Professional Documents
Culture Documents
Latar belakang Asuhan keperawatan gerontik adalah suatu rangkaian proses keperawatan yang ditujukan kepada lanjut usia (lansia). Kegiatan tersebut meliputi pengkajian kepada lansia bio/ dengan fisik,
memperhatikan
kebutuhan
psikologis,sosial dan spiritual, menganalisis suatu masalah kesehatan/ keperawatan dan membuat diagnosis, perencanaan, dan melaksanakan serta melakukan evaluasi keperawatan. Tujuan mewujudkan pembangunan Indonesia nasional 2015 dalam adalah
sehat
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Gambaran masyarakat dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
1
kesehatan
adalah
masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat. Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan
reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai gangguan usia lanjut yang
menimbulkan
muskuloskeletal
terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua
fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian
reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan penyakit sindroma yang menampilkan cukup perwujudan namun
reumatik
banyak,
semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang
rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan,
dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982. Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan
reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994). Adapun tujuan diadakannya Praktek Belajar Lapangan adalah untuk mengaplikasikan teoriteori yang didapatkan pada di pendidikan dan
asuhan
keperawatan S-I
dengan
kurikulum
keperawatan mata ajaran gerontik, maka penulis mengikuti Praktek Belajar Lapangan di Dusun XX Lorong pertanian desa Kelambir V Kebun Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang yang berlangsung mulai tanggal 04-16 April 2011. Dimana mahasiswa/i mengadakan penyuluhan kesehatan dan gerontik. Adapun langkah awal dari asuhan menerapkan teori keperawatan
keperawatan gerontik adalah pengkajian. Penulis telah melakukan pengkajian pada 12 KK. Setelah melakukan pengkajian penulis mengangkat 1 orang lansia untuk dijadikan lansia binaan karena
memiliki masalah kesehatan yaitu menderita reumatik. Oleh karena itu penulis merasa tertarik dengan masalah ini sehingga penulis memilih lansia ini menjadi lansia binaan.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Adapun tujuan penulisan dari laporan ini diharapkan mahasiswa D III keperawatan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan gerontik di lapangan dengan baik dan benar. 2. Tujuan khusus a. Melakukan pengkajian gerontik terhadap Ny. R b. Merumuskan masalah kesehatan dan
keperawatan pada Ny. R c. Menyusun rencana keperawatan pada Ny. R d. Mengimplementasikan rencana
keperawatan yang sudah disusun pada Ny. R e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada Ny. R
C.Ruang lingkup Adapun ruang lingkup penulisan laporan ini adalah dari 10 KK yang telah dikaji oleh penulis,
terdapat beberapa lansia .Akan tetapi penulis hanya mengangkat 1 orang lansia (Ny. R) yang menjadi lansia binaan karena memiliki masalah kesehatan yaitu reumatik. Penulis melakukan implementasi selama 3 hari (3 kali kunjungan) kerumah keluarga di dusun XX Desa Kelambir V Kebun Kec. Hamparan perak Kab. Deli Serdang mulai tanggal 28-30 April 2012.
D.Metode penulisan Penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriftif dengan teknik pendekatan antara lain : 1. Survey/home visit Mengadakan kunjungan kerumah keluarga lansia dan melakukan pendekatan pada lansia. 2. Observasi Mengadakan pengamatan yang dlakukan terhadap hal-hal melalui untuk panca indra untuk hal yang tidak ditanyakan misalnya
berkaitan dengan lingkungan fisik seperti ventilasi, penerangan, kebersihan rumah dan lain-lainnya. 3. Wawancara Melakukan dialog/komunikasi dua arah yang berkaitan dengan hal yang perlu diketahui baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan dilingkungan tersebut. 4. Studi Pustaka Pencarian buku-buku sumber sebagai bahan dalam penyusunan laporan kasus.
sistematikterdiri dari 5 bab yaitu sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang,
tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan Bab II : Landasan Teoritis meliputi konsep medis, konsep gerontik,dan konsep keperawatan.
Bab III : Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Bab IV : Pembahasan Bab V : Penutup Meliputi kesimpulan dan saran Daftar Pustaka Lampiran
A. KONSEP MEDIS. 1. Pengertian. Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adaalah Artritis Reumatoid yaitu suatu penyakit yang kronis, sistemik, yang secara khas berkembang perlahan lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan (Mickey Stanley, 2006 ). Arthritis Reumatoid merupakan
peradangan yang kronis dan sistemik pada sendi synovial ( Suratun, 2008 ). Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur klain tubuh sehingga
setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut
reumatik termasuk penyakit jaringan ikat. 2004 Digitized by USU digital library 2. Etiologi. Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun factor predsposisinya adalah mekanisme imunitas ( antigen antibody ) dan factor metabolic dan infeksi virus. 3. Klasifikasi a. Osteoartritis. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. b. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah. c. Polimialgia Reumatik. Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas. d. Artritis Gout (Pirai). Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering
mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.
