You are on page 1of 6

Kerangka Acu Jambore Radio Komunitas Se-Jawa Tengah Deles, Kemalang, Klaten 28-29 April 2012 Latar Belakang

Sejak Undang-undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, kemunculan radio komunitas di Indonesia bak jamur tumbuh dimusim hujan. Hingga saat ini diperkirakan (karena tidak ada data lengkap) lebih dari 600 radio komunitas berada diberbagai wilayah di Indonesia. Sementara di Jawa Tengah, jumlah radio komunitas yang terdata di Jaringan Radio Komunitas Jawa Tengah mencapai 92 stasiun radio, diperkirakan jumlah sesungguhnya jauh lebih banyak dibanding data tersebut. Dalam diskursus tentang sejarah pertumbuhan radio komunitas di Indonesia, tidak ada dokumen yang diketahui menyebutkan kapan pertama kali radio komunitas ada dan berdiri. Bahkan istilah tersebut baru terdengar dan cukup dikenal semenjak advokasi Rancangan Undang-Undang Penyiaran sekitar awal tahun 2000-an. Namun jika kita membalik-balik ingatan ke era akhir 80-an atau awal 90-an, maka kita akan bertemu dengan istilah radio gelap atau radio ilegal. Ciri-ciri radio ini antara lain menjalankan siaran tanpa memiliki ijin, tayangan menu acaranya meniru radio swasta, dan acap dikejar-kejar aparat karena sering mengganggu frekuensi lainnya, termasuk frekuensi penerbangan. Jenis radio ini seringkali juga bersiaran dengan cara on and off (kadang-kadang mengudara kadang tidak, tergantung dengan mood penyiarnya). Radio jenis ini memiliki kesan negatif karena dari ciri-ciri yang disebutkan di atas sehingga radio ini menjadi tidak begitu disenangi oleh kelompok penyiaran lainnya. Bahkan kesan tersebut masih kuat hingga saat ini, termasuk di beberapa daerah. Beberapa kalangan menyebutkan inilah cikal bakal radio komunitas di Indonesia, radio yang berbeda dari radio komersial dan radio milik pemerintah (RRI) kala itu. Meskipun jika mengacu pada definisi yang ada dalam Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 20021, ciriciri yang disebutkan di atas sangatlah jauh dari isi pasal dalam Undang-Undang tersebut. Dalam Undang-Undang Penyiaran, radio komunitas di Indonesia didefinisikan sebagai lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Dipandang dari kondisi makro, radio komunitas saat ini tengah mengalami masa transisi yakni perubahan dari image sebagai radio (yang dianggap) ilegal menjadi radio komunitas. Mengapa disebut demikian? Dari uraian di atas membuktikan bahwa pada periode sebelum awal 2000 an, radio komunitas merupakan bentuk penyiaran yang banyak memiliki berbagai ciri negatif, dan secara perlahan beralih dan menata diri menuju radio legal dan melakukan penyesuaian dalam visi dan misinya yang berbasis pada komunitasnya. Dalam uraian kasuskasus pada bagian belakang nanti dapat diamati bagaimana praktek-praktek yang dilakukan oleh radio komunitas dapat disebut sebagai praktek yang sebenarnya dari sebuah radio komunitas.
1

Lihat UU nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, khususnya beberapa pasal terkait penyiaran komunitas.

