You are on page 1of 27

PANDANGAN MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN, KERUSAKAN LINGKUNGAN, DAN UPAYA KONSERVASI ALAM

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan

Oleh Euis Encar NIM : 41032151 11 1016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2012

LEMBAR PENGESAHAN PANDANGAN MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN, KERUSAKAN LINGKUNGAN, DAN UPAYA KONSERVASI ALAM

KARYA ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kulilah Pengetahuan Lingkungan

oleh Euis Encar NIM : 41032151 11 1016

Menyetujui/Mengesahkan Bandung, Mei 2012 Dosen Pengetahuan Lingkungan

(Hj. Dinny Mardiana, Dra., M.Si.)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah. Saya mengucapkan syukur Alhamdulillah, karena atas Ridho-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak yang selalu memberikan motivasi. Maka dari itu saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Saya menyadari banyak kekurangan dalam karya ilmiah yang saya susun ini., terutama dalam cara atau proses yang saya lakukan masih kurang tepat. Karena segala kesempurnaan hanya milik Allah S.W.T, saya sebagai Hamba-Nya hanya dapat berusaha dan hanya Allah yang dapat menentukan hasil dari usaha itu. Dengan demikian, saya mohon kritik dan sarannya guna memperbaiki kekurangan dari laporan ini dan di masa yang akan datang.

Bandung, Mei 2012

Penulis,

ii

ABSTRAK Alam yang indah dan lestari merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup manusia dan segala lapisan kehidupan yang ada di dalamnya. Untuk menjamin kelangsungan hidup alam semesta, manusia harus mampu merubah sikap dan memiliki pandangan yang sesuai untuk memperlakukan lingkungan seharusnya, bukan sebagai sumber kekayaan yang siap dieksploitasi. Kerusakan alam terjadi karena pandangan manusia terhadap lingkungan yang salah. Meskipun lingkungan merupakan sumber penghasil dari setiap hal yang dibutuhkan manusia untuk menunjang manusia yang menganggap alam untuk diambil keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperdulikan dampak yang terjadi. Manusia harus sudah memikirkan upaya konservasi alam yang harus dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan yang sudah rusak. Lingkungan bukan hanya diperlukan saat ini, tapi juga untuk masa depan. Jika lingkungan sudah sangat rusak saat ini tanpa adanya upaya konservasi alam untuk memperbaikinya maka dapat dipastikan manusia yang hidup di masa depan tidak akan pernah merasakan lingkungan dengan nyaman.

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .. i KATA PENGANTAR ...... ii ABSTRAK ......... iii DAFTAR ISI ......... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang ......................................................................... Rumusan Masalah ................................................................... Tujuan dan Manfaat ................................................................. 1 2 2

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.2 2.3 Pandangan Manusia Terhadap Lingkungan ............................ Perilaku manusia dan Kerusakan Lingkungan ........................ Upaya Konservasi Alam .......................................................... 3 4 4

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pandangan Manusia Terhadap Lingkungannya ....................... Worldview ............................................................................... Pandangan Orang sunda Terhadap Lingkungan .................... Aturan Adat dan Perilaku Orang Sunda .................................. 6 6 8 9

iv

3.2

Perilaku Manusia dan Kerusakan Lingkungan ........................

11

3.3

Upaya Konservasi Alam .......................................................... Upaya Konservasi Alam Orang Baduy ................................... Pembagian Zonasi Daerah Bukit/Gunung .............................. Nilai Konservasi Alam ............................................................ Perlibatan Masyarakat dalam Konservasi Alam ....................

