You are on page 1of 20

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Karet Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15 LS dan 15 LU. Bila ditanam di luar zona tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat. Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2.000 mm. Optimal antara 2.500-4000 mm/tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan. Pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi. Daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman karet ialah daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 meter dari permukaan laut tidak cocok untuk tanaman karet. Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin kencang (Setyamidjaja, 1993). Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman

Universitas Sumatera Utara

karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut dengan kedalaman kurang dari 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH <3,0 dan pH > 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain : Solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas Aerase dan drainase cukup Tekstur tanah remah, porous dan dapat menahan air Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro Reaksi tanah dengan pH 4,5-pH 6,5 Kemiringan tanah <16% dan permukaan air tanah <100 cm.

(Anwar, 2001). Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggulan sebagai penghasil lateks. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi - 4 untuk periode tahun 2006-2010 yaitu klon : IRR 5, IRR 32, IRR 39,

Universitas Sumatera Utara

IRR 42, IRR 104, IRR 112, IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan (Anwar, 2001). Saat ini karet yang digunakan di industri terdiri karet alam dan karet sintetis. Penggunaan karet sintetis jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan karet alam. Karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya cenderung tetap stabil. Dalam hal pengadaan, karet sintetis jarang mengalami kesulitan untuk pengiriman atau suplai barang. Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihankelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah : Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, Mempunyai daya aus yang tinggi, Tidak mudah panas (low heat build up), dan Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance). (Tim Penulis PS, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Harga karet alam yang terus membaik, diharapkan dapat mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Untuk itu, pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3-4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85 % areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul (Anwar, 2001). Pengolahan Karet Alam Pengolahan karet memiliki posisi yang cukup penting dalam rangkaian agribisnis karet. Pengolahan karet menentukan nilai tambah yang akan diperoleh. Hasil sadapan yang baik, apabila tidak diolah dengan optimal akan mendapatkan harga yang rendah. Oleh karena itu pengolahan karet harus diperhatikan dengan baik, sehingga diperoleh hasil olahan karet yang bermutu dan berharga jual tinggi (Tim Penulis PS, 2008). Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan karet (menderes, menoreh, tapping) adalah mata rantai pertama dalam proses produksi karet. Penyadapan dilaksanakan di kebun produksi dengan menyayat atau mengiris (dewasa ini juga menusuk) kulit batang dengan cara tertentu, dengan maksud untuk memperoleh lateks atau getah. Kulit batang yang disadap adalah modal utama untuk berproduksinya tanaman karet. Kesalahan dalam penyadapan akan membawa akibat akibat yang sangat merugikan baik bagi pohon itu sendiri maupun bagi produksinya.

Universitas Sumatera Utara

Untuk menampung lateks yang keluar dari pembuluh lateks dan mengalir pada saluran lateks diperlukan mangkok. Dewasa ini menggunakan mangkok dari bermacam-macam bahan seperti alumunium, arnit, gelas, plastik, porselin yang diglasir atau bahan lainnya. Pengumpulan lateks dilaksanakan 3-4 jam setelah penyadapan. Lateks dari mangkok dituangkan ke dalam ember pemupul dengan menggunakan spatel. Bila lateks dalam ember pemupul telah penuh kemudian dipindahkan ke dalam ember pengumpul, dan selanjutnya dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH) atau langsung ke pabrik (Setyamidjaja, 1993). Ada beberapa alat yang digunakan dalam pengolahan karet alam. Alat-alat ini tidak semuanya digunakan dalam pengolahan setiap jenis karet. Ada alat yang hanya digunakan untuk pembuatan jenis karet tertentu saja. Selain alat, juga banyak digunakan bahan dalam pengolahan karet alam (Tim Penulis PS, 2008). Beberapa peralatan yang digunakan di pabrik karet untuk mengolah lateks sebagai berikut : a. Mesin penggiling b. Tangki koagulasi c. Ruang pengering d. Ruang pengasapan Bahan-bahan untuk pengolahan karet di sini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bahan kimia dan bahan nonkimia. Beberapa bahan kimia yang digunakan di dalam pengolahan lateks sebagai berikut : 1. Bahan pembeku 2. Bahan pengelantang

