You are on page 1of 36

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Banyak diantara ibu hamil dikategorikan tidak beresiko ternyata persalinan berlangsung tidak normal, karena itu pendekatan yang dilakukan adalah dengan menganggap bahwa semua kehamilan itu beresiko, untuk itu dianjurkan setiap ibu hamil agar mendapat pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan pelayanan obstetric yang aman dan bersih. Namun demikian kehamilan yang beresiko tinggi lebih diutamakan pertolongannya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2006 menurut SDKI sebesar 253/100.000 kelahiran hidup. Penyebab AKI tersebut salah satunya komplikasi letak sungsang. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2003 menurut SDKI sebesar 40/1000 kelahiran hidup. Di Indonesia dilaporkan prognosis dan kelainan letak ini mengakibatkan kematian anak 14%, jika kematian karena prematuritas dikurangi kematian anak dengan letak sungsang tetap tiga kali lebih besar dari pada kematian anak dengan letak kepala. Frekuensinya adalah 34% pada persalinan yang merupakan kelainan presentasi yang paling sering dijumpai, prognosis pada bayi akibat persalinan presentasi sungsang ini jauh lebih jelek dibanding dengan persalinan presentasi kepala. Persalinan letak sungsang adalah persalinan dengan janin letak memanjang dalam rahim, kepala di fundus dan bokong di bawah. Pada kehamilan sampai

kurang lebih usia 32 minggu jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin untuk bergerak secara leluasa, dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam rahim dengan letak kepala, letak sungsang dan letak lintang. Pada kehamilan trimester terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang, sehingga pada kehamilan cukup bulan janin sudah dalam posisi menetap dan frekuensi sungsang lebih tinggi (Wiknjosastro, 2002). Faktor-faktor yang memengang peranan dalam terjadinya letak sungsang adalah usia gestasi, relaksasi uterus yang disebabkan oleh multiparitas, kehamilan ganda, hidramnion, hidrosefalus, riwayat presentasi bokong, anomaly uterus, dan berbagai tumor dalam panggul (Cuninngham, 2005). Pada kehamilan setelah 37 minggu, didapatkan 5-7 % letak sungsang atau presentasi bokong. Pada kehamilan trimester ke-2 (21-24 minggu) 33%. Pada awal trimester ke-3 (29-32 minggu) 14%. Letak sunsang dapat mengakibatkan kejadian mortalitas dan morbiditas perinatal yakni : hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Mortalitas perinatal rnerupakan kematian perinatal 13 kali lebih tinggi dari pada kematian perinatal pada presentasi kepala. Sedangkan morbiditas perinatal rnerupakan 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin, dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong adalah hipoksia, traumapersalinan, prematuritas, dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18 pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presetasi kepala

(www.Geocities.Coni. Persalinan Sungsang).

Kelainan

kongenital

terdapat

6-18

pada

presentasi

bokong,

dibandingkan 2-3% pada presetasi kepala (www.Geocities.Corn, Persalinan Sungsang). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja yang juga merupakan rumah sakit rujukan di daerah Jakarta Utara, banyak menangani persalinan sungsang. Pada tahun 2008 diperoleh data yaitu dari 2181 jumlah persalinan terdapat 74 kasus persalinan sungsang. Mengingat bahaya-bahaya yang diakibatkan oleh letak sungsang pada kehamilan, maka penulis berminat untuk mengangkat gambaran karakteristik ibu bersalin dengan letak sungsang di RSUD Koja Jakarta Utara sebagai judul karya tulis ilmiah, diharapkan pertolongan persalinan letak sungsang yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang professional dilakukan dengan pelayanan obstetri yang aman dan bersih akan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada bayi dan ibu. 1.2 Rumusan Masalah. Dari data yang diperoleh diketahui dari 2181 jumlah persalinan di RSUD Koja terdapat 3.39% persalinan sungsang. Oleh karena itu penulis berminat mengangkat gambaran karakteristik ibu bersalin dengan letak sungsang di RSUD Koja 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diperolehnya informasi mengenai karakteristik ibu bersalin dengan letak sungsang di RSUD Koja Jakarta Utara.

