You are on page 1of 4

Bagaimana Memahami Hadis NAbi SAW

Kaifa nataamalu maa as shunnah


Karya : Dr. Yusuf Qardhawi
Penerjemah : Muhammad Al Baqir (Karisma : 1997)

Pengantar Ilmu Hadits
Hadits secara bahasa berarti sesuatu yang baru. Hadits juga berarti
mimpi/ takwil mimpi, dan juga berarti kisah (contoh : haditsu
musa bermakna kisah Musa). Hadits secara istilah berarti apa
apa yang disandarkan/ diisbatkan kepada Nabi Muhammad Saw ,
baik berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir/ persetujuan (atau
semacam itu dari ketiganya).
Hadits : Hadits berupa perkataan disebut hadits qouliyah, Hadits
berupa perbuatan disebut hadits filiyah, Hadis berupa persetujuan
atau diamnya Nabi terhadap sesuatu disebut hadits taqririyah.
Ada pula sebagian ulama yang menambahkan hadits hammiyah,
yakni hadits yang berua hasrat atau keinginan Nabi untuk
melakukan sesuatu.
Contoh contoh :
Contoh hadits qouliyah :
- Hadits : Qola Rasulullah Saw : Innamal aamalu
binniyyat .
- Dan hadits hadits yang menggunakan kalimat : Qola
Rasulullah Saw

Contoh hadits filiyah
- Tata cara sholat, Shollu kama roaitumuni usholli
- Manasik haji
- Hadits : Sahabat Rasululloh Saw berkata aku melihat
Rasululloh Saw sholat zhuhur pada saat tergelincir
matahari

