You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Saat ini masyarakat banyak sekali yang tidak mengetahui tentang bagaimana teori teori tentang ilmu negara dan pemikirnya. Oleh karena itu saya mengangkat hal itu kedalam makalah saya. Saya ingin masyarakat memahami bagaimana pemikiran pemikiran tentang asal mula negara itu timbul dan siapa yang mempelopori teori tersebut.

Tujuan Agar masyarakat umum memahami tentang bagaimana pemikiran pemikiran tentang asal negara dan pencetus teori tersebut.

Manfaat Masyarakat mengetahui bagaimana pemikiran pemikiran tentang negara dan pencetus pemikiran tersebut.

Page 1 of 23

BAB II PERMASALAHAN

Rumusan Masalah 1. Apa saja teori tentang asal mula negara ? 2. Siapakah yang mencetuskan teori tersebut ?

Page 2 of 23

BAB III PEMBAHASAN

A. Teori Asal Mula Negara Masalah asal mula negara merupakan persoalan yang cukup sulit, dikarenakan genetika negara, saat negara pertama kali dibentuk belum terdapat bukti bukti yang membuktikan. Karena itu teori tentang terbentuknya negara bercorak speklatif, abstrak, lebih banyak merupakan renungan renungan dan pemikiran pemikiran yang teoritis deduktif daripada uraian uraian yang empiris induktif.

Teori teori tentang asal mula negara dapat dimasukkan kedalam dua golongan besar yaitu : 1. Teori teori yang spekulatif. 2. Teori teori yang historis ( evousionistis )

Page 3 of 23

Yang termasuk teori spekulatif adalah :

1. Teori perjanjian masyarakat Thomas Hobbes Teori ini disusun berdasarkan anggapan bahwa sebelum ada negara, manusia hidupsendiri-sendiri dan berpindah-pindah. Pada waktu itu belum ada masyarakat dan peraturan yang mengaturnya sehingga kekacauan mudah terjadi di mana pun dankapan pun. Tanpa peraturan, kehidupan manusia tidak berbeda dengan cara hidup binatang buas, sebagaimana dilukiskan oleh Thomas Hobbes: Homo homini lupus dan Bellum omnium contra omnes. Teori Perjanjian Masyarakat diungkapkannya dalam buku Leviathan . Ketakutan akan kehidupan berciri survival of the fittest itulahyang menyadarkan manusia akan kebutuhannya: negara yang diperintah oleh seorangraja yang dapat menghapus rasa takut. Demikianlah akal sehat manusia telah membimbing dambaan suatu kehidupan yangtertib dan tenteram. Maka, dibuatlah perjanjian masyarakat (contract social ).Perjanjian antarkelompok manusia yang melahirkan negara dan perjanjian itu sendiridisebut pactum unionis. Bersamaan dengan itu terjadi pula perjanjian yang disebut pactum subiectionis, yaitu perjanjian antarkelompok manusia dengan penguasa yang diangkat dalam pactum unionis . Isi pactum subiectionis adalah pernyataan penyerahanhak-hak alami kepada penguasa dan berjanji akan taat kepadanya.Penganut teori Perjanjian Masyarakat antara lain: Grotius (1583-1645), John Locke(1632-1704), Immanuel Kant (1724-1804), Thomas Hobbes (1588-1679), J.J.Rousseau (1712Page 4 of 23

1778). Ketika menyusun teorinya itu, Thomas Hobbes berpihak kepada Raja Charles I yangsedang berseteru dengan Parlemen. Teorinya itu kemudian

digunakanuntuk memperkuat kedudukan raja. Maka ia hanya mengakui pactum subiectionis, yaitu pactum yang menyatakan penyerahan seluruh haknya kepada penguasa dan hak yangsudah diserahkan itu tak dapat diminta kembali. Sehubungan dengan itulah Thomas.

