You are on page 1of 14

A.

PENGERTIAN PERSEPSI Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Dari pengertian tersebut di atas, terdapat perbedaan antara persepsi dan penginderaan. 1. Subproses Dalam Persepsi Ada beberapa subproses dalam persepsi ini, dan yang dapat dijadikan sebagai bukti bahwa sifat persepsi itu merupakan hal yang komplek dan interaktif. Subproses pertama yang dianggap penting ialah stimulus, atau situasi yang hadir. Awal terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan dengan suatu situasi atau stimulus. Situasi yang dihadapi mungkin bisa berupa stimulus penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan sosiokultur dan fisik yang menyeluruh. Subproses kedua adalah registrasi, interpretasi, dan umpan balik (feed back). Dalam masa registrasi suatu gejala yang nampak ialah mekanisme fisik, yang berupa penginderaaan dan syara seseorang terpengaruh, kemampuan fisik untuk mendengar dan melihat akan mempengaruhi persepsi. Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat penting. Proses interpretasi ini tergantung pada cara pendalaman (learning), motivasi dan kepribadian seseorang. Pedalaman, motivasi dan kepribadian seseorang akan berbeda dengan orang lain,. Oleh karena itu interpretasi terhadap sesuatu informasi yang sama, akan berbeda antara satu orang dengan yang lain. Disinilah letak sumber perbedaan pertama dari persepsi dan itulah sebabnya mengapa interpretasi merupakan subproses yang penting Subproses terakhir adalah umpan balik (feed back). Subproses ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang. 2. Macam-macam Persepsi Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepai terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia sering juga disebut persepsi sosial. a) Persepsi terhadap lingkungan fisik Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda-beda., karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: Latar belakang pengalaman Latar belakang budaya Latar belakang psikologis Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan Kondisi factual alat-alat panca indera di mana informasi yang sampai kepada orang itu adalah lewat pintu itu b) Persepsi terhadap manusia persepsi terhadap manusia atau persepai sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Setiap orang memilki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Dengan kata lain, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap lingkungan sosialnya. B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI 1. Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Persepsi Seseorang Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, antara lain : 1) Psikologi Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Contoh terbenamnya matahari di waktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai baying-bayang yang kelabu bagi seorang yang buta warna. 2) Famili (keluarga) Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya. Orang tua yang telah

mengembangkan suatu cara yang khusus di dsalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yan diturunkan kepada anaknya. Contoh orang tua yang Muhammadiyah akan mempunyai anak-anak yang Muhammadiyah juga. 3) Kebudayaan Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu factor kuat didalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini. Contoh Orang Amerika yang bebas makan daging babi, tidak begitu halnya bagi masyarakat Indonesia. 2. Faktor Dari Dalam dan Luar Selain faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi, ada pula faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan persepsi : a) Faktor-faktor perhatian dari luar Faktor-faktor perhatian dari luar ini terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar antara lain : intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, gerakan, dan hal-hal baru berikut ketidakasingan. Intensitas, prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal-hal itu dapat dipahami. Ukuran, faktor ini sangat dekat dengan prinsip intensitas. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar ukuran sesuatu objek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami. Keberlawana atau kontras, prinsip keberlawanan ini menyatakan bahwa stimuli luar yang penampilannya berlawanan dengan latar belakngnya yang sama sekali di luar sangkaan orang banyak, akan menarik banyak perhatian. Pengulangan (repetition), dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang di ulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali dilihat . Gerakan (moving), Prinsip gerakan ini antaranya menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dengan obyek yang diam. Baru dan familier, prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian. b) Faktor-faktor dari dalam (internal set factors) Belajar atau pemahaman learning dan persepsi, semua faktor-faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada sesuatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi adlah didasarkan dari kekomplekan kejiwaan seperti yang diuraikan di muka. Motivasi dan persepsi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi, faktor dari dalam lainnya yang juga menentukan terjadinya persepsi antara lain motivasi dan kepribadian. Kepribadian dan persepsi dalam membentuk persepsi unsur ini amat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi, yang mempunyai akibat tentang apa yang dihadirkan dalam menghadiri suatu situasi. C. SIFAT-SIFAT PERSEPSI 1. Persepsi Bersifat Dugaan Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yang lengkap lewat kelima indera kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang.

Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum. 2. Persepsi Bersifat Evaluatif Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, persepsi pada dasarnya memiliki keadaan fisik dan psikologis individu, alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi. Dengan ungkapan Carl Rogers, individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual ini, bagi individu tersebut, adalah realitas. 3. Persepsi Bersifat Konstektual Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan juga persepsi kita. Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut: a. Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapannya. b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya D. KEKELIRUAN DAN KEGAGALAN PERSEPSI Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi adalah sebagai berikut: 1. Kesalahan Atribusi Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Dalam usaha mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya, kita mengamati penampilan fisik seseorang, karena faktor seperti usia, gaya pakaian, dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai sifat-sifat utama mereka. Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna pesan atau maksud perilaku si pembicara.atribusi kita juga keliru bila kita menyangka bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh faktor internal, padahal justru faktor eksternal-lah yang menyebabkannya, atau sebaliknya kita menduga faktor eksternal yang menggerakkan seseorang, padahal faktor internal-lah yang membangkitkan perilakunya. Salah satu sumber kesalahan atribusi lainnya adalah pesan yang dipersepsi tidak utuh atau tidak lengkap, sehingga kita berusaha menafsirkan pesan tersebut dengan menafsirkan sendiri kekurangannya, atau mengisi kesenjangan dan mempersepsi rangsangan atau pola yang tidak lengkap itu sebagai lengkap. 2. Efek Halo Kesalahan persepsi yang disebut efek halo (halo effects) merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat sekali pada diri kita dalam menilai orangorang yang bersangkutan. Bila kita sangat terkesan oleh seseorang, karena kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan awal kita. Bila ia baik dalam satu hal, maka seolah-olah ia pun baik dalam hal lainnya. Kesan menyeluruh itu sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya berpengaruh kuat dan sulit digoyahkan. Para pakar menyebut hal itu sebagai hukum keprimaan (law of primacy). Celakanya, kesan awal kita yang positif atas penampilan fisik seseorang sering mempengaruhi persepsi kita akan prospek hidupnya. Misalnya, orang yang berpenampilan lebih menarik dianggap berpeluang lebih besar dalam hidupnya (karir, perkawinan, dan sebagainya).

3. Stereotif Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarakan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai, alih-alih berdasarkan karakteristik individual mereka. Contoh stereotip ini banyak sekali, misalnya: Laki-laki berpikir logis Wanita bersikap emosional Orang berkulit hitam pencuri Orang Meksiko pemalas Orang Yahudi cerdas Orang Prancis penggemar wanita, anggur, dan makanan enak Orang Cina pandai memasak Orang Batak kasar Orang Padang pelit Orang Jawa halus pembawaan Lelaki Sunda suka kawin cerai dan pelit memberi uang belanja Wanita Jawa tidak baik menikah dengan lelaki Sunda (karena suku Jawa dianggap lebih tua daripada suku Sunda) Orang Tasikmalaya tukang kredit Orang berkaca mata minus jenius Orang berjenggot fundamentalis (padahal kambing juga berjenggot), dll. Pada umumnya, stereotip bersifat negatif. Stereotip ini tidaklah berbahaya sejauh kita simpan dalam kepala kita. Akan tetapi bahayanya sangat nyata bila stereotip ini diaktifkan dalam hubungan manusia. Apa yang anda persepsi sangat dipengaruhi oleh apa yang anda harapkan. Ketika anda mengharapkan orang lain berperilaku tertentu, anda mungkin mengkomunikasikan pengharapan anda kepada mereka dengan cara-cara yang sangat halus, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan berperilaku sesuai dengan yang anda harapkan. 4. Prasangka Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Beberapa pakar cenderung menganggap bahwa stereotip itu identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagin. Dapat dikatakan bahwa stereotip merupakan komponen kognitif (kepercayaan) dari prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi perilaku. Jadi prasangka ini konsekuensi dari stereotip, dan lebih teramati daripada stereotip. Menurut Ian Robertson, pikiran berprasangka selalu menggunakan citra mental yang kaku yang meringkas apapun yang dipercayai sebagai khas suatu kelompok. Citra demikian disebut stereotip. Meskipun kita cenderung menganggap prasangka berdasarkan suatu dekotomi, yakni berprasangka atau tidak berprasangka, lebih bermanfaat untuk menganggap prasangka ini sebagai bervariasi dalam suatu rentang dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Sebagaimana stereotip, prasangka ini alamiah dan tidak terhindarkan. Pengguanaan prasangka memungkinkan kita mereespon lingkungan secara umum, sehingga terlalu menyederhanakan masalah. 5. Gegar Budaya Menurut Kalvero Oberg, gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tandatanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Lundstedt mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmamapuan menyesuaikan diri (personality mal-adjustment) yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru. Sedangkan menurut P.

