You are on page 1of 56

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TIPE PANEL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan

DISUSUN OLEH :

ORNELA IZZAWATI

3215096547

PENDIDIKAN FISIKA NON REGULER 2009 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Teori lama pendidikan Indonesia berpusat pada guru. Transfer ilmu siswa satu-satunya adalah dari ceramah guru melalui papan tulis di depan kelas. Pengenalan siswa terhadap suatu ilmu terbatas akan penyampaian dari seorang guru. Bisa dikatakan, gaya penyampaian materi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidaklah sama. Ada yang dapat dengan mudah dimengerti siswa, ada yang tidak. Ini memungkinkan kurang pahamnya siswa terhadap suatu konsep ilmu terlalu besar terutama bila siswa tidak ambil bagian dalam kegiatan belajar ini dan hanya sebagai pendengar.Rogers mengatakan siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya, dan belajar menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh. Fisika merupakan suatu ilmu yang sayang bila dianggap suatu pelajaran yang membosankan. Aplikasi atau terapan-terapan dari ilmu fisika tersebut sangatlah luas dan menarik. Namun, pengetahuan ini mengalami kendala pada materi pengetahuan dasar fisika yang berupa rumus-rumus yang sulit dipahami oleh siswa terutama untuk konsep fisika yang abstrak dan tidak mudah bagi siswa untuk membayangkannya. Khususnya materi cahaya dan optik, yang banyak membahas mengenai sifat-sifat cahaya, sifat lensa dan cermin, dan fenomena cahaya. Cahaya merupakan suatu yang biasa bagi siswa tapi sulit digambarkan secara verbal oleh siswa. Materi optik banyak diujikan dalam ujian nasional dan terdapat banyak sekali aplikasi-aplikasi sehari-hari baik yang kecil hingga modern dan kompleks yang sangat menarik. Namun, materi optik pula yang menggugah siswa untuk mengenal rumus yang cukup banyak hingga kurang diminati siswa. Pemahaman rumus fisika pada dasarnya hanya dengan memahami konsep fisika itu sendiri. Artinya, siswa akan berhasil melangkahi hambatan rumus dengan memahami dengan benar konsep fisikanya. Sehingga, hasil belajar fisika siswa mencapai yang diharapkan bersama. Pemilihan media belajar yang tepat dan sesuai dengan materi sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Berbagai upaya

telah dilakukan guru fisika untuk meningkatkan pemahaman fisika siswa yang dapat dilihat dari hasil belajarnya, diantaranya adalah penggunaan media power point dengan metode presentasi dan dengan media kit optik konvensional. Media ini cukup membantu guru mengatasi masalah pemahaman siswa pada materi optik. Namun, penggunaan media power point membutuhkan ketrampilan khusus bagi guru dalam mendemonstrasikan materi cahaya dan optik. Banyak guru yang hanya menampilkan gambar dan rumus dengan desain power point yang kurang memadai. Hal ini sangat tidak fleksibel dan siswa pun tidak ikut ambil bagian dalam metode ini. Sedangkan, media kit optik yang sudah ada, memerlukan pengetahuan khusus guru untuk merakit komponenkomponen yang ada pada alat tersebut, penggunaan lampu yang kurang terang dan jelas adalah kendala terbesar dalam memahami materi optik serta desain alat kurang fleksibel dan tidak dapat dipindahkan dengan mudah. Salah satu upaya yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut adalah Penggunaan Alat Peraga Tipe Papan Panel dalam Pembelajaran Fisika SMP. Alat Peraga Tipe Papan Panel adalah inovasi terbaru perpaduan antara papan tulis bermagnet dengan kit Optik yang memberikan demonstrasi materi yang mudah dilihat dan dijangkau siswa karena fleksibel dan mudah dalam merangkainya. Dilengkapi dengan model benda optik yang berukuran besar sehingga memberikan gambaran hukum optik geometris dengan lebih optimum dan penggunaan laser sebagai sumber cahaya menampilkan berkas cahaya yang fokus dan tajam. Fasilitas-fasilitas ini pun didukung dengan alat ukur panjang dan busur derajat besar. Sehingga, siswa dapat secara aktif merangkai dan menyusun alat sesuai dengan materi serta memiliki pengalaman mengenal cahaya secara menarik dan menyenangkan.

B.

Identifikasi Masalah
1. Apakah penggunaan alat peraga tipe papan panel dapat membantu siswa dalam memahami materi optik? 2. Apakah alat peraga tipe panel dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran? 3. Apakah alat peraga tipe panel aman digunakan di ruang kelas? 4. Bagaimana daya tahan alat peraga tipe panel?

5. Apakah komponen-komponen dalam alat peraga tipe panel mudah dalam pengoperasiannya? 6. Apakah alat peraga tipe panel mudah dipindahkan? 7. Apakah membutuhkan peralatan tambahan dalam pengoperasian alat peraga tipe panel? 8. Apakah membutuhkan tempat khusus atau luas untuk mengadakan demonstrasi dengan alat peraga tipe panel di kelas? 9. Apa kelebihan alat peraga tipe panel dibanding dengan kit Fisika lain? 10. 11. Apakah siswa akan mampu mengikuti materi fisika Materi apa saja yang bisa diterapkan dengan melalui media alat peraga tipe panel? meggunakan alat peraga tipe panel?

C.

Batasan Masalah
Karena banyaknya masalah yang berkaitan dengan penggunaan

alat peraga tipe panel dalam pembelajaran fisika SMA, penelitian ini membatasi diri pada masalah yang ke-1, ke-2 dan ke-11 Apakah penggunaan alat peraga tipe papan panel dapat membantu siswa dalam memahami materi fisika? Apakah alat peraga tipe panel dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran? Materi apa saja yang bisa diterapkan dengan meggunakan alat peraga tipe panel?

D.

Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang akan

diteliti dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh positif penggunaan alat peraga tipe panel terhadap hasil belajar fisika dalam materi optik pada siswa kelas VIII SMP? 4

E.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif

penggunaan alat peraga tipe panel terhadap hasil belajar fisika dalam materi cahaya pada siswa kelas VIII SMP

F.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
: mempunyai harapan mendapatkan pembelajaran yang interaktif, menarik dan mudah dipahami : dengan mengetahui perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan berbagai media belajar maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menyesuaikan penggunaan belajar siswa. media belajar yang tepat agar dapat mengefisiensikan waktu belajar dan meningkatkan hasil

Bagi siswa Bagi guru

Bagi UNJ

: Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan tentang penggunaan media belajar yang dapat meningkatkan pemahaman siswa dan hasil belajarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Deskripsi Teori
1. Media Belajar a. Pengertian Media Belajar Rossi dan Breidle (1966) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Secara umum, Gerlach dan Elly (1980) menyatakan bahwa media itu terdiri dari orang, benda, kegiatan ataupun alat yang memungkinkan dapat menciptakan suasana atau kondisi agar siswa dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan perubahan sikap. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka terlihat bahwa suatu perangkat sarana baik suatu peralatan, kegiatan yang dirancang agar menciptakan suatu kondisi saling menstimulasi dan merespons untuk mempengaruhi efektivitas pembelajaran yang ditandai dengan diperolehnya pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan perubahan sikap pada siswa.

b. Peranan Media Belajar Dalam ditransferkan kegiatan ilmu pembelajaran, oleh guru. siswa Seorang dijamin guru akan wajib

mendistribusikan ilmunya ke siswa, namun tidak semua siswa terjamin ilmu tersebut mampu terekam dalam memori otaknya dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Di sinilah kreativitasnya guru dalam menyalurkan ilmu diuji. Penyampaian materi dengan metode ceramah atau hanya dengan aspek verbal, menimbulkan banyak kelemahan dalam penyampaian materi. Pembawaan setiap guru berbeda dengan guru lainnya, hanya guru dengan bakat dan kemampuan verbal yang tinggi yang mampu menjangkau tingkat kepahaman siswa, namun tingkat kepahaman siswa berbeda antara satu dengan lainnya. Jadi bukan hal yang tidak mungkin banyak siswa yang salah persepsi dalam suatu materi dan berakibat fatal bagi siswa tersebut. Selain kesalahan persepsi, metode verbal ini pun sangat tidak menarik dan tidak menggugah siswa untuk iongin tahu dan belajar lebih banyak. Untuk itu, diperlukan alat bantu dalam kegiatan belajar untuk membantu siswa melakukan pembelajaran berdasarkan pengalaman yang mampu menjangkau kepahaman siswa dan memori otaknya dalam jangka waktu yang panjang dibanding metode verbal. Menurut Wina Sanjaya (2010), fungsi dan manfaat dari media belajar, yaitu: Menangkap suatu objek atau peristiwa, peristiwa tertentu, peristiwa di sini merupakan peristiwa seperti gejala alam atau fenomena alam langka yang akan dipelajari terus-menerus secara berkala,maka peristiwa tersebut disimpan dalam bentuk rekaman atau film.

Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu,

guru dapat menyajikan bahanpelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret agar lebih mudah dipahami siswa, membuat suatu gerakan lambat dari gerakan yang terlalu cepat adn sulit diikuti atau dipelajari. Menambah gairah dan motivasi belajar, media belajar dapat meanrik siswa secara aktif berinteraksi dalam belajar sehingga menarik perhatian siswa dan memotivasinya mencari lebih banyak tahu Menurut Akhmad Sudrajat (2008), Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya : Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. 8

Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi Media menghasilkan keseragaman pengamatan Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar,

langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

konkrit, dan realistis. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. Media Latuheru memberikan (1988) pengalaman yang (1) integral/ media menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak menyatakan bahwa pembelajaran berguna menarik minat siswa terhadap materi pembelajaran yang disajikan, (2) media pembelajaran berguna dalam hal meningkatkan pengertian anak didik terhadap materi yang disajikan, (3) media pembelajaran mampu menyajikan data yang kuat dan terpercaya. Heinich, Malenda, Russel (1982) dalam Ilda Prayitno media (1989) dalam ide-ide atau mengemukakan pembelajaran gagasan-gagasan keuntungan adalah: yang penggunaan

1) Membangkitakan

bersifat konseptual, sehingga mengurang kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya. 2) Meningkatkan 3) Memberikan merangsang minat siswa diri untuk sendiri materi pelajaran. nyata untuk yang belajar. pengalaman-pengalaman aktivitas

4) Dapat mengembangkan jalan pikiran yang berkelanjutan. 5) Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah didapat melalui materi-materi yang lain dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam. Sehingga pembuatan media pembelajaran diperlukan untuk proses pelaksanaan pembelajaran dan proses berpikir siswa.

c.

Ragam Media Belajar Menurut Wina Sanjaya, Media pembelajaran dapat

dikalsifikasikan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu: 1. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam : - Media auditif, media dengan hanya rekaman suara - Media visual, media yang hanya dapat dilihat - Media audiovisual, media yang mengandung audio dan cisual. 2. Dilihat dari kemampuan jangkaunnya, media dapat dibagi menjadi : - media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak - Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu 3. Dilihat dari cara atau teknik pemakiannya, media dapat diduga menjadi : - Media yang diproyeksikan seperi film, slide, film strip, transparansi - Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan dan sebagainya, 2. Alat Peraga Tipe Panel a. Alat Peraga sebagai Media Belajar Menurut Bruner, belajar menjadi bermakna apabila

dikembangkan melalui eksplorasi penemuan. Dapat dikatakan bahwa belajar adalah eksplorasi, memainkan panca indera, menyusun pengetahuan dan kemudian pemahaman konsep. Dalam hal ini, eksplorasi dimaksudkan dalam interaksi aktif siswa dalam menggali ilmu pengetahuan untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka.

10

Ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam menggunakan media belajar agar tepat sasaran menurut Wina Sanjaya (2010), yaitu : Media yang akan digunakan harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Medai yang akan digunakan harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa Media yang akan digunakan harus efektif dan efisien Media yang akan digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Sudjono menyatakan bahwa alat peraga adalah suatu alat bantu untuk mendidik atau m supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik. Alat peraga menurut Romzah adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran menggunakan media belajar alat peraga dapat mengoptimalkan fungsi seluruh panca indra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa belajar dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya secara logis dan realistis. Alat peraga merupakan salah satu komponen penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan perangkat alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai dengan tipe siswa belajar. Keberadaaan sangatlah mendeskripsikan alat materi peraga Guru yang dalam akan sedang setiap pembelajaran dalam olehnya penting. lebih mudah

dijelaskan

sehingga siswa pun akan lebih mudah dan cepat dalam 11

memahami

pelajaran

sehingga

proses

pembelajaran

berlangsung lebih efektif. b. Alat Peraga Tipe Panel Alat peraga tipe panel merupakan inovasi baru hasil penggabungan papan tulis bermagnet dan kit Fisika. Menurut Amir Hamzah Suleiman(1988), papan tulis bermagnet atau lebih dikenal dengan papan magnet merupakan lempengan logam yang dilapisi dengan email putih dan dapat ditempelkan dengan benda-benda bermagnet. Permukaan papan magnet bisa ditulisi dengan spidol dan tulisan tersebut dapat dihapus dengan mudah. Dengan menggunakan kelebihan dari papan magnet ini, maka digabungkanlah papan magnet untuk memperagakan demonstrasi materi fisika seperti Kit Fisika yang ada yang selanjutnya dinamakan alat peraga tipe panel. Pada alat peraga tipe panel objek-objek optik yang besar ditempelkan pada papan magnet agar digerakkan lebih mudah dan cepat serta dapat dilihat seluruh kelas. Selain itu, siswa dapat secara aktif membongkar pasang objek optik dan menjadikan pengalaman belajar tersendiri bagi siswa dan lebih menyenangkan. Alat peraga tipe panel (www.pudakscientific.com) terdiri dari papan percobaan yang cukup besar (900x600 mm), komponen-komponen dilengkapi dengan magnet neodymium lainnya, untuk memudahkan optik peletakkan dan reposisi sehingga komponen seperti sumber cahaya, benda-benda optik dan model benda berukuran besar memberikan gambaran hukum geometris dengan lebih optimum dan penggunaan lampu laser memberikan cahaya yang fokus dan tajam sehingga jalannya sinar dapat dilihat oleh siswa. 3. Hasil Belajar

12

a.

Pengertian Hasil Belajar Menurut Purwanto (2010), hasil belajar terdiri dari dua kata,

yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Menurut Winkel (1996), hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik seperti yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow. Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep. Benjamin S.Bloom, Simpson dan Harrow mengelompokan tujuan pendidikan kedalam acuan tiga jenis ranah, yaitu : (1)Ranah kognitif (berpikir) ,(2) Ranah afektif (sikap) dan (3) Ranah psikomotor (ketrampilan). 1) Ranah Kognitif Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, yaitu : - Pengetahuan (knowledge) Menurut tanpa Anas Sudijono, pengetahuan kemampuan adalah untuk kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali mengharapkan menggunakannya - Pemahaman (comprehension) Menurut Anas Sudijono, Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. - Penerapan (application)

13

Setelah sesorang mendapat penegathuan dan paham akan pengetahuan tersebut, saatnya ia menerapkan dan menggunakan pengetahuannya. - Analisis (analysis) Seseorang mampu menguraikan dan memilah-milah atau merinci manjadi bagian-bagian yang kecil serta paham akan hubungan dari bagian-bagian tersebut - Sintesis (synthesis) Seseorang mampu menyatukan bagian-bagian kecil secara logis hingga menemukan suatu bentuk pola yang baru - Penilaian (evaluation) Seseorang mampu menimbang-nimbang, menilai dan memilih sesuatu. 2) Ranah Afektif Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan, yaitu : - Menerima (receiving), berhubungan dengan kemauan siswa dalam ikut ambil bagian dalam kegiatan yang direncanakan - Menjawab (responding), siswa bereaksi terhadap susatu stimulus, yaitu berupa menjawab atau memberi tanggapan - Menilai (valuing), memberikan nilai atau penghargaan dalam suatu objek dan mempertanggungjawabkan penilaian tersebut - Mengatur (organization), menghubungkan satu nilai dengan nilai lainnya hingga membentuk nilai baru yang lebih universal dan menghasilkan sikap yang mantap. - Karakterisasi suatu nilai (characterization by a value or value complex), perpaduan seluruh nilai yang telah