John Locke Menyusun teori Perjanjian Masyarakat dalam bukunya Two Treaties on Civil Government bersamaan dengan tumbuh kembangnya kaum borjuis (golonganmenengah) yang menghendaki perlindungan penguasa atas diri dan kepentingannya.Maka John Locke mendalilkan bahwa dalam pactum subiectionis tidak semua hak manusia diserahkan kepada raja. Seharusnya ada beberapa hak tertentu (yangdiberikan alam) tetap melekat padanya. Hak yang tidak diserahkan itu adalah hak azasi manusia yang terdiri: hak hidup, hak kebebasan dan hak milik. Hak-hak ituharus dijamin raja dalam UUD negara. Menurut John Locke, negara sebaiknya berbentuk kerajaan yang berundang-undang dasar atau monarki konstitusional.

J.J. Rousseau Dalam bukunya Du Contract Social berpendapat bahwa setelah menerima mandat dari rakyat, penguasa mengembalikan hak-hak rakyat dalam bentuk hak warga negara ( civil
Page 5 of 23

rights). Ia juga menyatakan bahwa negara yang terbentuk olehPerjanjian Masyarakat harus menjamin kebebasan dan persamaan. Penguasa sekadar wakil rakyat, dibentuk berdasarkan kehendak rakyat ( volonte general ). Maka, apabila tidak mampu menjamin kebebasan dan persamaan, penguasa itu dapat diganti.Mengenai kebenaran tentang terbentuknya negara oleh Perjanjian Masyarakat itu, para penyusun teorinya sendiri berbeda pendapat.

Grotius Menganggap bahwaPerjanjian Masyarakat adalah kenyataan sejarah, sedangkan Hobbes, Locke, Kant,dan Rousseau menganggapnya sekadar khayalan logis.

2. Teori teokratis ( Ketuhanan ) Timbulnya negara itu adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu tidak akan terjaditanpa kehendak-Nya. Friederich Julius Stahl (1802-1861) menyatakan bahwa negara tumbuh secara berangsur-angsur melalui proses evolusi, mulai dari keluarga,menjadi bangsa dan kemudian menjadi negara. Negara bukan tumbuh disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luar, melainkan karena perkembangan dari dalam. Ia tidak tumbuh disebabkan kehendak manusia, melainkan kehendak Tuhan, katanya. Demikian pada umumnya negara mengakui bahwa selain merupakan hasil perjuanganatau revolusi, terbentuknya negara adalah karunia atau kehendak Tuhan. Ciri negarayang menganut teori Ketuhanan dapat dilihat pada UUD berbagai negara yang antaralain mencantumkan frasa: Berkat
Page 6 of 23

rahmat Tuhan.. atau By the grace of God . Doktrin tentang raja yang bertahta atas kehendak Tuhan ( divine right of king ) bertahan hingga abad XVII.

3. Teori kekuatan

Teori Kekuasaan menyatakan bahwa negara terbentuk berdasarkan kekuasaan. Orangkuatlah yang pertama-tama mendirikan negara, karena dengan kekuatannya itu ia berkuasa memaksakan kehendaknya terhadap orang lain sebagaimana disindir oleh Kallikles dan Voltaire Raja yang pertama adalah prajurit yang berhasil.

Karl Marx

Berpandangan bahwa negara timbul karena kekuasaan. Menurutnya,sebelum negara ada di dunia ini telah terdapat masyarakat komunis purba. Buktinya pada masa itu belum dikenal hak milik pribadi. Semua alat produksi menjadi milik seluruh masyarakat. Adanya hak milik pribadi memecah masyarakat menjadi duakelas yang bertentangan, yaitu kelas masyarakat pemilik alat-alat produksi dan yang bukan pemilik. Kelas yang pertama tidak merasa aman dengan kelebihan yangdimilikinya dalam bidang ekonomi. Mereka memerlukan organisasi paksa yangdisebut negara, untuk mempertahankan pola produksi yang telah memberikan posisiistimewa kepada mereka dan untuk melanggengkan pemilikan atas alat-alat produksi tersebut.
Page 7 of 23

H.J. Laski

berpendapat bahwa negara berkewenangan mengatur tingkah lakumanusia. Negara menyusun sejumlah peraturan untuk memaksakan ketaatan kepadanegara.