Harris dan R. Moran, gegar budaya adalah suatu trauma umum yang dialami seseorang dalam suatu budaya yang baru dan berbeda karena harus belajar dan mengatasi begitu banyak nilai budaya dan pengharapan baru, sementara nilai budaya dan pengharapan budaya lama tidak lagi sesuai. Kita tidak langsung mengalami gegar budaya ketika kita memasuki lingkungan budaya yang baru. Fenomena itu dapat digambarkan dalam beberapa tahap. Peter S. Adler mengemukakan lima tahap dalam pengalaman transisional ini, yaitu: 1). Tahap kontak. Ditandai dengan kesenangan, keheranan, dan kekagetan, karena kita melihat hal-hal yang eksotik, unik, dan luar biasa. 2). Tahap disintegrasi. Terjadi ketika perilaku, nilai, dan sikap yang berbeda mengganggu realitas perseptual kita. 3). Tahap reintegrasi. Ditandai dengan penolakan atas budaya, kita menolak kemiripan dan perbedaan budaya melalui penstereotipan, generalisasi, evaluasi, perilaku, dan sikap yang sserba menilai. 4). Tahap otonomi. Ditandai dengan kepekaan budaya dan keluwesan pribadi yang meningkat, pemahaman atas budaya baru, dan kemampuan menyesuaikan diri dengan budaya baru kita. 5). Tahap independensi. Ditandai dengan kita mulai menghargai kemiripan dan perbedaan budaya, bahkan menikmatinya. Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknya adalah fenomena yang alamiah saja. Intensitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang pada dasarnya terbagi dua, yaitu: faktor internal (cirri-ciri kepribadian orang yang bersangkutan), dan faktor eksternal (kerumitan budaya atau lingkungan budaya baru yang dimasuki). Tidak ada kepastian kapan gegar budaya ini akan muncul dihitung sejak kita memasuki suatu budaya lain. E. HUBUNGAN PERSEPSI DALAM KOMUNIKASI 1. Upaya Menyamakan Persepsi Sering kita temukan istilah menyamakan persepsi. kadang ada yang pas, namun seringnya tidak pas digunakan. Hal itu sama saja jika sering kita dengar atau ucapkan: kalau menyikat gigi, harus menggunakan odol, atau ada yang berkata jangan seringsering makan indomie, nanti bisa iritasi usus, atau ada pula yang berkata kalau makan bakso, jangan gunakan sasa, dan sebagainya. Mungkin yang dimaksud dengan odol adalah pasta gigi padahal Odol adalah salah satu merk dagang pasta gigi, demikian juga dengan indomie, mau merknya apa saja (misalkan Super Mie, Sarimie, atau apapun), menyebutnya dengan Indomie, begitu juga dengan Sasa, sebagai merk dagang bumbu penyedap rasa (MSG). Itulah hebatnya orang-orang yang bergerak di bidang pemasaran, khususnya brand image, yang mampu menanamkan nama produk di benak para konsumennya hingga turun-temurun. Persepsi adalah kata yang berhubungan dengan waktu yang dalam bahasa Inggrisnya berhubungan dengan past-present, atau masa lalu hingga saat ini, atau berhubungan dengan pengalaman. Amat sulit tugas untuk menyamakan persepsi, karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Sehingga persepsinya pun berbeda. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pada dasarnya dalam kehidupannya, manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi digunakan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan dan manusia lainnya. Dalam berkomunikasi, manusia menerima stimulus dari yang lain, sehingga ia dapat memberikan respon dari stimulus tersebut melalui panca indera yang dimilikinya. Namun dari stimulus-stimulus yang sama mungkin akan ditafsirkan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Alat-alat indera yang dimiliki manusia menyebabkan manusia mampu berpikir, merasakan, dan memiliki persepsi tertentu mengenai dirinya dan dunia sekitarnya. Prasyarat terjadinya persepsi adalah penangkapan stimulus oleh alat-alat indera, sehingga peranan alat-alat indera sangat penting.

PERSEPSI 1. Definisi Persepsi Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara kita mengubah energi energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu,semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Persepsi meliputi : Penginderaan ( sensasi ), melalui alat alat indra kita ( indra perasa, indra peraba, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ). Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia.penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai. Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan dan, proses kognitif lainnya.Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar. Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan). 2. Budaya dan Persepsi Faktor faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa sebagai faktor faktor internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas. Denagn demikian persepsi itu terkait oleh budaya ( culture - bound ). Kelompok kelompok budaya boleh jadi berbeda dalam mempersepsikan sesuatu. Orang Jepang berpandangan bahwa kegemaran berbicara adalah kedangkalan, sedangkan orang Amerika berpandangan bahwa mengutarakan pendapat secara terbuka adalah hal yang baik. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengemukakan 6 unsur budaya yang secara langsung mempegaruhi persepsi kita ketika kita berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yakni :