14

dimiliki yang mempengaruhi kepribadian dan tingkah lakunya. 3) Ranah Psikomotorik Menurut Anas Sudijono, ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar kognititf dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. b. Hubungan Pengajaran dengan Hasil Belajar Hubungan antara pengajaran dan evaluasi, dikemukakan oleh Dressel sebagai berikut (Ngalim Purwanto:1997)
No 1 Pengajaran Pengajaran itu efektif jika mengarah kepada perubahan yang diinginkan di dalam diri siswa 2 Pola-pola tingkah laku baru akan dipelajari siswa dengan baik jika ketidakcocokan perilaku yang sekarang dimengerti dan kebermaknaan perilaku yang baru menjadi jelas karenanya 3 Pola-pola tingkah laku baru dapat dikembangkan secara efektif oleh-guru-guru yang mengehatui pola-pola tingkah laku yang ada pada individu siswa dan alasan-alasannya 4 Belajar ditimbulkan oleh Evaluasi itu berguna bagi pengajaran yang baik jika ia mengemukakan tipe-tipe pokok dari tingkah laku yang tidak sesuai dan sebabsebab yang mendukungnya Evaluasi sangat bermakna di Evaluasi Evaluasi itu efektif jika dapat membuktikan samapai di mana perubahan itu terjadi di dalam diri siswa Evaluasi sangat berguna (kondusif) bagi belajar jika ia mendorong dan membangkitkan siswa untuk mengevaluasi diri

15

maslaah-masalah dan kegiatankegiatan yang menuntut pemikiran danatau perbuatan dari individu siswa masingmasing 5 Kegiatan-kegiatan yang memberi dasar bagi mengajar dan belajar tingkah laku tertentu juga kegiatan yang sangat cocok bagi pembangkitan dan penilaian terhadap kecocokan tingkah laku tersebut

dalam belajar jika ia memungkinkan dan mendorong latihan atas inisiatif individu Kegiatan-kegiatan dan latihalatihan yang dikembangkan untuk tujuan pengevaluasian tingkah laku tertentu juga berguna bagi mengajar dan belajar tingkah laku tersebut

c.

Alat Pengukur Hasil Belajar Menurut Purwanto (2010), hasil belajar seringkali digunakan

sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Maka, hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan pengukuran dengan alat evaluasi yang tepat dan memenuhi syarat. Salah satu contoh alat evaluasi yang sering digunakan adalah tes. Tes digunakan sebagai alat pengukur perkembangan/ kemajuan belajar dari peserta didik dan juga sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran. Menurut Anas Sudijono (1996), terdapat enam macam tes ditinjau dari fungsinya sebagai alat pengukur, yaitu 1) Tes seleksi, berupa tes dengan materi prasyarat, sifatnya untuk menyeleksi, 2) Tes Awal ,3) Tes Akhir, 4) Tes Diagnostik (untuk menentukan tingkat kesukaran yang dihadapi peserta didik), 5) Tes Formatif (sejenis dengan ulangan harian) dan 6) Tes Sumatif (sejenis dengan ujian akhir untuk mengisi nilai raport atau ijazah).

16

Tes

awal

(Pre-Test),

dilakukan

sebelum

kegiatan

pembelajaran dimulai. Tujuan tes ini adalah mengetahui pengetahuan prasyarat dari peserta didik, artinya materi yang diujikan pada tes ini adalah pengetahuan dasar dan penting yang harus dimiliki peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan diberikan. Hasil dari tes awal akan menentukan tindakan guru dalam mengajar. Jika hasil tes awal peserta didik tidak mencukupi kriteria, maka guru harus memberikan dan menjelaskan dari materi dasar yang diujikan di tes awal kemudian dilanjutkan dengan materi konsep selanjutnya. Jika hasil tes awal cukup baik, maka materi dasar tersebut tidak perlu diberikan atau dijelaskan lagi oleh guru. Tes akhir (Post-Test) dilakukan setelah kegiatan belajar hampir berakhir. Tujuan dari tes ini adalah mengetahui seberapa paham peserta didik terhadap materi yang telah diberikan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Biasanya soal yang diberikan pada post-test jenisnya sama dengan pre-test, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah program pembelajaran berhasil dilakukan atau tidak. Jika tes akhir lebih baik dari tes awal itu berarti program pembelajaran yang dilaksanakan berhasil dalam kelas. 4. Cahaya dan Alat Optik A. Cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Karenanya cahaya memiliki sifat-sifat umum dari gelombang,antara lain: 1) Dalam suatu medium homogen (contoh: udara), cahaya merambat lurus. Perambatan cahaya disebut juga sebagai sinar.

17

2) Pada bidang batas antara dua medium (contoh: bidang batas antara udara dan air), cahaya dapat mengalami pemantulan atau pembiasan. 3) Jika melewati celah sempit, dapat mengalami lenturan. 4) Dapat mengalami interferensi. 5) Dapat mengalami polarisasi. a. Hukum Pemantulan Refleksi (pemantulan) adalah perubahan arah rambat cahaya ke arah sisi (medium) asalnya, setelah menumbuk antar muka dua medium. Ada dua butir hukum pemantulan cahaya oleh Snellius, yaitu : itu Sudut antara sinar pantul dan garis normal sama dengan sudut antar a sinar datang dan garis normal. Ada dua jenis pemantulan, yaitu : Pemantulan Ciri-cirinya dipantulkan banyak sinar Teratur. sejajar sejajar, Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang dan berpotongan di satu titik pada bidang

adalah berkas sinar-sinar

pantul yang mengenai mata pengamat sehinngga benda tampak bersinar terang berkas Pemantulan sinar-sinar Baur. Ciri-cirinya adalah sejajar dipantulkan ke segala arah, hanya sedikit sinar pantul yang mengenai mata pengamat sehingga benda tampak suram dan terjadi pada benda yang mempunyai permukaan kasar(tidak rata).

18

Jika sebuah benda diletakkan di antara dua buah cermin yang membentuk sudut , maka banyaknya bayangan (n) yang dibentuk adalah:

b. Hukum Pembiasan Refraksi (pembiasan) terjadi ketika sebuah berkas cahaya mengenai dua sinar sebuah permukaan berbeda bidang batas yang memisahkan medium yang yang dengan perubahan arah dari ditransmisikan. Gelombang yang ditransmisikan adalah hasil interferensi dari gelombang datang dan gelombang yang dihasilkan oleh penyerapan dan radiasi ulang energi cahaya oleh atom-atom dalam medium tersebut. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Mendekati garis normal. Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke kaca Menjauhi garis normal. Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari kaca ke air. Syarat-syarat terjadinya pembiasan: batas. Hanya melalui dua medium yang berbeda kerapatannya Cahaya datang tidak tegak lurus terhadap bidang

19

Indeks bias medium adalah nilai perbandingan antara proyeksi sinar datang dan proyeksi sinar bias pada bidang pembias.

Kerapatan

optik

yang

berbeda

pada

dua

medium,

menyebabkan cepat rambat cahaya pada kedua medium tersebut berbeda. Perbandingan antara cepat rambat cahaya pada medium 1 dan medium 2 disebut indeks bias.

Dengan

= indeks bias medium = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3. 108 m/s) = cepat rambat cahaya pada medium

c.

Sifat Lensa Sifat sebuah lensa cembung adalah bila

seberkas sinar yang paralel dengan sumbu melalui lensa itu, maka berkas sinar itu berkumpul ke sebuah titik fokus dan membentuk sebuah bayangan nyata di titik tersebut. Lensa seperti itu dinamakan lensa pengumpul (lensa konvergen). Demikian juga, sinar-sinar yang lewat melalui titik fokus muncul keluar dari lensa itu sebagai seberkas sinar paralel. Berbeda dengan lensa cekung, bila berkas sinar paralel masuk melalui lensa itu, sinar tersebut 20

akan berpencar. Lensa yang seperti itu dinamakan lensa divergen (pengurai). Dengan demikian, setiap lensa yang lebih tebal di pusatnya dibandingkan di tepinya adalah sebuah lensa konvergen dengan f yang positif, dari setiap lensa yang lebih tebal di tepinya daripada di pusatnya adalah sebuah lensa divergen dengan f yang negatif. d. Kuat Lensa Setiap lensa mempunyai kemampuan yang berbedabeda dalam mengumpulkan atau menyebarkan berkas sinar. Karena itulah dikenal dimensi kuat lensa, yaitu kemampuan sebuah lensa untuk mengumpulkan atau menyebarkan berkas sinar. Kuat lensa memiliki satuan dioptri, berbanding terbalik dengan jarak fokus lensa dalam satuan meter. Sehingga dapat merumuskan:

Dengan,

= kuat lensa (dioptri) = jarak fokus lensa (meter)

e.