Leon Duguit

Menyatakan bahwa seseorang dapat memaksakan kehendaknya terhadaporang lain karena ia memiliki kelebihan atau keistimewaan dalam bentuk lahiriah(fisik), kecerdasan, ekonomi dan agama.

4. Teori patriarkhal dan matriarchal Keluarga sebagai pengelompokan patriarkhal adalah kesatuan social yang paling utama dalam masyarakat primitif. Keluarga-keluarga ini kemudian semakin meluas sehingga hubungan antar keluarga juga semakin meluas samapai terbetuntuklah suku. Suku-suku yang juga terus berkembang dan diiringi hubungan yang semakin intens antara susku yang satu dengan suku yang lain kemudian menjadi cikal-bakal negara. Dalam teori patriarkhal hubungan kekeluargaan ditarik dari garis keturunan ayah, sedangkan dalam teori matriarkhal keluarga ditarik dari garis keturunan ibu.

Page 8 of 23

5. Teori organis

Teori organis ini adalah teori yang kemudian menjelaskan tentang asal-usul perkembangan negara mengikuti asal-usul perkembangan individu. Individu berasal dari sebuah unitas yang disebut dengan sel, kemudian sel berkumpul membentuk jaringan dan jaringan membentuk organ, sistem organ begitu seterusnya sampai individu. Pertumbuhan negara juga dalam hal ini seperti itu. dimulai dari unitas menu ju pluralitas dengan cara sintesis fungsi pada setiap tingkatan unitas. Teori ini dianggap sebagai teori tertua tentang negara karena ditarik dari asumsi plato yang mempersamakan individu dengan negara dengan menarik persamaan antara fungsi-fungsi negara dan fungsi-fungsi individu

6. Teori daluwarsa

Teori daluwarsa menyatakan bahwa raja bertakhta bukan karena jure divino (kekuasaan dari Tuhan) akan tetapi karena jure consuetudinario (kebiasaan). Raja dan organisasinya karena adanya milik yang sudah lama yang kemudian akan melahirkan hak milik. Teori ini juga dikenal sebagai doktrin legitimisme dan dikembangkan di Perancis pada abad ke17.

Page 9 of 23

7. Teori idealistis ( alamiah )

Teori alamiah adalah teori yang menyatakan bahwa negara dalam kehidupan manusia merupakan sesuatu yang alamiah terjadi dan merupakan esensi dari kemanusiaan itu sendiri. Teori ini diperkenalkan oleh Aristoteles yang menyebut manusia sebagai zoon politicon. Penyebutan manusia sebagai zoon politicon adalah bahwa manusia bar dikatakan sempurna apabila hidup dalam ikatan kenegaraan. Negara adalah organisasi yang rasional dan ethis yang dibentuk untuk menyempurnakan tujuan manusia dalam hidup.

B. Pembabakan Zaman Para Sarjana

1. Zaman Yunani Kuno ( Purba ). Socrates ( 469 399 s.M. ) Filsafah yunani, hidup antar tahun 469 399 s.M. Dalam masa itu terdapat kesempatan yang baik untuk menyatakan pendapat tanpa mendapatkan kekangan. Pendapat Socrates, negara bukanlah organisasi yang dibuat oleh manusia untuk kepentingan sendiri, tetapi negara itu merupakan suatu susunan yang obyektif yang berdasarkan pada sifat hakekat manusia, karena itu bertugas untuk melaksanakan hukum-hukum yang obyektif termuat keadilan

Page 10 of 23

bagi umum dan selalu melayani bagi kebutuhan para penguasa negara yang saling berganti-ganti orangnya. Keadilan sejati yang obyektif itu akan merasakan kenikmatan jiwanya. Kedhaliman hanya akan memmbawa kesenangan yang palsu. Ia selalu menolak dan menentang keras apa yang yang dianggapnya bertentangan dengan ajarannya yaitu menaati undang-undang. Karena ajarannya dianggap membahayakan negara maka Socrates meninggal karena dipaksa (dihukum) minum racun, dengan tidak meninggalkan apa-apa, baik tulisan-tulisan yang telah dibukukan ataupun yang masih berupa tulisan tangan.