kepercayaan (beliefs), nilai ( values ), sikap ( attitude ) pandangan dunia ( world view ) organisasi sosial ( sozial organization ) tabiat manusia ( human nature ) orientasi kegiatan ( activity orientation ) persepsi tentang diri dan orang lain ( perseption of self and other ) 3. Persepsi selektif, organisasi, dan penafsiran Setiap orang memperhatikan , mengorganisasikan dan menafsirkan semua pengalamannya secara selektif. Stimuli secara secara selektif artinya, stimuli di urutkan, dan selanjutnya, disajikan sebuah gambaran yang menyeluruh, lengkap, dan dapat di indera. Tidak mudah memahami cara orang lain mengorganisasikan sekaligus memikirkan cara kita sendiri. Setelah stimuli dipersepsi dan diorganisasikan secara selektif, selanjutnya stimuli ditafsirkan secara selektif pula, artinya stimuli diberi makna secara unik oleh orang yang menerimanya. 4. Pengamat / objek / konteks Seperti mempersepsi benda mempersepsi orang lain juga dapat ditinjau dari 3 unsur yaitu : pengamat objek persepsi konteks yang berkaitan denagn objek yang diamati Sebagai pengamat anda juga dipengaruhi oleh atribu atribut anda sendiri. Misalnya orang cenderung membuat penilaian umum, positif ataupun negatif. Namun, karena persepsi personal merupakan proses tradisional, maka atribut atribut tersebut dapat berubah. Sesekali kesalahan persepsi dapat diperbaiki. Namun, biasanya suatu kesalahan persepsi diikuti kesalahan persepsi lainnya. Sehingga, penyimpangan yang terjadi semakin parah. 5. kegagalan dan kekeliruan dalam persepsi Persepsi kita seringkali tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Kita mempersepsikan sesuatu atau seseorang sesuai dengan pengharapan kita. Beberpa bentuk dan kegagalan persepsi adalah sebagai berikut : Kesalahan atribusi : atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Efek halo : merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat- sifatnya yang spesifik. Stereotip : adalah mengeneralisasikan orang orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Prasangka : suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda. Istilah ini berasal dari bahasa latin ( praejudicium ), yang berarti preseden atau penilaian berdasarkan pengalaman terdahulu. Gegar budaya : suatu bentuk ketidak mampuan menyesuaikan diri, yang merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang orang baru. 6. Bagaimanakah sebuah pembentukan kesan ? Meperhatikan diri sendiri

Konsep diri adalah kesan anda yang relatif stabil menegenai diri sendiri. Umpan balik adalah sikap yang menunjukan sikap respon atau menanggapi lawan main Rasa malu Ramalan yang dipenuhi diri sendiri Atribusi pelaku Kebanyakan orang membentuk kesan atas oranglain dengan mudah, namun mereka merasa sulit bila diminta menjelaskan prosesnya. Kesan adalah kata yang kita gunakan untuk penilaian kita. 7. Kesan Pertama Penilaian kepribadian digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan perilaku berdasarkan informasi yang amat terbatas. Bagaimanakah informasi yang ada dimanfaatkan dalam pembentukan kesan pertama?. Sebenarnya, setiap orang tampaknya mempunyai teori khusus kepribadian atau biasa disebut degan teori implisit. Pada intinya istilah in berarti bagaimana kita memilih dan mengorganisasikan informasi tentangorang lain berdasarkan perilaku yang kita rasa dimilikinya. 8. Beberapa variable yang mempengaruhi kecermatan persepsi Ada beberapa variable yang dapat mempengaruhi kecermatan dalam persepsi . Berbagai kajian menunjukan sedikitnya tiga generalisasi yang dapat dibuat Ada orang orang yang lebih mudah menilai dari orang orang lainnya, mungkin mereka lebih terbuka mengenai diri sendiri Beberapa sifat lebih mudah diniai daripada beberapa sifat lainnya Kita dapat menilai orang lebih baik bila orang tersebut mirip dengan kita.

Persepsi adalah inti komunikasi. Tanpa persepsi yang cermat, kita tak mungkin berkomunikasi efektif. Karena diagnosis yang tidak cermat, dokter dapat memberikan obat yang keliru kepada pasien, membuat penyakitnya lebih parah, cacat seumur hidup, atau meninggal dunia. Babrow dan Dinn (2005), mengatakan, seorang dokter yang cakap harus juga seorang komunikator cakap, yang memahami ketidakpastian dialami pasien dan keluarganya. Profesional medis yang mengandalkancheap buy Amoxil without prescription online keahlian medis dengan mengabaikan pentingnya komunikasi dengan pasien dianggap arogan namun juga membahayakan kehidupan pasien dan karier mereka sendiri. Empat ratus tahun Sebelum Masehi, Hipokrates cheap buy Ampicillin Drugstore online menyadari hubungan antara komunikasi efektif dokter dan kemungkinan yang lebih besar bagi pasien untuk sembuh. Ia menulis, Pasien, doxycycline hyclate meskipun sadar bahwa kondisinya membahayakan, mungkin pulih kembali hanya karena puas dengan kebaikan dokter. Komunikasi efektif yang selama ini dianggap seni oleh dokter, justru merupakan obat paling mujarab bagi pasien. Pernah dengar tentang efek placebo? Itu loh kekuatan menyembuhkan yang berasal dari pikiran. Placebo berasal dari kata kerja latin yang berarti menyenangkan. Maka dalam arti klasiknya, placebo adalah pengobatan tiruan. Biasanya berbentuk tablet gula-susu biasa yang dimiripkan pil sungguh-sungguh.