2.

Tujuan Khusus a) Diperolehnya informasi distribusi ibu bersalin dengan letak sungsang ditinjau dari masa gestasi. b) Diperolehnya informasi distribusi ibu bersalin dengan letak sungsang ditinjau dari paritas ibu. c) Diperolehnya informasi distribusi ibu bersalin dengan letak sungsang ditinjau dari keadaan jalan lahir. d) Diperolehnya informasi distribusi bersalin dengan letak sungsang detinjau dari keadaan janin.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian sebagai peneliti pemula serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah khususnya mata ajaran metodelogi penelitian dalam rangka mengetahui gambaran karakteristik ibu bersalin dengan letak sungsang. 2. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan dalam melengkapi perpustakaan bagi pendidikan. 3. Bagi Rumah Sakit Dapat mengetahui karakteristik dari persalinan sunsang dan hal tersebut berguna untuk mendeteksi secara dini janin letak sungsang pada ibu dan rencana tindakan yang tepat pada saat proses supaya bisa menurunkan

angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin akibat persalinan sungsang. 1.5 Ruang Lingkup Mengingat bahaya yang dapat diakibatkan oleh letak sungsang pada kehamilan maka peneliti mencoba melakukan penelitian dan membatasi ruang lingkup penelitian pada karakteristik ibu bersalin dengan letak sungsang meliputimasa gestasi, paritas, keadaan jalan lahir, keadaan janin. di RSUD Koja Jakarta Utara Tahun 2008. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 dengan pengambilan data sekunder yaitu melihat medical record pasien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Letak Sungsang 2.1.1 a. Pengertian Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak

memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (Wiknjosastro, Hanifa, 2002). b. Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang)

dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di bagian pintu atas panggul (Saifiiddin, 2002). Berdasarkan pengertian tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa letak sungsang adalah suatu keadaan dimana janin dalam letak memanjang terhadap sumbu badan ibu dengan bokong sebagai bagian terbawah di segmen bawah kavum uteri atau di bagian pintu atas panggul. 2.1.2 Klasifikasi Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa bentuk letak sungsang sebagai berikut: a. Letak bokong b. Letak bokong kaki sempurna c. Letak bokong kaki tak sempurna

2.1.3 a.

Etiologi Prematuritas karena bentuk rahim relatif

kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar. b. c. Hidroamnion karena anak mudah bergerak. Plasenta previa karena mrnghalangi turunnya

kepala ke dalam pintu atas panggul. d. bikornis. e. Panggul sempit : walaupun panggul sempit Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus

sebagai penyebab letak sunsang masih disangsikan oleh berbagai penulis. f. Kelainan bentuk kepala, yaitu : Hidrosefalus,

dan anensefalus karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul. (Sulaiman, 2004) 2.1.4 a. Diagnosis Subyektif Seringkali wanita menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. b. 1) Pemeriksaan Luar a) Palpasi Objektif

Di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. b) Auskultasi Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus. 2) Pemeriksaan Dalam Ditandai dengan terabanya bokong yaitu adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan, pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. (Wiknjosastro, Hanifa, 2002) 3) Pemeriksaan Penunjang USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomaly jari. Apabila persalinan direncanakan dengan seksio sesarea, pemeriksaan sinar X tidak diindikasikan. Namun bila dipertimbangkan untuk melahirkan pervaginam, tipe presentasi bokong merupakan hal yang penting diperhatikan. (Cuningham, 2005)

2.1.5

Jenis Pimpinan Persalinan Sungsang Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin

pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu : a. Persalinan Spontan (Spontaneous Breech) Kelainan bayi sepenuhnya terjadi secara spontan tanpa tarikan ataupun manipulasi selain untuk menyangga bayi. Cara ini lazim disebut cara Bracht. b. Manual Aid (Partial Breech Extraction, Assisted Breech Delivery) Bayi dilahirkan secara spontan sampai umbilicus, tetapi bagian tubuh lainnya diekstraksi atau dilahirkan dengan traksi oleh penolong dan prasat-prasat untuk membantu yaitu : 1. 2. 3. Secara Klasik Secara Muller Secara Lovset

c. Ekstraksi Sunsang (Total Breech Extraction) Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong (Saifuddin, 2002). 2.1.6 a. Prosedur Pertolongan Persalinan Spontan Tahapan 1) Tahapan Pertama : Fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusar (scapula depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.