Plato ( 429 347 s.M. ) Ajarannya mengenai asal mula atau terbentukya negara adalah sangat sederhana yaitu :

Karena adanya kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka macam, yang menyebabkan mereka harus bekerja sama, untuk memenuhi kebutuhan mereka. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Page 11 of 23

Karena masing masing orang itu secara sendiri sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhannya ; lalu terjadilah pembagian pekerjaan dimana masing masing harus menghasilkan lebih dari keperluannya sendiri untuk dipertukarkan, dan demikian berdirilah desa.

Antara desa dengan desa terjadi pula hubungan kerja sama maka berdirilah masyarakat negara. ( masyarakat = negara ).

Aristoteles ( 384 322 s.M. ) Asal mula negara menurut Aristoteles, mula mula, bahwa manusia itu berbeda dengan hewan, hewan dapat hidup mandiri tanpa bantuan hewan lainnya, sedang manusia menurut kodratnya hidup selalu membutuhkan bantuan atau hubungan dengan orang lain guna memenuhi kepentingan hidupnya. Manusia itu merupakan zoon politicon , manusia menurut kodratnya hidup berkelompok. Selanjutnya Aristoteles menjelaskan tentang asal mula negara dalam bukunya Politica , bahwa negara itu merupakan suatu persekutuan yang mempunyai tujuan tertentu. Terjadinya negara karena penggabungan keluarga menjadi suatu kelompok yang lebih besar, kemudian kelompok itu bergabung lagi hingga menjadi suatu desa. Kemudian desa

Page 12 of 23

desa itu bergabung lagi hingga timbul negara yang sifatnya masih merupakan suatu kota atau polis.

Epicurus ( 384 271 s.M. ) Asal mula negara menurut Epicurus adalah merupakan hasil dari perbuatan manusia, yang diciptakan untuk melaksanakan kepentingan anggota anggotanya. Negara tidak mempunyai dasar kehidupa sendiri. Manusialah sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat / negara yang mempunyai dasar- dasar kehidupan yang mandiri, dan yang merupakan realita. Jadi yang diutamakan adalah individunya, negara diciptakan sebagai alat untuk melangsungkan kehidupan individu.

Zeno ( 300 M. ) Ajaran Zeno, bersifat unversalistis, artinya tidak hanya meliputi bangsa yunani saja, seperti filsafat aristoteles, tapi ingin mengajarkan bahwa orang itu harus menyesuaikan dengan susunan dunia internasional.

Page 13 of 23

2. Zaman Romawi Kuno. Polybios ( 204 122 s.M.) Mengenai negara, sebenarnya Polybios melanjutkan ajaran Aristoteles ( 384 322 s.M. ) yang dinyatakan bahwa proses perkembangan, pertumbuhan, dan kemerosotan bentuk bentuk negara secara psikologis sangat bertalian dengan sifat sifat manusia jadi tiada bentuk negara yang abadi, karena sudah terkandung benih benih pengerusakan seperti pemberontakan, revolusi, dan sebagainya.

Cicero ( 106 43 s.M. ) Negara menurut Cicero adanya itu adalah merupakan suatu keharusan dan harus didasarkan atas ratio manusia. Ajaran Cicero ini sebetulnya meniru dan disesuaikan dengan ajaran kaum stoa. Pengertian Ratio disini yang dimaksud oleh Cicero adalah ratio murni, yaitu yang didasarkan atau menurut hukum alam kodrat. Jadi tidaklah seperti ajaran Epicurus yang menganggap bahwa negara itu adalah merupakan hasil daripada perbuatan manusia, dan fungsinya hanya sebagai alat saja daripada manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Page 14 of 23

3. Zaman Abad Pertengahan ( abad V XV ) Agustinus ( 354 430 ) Ajaran Agustinus yang bersifat teokratis dikatakan mengatakan bahwa kedudukan gereja yang dipimpin oleh paus adalah lebih tinggi dibandingan kedudukan suatu negara yang dipimpin seorang raja.