Universitas Sumatera Utara

3. Bahan vulkanisasi 4. Bahan pemercepat dan penggiat reaksi 5. Bahan antioksidan dan antiozonan 6. Bahan pelunak 7. Bahan pengisi 8. Bahan peniup 9. Bahan pencegah pravulkanisasi 10. Bahan pewangi Bahan nonkimia yang sangat diperlukan dalam pengolahan karet adalah air dan kayu bakar (Setiawan dan Andoko, 2005). Pada dasarnya prinsip pengolahan karet remah adalah meremahkan dan mengeringkan karet. Dalam rangkaian proses peremahan karet diperlukan air untuk pencucian kotoran yang terdapat dalam bahan baku (Tim Penulis PS, 2008). Karakteristik Mutu Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah : 1. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lainlain). 2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prokoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil). 3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari alumunium atau baja tahan karat). 4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).

Universitas Sumatera Utara

5. Kualitaas air dalam pengolahan. 6. Bahan-bahan kimia yang digunakan. 7. Komposisi lateks. (Setyamidjaja, 1993). Kandungan karet kering untuk sit (sheet) dan krep (crepe) adalah 93%, sedangkan kandungan air antara 0,3-0,9%. Bila kadar air lebih tinggi yang disebabkan oleh pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanannya dalam ruangan yang lembab, maka pertumbuhan bakteri dan jamur akan terjadi dan lazimnya disertai dengan timbulnya bintik-bintik warna di permukaan lembaran. Bintik-bintik ini merusak kualitas dan menyebabkan produk tersebut tidak disukai dalam perdagangan (Setyamidjaja, 1993). Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR (Standar Indonesian Rubber) seperti tertera dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1. Standar mutu karet bongkah Indonesia
Uraian Kadar kotoran maksimum Kadar abu maksimum Kadar zat atsiri maksimum PRI minimum Plastisitas-PO minimum Limit warna (skala lovibond) maksimum Kode warna SIR 5L 0,05% 0,50% 1,0% 60 30 6 hijau SIR 5 0,05% 0,50% 1,0% 60 30 hijau SIR 10 0,10% 0,75% 1,0% 50 30 SIR 20 0,20% 1,00% 1,0% 40 30 merah SIR 50 0,50% 1,50% 1,0% 30 30 kuning

(Tim Penulis PS, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Hubungan plasticity retention index (PRI) terhadap kualitas karet alam : - Nilai PRI merupakan suatu ukuran ketahanan karet terhadap pengusangan (oksidasi) pada suhu tinggi. Nilai PRI diukur dari besarnya keliatan karet mentah yang masih tertinggal apabila sampel karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140oC - Nilai PRI yang tinggi menunjukkan bahwa karet tahan terhadap oksidasi khususnya pada suhu tinggi. - Sebaliknya karet dengan nilai PRI rendah akan peka terhadap oksidasi dan pada suhu yang tinggi akan cepat lunak. - Faktor utama yang mempengaruhi nilai PRI adalah perimbangan antara prooksidan dan antioksidan dalam karet. Apabila antioksidannya lebih banyak, maka karetnya lebih tahan terhadap oksidasi dan nilai PRI-nya tinggi. Hubungan Nilai Plastisitas Awal (Po) terhadap kualitas karet alam : - Plastisitas awal merupakan ukuran plastisitas karet yang secara tidak langsung memperkirakan panjangnya rantai polimer molekul atau berat molekul (BM). Biasanya karet dengan nilai Po tinggi menunjukkan BMnya tinggi. - Syarat uji minimum Po = 30 untuk semua jenis SIR berarti menunjukkan bahwa karet harus memiliki BM minimum rata- rata 1.300.000. - Apabila SIR dengan Po kurang dari 30 biasanya disebabkan karet mengalami degradasi atau pemotongan rantai molekulnya, yang berakibat sifat fisiknya merosot. (Ayatullah, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Pengendalian Pengolahan dan Mutu Karet Sejak dekade 1980-an hingga kini, permasalahan karet Indonesia adalah rendahnya mutu karet yang dihasilkan, baik oleh perusahaan besar maupun rakyat. Karenanya, meskipun produksi karet tinggi, tetap saja tidak bisa mempengaruhi posisi Indonesia di pasar karet internasional. Rendahnya mutu karet produksi Indonesia membuat harganya di pasar internasional menjadi rendah. Meskipun demikian, posisi Indonesia sebagai produsen karet utama dunia baik dalam volume dan kualitas tetap bisa diraih kembali. Langkah-langkah yang bisa diambil untuk mewujudkannya adalah memperbaiki teknik budidaya dan pengolahannya, sehingga produktivitas dan kualitasnya dapat ditingkatkan (Setiawan dan Andoko, 2005). Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang bila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh produksi yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatikan faktor kesehatan tanaman (Tim Penulis PS, 2008). Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, pengumpulan lateks hasil penyadapan di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Hal ini pertamatama berlaku untuk alat-alat yang dalam pekerjaan pengumpulan lateks bersentuhan dengannya. Selain dari kemungkinan terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran-kotoran yang kelak sukar dihilangkan, kotoran-kotoran tersebut

