotan setiap factor
seperti Tabel 30 dan 31.
Tabel 30. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE).
No. Faktor-faktor Internal 5P K=4
5P X K I Bobot
Peringkat Nifai 5kor
51 Mempunyai potensi 4 4 . 16 0,25
4 1
sumberdaya mineral dan
batubara yang cukup
besar
52 Dukungan kebijakan 4 4 16 0,25 4 1
Pemerintah cukup besar
dalam pengembangan
pertambangan umum
53 Memiliki sarana dan 2 4 8 0,13 3
0,39
prasarana transportasi
darat dan air (sungai)
yang memadai
54 Jumlah tenaga kerja 3 4 12 0,19 4
0,76
tersedia cukup besar
55
Prospek pemasaran hasif
4 4 16 0,25 3 0,75
tambang terbuka luas
Jumlah 17 3,9
Kelemahan
Wl Ketersediaan SDA 4 4 16 0,25 4 1
Tambang terbatas
W2 eksploitasi SDA tambang 2 4 8 0,13 3 0,39
yang tidak terbatas
W3 Lemahnya kualitas SDM 2 4 8 0,13 3 0,39
. W4 Pencemaran air aldbat 3 4 12 0,19 3 0,57
I ws
kegiatan tambang
Tumpang tindih perijinan
4 4 16 0,25 3 0,75
usaha pertambangan
dengan usaha lain
Jumlah 15 3,1
I
I
I
I
I 1
Tabel 31. Matrik External Factors Eva/uatiol (EFE)
No. Faktor-faktor Internal SP K=4 SPx K Bobot Peringkat Nilai Skor
Peluang (Opportunftie&?
01
Kebutuhan dan
4 4 16 0,25
2
0,50
permintaan pasar
domestik dan luar negeri
tinggi
~
02
Pengembangan paket-
3 4 12 0,19 3 0,57
pak:et ek:owisata pada
lubang bekas tambang
03
Pengembangan
3 4 12 0,19 2 0,38
marineculture .dan tambak
pada lubang bukaan
tam bang
04
Dukungan regulasi (UU
4 4 16 0,25 4 1
No.04 tahun 2009 dan PP
No.22 tahun 2010, dan
PERDA pertambangan
umum)
OS
Peningkatan PAD
2 4 8 0,13 3 0,57
Jumlah 16 3,02
Ancaman (Threats)
T1
Banyaknya penambangan
3 4 12 0,19
4
0,76
liar yang tidak terkendali
T2
Penurunan kualitas
4 4 16 0,25 4 1,00
lingkungan, konflik sosial
dan kesejahteraan
masyarakat
T3
Sedimentasi sungai akibat
3 4 12 0,19 3 0,57
erosl air
T4 Konflik antara sektor 4 4 16 0,25 4 1,00
(pertambangan,
kehutanan, perkebunan,
pertanian)
TS Konflik dengan 4 4 16 0,25 4 1,00
rnasyarakatlokal
Degradasi 2 4 8 0,13 3 0,57 '
keanekaragaman hayati
I
Jumlah 20 4,9
........
..........
...._,
Il.
Berdasarkan Tabel EFE dan IFE dapat dihitung sebagai berikut:
Kekuatan (StrengthS)- Ketemahan (WeaknesseS)= 3,90-3.10 = + 0,80
Peluang ( OpJXJrtinities) - Ancaman (Threats) = 3,02-4,90 = - 1,88
Untuk mengetahui strategi yang harus dilakukan dalam pengelolaan
dampak pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka perlu
dibuat grafik analisis SWOT dengan menggunakan matriks grand strategy. Skor
(nilai) dari matriks internal-eksternal dari hasil wawancara dan kuesioner dapat
digunakan untuk menentukan rancangan pengelolaan pertambangan di
Kabupaten Kutai Kartanegara dalam jangka waktu mendatang. Nilai penjumlahan
untuk faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan sebesar +0,80 (sumbu X
positif) sedangkan nilai penjumlahan faktor eksternal antara peluang dan
ancaman - 1,88 (sumbu Y negatif). Jadi posisi koordinat berada pada (0,80 ; -
1,88), sehingga posisi rancangan berada pada kwadran 2, artinya mendukung
suatu rancangan diversifikasi menggalang kekuatan untuk mengatasi encaman
yang ada. Adapun strategi pengelolaan pertambangan umum di Kabupaten Kutai
Kartanegara seperti terlihat pada Gambar 11.