12 12 14 16 16

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 4.2 Kesimpulan .............................................................................. Saran ......................................................................................... 18 19

LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Manusia hidup dalam lingkungannya dan berinteraksi dengan komponenkomponen yang ada dilingkungannya. Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Pada awalnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya berjalan serasi, selaras dan seimbang. Namun, belakangan ini hubungan tersebut berjalan secara tidak seimbang. Manusia dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologinya lebih bersifat menguasai alam, sehingga muncul permasalahan lingkungan. Permasalahan lingkungan terjadi karena pandangan manusia yang keliru terhadap alam. Menganggap alam sebagai objek produktif untuk diambil keuntungannya tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi. Untuk itu manusia harus mencari upaya konservasi alam yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Dalam Karya Tulis Ilmiah ini akan dijelaskan mengenai pandangan manusia terhadap lingkungan, kerusakan lingkungan, dan upaya konservasi alam.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimanakah pandangan manusia terhadap lingkungannya? 1.2.2 Bagaimana perilaku manusia yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan? 1.2.3 Bagaimana upaya konservasi alam yang dilakukan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Selain untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengetahuan

Lingkungan, karya tulis ilmiah ini juga dimaksudkan untuk membahas : 1.3.1 Pandangan manusia terhadap lingkungan 1.3.2 Perilaku manusia dan kerusakan lingkungan 1.3.3 Upaya konservasi alam Karya tulis ilmiah ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi pembaca dan bermanfaat untuk menambah pemahaman yang tepat mengenai lingkungan yang akan mendorong pada sikap dan perlakuan yang semakin menjamin kesadaran menjaga lingkungannya.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pandangan Manusia Terhadap Lingkungannya Persepsi manusia tentang lingkungannya dibangun oleh berbagai informasi manusia terhadap lingkungan tersebut. Selanjutnya, persepsi manusia tersebut membangun proses keputusan manusia dalam

memperlakukan atau mengelola lingkungannya. Manusia dan masyarakat menggunakan worldview mereka untuk menginterpretasi informasi lingkungan dan memformulasikan berbagai kegiatan untuk memperlakukan lingkungannya. Dengan demikian, sejalan dengan pendapat Rosenberg dan Hovland (1960) bahwa secara internal kecenderungan berbagai tindakan manusia (behaviour), dipengaruhi oleh stimulus dari informasi atau pengetahuan/ cognitive dan affective dari setiap individu. Namun, faktor internal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh sistem eksternal, misalnya pengaruh ekonomi, aturan, dan lain-lain. Salah satu contoh pandangan manusia terhadap lingkungannya adalah pandangan orang sunda masa silam yang memiliki pandangan ekosentrisme. Menurut adat sunda di masa silam, manusia dalam kehidupan sehari-harinya bukan merupakan agen bebas di alam bebas, tetapi dipengaruhi oleh kekuatan besar.
3

2.2 Perilaku manusia dan Kerusakan Lingkungan Sejalan dengan adanya pengaruh pandangan masyarakat Barat yang bersifat Cartesian/ Antroposentris, bahwa setiap lingkungan hanya dipandang bagi kepentingan manusia. Pengaruh globalisasi, pandangan tersebut mempengaruhi pula pada tatanan kehidupan orang sunda sehingga lingkungannya mengalami banyak perubahan secara drastis. 2.3 Upaya Konservasi Alam Salah satu upaya konservasi alam yang ada di Indonesia telah dilakukan oleh orang Baduy Upaya Konservasi Alam Orang Baduy Sistem pengelolaan yang dilakukan masyarakat baduy merupakan wujud kearifan tradisional masyarakat lokal dalam memperlakukan lingkungannya secara bijaksana dan penuh tuntunan etika yang merupakan tuntunan perilaku manusia dalam kehidupannya didalam komunitas ekologis (bandingkan Keraf,2002:289) Upaya konservasi alam yang dilakukan orang baduy adalah dengan cara membagi daerah kawasan berdasarkan kesakralannya yang dibagi menjadi 3 zonasi.