1.

Tahapan Kedua : Fase cepat, yaitu mulai dari

lahirnya pusar sampai lahirnya mulut disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk pintu atas panggul sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir, janin dapat bernafas lewat mulut. 2. Tahapan ketiga : Fase lambat, yaitu mulai

lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan intra cranial (adanya rupture tentorium serebral). b. 1) Tehnik Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus

memperhatikan sekali lagi persiapan ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan cunam piper. 2) Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedangkan penolong berdiri

di depan vulva, ketika timbul his ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intra muskulus. Pemberian oksitosin ini ialah merangsang kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.

3)

Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva a) Prasat Bracht (1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara

Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul. (2) Pada setiap his ibu disuruh mengejan pada waktu tali

pusat lahir dan tampak sangat teregang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu. (3) Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada

badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang asisten melakukan ekspresi kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu panggul. Maksud ekspresi kristeller ini ialah : (a) Agar tenaga mengedan lebih kuat, sehingga

fase cepat dapat segera deselesaikan (berakhir). (b) fleksi. Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi

(c)

Menghindari terjadinya ruang kosong antara

fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit. Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut, bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala. (4) Janin yang baru lahir diletakkan di perut ibu, seorang

asisten segera menghisap lender dan bersamaan itu penolong memotong tali pusat. b) Manual Aid (1) CaraKlasik (a) Prinsip melahirkan bahu dan tangan secara

klasik ini ialah melahirkan lengan belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih luas (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan lengan depan yang berada di bawah simfisis. Tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan baru kemudian lengan belakang ini dilahirkan. (b) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan

kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi

ke arah sejauh mungkin, sehingga perut janin mendekati perut ibu. (c) Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong

dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fosa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. (d) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan

pada pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan tank curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. (e) Dengan cara yang sama lengan depan

dilahirkan. (f)Bila lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang. Gelang bahu lengan yang sudah lahir dicengkam dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkam dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin, sehingga lengan depan terletak di belakang.

Kemudian lengan belakang ini dilahirkan dengan teknik tersebut di atas. (g) Deventer melakukan cara klasik ini dengan

tidak mengubah lengan depan menjadi lengan belakang. Cara ini lazim disebut cara Deventer, keuntungan cara klasik ialah pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sunsang. Kerugiannya ialah lengan janin masih relatif tinggi di dalam panggul, sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi. (2) Cara Muller (a) Prinsip melahikan bahu dan lengan secara Muller ialah melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. (b) Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks (Duimbekken greep) yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krista iliaka dan jari-jari lain mencengkam paha bagian depan. Dengan pengangan ini badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simfisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.

(c) Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipengang secara femuropelviks ditarik ke atas, sampai bahu belakang lahir. Bila bahu belakang tidak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong, keuntungan dengan tehnik Muller ini ialah tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir, sehingga bahaya infeksi minimal. (3) Cara Lovset (a) Prinsip persalinan secara Lovset ialah memutar

badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhiraya lahir di bawah simfisis. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa adanya inklinasi antara pintu atas panggul dengan sumbu panggul dan bentuk lengkungan depan lebih pendek dari lengkungan di belakang, sehingga setiap saat bahu belakang selalu dalam posisi lebih rendah dari bahu depan. (b) Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan

sambil dilakukan traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang

menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang berlawanan setengah lingkaran, demikian seterusnya bolak-balik, sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat dilahirkan. (c) Bila lengan janin tidak dapat dilahirkan dengan

sendirinya, maka lengan janin ini dapat dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan jari penolong. (d) Keuntungan cara Lovset Tehnik yang sederhana dan jarang gagal. Dapat dilakukan pacta segala macam letak

sunsang tanpa memperhatikan posisi tengah lengan. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan

lahir, sehingga bahaya infeksi minimal. (e) Cara Lovset ini dianjurkan dalam memimpin

persalinan letak sunsang pada keadaan-keadaan dimana diharapkan akan terjadi kesukaran, misalnya : Primigravida Janin yang besar Panggul yang relatif sempit