Sell: Mendukung strategi
stabilisasi (tum around)
Kelemahan
(Weaknesses)
Sell : Mendukung strategi
Bertahan (devensive)
Peluang
(Opportunity)
0,80
I
I
-1,88 1- - .J
Ancaman
(Threats)
Sell : Mendukung strategi
agresif
Kekuatan
(Strength)
Sell : Mendukung strategi
Diversifikasi
Gambar 11. Grafik Analisis SWOT dalam Menentukan Grand Strategy
Gambar 11 menunjukkan bahwa dalam pengelolaan dampak
pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara terutama dalam rangka
menuju pengelolaan pertambangan yang berkelanjutan, maka perlu dilakukan
~
...--
---
'--'
I ~
strategi diversifikasi yang menggabungkan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman yang ada (strategi Strength - ThreatS). Dengan kata lain,
meskipun dalam pengelolaannya mengalami ancaman (Threats), tetapi memiliki
kekuatan dari sisi internal yang dapat digunakan dalam mengatasi ancaman yang
ada.
Berdasarkan analisis tersebut ada beberapa rekomendasi yang perlu
disarankan diantaranya :
1. Bagi Pemerintah
a. Mengevaluasi kinerja perusahaan pertambangan batubara yang telah
beroperasi dalam melakukan kegiatan penambangan pada setiap
tahapan mulai tahapan pra konstruksi, kontruksi, operasi dan pasca
operasi.
b. Badan Perizinan dan pertanahan agar meneliti dengan baik terhadap
perusahaan yang ijin lahannya timpang tindih, baik pertambangan
batubara yang satu dengan yang lainnya maupun antara perusahaan
batubara dengan usaha perkebunan baik kelapa sawit maupun
perkebunan karet yang saai ini menjadi komoditas unggulan di dinas
perkebunan.
c. Diharapkan pemerintah daerah Kabupaten Kutai Kartanegara dan DPRD
segera merampungkan Peraturan Daerah tentang Pertambangan Umum
di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
d. Selanjutnya memberikan sanksi yang tegas kepada perusahaan-
perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya dalam melakukan
reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang yang selama ini
jarang/tidak pernah dilakukan.
2. Bagi Perusahaan
a) Menginventarisasi lahan-lahan milik masyarakat yang akan dibebaskan
untuk kegiatan pertambangan batubara dengan memberikan ganti rugi
lahan dan tanam tumbuh yang memadai sesuai dengan kesepakatan
antara perusahanan dan masyarakat pemilik lahan yang difasilitasi oleh
pemerintah setempat.
~
'--'
/'t
b) Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar pertambangan
batubara tentang rencana pembukaan usaha tambang di sekiar
permukiman agar masyarakat mengetahui dan memahami dampak
penambangan batubara di wilayahnya
c) Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada masyarakat lokal
untuk direkrut sebagai karyawan perusahaan sesuai dengan keahlian
yang dimiliki.
d) Pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan pembangunan sarana
dan prasarana penunjang lainnya dilakukan tanpa pembakaran untuk
menghindari punahnya satwa-satwa yang ada di dalamnya. Biomassa
vegetasi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan
kualitas tanah pada saat kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan
dilakukan. Biomassa vegetasi yang dibuka dapat dimanfaatkan secara
langsung dengan mencampur secara langsung pada saat pembongkaran
tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup dilakukan untuk selanjutnya di
backfilling pada lubang bekas penambangan.