Nilai Konservasi Alam Berdasarkan pola pengelolaan tata ruang kawasan Baduy dengan sistem zonasi, maka secara umum masing-masing zona tersebut mempunyai ilai konservasi yang sangat penting bagi konservasi biologis/ekologi, maupun bagi fungsi sosial ekonomi dan budaya masyarakat baduy.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pandangan Manusia Terhadap Lingkungannya Manusia membangun hubungan timbal balik dengan ekosistemnya. Manusia memperoleh berbagai imajinasi dan cerita tentang ekosistemnya, yang menjadi dasar persepsi mereka terhadap ekosistemnya. Kesemuanya itu memegang peranan dalam membentuk hubungan sistem sosial manusia dengan ekosistemnya. Berbagai imajinasi dan cerita tentang lingkungannya dapat membangun suatu worldview seseorang, berupa persepsi tentang dirinya dan lingkungannya. Setiap orang akan memiliki persepsi dan cerita yang berbeda tentang lingkungannya sehingga membangun suatu worldview masyarakat. Worldview Worldview bisa disebut sebagai pikiran manusia atau Pandangan orang terhadap makna realitas dan makna kebenaran. Worldview bermula dari akumulasi konsep-konsep dan sikap mental yang dikembangkan oleh seseorang sepanjang hidupnya. Manusia dan masyarakat menggunakan worldview mereka untuk menginterpretasi informasi lingkungan dan memformulasikan berbagai kegiatan untuk memperlakukan lingkungannya.

Rosenberg dan Hovland (1960) berpendapat bahwa secara internal kecenderungan berbagai tindakan manusia (behaviour), dipengaruhi oleh stimulus dari informasi atau pengetahuan/ cognitive dan affective dari setiap individu. Cognitive adalah pengetahuan tentang lingkungan atau pengalaman yang dialami manusia terhadap lingkungan yang menimbulkan sebuah tindakan manusia terhadap lingkungannya. Sedangkan affective adalah sifat manusia terhadap lingkungannya seperti senang, benci, dan marah. Faktor internal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh sistem eksternal, misalnya pengaruh ekonomi, aturan hukum, dan lain-lain. Akibat adanya faktor-faktor eksternal tersebut tidak selalu bahwa informasi membangun persepsi dan menyebabkan tindakan manusia yang sesuai dengan persepsinya.

Pandangan Orang sunda Terhadap Lingkungan Hiding 1948 mengungkapkan, dikutip Wessing (1978:76), yaitu: Man is not independent agent in the cosmos but a functioning part of larger whole into which he is socialized. Thus includes people as well as supernatural enties such as sipirit living in the vicinity and the souls of departed ancestors.

Berdasarkan pandangan tersebut, secara umum Orang Sunda masa silam memiliki pandangan ekosentrisme. Yaitu, suatu pandangan yang menganggap bahwa manusia dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain (bandingkan Keraf, 2002). Orang Sunda beranggapan bahwa lingkungan alam memberikan manfaat yang maksimal kepada manusia apabila dijaga kelestariannya, dirawat serta dipelihara dengan baik dan digunakan hanya secukupnya saja. Kalau alam digunakan secara berlebihan apalagi kalau tidak dirawat dan tidak dijaga kelestariannya, maka akan timbul malapetaka dan kesengsaraan. Dalam Siksa Kanda ng Karesian, misalnya, terdapat ungkapan, makan sekedar tidak lapar, minum sekedar tidak haus, berladang sekedar cukup untuk makan, dll yang berarti tidak boleh berlebihan. Orang Sunda dianjurkan agar siger tengah atau siniger tengah yaitu tidak kekurangan tetapi tidak berlebihan. Sama sekali bukan untuk kemewahan melainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian, tidak menguras atau memeras alam secara berlebihan, sehingga terjaga

kelestariannya.