Thomas Aquinas ( 1225 1274 ) Ajaran Aquinas hanya dipengaruhi oleh Aristoteles, ia sependapat dengan Aristoteles bahwa manusia menurut kodratya merupakan zoon politicon ( makhluk social ) dan karena itu selalu hidup bersama sama dengan orang lain di dalam masyarakat adalah untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya.

Dante Alleghiere ( 1265 1321 ) Dalam bukunya dante memimpikan kerajaan dunia untuk mengalahkan kerajaan paus dalam urusan keduniawian, dan kerajaan dunia itulah yang ia impikan untuk menciptakan perdamaian di dunia. Sehingga tujuan negara menurut Dante, adalah mengadakan undang undang yang sama bagi semua umat.

Page 15 of 23

Marsilius vart Padua ( 1270 1340 ) Marsillius mengatakan bahwa negara merupakan badan iudicialis seu consiliativa yang hidup dan bebas dan memiliki tujuan tertinggi, yaitu perdamaian, memajukan kemakmuran rakyatnya, dan memberikan kebebasan kepada rakyatnya untuk mengembangkan dirinya.

4. Zaman Renaissance ( abad ke XVI ) Niccolo Machiaveli (1469 1527 ) Karya-karya Machiavelli mengakibatkan banyak pihak yang menempatkannya sebagai salah satu pemikir brilian pada masa renaissance, sekaligus figur yang sedikit tragis. Pemikiran Machiavelli berkembang luas pada abad ke-16 dan ke-17 sehingga namanya selalu diasosiasikan penuh liku-liku, kejam, serta dipenuhi keinginan rasional yang destruktif. Tidak ada pemikir yang selalu disalahpahami dari pada Machiavelli.

Thomas Morus ( 1478 1535 )

Page 16 of 23

Jean Bodin ( 1530 1595 ) Negara sebagai pemerintahan yang tertata dengan baik dari beberapa keluarga serta kepentingan bersama mereka oleh kekuasaan yang berdaulat. Trdapat empat unsur dalam negara yaitu tatanan yang benar, keluarga, kekuasaan yang berdaulat,dan tujuan bersama.

Aliran Monarcho Mancen Aliran Monarchomachen berarti pembenci raja atau musuh raja. Karena raja berada di luar undang undang maka diharuskan bertanggung jawab kepada rakyat atas pelanggarannya terhadap undang undang. Kekuasaan berada di tangan rakyat sehingga kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi untuk menyelenggarakan segala sesuatunya yang menuju kepentingan material maupun spiritual anggota negara. Sehingga, muncul dua hal pokok aliran Monarchomachen : Memberi dasar baru kekuasaan raja dan memberi rakyat sebuah dasar agar ketika raja melakukan penyelewengan dengan semena mena maka rakyat bisa mengadakan perlawanan.

o Hotman o Brutus o Buchanan o Mariana


Page 17 of 23

o Bellarmin ( 1542 1621 ) o Francesco Suares ( 1548 1617 ) o John Milton o Johanes Althusius

5. Jaman Berkembangnya Hukum Alam Para penganut teori hukum alam menganggap adanya hukum yang berlaku abadi dan universal (tidak berubah, berlaku di setiap waktu dan tempat). Hukum alam bukan buatan negara, melainkan hukum yang berlaku menurut kehendak alam.

Abad ke XVII : o Grotius ( Hugo de Groot ) ( 1583 1645 ) o Thomas Hobbes ( 1588 1645 ) o Benedictus de Spinosa ( 1642 1677 ) o John Locke ( 1632 1704 )

Abad ke XVIII : o Frederik Yang Agung ( 1712 1786 ) o Montequieu ( 1688 1755 ) o David Hume ( 1711 1766 ) o J.J. Rousseau ( 1712 1778 )
Page 18 of 23

o Immanuel Kant ( 1724 1804 )

6. Zaman Berkembangnya Teori Kekuatan / Kekuasaan F. Oppenheimer ( 1864 1943 ) Karl Max ( 1818 1883 ) H.J. Laski Leon Dugult

7. Teori Positivisme Teori positivisme menyatakan bahwa tidak perlu mempersoalkan asal mula negara, sifat serta hakikat negara dan sebagainya, karena kita tidak mengalami sendiri. Timbul atau adanya negara sekarang ini bukanlah merupakan suatu kelahiran yang asli, tapi hanya merupakan suatu kelahiran kembali dari negara yang telah ada terdahulu. Sehingga aliran positivisme mengajarkan agar dalam membicarakan negara dilakukan sebagaiman apa adanya.

