You are on page 1of 9

HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN Permasalahan hakikat manusia meupakan objek studi salah satu cabang metafisika, yaitu

antropologi (filsafat antropologi). Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan prinsip adanya (principe deetre) manusia. Manusia adalah kesatuan badani-rohani, hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai potensi, yaitu potensi untuk mampu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya. Stelah kelahirannya, manusia tidak dengan sendirinya mampu menjadi manusia. Untuk menjadi manusia, ia perlu dididik dan memdidik diri. Sehubungan dengan ini M. J. Langeveld menyebut manusia sebagai Animal Educandum. Terdapat 3 asas antropologis yang mengimplikasikan bahwa perlu manusia dididik dan mendidik diri, yaitu : (1) Manusia adalah makhluk yang belum selesai menjadi manusia, (2) Tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia, dan (3) Bahwa perkembangan manusia bersifat terbuka. Pendidikan dapat kita definisikan sebagai humanisasi atau upaya

memanusiakan manusia, yaitu suatu upaya membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Sebab manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika ia mampu merealisasikan hakikatnya secara total maka pendidikan hendaknya secara sadar dengan tertitik tolak pada asumsi tentang hakikat manusia. Hidup bagi manusia bukan sekedar hidup sebagaimana hidupnya tumbuhan atau hewan, melainkan hidup sebagai manusia. Hak hidup bagi manusia mengimplikasikan hak untuk mendapatkan pendidikan. Hak inilah yang diperjuangkan berbagai organisasi internasional belakangan ini untuk dimasukkan sebagai tambahan hak asasi manusia.

LANDASAN PENDIDIKAN Landasan pendidikan merupakan asumsi asumsi yang berfungsi sebagai titik tolak dalam berpikir dan bertindak dalam rangka pendidikan. Agar sesuai dengan fungsi dan sifatnya serta agar dapat dipertanggungjawabkan, pendidikan harus mempunyai landasan yang kokoh. Berdasarkan sumbernya, landasan pendidikan meliputi landasan relegius pendidikan, landasan filosofis pendidikan, landasan ilmiah pendidikan, dan landasan yuridis pendidikan. Landasan yuridis pendidikan nasional Indonesia tersurat dalam seperangkat peraturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia yang berkenaan dengan pendidikan. Terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan (Idealisme, Realisme, Pragmatism), tetapi sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tersurat dalam pasal 1 ayat (2) UUD RI No. 20 Tahun 2003 bahwa dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945. Karena itu, landasan filosofis pendidikan nasional merupakan asumsi asumsi filosofis pendidikan yang dideduksi dari filsafat Pancasila. Landasan ilmiah pendidikan merupakan asumsi asumsi pendidikan yang bersumber dari studi disiplin ilmu tertentu yang dijadikan titik tolak berpikir dan bertindak dalam rangka pendidikan. Landasan ilmiah pendidikan, antara lain landasan psikologis pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan historis pendidikan, landasan ekonomi pendidikan, dan sebagainya. Secara psikologis, individu memerlukan pendidikan untuk dapat menyelesaikan tugas tugas perkembangan. Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan tugas tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya. Ditinjau dari sosiologi, pendidikan berarti sosialisasi. Pendidikan merupakan pranata sosial yang berfungsi untuk mensosialisasikan generasi muda pada suatu masyarakat, agar terwujud homogenitas atau komformitas. Ditinjau dari antropologi pendidikan berarti enkulturasi. Enkulturasi dilakukan masyarakat karena kebudayaan menjadi milik manusia tidak dibawa sejak lahir, dan demi mempertahankan eksistensi masyarakat itu sendiri.

LINGKUNGAN PENDIDIKAN Dalam arti luas pendidikan adalah hidup, semua pengalaman hidup yang berlangsung di dalam lingkungan dan berpengaruh positif bagi perkembangan individuadalah pendidikan. Sebab itu, lingkungan dimana individu hidup merupakan lingkungan pendidikan baginya. Dalam konteks system pendidikan dan konsep pendidikan sepanjang hayat, pendidikan dapat berlangsung baik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Tri Pusat Pendidikan). Ketiga lingkungan prndidikan tersebut merupakan komponen system pendidikan. Keluarga tergolong lingkungan pendidikan informal, sekolah tergolong

lingkungan pendidikan formal, sedangkan masyarakat (selain keluarga dan sekolah) tergolong lingkungan pendidikan non formal. Proses pendidikan berlangsung dalam pergaulan (interaksi sosial) antara pendidik dengan peserta didik dengan menggunakan isi, metode, dan alat pendidikan tertentu yang berlangsung dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Karakteristik pergaulan yang mengandung situasi pendidikan sebagai suatu proses pendidikan adalah (1) adanya upaya mempengaruhi, (2) pengaruh itu datangnya dari orang dewasa yang ditujukan kepada anak (anak yang belum dewasa) agar mencapai kedewasaan. Kewajaran (wajar) dan ketegasan (tegas) merupakan 2 sifat yang harus diperhatikan dalam mengubah situasi pergaulan biasa ke dalam situasi pendidikan. Proses pendidikan bukanlah pembentukan seseorang, melainkan upaya