Contoh hadits taqririyah :
- Mudhorobah/ memakai harta orang lain untuk
berdagang atau berusaha. Mudhorobah sudah ada
sejak zaman jahiliyah. Rasululloh Saw membiarkan
mudhorobah ini dilakukan oleh umat muslim
- Diperbolehkannya wanita menuntut ilmu
- Penggunaan mata uang asing
- Dalam hal fiqih, yakni fiqh ibadah sholat, sholat rawatib
dua rakaat sebelum magrib dilakukan oleh sahabat dan
dibiarkan/ didiamkan oleh Nabi Saw
- Sahabat Nabi terkantuk-kantuk ketika menunggu
iqomah, tidak ambil wudhu lagi
Hadits ditinjau dari segi kredibilitas / kekuatan hukumnya dibagi
menjadi :
Hadits shohih, dengan criteria :
Perawi harus adil, yang juga berarti takwa, Isi/ matannya
tidak ilat/ cacat, Perowinya dhobit/ hafalannya sempurna,
Hadits tesebut harus bersambung sanadnya sampai kepada
Nabi Saw.
Hadits dhoif/ lemah
Hadits hasan (dikenalnya istilah hadits hasan ini pada zaman
imam tirmidzi)
Hadits Shohih
Shohih = exelent, mumtaz, sempurna, wajib dipegang
Kriteria hadits Shohih :
- Perawi harus adil, yang juga berate takwa
Perawi adalah orang yang menyampaikan hadits
Dianalogikan dalam penyiaran berita, perawi adalah
orang orang yang menyampaiakan berita dimulai dari
pembawa berita sampai reporter.
Perowi pertama : orang yang melihat langsung di
lokasi/ TKP
Perowi berakhir pada zaman 3 H yakni zaman Imam
Bukhori, Imam Muslim ,dan lain lain
- Isi/ matannya tidak ilat/ cacat
- Perowinya dhobit/ hafalannya sempurna
- Hadits tesebut harus bersambung sanadnya sampai
kepada Nabi Saw
Kedudukan As Sunnah (Hadits Nabi Saw) dalam Islam
As Sunnah merupakan penafsiran Al quran dalam praktek
atau penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Pribadi Nabi
Muhammad Saw adalah perwujudan dari Al quran yang ditafsirkan
untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan
sehari hari. Akhlaknya (Nabi Saw) adalah Al qur an (Hadists
riwayah Muslim).
Kedudukan As Sunnah ada tiga, yakni :
1. Sebagai manhaj yang komprehensif (Syumuliyatul Manhaj)
Manhaj Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia,
dalam dimensi panjang, lebar, dan dalam nya. Panjang
adalah rentangan waktu secara vertikal kehidupan manusia,
sejak saat kelahiran sampai kematiannya. Lebar adalah
rentangan horizontal seluruh aspek kehidupan manusia dalam
bermuamalah. Dalam berarti dimensi yang berkaitan dengan
kedalaman kehidupan manusia, yaitu mencakup tubuh, akal dan
ruh, meliputi lahir batin, dsb.
2. Manhaj yang Seimbang (Washatiyatul manhaj)
Keseimbangan antara ruh dan jasad, antara akal dan kalbu,
antara dunia dan akhirat, antara teori dan praktik, antara
kebebasan dan tanggung jawab, dsb.
ElgEOE4 7E4UEE_
LOE`q VCEc4 W-O+^O:4-g
47.-EOg+ O>4N +EE4-
4pO74C4 NOcO- 7^OU4
-4O)_E- 4`4 E4UEE_
-l^- /-- =eL7
.OgOU4 ) =Uu4Lg }4`
7):44C 4OcO- }Og`
CU)UL4C _O>4N gO^O4l4N _
p)4 ;e4^~E E4OO)l )
O>4N 4g~-.- OEE- +.-
4`4 4p~E +.- E7O_NOg
7E4EC) _ ]) -.-
+EE4) [+74O _1gOO
^j@
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan
Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan
agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa
yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah
tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang kepada manusia.
[95] Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan
menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik
di dunia maupun di akhirat.
Surat AlBaqoroh ayat 143 menjelaskan tentang umat islam
merupakan umat yang berada di tengah-tengah. Karenanya, Nabi
Muhammmad Saw mengingatkan para sahabatnya yang berlaku
berlebihan untuk berlaku seimbang. Tatkala Rasulullah Saw melihat
Abdullah bin Amr berlebih-lebihan dalam berpuasa, ber-qiyamul lail
dan ber-tilawat Al Qur an , Rasulullah Saw memerintahkan nya agar
melakukan semua itu dengan sedang-sedang saja, tidak berlebih-
lebihan. Sabda beliau yang artinya :
Sungguh badanmu mempunyai hak atas kamu (yakni untuk
beristirahat), matamu mempunyai hak atas kamu (yakni untuk
tidur), isterimu mempunyai hak atas kamu (yakni untuk
disenangkan hatinya dan dipergauli dengan baik), dan para
tamumu mempunyai hak atas kamu (yakni untuk dihormati dan
diajak berbincang), maka berikan hak-hak itu kepada masing-
masing. (HR Bukhari dalam Bab Puasa).
3. Manhaj Memudahkan (Taisyiriyatul Manhaj)
Diantara cirri-ciri lainnya dari manhaj ini adalah keringanan,
kemudahan, dan kelapangan. Muslim meriwayatkan hadits
Rasulullah Saw : Sesungguhnya Allah Swt tidak mengutusku
sebagai seorang yang mempersulit atau mencari-cari kesalahan
orang lain, tetapi aku diutus oleh-Nya sebagai pengajar dan
pembawa kemudahan.
Dan ketika Rasulullah Saw mengutus Abu Musa dan Muadz ke
Yaman, beliau berpesan kepada mereka berdua dengan sebuah
pesan yang ringkas namun padat : Permudahlah dan jangan
mempersulit, gembirakanlah mereka dan jangan menyebabkan
mereka menjauh, dan berusahalah kalian bedua untuk
senantiasa bersepakat dan jangan bertengkar. (HR Bukhori
Muslim).
Kewajiban Kaum Muslimin terhadap As Sunnah
Memahami manhaj nabawi yang terinci ini dengan sebaik
baiknya dan berinteraksi dengannya dalam aspek hukum
dan moralnya.
Karena sekarang ini terjadi krisis pemahaman umat muslim
terhadap sunnah Nabi Saw.
Tiga penyakit yang harus dihindari oleh umat muslim sebagaimana
dipesankan Nabi Saw dalam salah satu sabdanya, yakni :
1. Penyimpangan kaum ekstrem
Sikap berlebihan /ekstrem dalam agama. Telah diriwayatkan
dari Ibn Abbas, dari Nabi Saw :
Jangan sekali-kali kamu sekalian bersikap berlebihan
(ghuluw) dalam agama. Sebab, sikap seperti itulah yang
telah membinasakan orang-orang dahulu sebelum kamu.
2. Manipulasi orang sesat
Pemalsuan atau manipulasi yang dilakukan oleh orang-
orang sesat, membuat sesuatu yang diada-adakan yang
pada hakikatnya bertentangan dengan watak aslinya, tak
dapat diterima oleh akidah maupun syariatnya, dan bahkan
tidak dikehendaki sama sekali oleh ushul (pokok-pokok
ajaran) dan furu (cabang-cabang)nya.
3. Penafsiran orang-orang jahil
Ada pula panafsiran yang buruk, yang merusak hakikat
agama Islam, menyelewengkan konsep-konsepnya dan
mencoba mengurangi integritasnya. Penafsiran yang buruk
dan pemahaman yang lemah dan keliru ini merupakan ciri
orang-orang jahil yang tidak mengerti Islam dan tidak
mampu meresapi jiwa atau semangatnya.
Prinsip prinsip dasar dalam berinteraksi dengan Assunnah
Annabawiyah
Pertama, meneliti dengan seksama tentang ke-shahih-an hadits
yang dimaksud sesuai dengan acuan ilmiah yang telah ditetapan
oleh para pakar hadits yang dipercaya.
Kedua, dapat memahami dengan benar nash-nash yang berasal dari
Nabi Saw sesuai dengan pengertian bahasa (Arab) dan dalam rangka
konteks hadits tersebut serta sebab wurud (diucakannya) oleh
beliau.
Ketiga, memastikan bahwa nash tersebut tidak bertentangan
dengan nash lainnya yang lebih kuat kedudukannya, baik yang
berasal dari Al quran, atau hadits-hadits lain yang lebih banyak
jumlahnya, atau lebih shahih darinya, atau lebih sejalan dengan
ushul.

You might also like