(4) Cara Mauriceau (a) Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin

dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan

ke dalam mulut dan jari telunjuk, dan jari keempat mencengkam fosa kanina, sedang jari lain mencengkam leher. Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkam leher janin dan arah punggung. (b) Kedua tangan penolong menarik kepala janin

curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang mencengkam leher janin dari arah punggung. Bila subocciput tampak di bawah simflsis kepala janin dielevasi ke arah dengan subocciput sebagai hipomoclion sehingga berturut-turut dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin (Wiknjosastro, Hanifa, 2005). 2.1.7 Pemeriksaan dan Pengawasan Pada Saat Hamil Tujuan umumnya adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (PUSDINAKES-WHOJHPIEGO, 2003). Tujuan khususnya adalah :

a.

Mengenali dan menangani penyulit-

penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas. b. Mengenali dan mengobati penyakit-

penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin. c. mortalitas ibu dan anak. d. Memberikan nasehat-nasehat tentang Menurunkan angka morbiditas dan

cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi. 2.1.8 Jadwal Pemeriksaan kehamilan a. Pemeriksaan

pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan. b. x sebulan sampai kehamilan 7 bulan. c. x sebulan kehamilan 9 bulan. d. setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan. e. bila ada keluhan keluhan. 2.2 Gambaran Kejadian Letak Sungsang Pada Ibu Bersalin Periksa khusus Periksa ulang Periksa ulang 2 Periksa ulang 1

2.21 Jenis Presentasi Letak Sungsang a. Presentasi bokong sempurna (complete breech). Fetus berada

dalam posisi duduk dalam jalan lahir. Seluruh anggota gerak janin fleksi sempurna (tungkai dan lutut fleksi) b. Presentasi bokong tidak sempurna (incomplit breech). Letak

sungsang dimana selain bokong bagian terendah juga kaki dan lutut c. Presentasi bokong murni (frank breech). Bagian terbawah dari

fetus adalah bokong, kedua tungkai dalam fleksi dan sejajar toraks (lutut ekstensi). d. Presentasi kaki (footlink breech). Salah satu atau kedua kaki

lebih inferior dibandingkan dengan bokong dan akan menjadi bagian pertama lahir.

2.2.2 Masa Gestasi Lamanya kehamilan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT), kadang-kadang kehamilan berakhir sebelum waktunya dan ada kala yang melebihi waktu yang normal yaitu 280 hari atau 40 minggu. Berakhirnya kehamilan menurut lamanya kehamilan dapat dibagi menjadi: Tabel 1.1 No Lama Kehamilan Berat Anak Istilah

1 2 3 4 5

< 20 minggu 20-28 minggu 28-37 minggu 37-42 minggu > 42 minggu

< 500 gram 500- 1000 gram 1000-2500 gram > 2500 gram

Abortus Partus Imatur Partus Prematur Partus Manor Partus Serotinus

Gestasi atau usia kehamilan adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kelainan letak sunsang. Usia kehamilan yang dimaksud adalah preterm. Menurut Sarwono Prawirohardjo (2002) bahwa pada kehamilan kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sunsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlihat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sunsang lebih tinggi (Wiknjosastro, Hanifa, 2002). 2.2.3 Paritas Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi dalam keadaan hidup dengan usia kehamilan lebih 28 minggu. Walaupun berat badan < 1000 gram dan dapat hidup dengan kemajuan