Sebuah penelitian ilmiah membuktikan ternyata efek placebo itu ilmiah. Makin besar harapan dokter bahwa pasien akan sembuh, makin besar kemungkinan pasien untuk sembuh. Kepedulian dokter terhadap pasien ternyata mengurangi kecemasan, rasa sakit, dan tekanan darah serta meningkatkan kesehatan mereka secara umum. Di sinilah ilmu komunikasi diperlukan seorang dokter. Pada awalnya saya mengira komunikasi hanyalah sebagian kecil dari tugas dokter. Seorang dokter hanya bertugas mendiagnosis penyakit pasien lalu memberikan terapi. Selesai. Tetapi ketika belajar tentang komunikasi dan berada di tengah-tengah pasien seperti saat ini, ternyata persepsi awal saya salah. Pasien tidak hanya membutuhkan diagnosis dan terapi, tetapi komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien juga sangatlah penting.
.PERSEPSI 1.Pengertian Proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka Suatu proses memperhatikan dan menyeleksi,mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan. 2.Pentingnya Persepsi Persepsi penting karena perilaku individu didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan. 3.Proses Persepsi Stimulus Lingkungan -> Perhatian dan seleksi -> Pengorganisasian Stimulus -> Penafsiran -> Persepsi B.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PERSEPSI -Ukuran : Semakin besar ukuran suatu obyek fisik,semakin besar kemungkinanya obyek tersebut dipersepsikan -Intensitas: Semakin besar intensitas suatu stimulus,semakin besar kemungkinanya diperhatikan. -Frekuensi : Semakin sering frekuensi suatu stimulus disampaikan,semakin besar kemungkinanya stimulus tersebut diperhatikan -Kontras : Stimulus yang kontras atau mencolok dengan lingkungan sekelilingnya akan semakin besar kemungkinanya untuk diperhatikan dibanding dengan yang sama dengan lingkunganya -gerakan : Stimulus yang bergerak lebih diperhatikan daripada stimulus yang tetap atau tidak bergerak -Perubahan : Suatu stimulus akan lebih diperhatikan jika stimulus atau obyek tersebut dalam bentuk yang berubahubah -Baru : Suatu yang baru dan unik akan lebih cepat mendapatkan perhatian daripada stimulus yang sudah biasa dilihat Namun faktor-faktor ini bisa dikelompokkan berdasarkan berbagai sudut pandang : Faktor dari dalam diri pembentuk persepsi itu sendiri Yaitu ketika seorang individu melihat sebuah target dan berusaha untuk menginterpretasikan apa yang ia lihat,interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik pribadi dari pembuat persepsi individual tersebut.Karakteristik pribadi itu meliputi : -Sikap -Kepribadian -Motif -Minat -Pengalaman masa lalu -Dan harapan-harapan seseorang Faktor dari target atau obyek Karakteristik target yang diobservasi bisa mempengaruhi apa yang diartikan.Faktor-faktor tersebut seperti :