K.F. von Gerber dan Paul Laband ( 1838 1918 ) Menurut dia, negara adalah suatu badan hukum ( rechtspersoon, juristic person ), seperti halnya NV, CV, PT.

Page 19 of 23

Bluntschli dan George Jellinek

Hans Kelsen Tiap-tiap negara hanya dapat dipahami di dalam sistem hukumnya sendiri. Menurut Kelsen, ilmu Hukum tidak perlu lagi mencari dasar terbentuknya negara karena kelahiran negara hanyalah merupakan suatu kenyataan belaka.

8. Teori Modern Teori modern menitikberatkan fakta dan sudut pandangan tertentu untuk memerolehkesimpulan tentang asal mula, hakikat dan bentuk negara.

R. Kranenburg Mengatakan bahwa pada hakikatnya negara adalah suatu organisasikekuasaan yang diciptakan sekelompok manusia yang disebut bangsa.

Logemann Mengatakan bahwa negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa. Perbedaan pandanganmereka sesungguhnya terletak pada pengertian istilah bangsa. Kranenburg menitikberatkan pengertian bangsa secara etnologis, sedangkan Logemann lebihmenekankan pengertian rakyat suatu negara dan memperhatikan hubungan antar organisasi kekuasaan dengan kelompok manusia di dalamnya.

Page 20 of 23

BAB IV PENUTUP

a. Kesimpulan

Teori asal mula negara di bagi menjadi dua yaitu teori teori yang spekulatif dan teori teori yang historis. Teori Teori yang spekulatif diantaranya adalah Teori perjanian masyarakat, teori ketuhanan, teori kekuasaan, teori daluarsa, teori organis, teori alamiah, serta teori partriarkhal dan martriarkhal. Sedangkan teori yang historis membagi berdasarkan zaman para pemikirnya.

b. Saran

Sebenarnya semua teori negara bagus dan dapat diterima dengan akal sehat, namun saya paling setuju dengan Aristoteles dan Dante Alleghiere karena mereka adalah pemikir yang saya rasa paling manusiawi. Aristoteles berkata bahwa tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri, sedangkan Dante berkata ingin membuat undang undang yang mengatur semua kalangan masyarakat. Sehingga terdapat penyamarataan didalam suatu negara, tidak ada lagi perbedaan antara agama satu dengan agama lain. Saya tidak setuju
Page 21 of 23

dengan pendapat Agustinus, seharusnya kedudukan kerajaan gereja lebih rendah daripada kerajaan dunia, dan yang dapat menghukum masyarakat yang melakukan kesalahan adalah kerajaan dunia yang dipimpin oleh raja.

Page 22 of 23

Daftar Pustaka

http://www.scribd.com/doc/47869739/TEORI-TERBENTUKNYA-NEGARA https://ryzafardiansyah.wordpress.com/tag/teori-pembentukan-negara/ http://id.wikipedia.org/wiki/Niccol%C3%B2_Machiavelli http://id.shvoong.com/social-sciences/political-science/2124977-teori-negara-yang-berdaulatjean/#ixzz1c0OY65tA http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Renaisans#Daftar_tokoh_besar_pada_masa_Renaisans http://ruhcitra.wordpress.com/2008/11/09/terjadinya-negara/ http://hendriyanto-hcl.blogspot.com/2011/06/teori-positivisme.html Soehino, SH, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 1980 Solly Lubis, M, SH, Ilmu Negara, Alumni, Bandung, 1981 Samidjo, SH, Ilmu Negara, CV, Armico, Bandung, 2002

Page 23 of 23

You might also like