Untuk

itu

Orang

Sunda

sangat

hati-hati

terhadap

lingkungan/ekosistemnya. Akibatnya, lingkungan/ekosistem di Tatar Sunda terpelihara cukup baik. Aturan Adat dan Perilaku Orang Sunda Orang sunda dengan adatnya yang kuat senantiasa memperhatikan keseimbangan lingkungannya. Maksudnya, agar mereka mencapai kehidupan yang selamat. Berbagai informasi dari lingkungannya biasa dijadikan sebagai pengetahuan dan sekaligus juga digunakan untuk pengelolaan lingkungannya. Misalnya, berbagai indikator di alam dapat dijadikan ungkapa-ungkapan dan pedoman untuk mengelola lingkungannya seperti pengelolaan lahan pertanian. Seperti salah satu ungkapan Orang Sunda, yang sekarang masih sipraktekkan secara seksama oleh Orang Baduy, di Banten Selatan (Kools, 1935:19) yaitu Tanggal kidang turun kujang. Artinya, munculnya bintang/bentang kidang (the belt of orion) di ufuk timur di waktu fajar, biasanya pada kira-kira bulan 15 juni, memberi petunjuk bahwa penduduk desa harus mulai membuka hutan untuk berladang (ngahuma). Perubahan musim dapat pula diprediksi, antara lain dengan mengamati berbagai perubahan khas jenis flora dan fauna di desanya. Misalnya, dikenal ungkapan jampang kidang kembangan tanda musim halodo atau rumput jampang kidang (Centhoteca lappacea) berbunga pertanda akan datangnya musim kemarau. Di samping itu, untuk melakukan usaha tani, Orang Sunda di masa silam biasa pula menentukan hari-hari baik dan pemanfaatan ruang yang sesuai, dengan menggunakan alat pedoman, yang disebut kolenjer,

10

tunduk,

atau

palintang.

Untuk

tanam

atau

panen

padi

biasanya

memperhitungkan hari-hari baik. Contohnya, hari/poe Kemis dipilih sebagai hari baik, mengingat naptu poe Kemis nilainya 8 dan nilai nama pasarannya pon, yaitu 7. Nama hari, bulan, tahun, dan pasaran beserta nilainya menurut Orang Sunda Hari Ahad Senen Selasa Rebo Kemis Jumaah Saptu Nilai 5 4 3 7 8 6 9 Bulan Muharam Sapar Mulud Silih Mulud Jumadil Awal Jumadil Akhir Rajab Rewah Puasa Sawal Hapit Rayagung Nilai 7 2 3 3 5 1 2 4 5 7 1 3 Tahun Tahun Alip Tahun He Tahun Jim Tahun Je Tahun Dal Tahun Be Tahun Wau Tahun Jim Akhir Nilai Pasaran Nilai 1 5 3 7 4 2 6 3 Kliwon Manis Pahing Pon Wage 8 5 9 7 4

11

3.2 Perilaku Manusia dan Kerusakan Lingkungan Dengan adanya berbagai pranata sosial penduduk lokal, maka secara umum ekosistem Tatar Sunda di masa silam dapat terpelihara cukup baik. Namun, sejalan dengan adanya pengaruh pandangan masyarakat Barat yang bersifat Cartesian/Antroposentris, bahwa segenap lingkungan hanya

dipandang bagi kepentingan manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi bersifat sekuler, mekanistis dan reduksionistis, serta ekonomi kapitalis yang bersifat menguras sumberdaya alam (Keraf, 2002). Pengaruh globalisasi, pandangan tersebut mempengaruhi pula pada tatanan kehidupan Orang Sunda. Sehingga, pandangan worldview dan perilaku Orang Sunda terhadap lingkungannya mengalami banyak perubahan secara drastis. Sifat-sifat bijaksana dan kehati-hatian Orang sunda terhadap ekosistem tersebut, pada umumnya menjadi pudar atau punah. Seperti padi, lebih dinilai hanya untuk kepentingan bisnis ekonomi. Padahal di masa silam, para petani selain hormat pada padi juga mempunyai kebiasaan menanam berbagai varietas padi lokal yang sangat tinggi di huma dan sawah mereka, karena hasil padi bukan hanya untuk mengejar keuntungan ekonomi, tetapi juga untuk kepentingan fungsi social ekonomi dan budaya masyarakat. Adanya program Revolusi Hijau akhir tahun 1960-an, berbagai pranata sistem sosial dan ekosistem sawah Orang sunda telah mengalami perubahan secara drastis. Misalnya, terjadinya kepunahan ratusan varietas padi lokal, timbulnya ledakan hama baru, timbulnya pencemaran pestisida di tanah dan badai air, hilangnya kebiasaan memelihara ikan di sawah (mina padi),