Universitas Sumatera Utara

dapat pula menyebabkan terjadinya prakoagulasi dan terbentuknya lump sebelum lateks sampai di pabrik untuk diolah (Setyamidjaja, 1993). Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan

lumps atau gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian ini sering terjadi di areal perkebunan karet sebelum karet sampai ke pabrik atau tempat pengolahan. Bila hal ini terjadi, akan timbul kerugian yang tidak sedikit. Hasil sadapan yang mengalami prakoagulasi hanya dapat diolah menjadi karet yang bukan jenis baku dan kualitasnya pun rendah (Tim Penulis PS, 1999). Pencegahan prakoagulasi secara manual : Menjaga kebersihan alat-alat untuk penyadapan, penampungan, dan pengangkutan. Tidak menggunakan air kotor, seperti air sungai atau air got, untuk mengencerkan lateks di kebun. Penyadapan dilakukan sepagi mungkin sebelum matahari terbit agar lateks sampai ke tempat pengolahan sebelum udara panas. Tidak menyadap pohon karet terlalu muda atau terlalu tua dan yang kondisinya tidak sehat. Jika beberapa upaya pencegahan seperti di atas sudah dilakukan, tetapi tetap terjadi prakoagulasi, penggunaan zat antikoagulan dapat dilakukan. Saat ini di pasaran tersedia beberapa zat antikoagulan. Zat antikoagulan yang akan dipakai harus disesuaikan dengan harga, kadar bahaya, dan efektivitasnya (Setiawan dan Andoko, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Pendekatan Sistem Sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi dan terintegrasi untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan. Sistem akan selalu penting untuk ditingkatkan efisiensi dan efektivitasnya. Sebab, tidak ada sistem yang terbaik, tetapi selalu ada yang lebih baik. Filosofi ini sangat tepat diterapkan di dalam pabrik. Sistem yang diterapkan dalam sebuah pabrik akan terus-menerus diperbaiki. Untuk bisa terus-menerus memperbaiki sistem, maka diperlukan pemodelan dari sistem yang digunakan. Hal ini penting karena sebuah sistem akan memiliki tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Melalui pemodelan akan dapat mengatasi kompleksitas yang ada tanpa mengabaikan komponen-komponen yang esensial. Pendekatan sistem merupakan cara pengelolaan yang digunakan dalam manajemen pabrik. Pabrik yang dibentuk dari berbagai macam mesin dan peralatan merupakan barang-barang investasi. Selain itu, produk yang dihasilkan diharapkan mampu memberikan pendapatan bagi perusahaan. Berdasarkan hal ini, manajer pabrik perlu memahami konsep-konsep dasar teknologi dan ekonomi agar dapat memahami berbagai permasalahan yang muncul di dalam pabrik. Keseluruhan rangkaian kegiatan pabrik pada akhirnya diukur kinerjanya untuk mendapatkan umpan balik sebagai salah satu dasar melakukan perbaikan berkelanjutan (Hadiguna, 2009). Pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap

Universitas Sumatera Utara

permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya. Keuntungan yang diperoleh apabila pendekatan sistem ini dilaksanakan antara lain : 1. Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan yang sifatnya terbatas akan dapat dihindari. 2. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran sehingga dapat dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan. 3. Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih cepat dan objektif. 4. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu analisa sistem yang baik adalah : 1. Tentukan input dan output dasar dari sistem. 2. Tentukan proses yang dilakukan di tiap-tiap tahap. 3. Rancang perbaikan sistem dan lakukan pengujian dengan : Fersibility : cari yang memungkinkan Viability : kelangsungan Cost : cari yang harganya murah/terjangkau Effectiveness : dengan input yang sedikit, output besar.

4. Buat rencana kerja dan penunjukkan tenaga. 5. Implementasikan dan penilaian terhadap sistem yang baru. (Djuhaeni, 1989)

Universitas Sumatera Utara

Dalam memecahkan masalah kita berpegangan pada tiga jenis usaha yang harus dilakukan oleh manajer yaitu usaha persiapan, usaha definisi, dan usaha solusi / pemecahan. Usaha persiapan, mempersiapkan manajer untuk memecahkan masalah dengan menyediakan orientasi sistem. Usaha definisi, mencakup mengidentifikasikan masalah untuk dipecahkan dan kemudian memahaminya. Usaha solusi, mencakup mengidentifikasikan berbagai solusi alternatif, mengevaluasinya, memilih salah satu yang tampaknya terbaik,

menerapkan solusi itu dan membuat tindak lanjutnya untuk menyakinkan bahwa masalah itu terpecahkan. (Srini, 2007). Teknik Kendali Mutu Mutu adalah sesuatu yang dikenakan terhadap produk-produk yang diharapkan oleh industri yang berkaitan dengan karakteristik atau grup atau kombinasi dari kombinasi yang membedakan satu hal dari lainnya, atau terhadap barang dari suatu pembuat dari yang dihasilkan pesaingnya, atau satu derajat untuk produk dari suatu pabrik tertentu terhadap produk lain yang dihasilkan oleh pabrik yang sama. Sedangkan pengendalian mutu menyeluruh (PMM) adalah sebuah sistem yang efektif untuk mengintegrasi usaha pembangunan mutu, pemeliharaan mutu, dan peningkatan mutu dari berbagai macam grup dalam sebuah organisasi sehingga memungkinkan bagian pemasaran, engineering, produksi, dan pelayanan

Universitas Sumatera Utara

pada tingkat ekonomis untuk menjadikan kepuasan pelanggan secara penuh (Sihombing, 2007). Gugus kendali mutu (GKM) adalah suatu sistem dalam manajemen usaha yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan daya-saing produk yang dihasilkan. Tujuan GKM adalah untuk mendayagunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan/instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam arti luas. Tujuan penerapan GKM, antara lain untuk : 1. Peningkatan mutu dan peningkatan nilai tambah. 2. Peningkatan produktivitas sekaligus penurunan biaya. 3. Peningkatan kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai target. 4. Peningkatan moral kerja dengan mengubah tingkah laku. 5. Peningkatan hubungan yang secara antara atasan dan bawahan. 6. Peningkatan ketrampilan dan keselamatan kerja. 7. Peningkatan kepuasan kerja. 8. Pengembangan tim (gugus kendali mutu) (Departemen Perindustrian, 2007) Peta Pengendali Peta pengendali adalah grafik yang digunakan untuk mengkaji perubahan proses dari waktu ke waktu. Merupakan salah satu alat atau tools dalam pengendalian proses secara statististik yang sering kita kenal dengan SPC (statistical process control), ada juga yang menyebutnya dengan Seven Tools. Pembuatan control chart dalam SPC bertujuan untuk mengidentifikasi setiap