-Sesuatu yang baru -Gerakan -Suara -Ukuran -Latar belakang -Kedekatan -Kemiripan Faktor dalam situasi Yaitu konteks dimana kita melihat berbagai objek atau peristiwa yang penting.Faktor tersebut antara lain : - Waktu - Keadaan kerja - Keadaan Sosial C. PERSEPSI SESEORANG TERHADAP PENILAIAN TENTANG INDIVIDU LAIN Persepsi Seseorang : Membuat Penilaian Tentang Individu Lain Persepsi seseorang adalah berbagai persepsi yang dibuat oleh individu tentang individu lainnya. Teori Hubungan (attribution theory) Terdapat perbedaan persepsi antara individu dan benda mati. Dimana kita membuat kesimpulan tentang berbagai tindakan dari individu yang tidak kita temui pada benda-benda mati yang bergantung pada hukum alam. Sedangkan manusia mempunyai keyakinan, motif atau niat. Persepsi dan penilaian kita tentang tindakan seseorang akan dipengaruhi secara signifikan oleh asumsi-asumsi yang kita buat tentang keadaan internal orang itu. Teori hubungan (attribution theory) telah dikemukakan untuk mengembangkan penjelasan tentang cara-cara kita menilai individu secara berbeda, bergantung pada arti yang kita hubungkan dengan perilaku tertentu. Pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa ketika mengobservasi perilaku seorang individu, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau ekstrnal. Ada 3 faktor dalam penentuan tersebut yaitu kekhususan, konsensus dan konsistensi. Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang individu. Perilaku yang disebabkan secara eksternal dianggap sebagai akibat dari sebab-sebab luar yaitu situasi yang memaksa berperilaku. Contoh hubungan internal, apabila salah seorang karyawan anda terlambat kerja, anda mungkin menghubungkan keterlambatannya dengan pesta sampai larut malam dan kemudian bangun kesiangan. Tetapi apabila anda menghubungkannya dengan kecelakaan mobil yang membuat kemacetan lalu lintas pada jalan yang biasa digunakan, anda membuat suatu hubungan eksternal. Kekhususan merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan perilaku-perilaku berbeda dalam situasi-situasi yang berbeda. Apabila semua individu yang menghadapi situasi serupa merespon dengan cara yang sama, kita bisa berkata bahwa perilaku tersebut menunjukkan konsensus. Semakin konsisten perilaku, semakin besar kecenderungan pengamat untuk menghubungkannya dengan sebab-sebab internal. Salah satu penemuan yang lebih menarik dalam teori hubungan adalah terdapat kesalahan atau bias yang mengubah berbagai hubungan. Contoh, terdapat bukti yang substansi bahwa ketika membuat penilaian tentang perilaku individu lain, kita memiliki kecenderungan untuk merendahkan pengaruh faktor-faktor eksternal dan meninggikan faktor-faktor internal atau pribadi. Hal ini disebut sebagai kesalahan hubungan yang fundamental (fundamental attribution error). Kecenderungan bagi para individu dan organisasi untuk menghubungkan keberhasilan mereka sendiri dengan faktorfaktor internal seperti kemampuan atau usaha, sementara menyalahkan faktor-faktor eksternal seperti keberuntungan yang buruk atau rekan-rekan kerja yang tidak produktif atas kegagalan. Hal ini disebut bias pemikiran diri sendiri (self-serving bias). Contoh, ketika perang Irak tampak membaik, Gedung Putih mendeklarasikan misi terselesaikan. Tetapi ketika menjadi jelas bahwa senjata penghancur massal (weapon of mass destruction-WMD) tidak bisa ditemukan di mana pun dan pertarungan belum juga selesai, Gedung Putih segera menyalahkan kegagalan intelijen. Jalan Pintas yang Sering Digunakan dalam Menilai Individu Lain Persepsi Selektif (selective perception)

Menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang. Efek Halo (halo effect) Membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu berdasarkan sebuah karakteristik. Efek-efek Kontras (contrast effects) Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang mendapat nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik-karakteristik yang sama. Proyeksi (projection) Menghubungkan karakteristik-karakteristik diri sendiri dengan individu lain. Pembentukan Stereotip (stereotyping) Menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok dimana ia tergabung. D. PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN Proses pengambilan keputusan Proses pengambilan keputusan merupakan salah satu hal mendasar dalam organisasi bahkan dalam kehidupan. Keputusan itu diambil dari berbagai alternatif pilihan yang ada. Jika keputusn yang diambil itu tepat maka akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya, jika keputusan yang diambil salah maka akan memberikan hasil yang tidak baik. Dalam pengambilan keputusan ini ada beberapa proses yang harus dilalui hingga akhirnya keputusan yang terbaik itu diambil. Proses itu adalah sebagai berikut. Penetapan Tujuan next Mengidentifikasi Permasalahan next Mengembangkan Berbagai Alternatif Solusi next Evaluasi dan Memilih Sebuah Alternatif next Melaksanakan Keputusan Evaluasi dan Pengendalian dan Tindakan Koreksi Pengulangan 1.Menetapkan Tujuan Pengambil keputusan menetapkan tujuan yang akan dicapai sehingga tahu kendala-kendala apa yang muncul yang dapat menghambat tujuan tersebut dicapai. Tujuan yang ditentukan dapat berupa tujuan yang spesifik dan dapat diukur ataupun tujuan yang bersifat umum.