teknologi maka berat badan bayi < 1000 gram masih digolongkan ke dalam paritas (Varney, 2004). Paritas (multipara) adalah salah satu faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sunsang (Wiknjosastro, Hanifa, 2005). Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali. Multipara (pleuripara) adalah wanita yang pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali. 2.2.4 Keadaan jalan lahir Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam proses persalinan yang terdiri dari jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Proses persalinan merupakan proses mekanis yang melibatkan tiga faktor, yaitu jalan lahir, kekuatan yang mendorong, dan akhirnya janin yang didorong dalam satu mekanis tertentu dan terpadu (Manuaba, 1998). Jalan lahir merupakan komponen yang tetap, artinya dalam konsep obstetri modern tidak diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan kecuali jalan lunak pada keadaan tertentu tanpa membahayakan janin. Jalan lahir tulang mempunyai kriteria sebagai berikut: a. Pintu atas panggul dengan distansia transversalis kanan kiri lebih panjang dari muka belakang. b. Mempunyai bidang tersempit pada spina ischiadica.

c.

Pintu bawah panggul terdiri dari dua segitiga dengan dasar pada

tuber ischii, ke depan dengan ujung simfisis pubis, ke belakang ujung sacrum, d. Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul, seolah-olah berputar sembilan puluh derajat. e. Jalan lahir depan panjang 4,5 cm sedangkan jalan lahir belakang panjangnya 12,5 cm. f. Secara keseluruhan jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan, mempunyai bidang sempit pada spina ischiadica, terjadi perubahan pintu atas panggul lebar kanan kiri menjadi pintu bawah panggul dengan lebar ke depan dan belakang yang terdiri dari 2 segitiga. Dengan demikian jalan lahir keras sangat menentukan proses persalinan apakah dapat berlangsung melalui jalan biasa atau melalui tindakan operasi dengan kekuatan dari luar. Yang perlu mendapatkan perhatian bidan kemungkinan ketidakseimbangan antara kepala dan jalan lahir dalarn bentuk disproporsi sefalopelvik. Sebagai kriteria kemungkinan tersebut terutama pada primigravida dapat diduga bila dijumpai: a. Kepala janin belum turun pada minggu ke 36 yang

disebabkan janin terlalu besar, kesempitan panggul, terdapat lilitan tali pusat dan terdapat hidrosefalus. b. c. Kelainan letak : letak lintang, letak sunsang. Pada multipara kemungkinan kesempitan panggul dapat

diperkirakan persalinan akan mengalami kesulitan sehingga perlu

dikonsultasikan atau segera dirujuk agar mendapatkan penanganan yang adekuat. 2.2.5 Keadaan Janin Keadaan janin merupakan bagian penting dalam proses persalinan. Pada letak sunsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit. Keadaaan tali pusat merupakan salah satu penyebab janin dengan letak sunsang dimana tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam uterus yang dilindungi oleh cairan amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Pada umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm. Tali pusat terpendek pernah dilaporkan sepanjang 2,5 cm, sedangkan terpanjang 300 cm. Tali pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan lilitan pada leher, sehingga mengganggu aliran darah ke janin dan menimbulkan bahaya asfiksia sampai kematian. Selain keadaan tali pusat, persalinan preterm (prematuritas) juga merupakan penyebab janin dengan letak sunsang, dimana pada prematuritas letak sunsang disebabkan karena jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa (Prawirohardjo, 2002).

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah gambaran karakteristik ibu bersalin dengan letak sungsang yang ditinjau dari faktor gestasi, paritas, keadaan jalan lahir, dan keadaan janin. Pola pemikiran yang mendasari konsep penelitian digambarkan sebagai berikut: Variabel Independen Variabel dependen

1. tasi 2. tas 3.

Ges Letak Sungsang Pari Kea Kerangka konsep di atas dibuat berdasarkan penelitian dan tinjauan

pustaka dengan mempertimbangkan data sekunder (register medik).