Universitas Sumatera Utara

kondisi didalam proses yang tidak terkendali secara statistik (out of control) karena pengendaliannya terhadap proses maka control chart termasuk ke dalam aktivitas on line quality control. Dalam proses pembuatan control chart sangat penting memperhatikan jenis data yang kita miliki untuk menentukan jenis control chart yang tetap, sehingga dapat memberikan informasi yang tetap terhadap kinerja proses. Kesalahan pemilihan jenis control chart dapat berakibat fatal, karena tidak ada informasi yang bisa ditarik dari data yang sudah dikumpulkan bahkan dapat memberikan gambaran yang salah terhadap kinerja proses (Purdianta, 2009). Menurut Ariani (2005), control chart adalah metode statistik yang membedakan adanya variasi atau penyimpangan karena sebab umum dan karena sebab khusus. Penyimpangan yang disebabkan oleh sebab khusus biasanya berada di luar batas pengendalian, sedang yang disebabkan oleh sebab umum biasanya berada dalam batas pengendalian. Biasanya 80% hingga 85% penyimpangan disebabkan oleh adanya sebab umum. Sedangkan 15% hingga 20% disebabkan oleh adanya sebab khusus. Dalam metode SPC peta kontrol digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistik. Semua nilai rata-rata dan range dari subgroup berada dalam batas pengendalian (control limit), sehingga variasi dari penyebab khusus menjadi tidak ada dalam proses. Jika didalam proses terdapat variasi, maka cara untuk mengoreksi permasalahan atau dengan memperbaiki kinerja pengontrol proses sehingga nilai keluaran pengontrol mendekati set point. Dalam hal ini peta control digunakan untuk menguji data keluaran pengontrol (Mahadiyan, dkk, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Teknik yang paling umum dilakukan dalam pengontrolan kualitas secara statistik ialah dengan menggunakan grafik pengendali. Grafik ini bentuknya sangat sederhana sekali, yaitu terdiri atas tiga buah garis mendatar yang sejajar seperti dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 1. Control chart Grafik pengendali di atas memuat hal-hal berikut : a. Sumbu datar melukiskan nomor sampel yang diteliti, dimulai dari sampel kesatu, sampel kedua, dan seterusnya. b. Sumbu tegak menyatakan karakteristik yang sedang diteliti, misalnya ratarata, persentase, dan segagainya. c. Garis sentral melukiskan nilai baku yang akan menjadi pangkal perhitungan terjadinya penyimpangan hasil-hasil pengamatan untuk tiap sampel. d. Batas kontrol atas (BKA) merupakan garis yang menyatakan

penyimpangan paling tinggi dari nilai baku terdapat sejajar di atas garis sentral.

Universitas Sumatera Utara

e. Batas kontrol bawah (BKB) merupakan garis yang menyatakan penyimpangan paling rendah dari nilai baku terdapat sejajar di bawah garis sentral (Sudjana, 1996). Harga-harga statistik yang diperoleh tiap sampel setelah dihitung, digambarkan dalam diagram yang biasanya berupa titik-titik. Jika titik-titik itu ada di dalam daerah yang dibatasi oleh BKA dan BKB dikatakan bahwa proses dalam kontrol. Dalam hal ini, proses dibiarkan berlangsung terus. Sekali terdapat titik yang jatuh di bawah BKB atau di atas BKA, maka proses berada di luar kontrol. Ini menandakan bahwa penyebab terduga telah terjadi yang mempengaruhi proses tersebut. Dengan demikian perlu dicari dan dihilangkan agar proses berada dalam kontrol kembali (Nugraheni, 2007). Salah satu teknik statistik untuk gugus kendali mutu adalah teknik yang digunakan untuk pengumpulan data. Salah satu teknik untuk mengumpulkan data adalah bagan pengendalian (control chart). Bagan pengendalian ini memberikan gambaran mengenai gejala stabilitas dalam suatu proses. Analisis statistik dilakukan atas dasar matematik untuk mencapai pengendalian. Sasaran akhir dari suatu proses produksi adalah membuat barang atau suku cadang yang sesuai dengan spesifikasi yang tertulis. Bilamana diketahui bahwa proses produksi adalah in-control, maka peran dari manajemen adalah mendapatkan hasil semaksimal mungkin dari proses dengan menjalankannya penampilan yang ditujukan dengan baik dan secara seragam. Istilah in-control menunjukkan bahwa proses tersebut sesuai dengan spesifikasi tertentu yang telah ditetapkan sepanjang tidak adanya penyebab assignable yang mendorong proses keluar dari batas