Dalam menata dan melakukan penyesuaian tersebut di atas bukan tanpa kendala. Kendala utama terletak dari sistem perundang-undangan dan peraturannya yang hingga kini masih belum memiliki kepastian yang jelas. Tarik menarik kepentingan antar pihak diduga merupakan penyebab ketidakjelasan tentang hal tersebut. Meskipun demikian, proses yang terjadi di dalam radio komunitas seharusnya tetap berjalan. Demikian pula tantangan yang harus dihadapi oleh radio komunitas tidaklah sedikit. Yang paling utama adalah bagaimana menempatkan posisi stasiun tersebut sebagai radio yang benar-benar berbasis pada komunitas. Kedua hal tersebut tak mudah dijalani. Soal yang pertama dibutuhkan energi yang cukup untuk mengawal proses tersusun dan disepakatinya aturan perundangan yang ada. Tantangan untuk merubah posisi (repositioning) membutuhkan proses yang cukup panjang dan lama. Untuk itulah keberadaan NGO ataupun pihak-pihak yang memiliki konsen terhadap perkembangan radio komunitas dan juga asosiasi radio komunitas tersebut diperlukan. Permasalahan Radio komunitas saat ini hanya diperbolehkan beroperasi pada tiga kanal (menurut ketentuan Kepmenhub no 15 tahun 2002 dan no 15A tahun 2003) yakni di frekuensi FM 107,7 Mhz; 107,8 Mhz; 107,9 Mhz, dengan jangkauan yang terbatas (power maskimal 50 watt dan jangkauan layanan maksimal 2,5 km). Pertanyaannya apakah dengan keterbatasan ini radio komunitas dapat optimal memberi layanan kepada komunitasnya? Tentu saja tidak. Berapa ukuranukuran optimal yang harus ditetapkan? Tidak ada angka yang pasti, karena wilayah satuansatuan komunitas di Indonesia juga sangat bervariatif. Lalu soal kanal yang jumlahnya hanya tiga? Marilah kita bayangkan berapa banyak komunitas yang belum terlayani media penyiaran audio? Hasil perhitungan saat ini ada sejumlah 600an stasiun radio komunitas yang beroperasi di Indonesia, dan itu masih belum memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat yang selama ini belum mendapatkan akses terhadap siaran. Kesimpulannya, jumlah kanal itupun belum mencukupi. Tarik menarik kepentingan dalam implementasi UU Penyiaran No 32 Tahun 2002, semakin menambah persoalan ke-tidakmenentu-an regulasi bagi radio komunitas di Indonesia. Dalam paragraft pembuka tulisan ini telah disampaikan, berkembangnya radio komunitas bak jamur di musim hujan. Yang sangat terlihat jelas adalah banyaknya keinginan dari pihak luar untuk mendorong agar komunitasnya tertarik untuk memiliki radio komunitas. Hal tersebut tidaklah keliru, hanya yang harus dipahami bagaimana persoalan partisipasi dan keterlibatan komunitas dalam artian yang luas dapat dibangun? Banyak juga yang kemudian terjebak pada soal keinginan untuk mengangkat agendanya sendiri ketimbang memfasilitasi dan mendorong komunitasnya agar dapat mewujudkan radio komunitas dalam arti yang sebenarnya. Fakta di lapangan juga menunjukkan sebagian besar radio komunitas yang berjalan masih cukup minim partisipasi komunitas. Minimnya partisipasi tersebut menyebabkan pengelola tidak dapat memposisikan dan merefleksikan radio sebagai bagian dari komunitasnya dan akibatnya radio tersebut tidak dirasakan sebagai bagian dari komunitasnya. Dan juga hal ini berdampak peran-peran yang dijalankan untuk komunitasnya menjadi tidak jelas. Radio komunitas hanya berperan sebagai media hiburan sesuai selera pengelolanya, beberapa diantaranya bahkan cenderung untuk berperilaku bak radio komersial semata. Akhirnya, dengan peran dan fungsi radio komunitas yang diutarakan di atas wajar saja hingga

saat ini kita selalu disulitkan untuk mencari bentuk radio komunitas yang ideal, yang sudah sempurna. Namun bukan berarti hal tersebut tidak mungkin dicapai. Sebuah radio komunitas yang memiliki basis komunitas secara benar akan dapat mencapai hal tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama. Para pegiat radio komunitas semoga selalu memiliki semangat untuk mewujudkan peran Radio komunitas sebagai media untuk perubahan sosial, Semoga.... Tujuan Jambore Radio Komunitas Se-Jawa Tengah ini bertujuan untuk : 1. Membangun tatakelola organisasi jaringan radio komunitas di Jawa Tengah yang baik, dan berdayaguna bagi penguatan radio komunitas anggotanya. 2. Mempertukarakan pengalaman antar radio komunitas dalam pengelolaan dan perannya dalam pemberdayaan masyarakat/komunitas. 3. Memfasilitasi jaringan kerjasama antar radio komunitas, antar radio komunitas dengan organisasi pendukung lainnya. 4. Mengkonsolidasikan gerakan radio komunitas di Jawa Tengah, khususnya terkait dengan advokasi regulasi kebijakan penyiaran di Indonesia. Output 1. Terbangunnya organisasi jaringan radio komunitas di Jawa Tengah yang baik, kuat, dan mampu berperan dalam memfasilitasi pengembangan radio komunitas anggotanya. 2. Adanya informasi perkembangan dan data radio komunitas Se-Jawa Tengah berikut perannya dalam pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan. 3. Terbangunnya kerjasama antar radio komunitas dan adanya dukungan dari organisasi jaringan bagi pengembangan radio komunitas di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. 4. Terbangunnya pemahaman dan strategi bersama dalam mendorong lahirnya kebijakan regulasi bidang penyiaran yang berpihak pada radio komunitas. Peserta Target peserta yang diharapkan hadir adalah : 1. Perwakilan radio komunitas se-Jawa Tengah dengan target sejumlah 200 orang. 2. Perwakilan organisasi, baik dari Pemerintah, Lembaga Negara, LSM/NGO, maupun individu yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan radio komunitas. Target peserta dari kelompok ini sejumlah 30 orang.