Bayangan Nyata dan Bayangan Maya Bayangan nyata/sejati adalah bayangan yang terbentuk dari

perpotongan sinar-sinar pantul sungguhan, tidak dapat dilihat langsung tetapi dapat ditangkap oleh layar. Bayangan maya/semu adalah bayangan yang terbentuk oleh perpotongan garis fiktif/perpanjangan sianr-sinar pantul, dapat dilihat secara langsung, namun tidak dapat ditangkap oleh layar. f. Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung atau satu bidang lengkung dan satu bidang datar.

21

Sedangkan, lensa cembung adalah lensa yang bagian dalamnya lebih tebal dari bagian pinggirnya. Tiga bentuk lensa cembung : Lensa bikonveks (lensa cembung Lensa Lensa plan konkaf konveks konveks (lensa (lensa rangkap)-gbr (a) cembung datar)-gbr (b) cembung cekung)-gbr (c) Lensa cembung memiliki tiga sinar istimewa, yaitu : 1. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melewati titik fokus 2. Sinar datang melewati titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama 3. Sinar datang melalui titik pusat optik akan diteruskan tanpa dibiaskan

Pembentukan bayangan lensa cembung berlaku persamaan,

Sifat bayangan pada lensa cembung adalah Jika benda di ruang I, maka bayangan yang terbentuk Jika benda di ruang II, maka bayangan yang Jika benda di ruang III, maka bayangan yang adalah maya, tegak, diperbesar terbentuk adalah nyata, terbalik, diperbesar terbentuk adalah nyata, terbalik, diperkecil

22

g. Pembentukan Bayangan pada Lensa Cekung Lensa cekung adalah lensa yang bagian dalamnya lebih tipis dari bagian tepinya. Tiga bentuk dari lensa cekung adalah : Lensa bikonkaf atau lensa cekung Lensa plan konkaf atau lensa Lensa konveks konkaf atau lensa rangkap-gbr (a) cekung datar-gbr (b) cekung cembung-gbr(c) Terdapat tiga sinar istimewa pada lensa cekung, yaitu : 1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan seolaholah berasal dari titik fokus 2. Sinar datang menuju titik fokus akan dibiaskan sejajar dengan sumbu utama 3. Sinar datang melewati titik pusat optik akan diteruskan tanpa mengalami pembiasan

Untuk melukis bayangan benda pada lensa cekung, cukup digunakan dua sinar istimewa. Rumus-rumus pada lensa cekung sama dengan rumus-rumus pada lensa cembung. Akan tetapi, nilai jarak fokus f dalam lensa cekung bertanda negatif. Sifat bayangan pada lensa cekung selalu maya, tegak dan diperkecil. h. Cermin Datar Cermin merupakan permukaan yang licin dan dapat menciptakan pantulan sehingga membentuk bayangan. Adapun sifat-sifat cahaya yang dihasilkan oleh cermin tentunya berbedabeda sesuai dengan bentuk permukaan cermin tersebut.

23

Berdasarkan permukaannya, cermin dikelompokkan menjadi tiga, yaitu cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya datar. Sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar, yaitu : i. Maya, tegak dan sama besar Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin ( So = S1) Menghadap terbalik dengan bendanya Bayangan cermin tidak dapat ditangkap oleh layar Cermin Cekung Sifat-sifat bayangan pada cermin cekung: 1. Jika benda berada di ruang I, maka bayangan berada di ruang IV. Sifat bayangannnya adalah maya, tegak, dan diperbesar. 2. Jika benda berada di ruang II, maka bayangan berada di ruang III. Sifat bayangannnya adalah nyata, terbalik, dan diperbesar. 3. Jika benda berada di ruang III, maka bayangan berada di ruang II. Sifat bayangannya adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Apabila suatu benda diletakkan di pusat lengkungan cermin cekung, bayang-bayang yang terbentuk adalah sejati, terbalik, dan besarnya sama dengan ukuran bendanya. Bayang-bayang itu juga sejati dan terbalik kalau bendan ya diletakkan lebih jauh dari cermin daripada pusat lengkungan. Dalam hal ini, bayang-bayangnya akan lebih kecil dari bendanya. Bayang-bayang itu akan mengecil ke suatu titik seolah-olah bendanya bergerak sangat

24

jauh dari pusat lengkungnya. Cermin cekung disebut juga cermin konvergen. Persamaan yang berlaku dalam pembentukan bayangan pada cermin cekung,

j.

Cermin Cembung Cermin cembung pada bersifat cermin yang berlaku pada pembentukan

menyebarkan cahaya (divergen). Sifat bayangan cembung selalu maya, tegak, dan diperkecil. Persamaan bayangan pada cermin cembung sama dengan cermin cekung. B. Alat Optik a. Lup Lup optik adalah yang alat paling karena

sederhana

hanya terdiri atas satu lensa cembung. Benda harus diletakkan di antara titik fokus lup dan titik pusat optik lup, sehingga bayangan yang terbentuk maya dan diperbesar. Perbesaran anguler pada lup dapat dihitung dengan persamaan :

Dengan

= perbesaran anguler = jarak antara lensa dengan bayangan benda tanpa menggunakan lup

25

= jarak antara lensa dengan bayangan benda dengan menggunakan lup b. Mikroskop Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat banda-benda renik, misalnya bakteri dan virus. Komponen utama mikroskop ad alah dua lensa bikonveks, yaitu lensa okuler dan lensa objektif. Lensa okuler adalah lensa yang dekat dengan mata, sedangkan lensa objektif adalah lensa yang dekat dengan benda. Jarak fokus lensa objektif selalu lebih kecil daripada jarak fokus lensa okuler. Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif, akibatnya bayangan benda berada di ruang III lensa objektif, bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar. Bayangan dari lensa objektif harus diletakkan di ruang I lensa okuler, akibatnya bayangan berada di ruang IV lensa okuler, bersifat maya, tegak dan diperbesar. c. Teropong atau Teleskop Teropong adalah alat yang digunakan untuk melihat bendabenda yang jauh agar tampak lebih dekat dan jelas. Ada beberapa jenis teropong, yaitu teropong bintang, teropong bumi dan teropong prisma.

26

B.

Penelitian Relevan
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan yang berjudul

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Hasti

Pengaruh Media Kartu Fisika Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII MTs Laboratorium UIN Sunan Kalijaga Pokok Bahasan Besaran dan Pengukuran. Hasil dari penelitian tersebut adalah setelah perlakuan, hasil belajar (pre-test) fisika siswa yang menggunakan media kartu fisika lebih besar dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan media kartu fisika. Besar peningkatan prestasi belajar kelompok eksperimen berdasarkan nilai rata-rata tidak jauh berbeda yaitu 5,0677 daripada kelompok kontrol yaitu 4,3503.

C.

Kerangka Berpikir
Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan

pemahaman siswa yang dapat dilihat melalui peningkatan hasil belajar fisika materi optik pada siswa kelas VIII SMP. Alat peraga tipe panel menampilkan demonstrasi optik secara lengkap dengan tampilan seperti papan tulis. Penggambaran jalan sinar lebih mudah dimengerti siswa dan dengan pemancaran sinar yang jelas, tajam dan fokus. Dilengkapi dengan media optik yang lengkap dan besar dan di desain dalam bentuk papan sehingga mudah dipindahkan dan dirangkai oleh guru maupun siswa. Menggunakan media belajar yang tepat dengan menimbulkan interaksi aktif dan positif dari siswa, akan terasa bahwa setiap materi yang disampaikan akan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa dengan ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa menjadi memuaskan. Ujian dapat ditempuh dengan berhasil dengan bekal materi yang mudah dipahami dan dikuasai oleh siswa. Jadi dapat diduga bahwa Penggunaan alat peraga tipe panel sebagai media belajar dapat

27

memecahkan masalah hasil belajar siswa SMP kelas VIII terhadap mata pelajaran fisika pada materi cahaya dan alat optik.

D.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut: Diduga bahwa penggunaan alat peraga tipe panel sebagai media belajar dapat meningkatkan hasil belajar fisika materi cahaya dan alat optik pada siswa kelas VIII SMP

28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tujuan Operasional
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan hasil belajar siswa, antara siswa yang diajar dengan menggunakan media power point, kit Optik dengan diajar menggunakan media alat peraga optik tipe panel.