Universitas Sumatera Utara

pengendalian proses (control limits). Sedangkan assignable adalah sesuatu yang terjadi secara khusus atau yang diketahui dan dapat ditemukan dengan tepat. Matematika yang diterapkan pada bagan pengendalian menggunakan kurang lebih tiga standar deviasi sambil mengembangkan pengendalian batas atas dan batas bawah (Ingle, 1989). Diagram Sebab-Akibat Salah satu teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah diagram sebab akibat. Analisis sebab-akibat pertama kali dikembangkan oleh Profesor Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada permulaan tahun 1950-an. Oleh karena bentuknya seperti tulang ikan, maka beberapa orang menyebutnya dengan istilah Fishbone Diagram. Sedang pihak lain, untuk menghormati Profesor Ishikawa, menyebut teknik ini dengan Ishikawas Diagram. Diagram sebabakibat adalah suatu gambar dari garis dan simbol yang dibuat untuk menunjukkan adanya hubungan yang penuh arti antara suatu akibat (effect) dengan penyebab (cause)-nya (Ingle, 1989). Diagram sebab akibat berguna untuk menganalisa dan menemukan faktorfaktor yang berpengaruh secara signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Disamping juga untuk mencari penyebab-penyebab yang sesungguhnya dari suatu masalah. Dalam hal ini metode sumbang saran akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail (Sumartono, 2008). Diagram sebab-akibat digunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah ini juga

Universitas Sumatera Utara

dapat berasal dari berbagai sumber utama, misalnya metode kerja, bahan, pengukuran, karyawan, lingkungan, dan sebagainya. Selanjutnya, dari sumber-sumber utama teersebut diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecildan mendetail, misalnya dari metode kerja dapat diturunkan menjadi pelatihan, pengetahuan, kemampuan, karakteristik fisik, dan sebagainya (Ariani, 2005) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari suatu masalah yang sedang dikaji dapat dilakukan dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Apa penyebab itu? 2. Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi? 3. Bertanya Mengapa beberapa kali sampai ditemukan penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan peningkatan. Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam diagram sebab-akibat. (Gasperz, 2001). Langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab-akibat yaitu: 1. Mendefinisikan masalah. 2. Memilih masalah yang utama. Kemudian masalah utama diletakkan pada fish head (kepala ikan). 3. Menspesifikasikan kategori utama penyebab sumber-sumber masalah. Faktor-faktor penyebab atau kategori utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manpower (men), machines, matherials, methods dan others.

Universitas Sumatera Utara

4. Mengidentifikasikan kemungkinan sebab masalah ini, yaitu dengan membuat penyebab sekunder sebagai tulang yang berukuran sedang dan penyebab tersier/yang lebih kecil sebagai tulang yang berukuran kecil. 5. Mengambil tindakan-tindakan korektif yang perlu dilakukan untuk mengatasi penyebab-penyebab utama tersebut. Pada dasarnya fishbone diagram/diagram sebab-akibat berfungsi untuk: Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut. (Sasongko, 2008).

Universitas Sumatera Utara

You might also like