3.2 Definisi Operasional Variable bebas Letak

No. 1

Definisi Operasional Alat ukur Keadaan dimana janin Chek list dengan kepala difundus uteri dan bokong dibawah kavum iteri

Cara Ukur Melihat register

Hasil Ukur

Skala

1. Persentasi bokong nominal murni 2. Persentasi bokong sempurna 3. Persentasi bokong tidak sempurna 4. Persentasi kaki 1. 28-37 minggu 2. 37-42 minggu 3. > 42 minggu

sungsang letak memanjang

Gestasi

Usia kehamilan hingga ibu melahirkan

Chek list

Melihat register

Ordinal

Paritas

Jumlah kelahiran yang Chek list dialami seorang ibu dengan menghasilkan lahirnya bayi. Komponen penting dalam proses persaiinan Bagian terpenting dalam proses persaiinan Chek list

Melihat register

1. 1 (primipara) 2 2-4 (multipara) 3. > 4 (grande multipara) 1. Normal 2. Kesempitan panggul 1. Tidak ada kelainan 2. Tali pusat pendek 3. Lilitan tali pusat 4. Prematurutas

Ordinal

Keadaan jalan Lahir Keadaan Janin

Chek list

Melihat register Melihat register

Nominal

Nominal

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dengan pendekatan Cross Sectonal yaitu pengumpulan variable independen dan variable dependen secara bersamaan. 4.2 Populasi Dan Sampel 4.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang akan diteliti mati atau hidup. (Notoatmodja, 1993) Pada penelitian ini populasinya adalah ibu-ibu bersalin dengan letak sungsang di RSUD Koja sebanyak 74 orang. 4.2.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap memenuhi seluruh populasi. (Notoatmodjo, 1993) Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari popolasi pengambilan sampel N=n yaitu besarnya sama dengan jumlahnya. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin dengan letak sungsang di RSUD Koja Jakarta Utara Tahun 2008 yaitu sebanyak 74 orang. 4.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data Jakarta Utara Tahun 2008 yaitu

Pengumpulan data pada penelitian menggunakan data sekunder, dimana data diambil dari status pasien (medical record), yaitu ibu-ibu yang bersalin dengan letak sunsang di RSUD Koja Jakarta Utara Tahun 2008. 4.4 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: a. Editing atau Sortir Data Dilakukan proses pemilihan data dilapangan sehingga dapal menghasilakn data yang lebih akurat untuk pengolahan data selanjutnya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah memeriksa dan mengamati apakah semua pertanyaan sudah terjawab, jawaban yang ada dapat dibaca dan konsisten. b. Pengkodean Data Proses pemberian kode jawaban yang akan di analisa / dimasukan kedalam pencatatan yang bertujuan untuk menyingkat data yang di dapat dengan cara memberikan kode-kode tertentu dalam bentuk angka. c. Pengelompokan Data Setelah data di kumpulkan melalui formulir isian, data

dikeloinpokan sesuai kriteria penelitian. d. Tabulasi Data Setelah pengkodean, data dipisahkan kedalam master tabel kemudian dikelompokan sesuai dengan variabel yang diteliti, data yang telah dikelompokan kemudian ditabulasikan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi 4.5 Penyajian Data

Dalam penyajian data yang digunakan adalah label distribusi frekuensi dan dalam bentuk rangkaian kalimat untuk menerangkan kumpulan data yang diperoleh. 4.6 Analisa Data Data yang diperoleh dianalisa secara univariat yaitu menjelaskan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Analisa ini dilakukan dengan cara mentabulasi data, kemudian disusun dalam bentuk tabel sesuai dengan variabel yang diteliti dan dihitung dengan presentasi. F Rumus: P= N X 100%

Ket

: P = Presentasi F = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

KARYA TULIS ILMIAH KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN LETAK SUNGSANG DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA TAHUN 2008

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian akhir Program Diploma III Kebidanan

DISUSUN OLEH ANASTASIA TUTI SETIAWATI 150061054

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN M.H THAMRIN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN JAKARTA 2009