12

membuat petani sawah menjadi tergantung pada berbagai asupan dari luar negeri, seperti benih unggul, pupuk kimia, pestisida, dan lainnya. 3.3 Upaya Konservasi Alam Konservasi alam pada hakekatnya merupakan upaya manusia dalam mengelola sumber daya alam untuk mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya dan berkelanjutan bagi kehidupan generasi manusia. Upaya konservasi alam dapat mencakup aspek perlindungan, pemeliharaan/ pelestarian dalam pemanfaatan secara berkelanjutan, restorasi dan penguatan lingkungan, dalam upaya tercapainya keseimbangan antara kepentingan lingkungan, ekonomi, dan social budaya masyarakat. Upaya Konservasi Alam Orang Baduy Suku Baduy merupakan salah satu suku di Indonesia yang sampai sekarang masih mempertahankan nilai-nilai budaya dasar yang dimiliki dan diyakininya, ditengah-tengah kemajuan peradaban di sekitarnya. Kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat disana justru menjadi pelajaran bagi masyarakat modern. Salah satu upaya konservasi alam yang dilakukan oleh Orang Baduy adalah dengan membagi beberapa kawasan dengan sistem zonasi. Berdasarkan kesakralannya, kawasan Baduy dapat dibedakan menjadi 3 zonasi, yang analogi dengan zona inti/area inti, zona penyangga, dan zona transisi/area transisi pada sistem cagar biosfer.

13

Gambar 3.1 Daerah Baduy dibedakan berdasarkan tingkat kesakralannya

Zona inti/area inti, adalah kawasan yang dianggap paling sakral, disebut pula Daerah Kabuyutan, yaitu daerah Sasaka Pusaka Buana atau Arca Domas dan Sasaka Domas. Daerah Kabuyutan merupakan kawasan konservasi atau lindung, yang digunakan untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Zona ini tidak boleh dikunjungi bebas oleh setiap orang, tetapi hanya digunakan untuk ziarah pimpinan masyarakat Baduy (puun) pada waktu yang khusus, usai panen ladang. Zona penyangga adalah daerah kurang sakral dibandingkan dengan zona inti, berada diluar zona inti, yaitu Baduy Dalam atau disebut pula Tanah Larangan. Dalam konsep modern kawasan ini digunakan untuk pengelolaan cagar biosfer. Daerah Tangtu dihuni oleh masyarakat Tangtu (Baduy Dalam) yang memiliki adat masih kuat dan tempat pemukimannya puun.

14

Zona transisi/area transisi yang berada diluar zona penyangga, merupakan daerah Baduy Luar/Penamping, dan Daerah Dangka. Daerah Dangka merupakan daerah kotor, daerah tempat pembuangan bagi masyarakat Baduy Dalam yang melanggar adat. Pembagian Zonasi Daerah Bukit/Gunung

Gambar 3.2 Pembagian zonasi daerah bukit/gunung

Zona pertama, daerah lembur dan dukuh lembur, merupakan daerahdaerah kaki bukit/gunung. Di daerah lembur (kampung), terdapat rumahrumah Orang Baduy.

Gambar 3.3 Rumah Orang Baduy

15

Zona kedua, daerah huma dan reuma, berada diatas kawasan pemukiman, kawasan ini diperuntukan bagi lahan-lahan ladang (huma). Sehingga, pada zona ini, terdapat petak-petak lahan disusun secara mozarik, oleh lahan huma (ladang) dan reuma (hutan sekunder bekas lading yang sedang diberakan, dengan berbagai umur.

Gambar 3.4 Lahan Huma Orang Baduy Zona ketiga, leuweung kolot, merupakan lahan hutan di puncak-puncak bukit, yang tidak boleh dibuka dijadikan lading. Sehingga, lahan hutan di puncak-puncak bukit tersebut rimbun, ditemukan masih cukup luas terutama di daerah-daerah Baduy Dalam.

16

Nilai Konservasi Alam Dengan adanya sistem zonasi dan pengakategorian lahan tersebut, telah menciptakan stabilitas pengelolaan hutan dan lingkungan, serta keanekaan hayati di kawasan Baduy. Maka secara umum masing-masing zona tersebut mempunyai nilai konservasi yang sangat penting bagi konservasi

biologi/ekologi, maupun bagi fungsi social ekonomi dan budaya masyarakat Baduy. Konservasi alam yang dilakukan oleh masyarakat Baduy secara tidak langsung telah menjaga siklus Hidrologi.