B.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 200 Jakarta pada kelas

X semester genap tahun ajaran 2012/2013

C.

Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteriktik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 117). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009: 118). Adapun populasi dan sampel pada penelitian ini, yaitu: a. Populasi target: Seluruh siswa SMP Negeri 200 Jakarta yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. b. Populasi terjangkau: Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 200 Jakarta yang terdaftar pada semester Genap tahun ajaran 2012/2013. c. Sampel : Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling atau disebut juga dengan sampel kelompok. 29

Pada cluster sampling siswa telah terkumpul dalam sebuah kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh siswa di kelas X-1 DAN X-3 sebagai sampel penelitan.

D.

Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variable bebas dan

terikat.Variabel bebas (independent variable) adalah variable yang bersifat mempengaruhi dependent variable (variable terikat) sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang bersifat dipengaruhi oleh independent variable (variable bebas). Variabel bebas Variabel terikat : Penggunaan Alat Peraga Tipe Panel : Hasil Belajar Fisika

E.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperimen (Quasi Eksperimental Design). Hal ini dikarenakan kemampuan peneliti dalam mengamati perilaku obyek penelitian sangat terbatas karena tidak di amatasi secara langsung, peneliti juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui persepsi obyek penelitian terhadap perlakuan secara pasti atau dapat dikatakan bahwa peneliti tidak bermaksud dan tidak memiliki emampuan untuk mengatur diskusi yang berlangsung atau kondisi yang sudah ada secara langsung. Desain yang digunakan dalam penelitian quasi eksperimen ini adalah pretest-posttest control group design. Dua kelas yang rata-rata hasil tes belajarnya hampir sama dipilih menjadi satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen yang selanjutnya akan dilakukan penelitian berdasarkan ketiga kelas tersebut. Tabel 1. Desain penelitian Kelompok Eksperimen Kontrol Perlakuan X X Pre Test P P Post Test T T

30

X X P T

= perlakuan (penerapan media belajar alat peraga tipe panel pada pembelajaran optik) = tidak diberi perlakuan (media belajar dengan media KIT Optik) = test sebelum proses pembelajaran = test hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran

F.

Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat yang digunakan dalam pengumpulan data

penelitian ini adalah soal pilihan ganda dan uraian yang disusun sendiri oleh peneliti. Tabel 2. Kisi-kisi instrumen hasil belajar Kompetensi yang diuji CAHAYA Menyebutkan pembiasan Membedakan pemantulan teratur dan pemantulan baur Melukis pembentukan proses 4 16 2 hukum 3 C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jumlah Item

pemantulan dan hukum 1,2 3

bayangan

17, 18 5,6 7,8 9,1 0

pada lensa dan cermin Menganalisa sifat-sifat bayangan pada lensa Menganalisa sifat-sifat bayangan pada cermin Memecahkan masalah sifat bayangan pada lensa dan cermin ALAT OPTIK
Menjelaskan konsep sebagai alat optik lup

2 2

19

11

12

31

Menjelaskan mikroskop optik Menjelaskan teleskop/teropong alat optik

konsep sebagai alat

13

14

konsep sebagai

15 4 5 2

20 5 2 2

2 20

Jumlah

Sebelum instrumen soal ini diujikan kepada kelas yang menjadi objek penelitian, terlebih dahulu diuji coba pada kelas yang berbeda untuk melihat apakah instrumen soal yang akan diujikan valid dan reliabel.

G.

Uji Coba Instrumen Penelitian


Uji coba instrumen penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas

instrumen yang akan digunakan apakah valid dan reliabel. 1. Validitas Instrumen Sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang akan diukur. Pengujian validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi. Validitas konstruksi digunakan apabila kisi-kisi instrumen mengukur setiap aspek berpikir, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, sintesis dan penilaian. Uji validitas konstruksi menggunakan teknik korelasi Point Biserial, yaitu skor tiap butir soal dikorelasikan dengan skor total hasil
tes. Rumus korelasi point biserial sebagai berikut:

Keterangan : = koefisien korelasi point biserial Mp = Mean (nilai rata-rata) skor peserta tes yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes

32

Mt St p q 2.

= Mean (nilai rata-rata) skor total (skor rata-rata dari seluruh peserta tes) = Standar deviasi skor total = Proporsi peserta tes yang menjawab benar item tersebut = Proporsi siswa yang menjawab salah (q=1-p) Reliabilitas Instrumen
Selain pengujian validitas sebuah tes juga harus memiliki

reliabilitas.Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dioercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Reliabilitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus K-R 20 sebagai berikut :

Keterangan : r11= koefisien reliabilitas internal seluruh item p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item salah (q = 1-p) = jumlah hasil perkalian p dan q n = banyaknya item S = standar deviasi dari tes Tabel Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi 0,9 r11 0,75 r11<0,9 0,4 r11<0,7 0,2 r11<0,4 r11< 0,2 Kriteria Reliabilitas Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Kecil
(Sumber Yanti Herlanti,2008,38)

3.

Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan

33

siswa yang berkemampuan rendah.Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda yaitu :

Keterangan : D BA BB JA JB = indeks daya pembeda = jumlah peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = jumlah peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar = jumlah peserta tes kelompok atas = jumlah peserta tes kelompok bawah

Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut : Tabel Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Negatif D<0,20 0,20D<0,4 0,4D<0,7 0,7D Kriteria Daya Pembeda Sangat buruk Jelek Cukup Baik Baik sekali

H.

Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan metode

tes hasil belajar fisika berupa tes soal pilihan ganda dan uraian berjumlah 15 nomor.

I.

Teknik Analisa Data


1. Uji Persyaratan Analisis Untuk dapat dilakukan uji statistik terhadap data hasil penelitian, sebelumnya harus diuji dulu persyaratan-persyaratan 34

analisisnya dengan menggunakan beberapa syarat uji analisis seperti: uji normalitas, dan uji homogenitas. 1) Normal Gain Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru.Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bias penelitian, karena
pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah berbeda, digunakan uji normal gain.Rumus normal gain menurut Meltzer, yaitu:

Tabel Skor Gain Ternormalisasi


Skor Gain g>0,7 0,3<g0,7 g0,3 Interpretasi Tinggi Sedang Rendah
(Sumber http:// http://repository.upi.edu)

2) Pengujian Normalitas Sebaran Data Suatu data terdistribusi normal apabila jumlah data di atas dan di bawah rata-rata adalah sama, demikian juga simpangan bakunya. Pengujian normalitas digunakan dengan menggunakan Chi Kuadrat. Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah sebagai berikut: (Sudjana, 2001) a. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya ke dalam bentuk tabel.
b. Menentukan kelas interval (k) yaitu: k = 1 + (3,3) log n

c. Menentukan panjang kelas interval, yaitu: (data terbesar data terkecil) dibagi dengan panjang kelas (6). d. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat e. Menentukan batas kelas (bk) dari masing-masing kelas interval
f. Menghitung rata-rata (x), dengan rumus

35

fi = frekuensi yang sesuai dengan xi xi = tanda kelas interval


g. Menghitung variansi, dengan rumus :

S=

n . f . Xi ( f . Xi ) n ( n 1)
2

h. Menghitung nilai Zt, dengan rumus:

x x Z = i i S

Xi = batas kelas ke i
x = rata-rata

S = standar deviasi i. Menentukan luas daerah tiap kelas interval


j. Menghitung frekuensi ekspositori ( Et), dengan rumus: Et = n x

Ld dengan n jumlah sampel


k. Membuat daftar frekuensi observasi ( Oi), dengan frekuensi

ekspositori sebagai berikut. Tabel daftar Frekuensi Observasi Kelas Bk Zi Ld Ei Oi

l. Menghitung nilai Chi kuadrat dengan rumus: X2 = m.Menentukan derajat kebebasan (dk) dalam perhitungan ini, data disusun dalam daftar distribusi frekuensi yang terdiri atas kelas interval sehingga untuk menentukan kriteria pengujian digunakan rumus: k-3, dimana k adalah banyaknya kelas interval, dan taraf nyata = 0,05.
n. Menentukan harga X2tabel

o. Menentukan distribusi normalitas dengan kriteria pengujian: 36

Jika X2hitung > X2tabel maka data berdistribusi tidak normal dan sebaliknya jika X2hitung < X2tabel maka data berdistribusi normal. 1) Uji Homogenitas Sebaran Data Uji homogenitas dilakukan untuk meneliti apakah kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang seragam. Uji homogenitas dilakukan dengan uji F. Jika Fhitung < Ftabel maka data dinyatakan homogen.