pengembangan potensi peserta didik atas dasar kedaulatan peserta didik dan kewibawaan pendidik. Kewibawaan merupakan syarat mutlak proses pendidikan, syarat tekniknya adalah kepercayaan, sedangkan dasarnya (motif intrinsic yang harus ada pada pendidik) adalah kasih saying. Faktor faktor yang menentukan kewibawaan pendidik adalah kasih sayang kepada anak, kepercayaan bahwa anak akan mampu dewasa, kedewasaan, identifikasi terhadap anak, dan tanggung jawab pendidikan. Dipihak lain, kepenurutan atau menurutnya anak didik (peserta didik) kepada pendidik akan ditentukan oleh faktor kemampuan anak dalam memahami bahasa,kepercayaan anak kepada pendidik, kebebasan anak untuk menentukan sikap, perbuatan dan masa depannya, identifikasi, imitasi dan simpati.

GERAKAN GERAKAN PENDIDIKAN Progresivisme berkembang dan melakukan gerakan dalam rangka perubahan sosial dan budaya dengan menekankan pentingnya perkembangan individual. Hal ini merupakan penolakan terhadap pendidikan tradisional yang otoriter dan formalisme yang berlebihan dalam pendidikan. Progresivisme didukung oleh pragmatisme (John Dewey). Ontologinya bersifat evolusionistis dan pluralistis. Pendidikan implikasi dari pandangan diatas mata pendidikan merupakan rekonstruksi pengalaman yang terus menerus; pendidikan adalah transisi kebudayaan; pendidikan adalah hidup itu sendiri. Sekolah hendaknya merupakan miniatur masyarakat yang sesungguhnya. Tujuan pendidikan; agar peserta didik mampu memecahkan masalah masalah baru dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan sosial yang terus berubah. Essensialisme. Essensialisme berkembang dan melakukan gerakan sebagai protes terhadap Progresivisme. Essensialisme didukung oleh Idealisme dan Realisme. Ontology Idealisme : raelitas yang hakiki adalah dunia ideal, sedangkan realitas material hanyalah copy dari realitas deal manusia adalah mikrikosmos. Segala yang ada dan akan terjadi didunia adalah menurut tata tertentu yang bersumber dari yang Absolut. Perenialisme. Perenialisme berkembang sebagai reaksi dan solusi yang ditawarkan atas terjadinya krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Aliran filsafat ini didukung oleh Idealisme (Plato), Realisme (Aristoteles), Humanisme Rasional dan supernaturalisme (Thomas Aquinas). Kontruktivisme. Kontruktivisme berkembang dalam rangka mengatasi proses pendidikan yang pada umumnya dilakukan melalui transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Para konstruktivis ingin mengubahnya agar siswa belajar melalui suatu proses dengan cara cara yang bermakna, memperkaya dan memungkinkan siswa menginterpretasikan alam semesta dengan pengertian ilmiah. Kontruktivisme didukung oleh empirisme dan pragmatisme.

KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA Pada masa awal perkembangannya, pendidikan di Indonesia sangat diwarnai dengan pendidikan yang berbasis sosial budaya dilanjutkan dengan basis agama yang meliputi agama Hindu-Buddha, Islam, Katolik dan Kristen-Protestan. Pendidikan pada zaman penjajahan Belanda diarahkan untuk

kepentinganpenjajah melalui penyedian tenaga dan terampil yang akan digunakan oleh pemerintah konolial. System persekolahan didasarkan atas golongan masyarakat dan status sosial. Barulah setelah era yang dikenal kebangkitan nasional pendidikan terbuka bagi orang orang Indonesia di luar golongan ningrat dan Cina. Setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI menetapkan UUD 1945 yang mana di dalamnya memuat Pancasila sebagai dasar Negara. Bersamaan dengan berjalannya revolusi fisik, pemerintah mulai mempersiapkan. Sistem Pendidika Nasional sesuai dengan amanat UUD 1945. Perguruan Muhammadiyah lahir dibawah pengaruh kebangkitan nasional yang diawali dengan berdirinya Budi Utomo tahun 1908 dan masuknya pengaruh pembaharuan dalam pemikiran Islam pada abad awal ke-20. Baik pada zaman penjajahan Belanda maupun setelah merdeka, sekolah sekolah muhammadiyah menampung semua golongan masyarakat. Pengakuan atas kebebasan anak adalah prinsip yang paling pokok pada Taman Siswa. Taman Siswa secara kuat memberikan corak pada system pendidikan saat ini. INS kayutanam pendidikannya didasarkan atas aktivitas dan bertujuan melahirkan dan memupuk semangat bekerja dan percaya diri. Pendidikan Kayutanam tidak menggantungkan kepada orang lain.