e) Membangun settling pond pada setiap PIT tambang, ruas jalan angkut
(hauling road) untuk mengurangi aliran permukaan run-off dan erosi
masuk ke badan air secara langsung. Pada settling pond diberikan
perlakuan koagulan berupa tawas untuk mempercepat pengendapan
bahan sediment sebelum aimya di buang kelingkungan. Sedangkan untuk
mengatasi air asam tambang diberikan perlakuan kapur sesuai dengan
tarat yang dibutuhkan
f) Membangun fasilitas oil trap untuk menampung ceceran oli dan minyak
agar tidak masuk ke dalam badang perairan
g) Limbah cair dan lumpur yang akan dipompa ke luar dari lubang tambang
saat penambangan batubara berlangsung, dialirkan ke saluran drainasi
yang telah dibuat untuk segera dimasukkan ke settling pond sebelum
airnya dibuang ke lingkungan.
h) Melakukan pengontrolan dan pemeriksaan kualitas air dan kualitas udara
secara berkala sesuai peraturan yang ada di sekitar permukiman
masyarakat dan lokasi penambangan.
i) Menutup lubang tambang pada lahan yang selesai ditambang dengan
mengembalikan tanah pucuk dan tanah penutup (back filling} . {;)
j) Melakukan reklamasi dan revegetasi lahan bekas penambangan batubara
melalui peningkatan kualitas tanah dengan pemberian kapur dan pupuk
(organik dan an-organik), yang selanjutnya menanam tanaman penutup
tanah yang cepat tumbuh seperti rumput-rumputan dan tananam tahunan
non kehutanan (hortikultura} pada kawasan tambang non budidaya
kehutanan (KBNK).
k) Pengangkutan peralatan tambang yang melewati jalan umum dilakukan
pada malam hari dan mendahulukan kendaraan umum jika terdapat
kedaraan umum yang akan lewat.
I) Melakukan penyiraman jalan tambang minimal dua kali sehari terutama
jalan tambang yang dekat dengan permukiman masyarakat saat kegiatan
angkut batubara berlangsung
m) Melakukan reklamasi dan revegetasi lanjutan pada lahan bekas
penambangan yang belum ditutup. Pemeliharaan tanaman revegatasi
dilakukan selama tiga tahun setelah penambangan batubara berakhir
untuk memberikan kesempatan yang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan yang baik tanaman revegetasi.
n) Bagi lubang tambang yang tidak bisa ditutup karena kekurangan tanah
penutup, dapat diarahkan melalui pengembangan wisata alam atay
perikanan budidaya tambak untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat.
o) Pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi karyawan tambang dilakukan
dengan terlebih dahulu membekali keterampilan untuk berwirausaha
sehingga tidak menimbulkan pengangguran baru pasca penambangan.
3. Bagi Masyarakat
a) Diharapkan selalu menyelesaikan masalah konflik social di lapangan
dengan cara musyawarah dan mufakat
b) Membuat program untuk diajukan kepada perusahaan yang dapat
dibiayai melalui program pemberdayaan masyarakat (CSR)
c) Mengevaluasi dan mengontrol program revegetasi dan reklamasi yang
dilaksanakan perusahaan dan disesuaikan dengan dokumen Amdal,
RKL, dan RPL perusahaan tersebut.