F=

Varians terbesar Varians terkecil

J.
H0 SMP Ha

Pengujian Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini, yaitu: : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan alat peraga

tipe panel terhadap hasil belajar fisika materi optik pada siswa kelas VIII : Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan alat peraga tipe

panel terhadap hasil belajar fisika materi optik pada siswa kelas VIII SMP Atau dapat ditulis : Ho: 1 2 Ha : 1 2 Keterangan : 1 = rata-rata kelas eksperimen 2 = rata-rata kelas kontrol Pengujian hipotesis menggunakan uji pihak kanan, menggunakan t-test. Karena n1 = n2, dan varians homogen (setelah diuji homogenitas) maka dapat digunakan humus t-test untuk separated, maupun pool varians, dan dengan dk = n1 + n2 2. t= X1 X 2 S1 S 2 + n1 n 2
2 2

37

Keterangan:

X1
X2
S1
2 2

: rata-rata kelas eksperimen : rata-rata kelas kontrol : varians kelas eksperimen : varians kelas kontrol : jumlah siswa kelas eksperimen : jumlah siswa kelas kontrol

S2
n1 n2

38

LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN (HASIL BELAJAR)


I. PILIHAN GANDA 1. Berikut ini merupakan bunyi hukum pemantulan: 1) sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar; 2) sinar datang dan sinar pantul memiliki arah yang sama; 3) sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul. Pernyataan yang benar adalah .... a. 1, 2, dan 3 c. 1 dan 3 b. 1 dan 2 d. 2 dan 3 2. Jika seberkas sinar datang dari mediumkurang rapat menuju medium lebih rapat, maka sinar tersebut akan .... a. dibiaskan mendekati garis normal b. dibiaskan menjauhi garis normal c. dipantulkan d. cahaya tidak dibiaskan, tetapi diteruskan 3. Seekor ikan yang berada dalam kolam terlihat lebih dekat dibandingkan dengan keadaan sebenarnya. Hal ini disebabkan sinar yang keluar dari air .... a. dibiaskan mendekati garis normal b. dibiaskan menjauhi garis normal c. dipantulkan menjauhi garis normal d. tidak mengalami pembiasan 4. Apabila cahaya mengenai permukaan yang tidak rata .... a. cahaya akan dipantulkan teratur b. cahaya akan diserap c. cahaya akan dipantulkan baur d. cahaya akan dibelokkan 5. Sifat bayangan yang ingin dibentuk oleh Yani pada sebuah lensa adalah maya, tegak, dan diperbesarl. Berarti Yani harus menyimpan benda di depan .... a. lensa cembung di antara titik fokus dan titik pusat lensa b. lensa cekung tepat pada titik fokus

39

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

c. lensa cembung pada titik pusat kelengkungan d. lensa cekung di antara titik fokus dan pusat kelengkungan lensa Benda berada tepat di titik fokus lensa cembung akan menghasilkan bayangan a. nyata, terbalik, sama besar b. nyata, terbalik, diperbesar c. maya, tegak diperbesar d. tidak terbentuk bayangan Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung adalah (1) nyata (2) tegak (3) sama besar (4) maya Pernyataan di atas yang benar adalah .... a. (1) dan (2) c. (2) dan (4) b. (1) dan (3) d. (4) saja Jika sebuah benda berada di ruang II cermin cekung (antara F dan 2F), sifat bayangan yang terjadi adalah .... a. maya, diperbesar, terbalik, di belakang lensa b. nyata, diperkecil, terbalik, di belakang lensa c. maya, diperkecil, tidak terbalik, di depan lensa d. nyata, diperbesar, terbalik, di depan lensa Sebuah benda terletak di depan lensa dengan jarak fokus 14 cm. Bayangan yang terbentuk adalah tegak dengan tinggi 4 kali semula. Jarak antara benda dan lensa adalah .... a. 10,5 cm c. 15,5 cm b. 11,5 cm d. 17,5 cm Lensa cembung dengan jari-jari kelengkungan 24 cm memiliki kekuatan lensa sebesar .... a. 0,083 dioptri c. 0,042 dioptri b. 8,33 dioptri d. 4,2 dioptri Alat optik di bawah ini yang menggunakan sebuah lensa bikonveks adalah .... a. mata c. teleskop b. lup d. mikroskop Agar bayangan tampak jelas pada lup, benda diletakkan antara F dan O sehingga diperoleh bayangan dengan sifat .... a. maya, diperbesar, dan tegak b. nyata, diperbesar, dan tegak c. maya, diperbesar, dan terbalik

40

d. nyata, diperbesar, dan terbalik 13. Lensa pada alat-alat optik yang berfungsi membentuk bayangan yang ditangkap oleh mata dan posisinya dekat dengan mata adalah .... a. lensa positif c. lensa negatif b. lensa objektif d. lensa okuler 14. Lensa yang dekat dengan benda pada mikroskop disebut lensa .... a. objektif c. pembalik b. okuler d. cekung 15. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif pada teropong bintang adalah .... a. nyata, tegak, dan diperbesar b. nyata, terbalik, dan diperbesar c. maya, tegak, dan diperkecil d. maya, terbalik, dan diperbesar ESSAY Jelaskan perbedaan pemantulan teratur dan pemantulan baur? Berikan contohnya! Lukislah bayangan benda pada lensa cembung apabila benda diletakkan: a. antara O dan F, b. antara F2 dan 2F2, c. lebih besar daripada 2F2. Sebutkan sifat bayangan yang terjadi! Di manakah letak bayangan jika benda diletakkan di titik fokus sebuah cermin cembung? Gambarkan! Andi mempunyai sebuah cermin cekung yang memiliki jarak fokus 10 cm. Di manakah Andi harus meletakkan sebuah pensil jika bayangan pensil yang Andi inginkan adalah nyata dan besarnya dua kali semula? Gambarkan perjalanan cahaya dan bentuk bayangan pada teropong!

16. 17.

18. 19.

20.

41

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )


Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Alokasi waktu I. : SMP Negeri 200 Jakarta : VIII/2 : IPA : 6 X 40 ( 3x pertemuan )

Standar Kompetensi 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

II.

Kompetensi Dasar 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.

III.

Indikator 1. Kognitif a. Produk 1. Menyebutkan hukum pemantulan dan hukum pembiasan 2. Membedakan pemantulan teratur dan pemantulan baur 3. Melukis proses pembentukan bayangan pada lensa dan cermin 4. Menganalisa sifat-sifat bayangan pada lensa 5. Menganalisa sifat-sifat bayangan pada cermin 6. Memecahkan masalah sifat bayangan pada lensa dan cermin b. Proses 1. Mengamati pola pemantulan teratur dan pemantulan baur pada cermin 2. Mengamati arah perambatan cahaya yang melewati dua medium 3. Mengamati arah perambatan cahaya dari proses pembentukan bayangan pada lensa dan cermin 4. Menemukan sifat-sifat lensa dan cermin 5. Menemukan sifat-sifat bayangan yang terbentuk dari cermin dan lensa 2. Psikomotor a. Mendemonstrasikan hukum pemantulan dan hukum pembiasan b. Mendemonstrasikan proses pembentukan bayangan pada lensa