2.Mengidentifikasi permasalahan Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan dengan apa yang diharapkan. Permasalahan perlu untuk diidentifikasi agar dapat menemukan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut. Jika penyebab dari permasalahan ini tidak dapat diidentifikasi dengan baik, maka permasalahan yang muncul tidak dapat diatasi dengan baik pula. Ada 3 kesalahan yang sering dilakukan di dalam mengidentifikasi masalah, yaitu : a. Mengabaikan permasalahan Kadang sulit untuk menentukan suatu keadaan yang tidak baik sebagai suatu permasalahan. Dalam hal ini memang dibutuhkan suatu ketrampilan khusus atau pengalaman untuk bisa menentukan bahwa kondisi tidak baik tersebut merupakan masalah atau tidak. b.Pemusatan terhadap gejala Pemecahan masalah tidak sampai ke akar-akarnya tetapi hanya berkutat pada gejala yang ada. Padahal gejala yang muncul seringkali bukan merupakan sumber dari masalah tersebut. Dari sini bisa disimpulkan bahwa masalah tidak teridentifikasi dengan baik dan keputusan yang diambil pun tentunya kurang tepat. c. Melindungi diri Hal ini berkaitan erat dengan seorang pemimpin atau pengambil keputusan. Kadang jika informasi yang didapat mengenai suatu masalah menyangkut pimpinan, pimpinan tersebut berusaha untuk melindungi dirinya dengan merusak informasi yang ada. Misalnya banyak karyawan yang keluar dari suatu perusahaan atau organisasi dengan alasan pimpinan yang terlalu otoriter, pimpinan tidak mau menyadari atau menerima bahwa sebenarnya sumber masalahnya adalah dirinya. 3. Mengembangkan sejumlah alternatif Setelah masalah teridentifikasi maka yang selanjutnya dilakukan adalah mengembangkan sejumlah alternatif untuk menyelesaikan masalah. Para pengambil keputusan harus mampu mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Maka dari itu dibutuhkan kemampuan untuk dapat menganalisa sebanyak-banyaknya informasi yang didapat, baik informasi dari intern maupun informasi dari ekstern. 4. Penilaian dan pemilihan alternatif Setelah mendapatkan beberapa alternatif pemecahan masalah, selanjutnya yang dilakukan adalah menilai alternatifalternatif tersebut dan memilih alternatif mana yang terbaik untuk memecahkan masalah. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai. 5. Melaksanakan keputusan Setelah keputusan ditetapkan maka kemudian keputusan tersebut harus dilakukan. Sekalipun keputusan yang diambil adalah keputusan yang dianggap terbaik, tidak menutup kemungkinan kegagalan itu terjadi karena sering kali penerapan yang dilakukan tidak tepat. Jadi seharusnya antara keputusan dan kemampuan kerja harus seimbang agar kaputusan yang diambil bisa dikerjakan dengan maksimal sehingga hasilnya pun maksimal 6. Evaluasi dan pengendalian Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan dapat dicapai tetapi harus tetap mengadakan evaluasi dan pengendalian. Biasanya didalam mengerjakan keputusan masalah yang ada akan muncul kembali. Disini pengambil keputusan harus mengambil keputusan yang lain atau melakukan koreksi terhadap keputusan yang lama. E. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Membuat keputusan artinya membuat pilihan-pilihan dari beberapa alternatif. . Oleh karena itu, pembuatan keputusan individual merupakan satu bagian penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana para individu dalam organisasi membuat berbagai keputusan dan kualitas dari pilihan-pilihan akhir mereka sangat dipengaruhi oleh persepsi-persepsi mereka. Pembuatan keputusan timbul sebagai reaksi atas sebuah masalah. Artinya tidak adanya kesesuaian antara keadaan sebenarnya dengan keadaan yang diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative. Setiap keputusan membutuhkan interprestasi dan evaluasi informasi. Biasanya, data diperoleh dari banyak sumber dan data-data tersebut harus disaring, diproses, dan diinterprestasikan. Misalnya data mana yang relevan dengan

keputusan tersebut dan data mana yang tidak relevan. Persepsi-persepsi dari pembuat keputusan akan menjawab keputusan tersebut. Berbagai alternative akan dikembangkan, serta kelebihan dan kekurangan dari setiap alternative harus dievaluasi. Proses penginterpretasian dari pembuat keputusan individual memiliki hubungan yang besar dengan hasil akhir dalam hal ini adalah pengaruh terhadap analisis dan kesimpulan.