ANTROPOLOGI PENDIDIKAN Dalam arti sempit kebudayaan ditafsirkan orang sama dengan kesenian, sedangkan dalam arti luas kebudayaan meliputi hamper seluruh kehidupan manusia. Ada tiga wujud kebudayaan antara lain (1) wujud ideal, (2) wujud system sosial, (komplek aktivitas kelakuan berpola), dan (3) wujud fisik. Dalam kenyataannya ketiga wujud kenudayaan tersebut hakikatnya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Manusia menciptakankebudayaan dank arena kebudayaannya manusia hidup berbudaya. Kebudayaan mempengaruhi (membangun) kepribadian

seseorang. Kebudayaan mempengaruhi atau membangun kepribadian melalui enkulturasi atau pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu pranata kebudayaan, pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan. Terdapat hubungan komplementer antara kebudayaan dan pendidikan. Kebudayaan menjadi input bagi pendidikan, sebaliknya pendidikan memiliki fungsi konservasi dan inovasi bagi kebudayaan. Manusia atau masyarakat Indonesia bersifat majemuk, tetapi mereka tetap satu, yaitu bangsa Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia meliputi karakteristik fisiknya, karakteristik lingkungan fisiknya, dan sosial-budayanya. Karakteristiknya, yakni bahwa suku suku bangsa masyarakat Indonesia secara fisik dapat digolongkan ke dalam 3 ras, yaitu negroid, vedoid, dan mongolid. Kemajemukan terwujud juga dalam realitas sosial-budaya Indonesia ada 3 golongan kebudayaan, yaitu (1) kebudayaan suku bangsa atau kebudayaan daerah, (2) kebudayaan umum local, dan (3) kebudayaan nasional. Pancasila dan UUD 1945 tergolong wujud ideal kebudayaan nasional. Pancasila berfungsi sebagai dasar dan alat bagi manusia untuk dapat mengatasi berbagai masalah dalam menghadapi lingkungannya, dalam rangka memnuhi kebutuhan hidupnya dan kelangsungan hidupnya.

PERUBAHAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN Terdapat perbedaan antara perubahan budaya dengan perubahan sosial. Dalam aspek perubahan budaya yang berubah adalah unsur unsur budayanya, seperti pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, sedangkan dalam perubahan sosial yang berubah adalah struktur dan sistem sosial yang mengatur pola kehidupan masyarakat. Aspek aspek yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial di Indonesia di antaranya demokratisasi, globalisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Arus demokratisasi, globalisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan berbagai perubahan sosial di Indonesia. Perubahan itu antara lain nasionalisme dan otonomi daerah. Nasionalisme adalah suatu paham yang member ilham kepada sebagian besar penduduk dan mewajibkan dirinya untuk mengilhami anggota anggotanya. Pengertian nasionalisme ada yang didasarkan atas perpaduan politik, sosial, ekonomi, budaya. Otonomi daerah adalah pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan daerah mempunyai keleluasaan untuk

merencanakan melaksanakan sendiri urusan yang diserahkan pemerintah pusat dengan konsekuensi bahwa daerah harus mampu membiayainya pula.

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Konsep sistem (system concept), meliputi 4 hal, yaitu definisi sistem, ciri ciri sistem, jenis jenis sistem, dan model sistem. Integrasi konsep sistem ke dalam pemikiran akan memunculkan pandangan sistem atau cara berpikir sistem, adapun aplikasi cara berpikir sistem dalam upaya memahami suatu atau dalam upaya memecahkan permasalahan tertentu disebut pendekatan sistem. Pendekatan sistem melalui tiga aspek, yaitu (1) filsafat sistem, (2) analisis sistem, dan (3) manajemen sistem. Sistem pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional berada bersama sistem sistem lainnya (sistem ekonomi, politik, dan sebagaiya) didalam suatu suprasistem. Sistem pendidikan nasional diselenggarakan berdasarkan seperangkat landasan yuridis, antara lain UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan sebagainya. Kegiatan pendidikan diselenggarakan di berbagai satuan pendidikan. Satuan satuan pendidikan tersebut terdapat tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan informal, formal dan nonformal.

INOVASI PENDIDIKAN Suatu perubahan, termasuk peruabahan di bidang pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu inovasi apabila peruabahan tersebut dilakukan dengan sengaja untuk memperbaiki keadaan sebelumnya agar lebih menguntungkan demi upaya untuk meningkatkan kehidupan yang lenih baik. Inovasi pada dasarnya merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik praktik tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi di masyarakat. 1. Tahapan proses keputusan inovasi, mencakup (a) tahap pengetahuan (knowledge), (b)tahap bujukan (persuasion), (c) tahap pengambilan keputusan (decision making), (d) tahap implementasi (implementation), dan (e) tahap konfirmasi (confirmation). 2. Terdapat 5 jenis kelompok dalam poroses adopsi inovasi, yaitu : kelompok pembaruan, adopter awal, mayoritas awal, mayoritas akhir, dan adopter akhir.

You might also like