42

dan cermin 3. Afektif a. Karakter: Berpikir kreatif, kritis, dan logis; bekerja dengan teliti, jujur, dan berperilaku santun, tanpa merasa terbebani b. Keterampilan sosial: menyampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, menanggapi pendapat orang lain, dan menghargai pendapat orang lain IV. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Produk 1. Didemonstrasikan peristiwa pemantulan dan pembiasan dengan alat peraga tipe panel siswa dapat menyebutkan hukum pemantulan dan hukum pembiasan secara logis 2. Didemonstrasikan peristiwa pemantulan pada bidang yang rata dan tidak rata siswa dapat membedakan pemantulan teratur dan pemantulan baur tanpa kesalahan 3. Didemonstrasikan proses pembentukan bayangan dengan alat peraga tipe panel siswa dapat melukis proses pembentukan bayangan yang terjadi pada lensa dan cermin tanpa kesalahan 4. Didemonstrasikan arah perambatan cahaya pada lensa cekung dan lensa cembung siswa dapat menganalisa sifat-sifat bayangan pada lensa tanpa kesalahan 5. Didemonstrasikan arah perambatan cahaya pada cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung siswa dapat menganalisa sifat-sifat bayangan pada cermin tanpa kesalahan 6. Diberikan masalah sederhana tentang sifat bayangan pada lensa dan cermin siswa dapat memecahkan masalah sifat bayangan pada lensa dan cermin tanpa kesalahan b. Proses 1. Didemonstrasikan peristiwa pemantulan pada bidang yang rata dan tidak rata dengan alat peraga tipe panel siswa dapat membedakan pola pemantulan teratur dan pemantulan baur pada cermin minimal 2 buah pernyataan 2. Didemonstrasikan permabatan cahaya melalui dua medium dengan alat peraga tipe panel siswa dapat mengamati arah 43

perambatan cahaya yang melewati dua medium dan menemukan hubungannya dengan indeks bias dalam waktu kurang dari lima menit 3. Didemonstrasikan proses pembentukan bayangan pada lensa dan cermin yang ditunjukkan oleh alat peraga tipe panel siswa dapat menjelaskan arah perambatan cahaya dari proses pembentukan bayangan pada lensa dan cermin tanpa kesalahan 4. Diberikan simulasi perambatan cahaya melalui lensa dan cermin yang ditunjukkan alat peraga tipe panel siswa dapat menemukan sifat-sifat lensa dan cermin minimal dua sifat 5. Diberikan simulasi pembentukan bayangan pada lensa dan cermin dengan alat peraga tipe panel siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bayangan yang terbentuk dari cermin dan lensa minimal tiga sifat 2. Psikomotor 1. Diberikan simulasi dengan alat peraga tipe panel siswa dapat mendeskripsikan bunyi hukum pemantulan dan pembiasan masing-masing minimal dua buah 2. Diberikan alat peraga tipe panel siswa dapat mendemonstrasikan proses pembentukan bayangan yang terjadi pada lensa dan cermin minimal dua proses pembentukan bayangan 3. Afektif 1) Diberikan berbagai tugas yang menantang siswa dapat berpikir kreatif, kritis, dan logis; bekerja dengan teliti, jujur, dan berperilaku santun, tanpa merasa terbebani 2) Diberikan kesempatan saling presentasi dan diskusi siswa dapat menunjukkan minimal dua perilaku berikut ini: menyampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, menanggapi pendapat orang lain, dan menghargai pendapat orang lain. V. Materi Pembelajaran Cahaya 1. Hukum Pemantulan 2. Hukum Pembiasan 3. Sifat Lensa 4. Kuat Lensa 5. Bayangan Nyata dan Bayangan Maya 6. Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung 7. Pembentukan Bayangan pada Lensa Cekung

44

8. Cermin Datar 9. Cermin Cekung 10.Cermin Cembung VI. VII. Alokasi Waktu 6 x 40 menit (3x pertemuan) Strategi, Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : - Eksperimential Learning 2. Metode : - Diskusi kelompok - Eksperimen - Ceramah VIII. Kegiatan Belajar Mengajar PERTEMUAN PERTAMA
No Aktivitas Pembelajaran Waktu A Pendahuluan (15 menit) 15 menit 1 Guru mendeskripsikan materi yang akan dibahas: Cahaya Sifat-sifat cahaya Guru mengiformasikan tujuan yang akan dicapai Guru mengecek kemampuan prasyarat Pre-Test (Lampiran) B 1 Kegiatan Inti (60 menit) Eksplorasi Demonstrasi peristiwa pemantulan pada bidang yang rata dan tidak rata dengan alat peraga tipe panel oleh guru, siswa mengamati dan mencatat perbedaan pola pemantulan teratur dan pemantulan baur 2 kemudian menafsirkan hasilnya Demonstrasi perambatan cahaya melalui dua medium dengan alat peraga tipe panel yang ditunjukkan dengan alat peraga tipe panel, siswa mengamati arah perambatan 60 menit Demonstrtasi, diskusi Metode Ceramah

2 3

45

No

Aktivitas Pembelajaran cahaya yang melewati dua medium dan menemukan hubungannya dengan indeks bias kemudian menganalisanya Siswa merencanakan percobaan

Waktu

Metode

untuk

menyelidiki pengaruh sudut datang sinar yang melewati dua medium yang berbeda terhadap arah sinar bias. Elaborasi Siswa membuat ringkasan secara kelompok, dan

mengenai kemudian

hukum pemantulan dan hukum pembiasan mempresentasikan mendiskusikan

hasilnya. Konfirmasi Sepanjang pembelajaran guru memberikan umpan balik; memotivasi untuk melakukan eksplorasi lebih luas dan belajar lebih aktif; dan membantu kesulitan belajar. Ceramah, diskusi

C 7 8

Penutup Siswa bersama-sama guru membuat

5 menit

kesimpulan Guru mengajak siswa melakukan refleksi tentang kesulitan perbaikan pembelajaran yang dihadapi, yang dan sudah rencana dilakukan: hal-hal yang diperoleh, kesulitan-

PERTEMUAN KEDUA
No Aktivitas Pembelajaran Waktu A Pendahuluan (10 menit) 10 menit 1 Guru mendeskripsikan materi yang akan dibahas: Cahaya Cermin Metode Ceramah

46

No 2 B 1

Aktivitas Pembelajaran Guru mengiformasikan tujuan yang akan dicapai Kegiatan Inti (65 menit) Eksplorasi Demonstrasi proses pembentukan dan

Waktu

Metode

65 menit

Demonstrtasi, diskusi

sifat-sifat bayangan pada cemrin cekung dengan alat peraga tipe panel, siswa mengamati, mencatat dan menganalisa 2 hasil pengamatan Demonstrasi dengan alat peraga tipe panel mengamati tiga sinar istimewa pada cermin cekung, siswa mengamati, mencatat dan 3 menganalisa hasil pengamatan. Siswa merencanakan percobaan untuk

menyelidiki hubungan antara jarak benda, 4 jarak bayangan dan jarak fokus Penjelasan rumus 1/f=1/s+1/s hubungan antara jarak benda, jarak bayangan dan 5 jarak fokus Demonstrasi dengan alat peraga tipe panel mengamati tiga sinar istimewa pada cermin cembung, siswa mengamati, mencatat dan 6 menganalisa hasil pengamatan. Siswa merencanakan percobaan jarak bayangan dan jarak fokus Elaborasi Siswa membuat ringkasan secara kelompok, dan untuk

menyelidiki hubungan antara jarak benda,

mengenai kemudian

hukum pemantulan dan hukum pembiasan mempresentasikan mendiskusikan

hasilnya. Konfirmasi Sepanjang pembelajaran guru memberikan umpan balik; memotivasi untuk melakukan eksplorasi lebih luas dan belajar lebih aktif;

47

No C 9 10

Aktivitas Pembelajaran dan membantu kesulitan belajar. Penutup Siswa bersama-sama guru membuat

Waktu 5 menit

Metode Ceramah, diskusi

kesimpulan Guru mengajak siswa melakukan refleksi tentang kesulitan perbaikan pembelajaran yang dihadapi, yang dan sudah rencana dilakukan: hal-hal yang diperoleh, kesulitan-

PERTEMUAN KETIGA
No Aktivitas Pembelajaran Waktu A Pendahuluan (10 menit) 10 menit 1 Guru mendeskripsikan materi yang akan dibahas: Cahaya Lensa Guru mengiformasikan tujuan yang akan dicapai Kegiatan Inti (65 menit) Eksplorasi Demonstrasi proses pembentukan dan 65 menit Demonstrtasi, diskusi Metode Ceramah

2 B 1

sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dengan alat peraga tipe panel, siswa mengamati, mencatat dan menganalisa 2 hasil pengamatan Demonstrasi dengan alat peraga tipe panel mengamati tiga sinar istimewa pada lensa cekung, siswa mengamati, mencatat dan 3 menganalisa hasil pengamatan. Siswa merencanakan percobaan untuk

menyelidiki hubungan antara jarak benda, 4 jarak bayangan dan jarak fokus Penjelasan rumus 1/f=1/s+1/s hubungan antara jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus

48

No Aktivitas Pembelajaran 5 Demonstrasi dengan alat peraga tipe panel mengamati tiga sinar istimewa pada lensa cembung, siswa mengamati, mencatat dan 6 menganalisa hasil pengamatan. Siswa merencanakan percobaan jarak bayangan dan jarak fokus Elaborasi Siswa membuat ringkasan secara kelompok, dan untuk

Waktu

Metode

menyelidiki hubungan antara jarak benda,

mengenai kemudian

hukum pemantulan dan hukum pembiasan mempresentasikan mendiskusikan

hasilnya. Konfirmasi Sepanjang pembelajaran guru memberikan umpan balik; memotivasi untuk melakukan eksplorasi lebih luas dan belajar lebih aktif; dan membantu kesulitan belajar. Ceramah, diskusi

C 9 10

Penutup Siswa bersama-sama guru membuat

5 menit

kesimpulan Guru mengajak siswa melakukan refleksi tentang kesulitan perbaikan pembelajaran yang dihadapi, yang dan sudah rencana dilakukan: hal-hal yang diperoleh, kesulitan-

E. Sumber Belajar a. Alat Peraga Tipe Panel b. Buku IPA Fisika F. Penilaian Hasil Belajar Kompetensi yang diuji C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jumlah Item

49

CAHAYA Menyebutkan pembiasan Membedakan

hukum 3

pemantulan dan hukum 1,2 3

pemantulan teratur dan pemantulan baur Melukis pembentukan proses

16

bayangan

17, 18 5,6 7,8 9,1 0 2 2 2 4 2

pada lensa dan cermin Menganalisa sifat-sifat bayangan pada lensa Menganalisa sifat-sifat bayangan pada cermin Memecahkan masalah sifat bayangan pada lensa dan cermin Jumlah

2 2

19 2

3 14

Mengetahui, Kepala SMP Negeri 200 Jakarta

Jakarta, . Guru Mata Pelajaran

(__________________________) NIP/NIK :

(_______________________) NIP/NIK :

50

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )


Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Alokasi waktu I. : SMP Negeri 200 Jakarta : VIII/2 : IPA : 2 X 40 ( 1x pertemuan )

Standar Kompetensi 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

II.

Kompetensi Dasar 6.4 Mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

III.

Indikator 1. Kognitif a. Produk 1. Menjelaskan konsep lup sebagai alat optik 2. Menjelaskan konsep mikroskop sebagai alat optik. 3. Menjelaskan konsep teropong atau teleskop sebagai alat optik b. Proses 1. Mengamati arah perambatan cahaya dan pembentukan bayangan pada konsep lup dengan alat peraga tipe panel 2. Mengamati arah perambatan cahaya dan pembentukan bayangan pada konsep mikroskop dengan alat peraga tipe panel 3. Mengamati arah perambatan cahaya dan pembentukan bayangan pada konsep teropong atau teleskop dengan alat peraga tipe panel 2. Psikomotor 1. Mendemonstrasikan prinsip kerja lup dengan alat peraga tipe panel 2. Mendemonstrasikan prinsip kerja mikroskop dengan alat peraga tipe panel 3. Mendemonstrasikan prinsip kerja teropong atau teleskop dengan

51

alat peraga tipe panel 3. Afektif a. Karakter: Berpikir kreatif, kritis, dan logis; bekerja dengan teliti, jujur, dan berperilaku santun, tanpa merasa terbebani b. Keterampilan sosial: menyampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, menanggapi pendapat orang lain, dan menghargai pendapat orang lain IV. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Produk 1. Didemostrasikan konsep lup dengan alat peraga tipe panel, siswa dapat menganalisa sifat bayangan pada lup tanpa kesalahan 2. Didemostrasikan konsep mikroskop dengan alat peraga tipe panel, siswa dapat menganalisa sifat bayangan pada mikroskop tanpa kesalahan 3. Didemostrasikan konsep teropong atau teleskop dengan alat peraga tipe panel, siswa dapat menganalisa sifat bayangan pada teropong atau teleskop tanpa kesalahan b. Proses 1. Didemonstrasikan proses perambatan cahaya konsep lup pada alat peraga tipe panel, siswa dapat memahami pembentukan bayangan yang terjadi pada lup tanpa kesalahan 2. Didemonstrasikan proses perambatan cahaya konsep mikroskop pada alat peraga tipe panel, siswa dapat memahami pembentukan bayangan yang terjadi pada mikroskop tanpa kesalahan 3. Didemonstrasikan proses perambatan cahaya konsep teropong atau teleskop pada alat peraga tipe panel, siswa dapat memahami pembentukan bayangan yang terjadi pada teropong atau teleskop tanpa kesalahan.

52

2. Psikomotor 1. Diberikan alat peraga tipe panel siswa dapat mendemonstrasikan proses pembentukan bayangan pada lup, mikroskop dan teropong atau teleskop 3. Afektif 1. Diberikan berbagai tugas yang menantang siswa dapat berpikir kreatif, kritis, dan logis; bekerja dengan teliti, jujur, dan berperilaku santun, tanpa merasa terbebani 2. Diberikan kesempatan saling presentasi dan diskusi siswa dapat menunjukkan minimal dua perilaku berikut ini: menyampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, menanggapi pendapat orang lain, dan menghargai pendapat orang lain. V. Materi Pembelajaran Alat Optik : - Lup - Mikroskop - Teropong atau teleskop VI. VII. Alokais Waktu 2 x 40 menit (1x pertemuan) Metode Pembelajaran 1. Model : - Experimental Learning - Diskusi kelompok - Eksperimen - Ceramah VIII. Kegiatan Belajar Mengajar PERTEMUAN PERTAMA
No Aktivitas Pembelajaran Waktu A Pendahuluan (15 menit) 15 menit 1 Guru mendeskripsikan materi yang akan dibahas: Alat Optik-Lup, mikroskop, teropong atau teleskop Guru mengiformasikan tujuan yang akan dicapai Guru mengecek kemampuan prasyarat Metode Ceramah

2. Metode :

2 3

53

No B 1

Aktivitas Pembelajaran Pre-Test (Lampiran) Kegiatan Inti (60 menit) Eksplorasi Didemonstrasikan proses perambatan

Waktu 60 menit

Metode Demonstrtasi, diskusi

cahaya konsep lup pada alat peraga tipe panel, siswa mengamati dan menganalisa pembentukan bayangan yang terjadi pada 2 lup Didemonstrasikan tipe panel, proses perambatan dan

cahaya konsep mikroskop pada alat peraga siswa mengamati menganalisa pembentukan bayangan yang 3 terjadi pada mikroskop Didemonstrasikan proses pada alat peraga tipe perambatan panel, siswa

cahaya konsep teropong atau teleskop mengamati dan menganalisa pembentukan bayangan yang terjadi pada teropong atau teleskop Elaborasi Siswa membuat

ringkasan

mengenai

prinsip kerja lup, mikroskop dan teropong atau teleskop secara kelompok, kemudian mempresentasikan dan mendiskusikan hasilnya. Konfirmasi Sepanjang pembelajaran guru memberikan umpan balik; memotivasi untuk melakukan eksplorasi lebih luas dan belajar lebih aktif; dan membantu kesulitan belajar. C 7 8 Penutup Siswa bersama-sama guru membuat 5 menit Ceramah, diskusi

kesimpulan Guru mengajak siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran yang sudah

54

No

Aktivitas Pembelajaran dilakukan: hal-hal yang diperoleh, kesulitankesulitan perbaikan yang dihadapi, dan rencana

Waktu

Metode

E. Sumber Belajar a. Alat Peraga Tipe Panel b. Buku referensi yang relevan c. Lingkungan d. Buku IPA Fisika F. Penilaian Hasil Belajar Kompetensi yang diuji ALAT OPTIK
Menjelaskan konsep sebagai alat optik Menjelaskan mikroskop optik Menjelaskan teleskop/teropong alat optik lup

C1

C2

C3

C4

C5

C6

Jumlah Item 2 2

11 13

12 14

konsep alat

sebagai

konsep sebagai

15 2 3

20 1

2 6

Jumlah

Mengetahui, Kepala SMP Negeri 200 Jakarta

Jakarta, Guru Mata Pelajaran

(__________________________)

(_______________________)

55

NIP/NIK :

NIP/NIK :

56

You might also like