~
6.1. Kesimpulan
6AEJVI
KESIMPULAN DAN SARAN
/0
Berdasarkan hasil penelitian, dirumuskan berbagai kesimpulan sebagai berikut :
1. Pertambangan batubara memberikan dampak positif terhadap perekonomian
masyarakat di sekitar perusahaan, yaitu meningkatkan pendapatan per bulan,
memberikan peluang kerja dan peluang usaha sehingga dapat memberbaiki
ekonomi masyarakat
2. Kegiatan usaha pertambangan batubara memberikan dampak positif dan negatif
terhadap kondisi sosial masyarakat sekitar perusahaan. Dampak negatifnya
adalah Kehadiran usaha pertambangan meningkatkan konflik antara
masyarakat, antara masyarakat dan perusahaan yang dipicu oleh masalah
limbah, penerimaan tenaga kerja, masalah tumpangtindih lahan, dan tidak
optimalnya perusahaan dalam melaksanakan program pemberdayaan
masyarakat (Comdev) . Selain itu, keberadaan perusahaan batubara memberikan
dampak terhadap menurunnya aktifitas keikutsertaan masyarakat dalam
kegiatan gotong royong terutama kerja bakti dan kegiatan-kegiatan keagamaan,
tetapi memberikan dampak positif terhadap kepedulian pemberian bantuan
dana untuk kegiatan-kegiatan sosial.
3. Kegiatan usaha pertambangan memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan fisik, kimia dan biologi. Kerusakan-kerusakan tersebut diantaranya
kerusakan bentang alam, penurunan kesuburan tanah, rusaknya flora dan fauna
endemik, meningkatnya polusi udara dan debu, erosi dan sedimen yang memicu
banjir, kebisingan, rusaknya jalanan umum yang digunakan untuk memuat alat-
alat berat perusahaan, dan adanya limbah yang dapat masuk ke lahan-lahan
pertanian dan sungai sehingga merusak biota perairan dan sumber air yang
digunakan untuk air bersih (minum) dan mencuci.
4. Program pengembangan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
perusahaan pertambangan batubara didominasi oleh pembangunan
infrastruktur, pemberian beasiswa dan bantuan di bidang kesehatan II
6.2. Saran
1. Disarankan perusahaan menin8katkan kepeduliaan terhadap kehidupan ekonomi dan
social masyarakat sekitar perusahaan melalui program-program pemberdayaan
masyarakat diantaranya melakukan pembinaan dan peningkatan skill , memberikan
bantuan untuk sarana dan prasarana umum, memprioritaskan pemuda lokal untuk
dipekerjakan di perusahaan
2. Diharapkan kepada Perusahaan untuk mentaati Amdal yang di dalamnya telah ada
rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan usaha pemantauan Lingkungan (RPL)
dalam mengeliminir dampak kerusakan lingkungan
3. lnstansi teknis yang bertanggungjawab mengawasi, memonitor, pemantau dampak
ekonomi , social dan lingkungan dari aktifitas perusahaan pertambangan batubara
dan instansi teknis yang memberi izin usaha pertambangan agar benar-benar
mengemban amanah sesuai dengan perundang-undangan yang ada.
........
'-'
7S
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. S. 2000. konservasi Tanah dan Air. lnstitut Pertanian Bogor (IPB) Press .
. I nstitut Pertanian Bog or. Bogor
Bachriadi, B. 1998. Merana di Tengah Kelimpahan. ELSAM. Jakarta
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara. 2008. Kutai dalam Angka. Bappeda Kutai Kartanegara.
Tenggarong
Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild pada Lahan Bekas Tambang
Timah (Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis Sekolah Pascasarjana.
IPB. Boger.
Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan
Batubara. Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen
ESDM. Jakarta
Setiadi, Y. 1999. Status Penelitian dan Pemanfaatan Cendawan Mikoriza
arbuskula dan Rizobium untuk Merehabilitasi Lahan Terdegradasi. Dalam
Makalah Seminar Nasional Mikoriza I, Tanggal15-16 November. Bogor.
Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan.
Jurusan Tanah. Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.
Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
Uversity Press. Yogyakarta
Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta'alim. 1995. Teknologi Pertambangan
Indonesia. Pusat Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan
dan Energi. Jakarta.
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. 515 hal.
Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi
Yogyakarta.Yogyakarta.
Widodo, S. 2005. Batubara, Produk Strategis yang Harus Jadi Prioritas untuk
lndustri Nasional. http://www.google.eem. Diakses pada tanggal 08 Maret
2010. Boger.