Pelaksanaan Kegiatan akan diselenggarakan pada : Hari/tanggal Tempat Keterangan : Jumat-Minggu, 27-29 April 2012 : Radio Komunitas Lintas Merapi di Deles, Kemalang, Klaten. : Peserta akan tinggal bersama di rumah penduduk (homestay)

Yang berada di sekitar lokasi radio komunitas Lintas Merapi. Agenda Kegiatan No Waktu Jumat,27 April 2012 01 09.00-17.00 WIB Kegiatan/Materi Penyiapan lokasi kegiatan Kedatengan Peserta Tahap Ke-1 Ramah Tamah Output Tersedianya fasilitas dan infrastruktur untuk pertemuan sejumlah 250 orang Data peserta dan media komunitas se Jawa Tengah Terbangunnya kekakraban antar peserta, antar peserta dengan penduduk sekitar Deles, Lereng Merapi Data peserta dan media komunitas seJawa Tengah Terbangunnya perpspektif peran radio komunitas untuk pemberdayaan masyarakat. Adanya kesepahaman bersama dalam gerakan advokasi regulasi penyiaran yang adil bagi radio komunitas. Fasilitator/Pembicara Panitia

02 03

17.00-19.00 WIB 19.00-22.00 WIB

Panitia Panitia

04 22.00-06.00 WIB Sabtu, 28 April 2012 05 06.00-09.00 WIB 06 07 09.00-09.30 WIB 09.30-12.00 WIB

Istirahat Kedatangan Peserta Tahap ke-2 Pembukaan Urun Rembug Menilik Kembali Peran Radio Komunitas sebagai media untuk mendorong perubahan sosial Panitia Sukiman 1. Riyanto, Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (Pembicara) 2. Sinam MS, Jaringan Radio Komunitas Indonesia (Pembicara). 3. Budhi Hermanto, JRK Jawa Tengah (Moderator)

08 09

12.00-13.00 WIB 13.00-17.00 WIB

10

19.00-21.00 WIB

Istirahat, Makan Siang & Ibadah Pembahasan Tata Kelola Organisasi Jaringan Radio Komunitas Jawa Tengah --idem--

Terumuskannya Sinam M. Sutarno rencana statuta organisasi Jaringan Radio Komunitas Jawa Tengah. --idem---idem--

11

21.00-24.00 WIB

12 24.00-05.00 WIB Minggu, 29 April 2012 13 08.00-10.00 WIB

Pagelaran Wayang Kulit Cangkeman (Dalang Kenci) Istirahat Diskusi Perencanaan Program Jaringan Radio Komunitas Jawa Tengah. 1. Advokasi Perijinan Bagi Radio Komunitas 2. Penguatan Kapasitas. 3. Pengembangan Jaringan Kerjasama (Networking) Kelas Diskusi Radio Komunitas dan Perlindungan Perempuan/Anak Kelas Diskusi Masa Depan Penyiaran Radio Komunitas ditengah Rencana Perubahan Regulasi Penyiaran di Indonesia Kelas Diskusi Radio Komunitas sebagai alat untuk mendorong perubahan sosial Tersusunnya rencana program, dan rencana strategis JRK Jawa Tengah.

Ki Mardi Kenci

14

10.00-12.00 WIB

Farida

R. Kristiawan

Anton Birowo

15 16

12.00-13.00 WIB 13.00-15.00 WIB

Istirahat Penutupan dan Hiburan bersama Radio Komunitas.

Lintas Merapi

Panitia Penyelenggara Sterring Committee 1. Budhi Hermanto

2. Rinaldi 3. Sinam M. Sutarno 4. Sanuri Organizing Committee 1. Sukiman 2. Bayu 3. Novi Ali Nurmasnyah 4. Didik Harap 5. Handy

You might also like