Perlibatan Masyarakat dalam Konservasi Alam Pada umumnya konsep pengelolaan konservasi alam di Indonesia diperkenalkan dari barat. Menurut konsep Barat, masyarakat lokal dipisahkan dan tidak bole berinteraksi dengan lingkungan berupa kawasan hutan. Konsep itu memiliki kelemahan antara lain bahwa kondisi perkembangan sistem sosial ekonomi dan budaya masyarakat barat diasumsikan sama dengan perkembangan sistem sosial ekonomi dan budaya masyarakat timur (bandingkan Lusigi, 1981). Sehingga bagi masyarakat Barat, penduduk yang dipisahkan dan dilarang masuk kawasan konservasi adalah suatu hal yang logis. Karena hal itu tidak bakal menimbulkan berbagai permasalahan. Namun, masyarakat Indonesia, khususnya yang bermukim di pedesaan, mereka pada umumnya memiliki hubungan kuat dengan lingkungannya, seperti kawasan hutan.

17

Dalam pengelolaan kawasan konservasi alam, seyogianya, selain memperhatikan aspek-aspek biofisik, maka aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat lokal perlu diperhatikan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Pandangan manusia terhadap lingkungan adalah Persepsi manusia tentang lingkungannya dibangun oleh berbagai informasi manusia terhadap lingkungan tersebut. Selanjutnya, persepsi manusia tersebut membangun proses keputusan manusia dalam memperlakukan atau mengelola

lingkungannya. Kerusakan lingkungan terjadi karena adanya pengaruh pandangan budaya barat yang bersifat Cartesian/ Antroposentris, lingkungan dipandang sebagai kepentingan manusia yang hanya diambil keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperdulikan kelestarian alam lingkungannya. Untuk itu, manusia harus memiliki upaya konservasi alam yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Salah satu upaya konservasi alam dilakukan oleh masyarakat Baduy adalah dengan membagi kawasan lingkungannya dengan sistem zonasi, membagi kawasan berdasarkan kesakralannya.

18

19

4.2 Saran Setelah mengetahui pemahaman mengenai bagaimana lingkungan harus dipandang, seharusnya manusia menjadi lebih peduli terhadap lingkungan yang saat ini sudah mengalami banyak perubahan kearah yang negatif. Meskipun lingkungan merupakan sumber penghasil dari setiap hal yang dibutuhkan manusia untuk menunjang kebutuhan hidup dan sebagai tempat berkembang biak daripada makhluk hidup terutama manusia. Tapi, manusia harus bisa lebih mengatur pemanfaatan lingkungan tanpa merusaknya, itu merupakan salah satu upaya konservasi alam yang bisa dilakukan oleh manusia. Upaya konservasi alam Orang Baduy yang masih ada sampai saat ini harus kita dukung.

LAMPIRAN

Pertanyaan-pertanyaan selama presentasi 1. Andini Rizki Rilanti Pertanyaan : Selain masyarakat Baduy, adakah daerah lain yang melakukan upaya konservasi alam? Jawaban : Ada. Upaya konservasi alam dengan pola pembagian lahan seperti di kawasan Baduy juga ditemukan di masyarakat Sunda tradisional lainnya, misalnya di masyarakat tradisional Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan salawu,

Kabupaten Tasikmalaya.

DAFTAR PUSTAKA

Satriawinarah. 2011. Pandangan Hidup Orang Sunda, [online], (http://satriawinarah.wordpress.com/2011/06/12/pandangan-hidup-orangsunda/, diakses tanggal 23 Mei 2012) Khairunnisa H, Siti dkk. 2008. Manusia Dan Lingkungan Hidup, [online], (http://www.scribd.com/doc/6330078/Manusia-Dan-Lingkungan-Hidup, diakses tanggal 22 Mei 2012) Fahmy Z, Hamid. 2011. Worldview Koruptor, [online], (http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=282:world view-koruptor&catid=2:hamid-fahmy-zarkasyi, diakses tanggal 22 Mei 2012)

You might also like