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Letak Sungsang di RSUD Koja Jakarta Utara Periode Tahun 2008 Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan Pendidikan di Akademi Kebidanan MH.Thamrin. Agar Mahasiswa dapat menerapkan dan mendukung bermacam ilmu yang didapat dibangku kuliah dalam bentuk karya Tulis Ilmiah. Kegiatan penyusunan KTI ini dapat terlaksana berkat dukung dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, baik moril maupun materiil sehingga penulisan Karya Tulis ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan antara lain kepada : 1. Dr. H. Abdul rajak, DSOG, Selaku Ketua Yayasan Pendidikan MH. Thamrin 2. Drs. Soerodo, Apt, Selaku Ketua STIKes MH.Thamrin 3. Ibu Karminingsih, S.Si.T, Selaku Ketua Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes MH.Thamrin 4. Ibu Ruslyana Manik, S.SiT, S.pd, Selaku Pembimbing tekhnik yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan Karya Tulis ini

5. Ibu Yasinta Dewi Kristianti, S.Si.T, Selaku Pembimbing materi yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini 6. RSUD Kja Jakarta Utara, sebagai tempat pengambilan data 7. Keluarga Tercinta yang telah memberikan doa restu dan dukungan moril maupun materiil hingga terselesaiannya Karya Tulis ini 8. Sahabatku tersayang Yossi, Rangga, Yadi, Tris dan spesial Aldo yang telah memberikan supportnya 9. Seluruh rekan-rekan mahasiswi Akademi Kebidanan MH.Thamrin

Angkatan VI, yang telah memberikan supportnya 10. Teman-teman Kosan Wisma Kerinduan, Helen, Risna, Hani,asyka, suli, tryas yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini dari sistematika penulisan maupun dari segi isi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dn saran yang bersifat membangun untuk kelengkapannya.

Jakarta, Agustus 2009

Penulis

LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis ini telah disetujui oleh pembimbing dan dinyatakan dapat mengikuti ujian

Pembimbing Tehnik

Penbimbing Materi

( Ruslyana Manik, S.SiT, S.pd )

( Yasinta Dewi Kristianti, S.Si.T )

Mengetahui Direktur Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan MH. THAMRIN

( Karminingsih, S.Si.T )

Ibu............................. Dikehidupan Selanjutnya............. Aku ingin menjadi anak mu lagi........................ Lalu... Aku ingi menjadi anak yang baik Yang kau cintai... Aku mencintaimu ibu,, Sungguh mengasihimu.. Tak akan pernah ada saat.. Dimana kau akan meninggalkanku.. Ibu... Terima Kasih telah menjadikanku seperti ini Kaulah TERHEBAT yang pernah aku lihat Selama aku bernafas...........

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS

Nama Tempat Tgl Lahir Agama Suku Status

: Anastasia Tuti Setiawati : Banuayu, 22 April 1989 : Khatolik : Jawa : Belum menikah

Alamat : Jl. Papanggo IIIB No. 10 Rt. 12 Rw. 05 Kelurahan Papanggo. Kecamatan Tanjung Priuk. Jakarta Utara II. 1. 2. 3. 4. RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 2000 lulus SDN I Banuayu Sumatera selatan Tahun 2003 lulus SLTP N 63 OKU Sumatera Selatan Tahun 2006 lulus SMU N 18 Jakarta Utara Tahun 2006 sampai sekarang mengikuti pendidikan di Program Studi Kebidanan STIKES MH.Thamrin Jakarta

DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1.1

DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan letak sungsang di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara Periode Januari Desember 2008 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi ibu bersalin dengan Letak Sungsang Berdasarkan Umur Kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara Periode Januari Desember 2008 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan Letak Sungsang Berdasarkan Paritas di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara Periode Januari Desember 2008 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Ibu bersalin dengan letak sungsang Berdasarkan Keadaan jalan lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara Periode Januari Desember 2008 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi ibu bersalin dengan letak sungsang Berdasarkan Keadaan janin di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara Periode Januari Desember 2008

You might also like