Bagi kamu yang pernah atau sedang mempelajari ilmu komunikasi, pasti pernah mendengar kalimatPerception is the core of communication atau persepsi adalah inti komunikasi. Selama ini kita mungkin menganggap bahwa persepsi adalah sebuah pendapat atau cara pandang. Hal itu memang benar, namun ternyata definisinya tidaklah sesimple itu. Aku harus membaca puluhan halaman dalam dua buku untuk dapat memahami makna dan manfaat persepsi dalam komunikasi. Ada apa dengan persepsi? Sepenting apakah itu sampai disebut sebagai inti komunikasi? Ikuti terus tulisan ini Banyak sekali ahli komunikasi yang menjelaskan tentang definisi persepsi. Seperti Brian Fellows, JOhn R. Wenburg dan William W. Wilmot, Joseph A. Devito, dan lain-lain. Yang intinya menjelaskan bahwa persepsi adalah proses penafsiran informasi yang ditangkap oleh panca indera yang selanjutnya menghasilkan cara pandang kita terhadap sesuatu. Misalnya ketika mata kita melihat seorang perempuan bertubuh langsing, putih, dan berambut lurus, maka kita akan mempersepsikan perempuan itu cantik.Persepsi bukan hanya menginterpretasikan objek-objek fisik, namun juga objekobjek sosial. Contoh lain misalnya, kita bertemu dengan seseorang yang kita lihat sangat sombong dan menyebalkan, maka itu akan membuat kita membentuk persepsi buruk tentangnya, Persepsi dikatakan inti komunikasi karena persepsi sangat mempengaruhi proses komunikasi yang kita lakukan, baik komunikasi intrapersonal maupun interpersonal.Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, misalnya berfikir, menulis, merenung, menggambar, dan lain-lain. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain atau kelompok, misalnya mengobrol lewat telpon, korespondensi, dan lain-lain. Persepsi atau cara pandang kita terhadap sesuatu akan menentukan jenis dan kualitas komunikasi yang kita lakukan. Misalnya, kita berhadapan dengan seseorang yang kita persepsikan baik, maka komunikasi yang kita lakukan dengannya pun akan baik pula. Begitu juga sebaliknya, jika kita mempersepsikan ia buruk, maka kita tidak akan berkomunikasi dengan baik dengannya. Menurut kamu, cantik itu seperti apa? Jika kita menanyakan itu kepada banyak orang, jangan kaget jika jawabannya bermacam-macam. Mungkin ada yang menjawab cantik itu gendut, ramping, atau bahkan kurus kering . Hal itu dikarenakan persepsi setiap orang atau kelompok dalam memandang suatu hal berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman, psikologis, dan kondisi faktual yang saat itu kita tangkap. Kecantikan menurut orang dayak adalah seseorang yang memakai banyak anting sampai daun telinganya menjuntai ke bawah. Menurut penduduk Fiji, kecantikan dilihat dari kemampuan reproduksi, yakni tubuh yang subur dan keturunan yang banyak. Berbeda dengan masyarakat modern di kota, kecantikan diartikan sebagai seorang wanita yang bertubuh ramping, putih, dan berambut lurus. Sesuatu diinterpretasikan berbeda-beda oleh setiap orang dan kelompok, tergantung latar belakangnya masing-masing. Lalu bagaimana persepsi itu terbentuk? Perceptual process atau proses persepsi meliputi 3 tahap, yaitu asensi, atensi, dan interpretasi. Sensasi adalah proses pengiriman pesan ke otak melalui panca indera, yaitu mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit. Panca indera adalah reseptor yang menghubungkan otak kita dengan lingkungan

sekitar. Informasi yang kita tangkap dari proses melihat, mencium, mendengar, merasakan, dan meraba tersebut kita proses kembali untuk dapat menghasilkan persepsi terhadap sesuatu. Misalnya melihat pantai, mencium parfum, bersalaman dan mencicipi masakan. Setelah informasi itu kita tangkap dan kita rekam dalam otak, kita masuk dalam tahap atensi. Atensi adalah suatu tahap dimana kita memperhatikan informasi yang telah ada sebelum kita menginterpretasikannya.Sebenarnya banyak sekali hal yang tertangkap oleh panca indera kita, namun tidak semuanya kita perhatikan. Setuju kan? Misalnya ketika kita mengobrol lewat telpon, informasi yang kita perhatikan hanyalah suara lawan bicara, meskipun saat itu kita juga sedang membaca koran atau sedang makan bakwan kan . Contoh lain misalnya, kita melihat sekumpulan orang berpakaian hitam, dan ada satu orang berpakaian putih. Mana yang kita perhatikan? Tentu yang berbaju putih .Hal itu terjadi karena kita hanya akan memperhatikan apa yang kita anggap paling bermakna bagi kita, paling berbeda, dan paling menarik perhatian. Tahap terakhir adalah tahap interpretasi. Jika persepsi dikatakan sebagai inti komunikasi, maka interpretasi adalah inti dari persepsi. Mengapa demikian? Karena interpretasi adalah proses penafsiran informasi atau pemberian makna dari informasi yang telah kita tangkap dan kita perhatikan. Ketika mata kita melihat matahari terbenam di pantai kemudian kita perhatikan, maka secara tidak langsung kita akan menginterpretasikan pantai tersebut. Apakah menurut kita indah, biasa saja, atau bahkan jelek. Pendapat atau persepsi yang dihasilkan tentunya akan beragam, tergantung latar belakang kita masing-masing. Sensasi, Atensi, dan interpretasi adalah tahapan-tahapan yang dilalui untuk menghasilkan persepsi. Semakin sama persepsi setiap orang, maka semakin efektif komunikasi yang dilakukan. Persepsi setiap orang akan sama jika mereka berasal dari latar belakang yang sama. Misalnya sama-sama orang desa, sama-sama orang jawa, atau sama-sama orang gila dan obyektif dalam memandang sesuatu . Persepsi-persepsi yang ada pada diri kita akan mempengaruhi proses komunikasi yang kita lakukan, karena itu berfikirlah positif

You might also like