4. Tanda dan Gejala. a. Setempat. Sakit pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas. Lambat laun membengkak, panas, merah dan lemah. Perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa, deviasi ulna. Semua sendi dapat terserang ( panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, bahu dan rahang ). b. Sistemik. Mudah capek, lemah dan lesu. Demam. Takikardia. Berat badan turun. Anemia.
Pada lansia, AR dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah AR klasik dengan tanda dan gejala sendi sendi kecil pada kaki dan tangan serta terdapat factor rheumatoid dan nodula nodula rheumatoid sering terjadi. Kelompok memenuhi dua termasuk dari klien yang
criteria
American untuk AR
Rheumatologic
Association
karena mempunyai radang sinovitis yang trerus menerus dan simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi sendi jari. Kelompok tiga yaitu sinovitis yang sudah mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan panggul dengan tanda dan gejala awitannya mendadak, sering ditandai
dengan kekekuan pada pagi hari, pada pergelangan tangan ditemukan bengkak,
10
nyeri
tekan,
penurunan
kekuatan
5. Penatalaksanaan a. Obat obatan Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan
mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis. b. Perlindungan sendi Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan atau diperlukan tirah baring pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
11
memperingan
kerja
sendi
juga
perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio). c. Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis program Penurunan mengurangi peradangan. d. Dukungan psikososial Yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis. e. Persoalan Seksual Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang yang gemuk harus menjadi
utama berat
pengobatan badan
seringkali keluhan
timbulnya
12
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya. f. Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada
penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk
memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada
13
sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot
periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting. g. Operasi Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah
osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit. 2004 Digitized by USU digital library 6
14
15
pengetahuan yang mencakup segala bidang persoalan mengenai lansia. Dan menurut WHO gferontology adalah ilmu yang mempelajari prose menua dan masalahnya. Lansia menurut WHO adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. 2. Klasifikasi - Penglompokan lanjut usia menurut DEPKES yakni: a. Kelompok pertengahan umur yakni
16
b. Kelompok
lanjut
usia
dini
yakni
kelompok usia dalam masa prasenium (55-64 tahun) c. Kelompok usia lanjut (senium) 65 tahun keatas. - Batasan-batasan lanjut usia menurut WHO: a. 45-59 tahun : usia pertengahan b. 60-74 tahun : lanjut usia c. 75-90 tahun : lanjut usia tua d. 90 tahun keatas : usia sangat tua 3. Tujuan Gerontology Adapun tujuan gerontology yakni: menuju manusia tua yang tetap sehat, dengan jalan P4 yakni: 1. Peningkatan mutu (promosi) kesehatan 2. Pencegahan penyakit (preventif) 3. Pengobatan penyakit (curatif) 4. Pemulihan kesehatan (rehabilitatif) 4. Teori-Teori Ketuaan a. Teori biologi
17
biokimia - pemakaian sel dan sel-sel rusak - kelebihan usaha dan stres b. Teori stress c. Teori kejiwaan sosial - aktivitas atau kegiatan - penurunan jumlah kegiatan secara langsung - cara dan pola hidup dari lanjut usia - mempertahankan sistem hubungan antar sosial - kepribadian berlanjut - dasar kepribadian tidak berubah pada lanjut usia d. Teori pembebasan Yakni pusat pergaulan dan hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
18
5. Faktor-Faktor Ketuaan
Yang
Mempengaruhi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan meliputi: 1. Hereditas : ketuaan 2. Nutrisi atau makanan 3. Status kesehatan 4. Pengalaman hidup 5. Lingkungan hidup 6. Stress
19
6. Masalah Lanjut Usia Adapun masalah yang sering dihadapi oleh lanjut usia adalah:
1.
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Perubahan komposisi tubuh Saluran pencernaan (konstipasi, diare, dll) Hepar Ginjal Kardiovaskular Pernapasan Hormonal muskuloskletal
10. Sistem
7. Program Kesehatan Lanjut Usia Menurut DEPKES RI (2005) ada 3 program kesehatan lanjut usia yaitu:
1. 2.
20
3.
21
C.
KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian. a. Identitas klien. Identitas menyangkut biodata klien, alamat, riwayat pekerjaan dan lain sebagainya b. Riwayat kesehatan. Pengkajian riwayat kesehatan antara lain, keluhan penyakit saat ini dan keluhan yang dirasakan selama 3 bulan terakhir. c. Tingkat nyeri, derajat dan mulainya. Pengkajian yang meliputi tingkat nyeri dan derajat nyeri yang dirasakan klien dan kapan mulainya. d. Aktivitas sehari hari. Pengkajian aktivitas sehari hari terhadap kemampuan klien memenuhi kebutuhannya dan kegiatan yang dapat dilakukan. e. Riwayat psikososial. f. Konsep citra tubuh dan harga diri. Pengkajian yang meliputi bagaimana klien mampu menerima keadaannya dan mekanisme
22
koping yang digunakan dalam menghadapi penyakitnya. g. Pemeriksaan fisik. Inspeksi dan palpasi untuk masing masing sendi, amati warna kulit, ukuran dan pembengkakan. Lakukan pengukuran ROM pada sendi sendi synovial dan catat jika ada deviasi, krepitus dan nyeri saat sendi digerakkan. Lakukan inspeksi dan lapisan otot dan catat jika ada serta atrofi, lakukan tonus yang
berkurang
pengukuran
kekuatan otot.
23
a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan proses inflamasi destruksi sendi. b. Potensial terjadi cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang. c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan
tugas umum. d. Kurang pemenuhan kebutuhan sehari hari berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. e. Hambataan dengan mobilitas fisik atau berhubungan penurunan
perubahan
otot
kekuatan otot.
3. Intervensi keperawatan Tujuan : Intervensi keperawatan berhubungan dengan cara untuk mempertahankan kebutuhan yang diperlukan klien. Rencana tindakan yang dapat dilakukan adalah: a. Klien diistirahatkan (tirah baring) b. Pertahankan posisi fisiologis denganbenar
24
c. Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba d. Gunakan terapi panas e. Lakukan perawatan kulit dan masase perlahan f. Beri obat-obatan sesuai program terapi
(analgetik) g. Gunakan sepatu yang menyokong h. Hindarkan lantai licin i. Gunaan pegangan di kamar mandi j. Lakukan latihan ROM jika memungkinkan k. Pantau efek penggunaan obat-obatan l. Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaannya m. Beri dukungan yang tepat n. Dorong klien untuk mandiri o. Ajarkan aktivitas sehari-hari p. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari q. Bantu klien melakukan latihan ROM r. Rencanakan program latihan setiap hari s. Lakukan observasi setiap kali latihan t. Beri lingkungan yang aman
25
BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN I. Pengumpulan Data 1. Identitas pasien Nama Alamat : Ny. R : Dusun XX Lorong Pertanian Desa Kelambir V Kebun
Kec. Hamparan Perak Jenis kelamin Umur Status Agama Suku : Perempuan
mengatakan pendapatannya
17
18
sebagai
bangunan
dan
kiriman dari anaknya. 2. Riwayat kesehatan Ny. R saat ini hanya tinggal dirumah saja, karenaNy. R menderita reumatik. Keluhannya saat ini adalah nyeri dipersendian kaki, sulit untuk digerakkan dan kebas-kebas saat pagi hari. Ny. R sulit untuk berjalan dan harus memakai tongkat. Tampak pembengkakan atau nodul dipersendian kaki. Ny. R
mengatakan sulit untuk memulai tidur karena nyeri yang dialaminya. Ny. R mengatakan akhir-akhir ini badannya lemas dan tak berdaya 3. Status fisiologis a. Postur tulang belakang lansia : Melalui pengamatan secara inspeksi lansia tampak membungkuk b. Tanda tanda vital dan status Gizi :
19
- Suhu
: 37 C
- Berat badan : 68 kg
PENGKAJIAN HEAD TO TOE a. Kepala : Melalui inspeksi, kepala lansia tampak bersih, rambut sedikit rontok dan terdapat rambut yang mulai memutih. b. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,tidak ada strabismus, tidak ada peradangan, tidak ada riwayat katarak, pasien tidak memiliki keluhan lain pada matanya. c. Hidung :
20
penciuman pasien tidak terganggu. d. Mulut dan tenggorokan : Kebersihan mulut lansia kurang, karena lansia mengatakan sering lupa sikat gigi dan membersihkan mulut, mukosa lembab, tidak terdapat peradangan, tampak karies pada gigi lansia dan ada beberapa gigi yang sudah ompong yaitu molar 1,2 bawah sebelah kiri. Tidak ada peradangan pada gusi, lansia mengatakan kesulitan
mengunyah makanan yang agak keras karena sudah ompong, lansia tidak
kesulitan
untuk
menelan
Telinga pasien tampak bersih, tidak ada peradangan,lansia pendengarannya masih mengatakan baik, sewaktu
21
diwawancarai lansia masih mendengarkan dan mampu untuk mengulanginya kembali f. Leher : Pada pemeriksaan secara palpasi tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pelebaran vena jugularis, lansia
mengatakan sering sekali merasa tegang di lehernya, pada pemeriksaan kaku kuduk oleh perawat, lansia mengalami kaku kuduk positif. g. Dada : Pada pemeriksaan secara inspeksi tampak dada pasien normal, tidak ada retraksi, tidak ada terdengar suara wheezing taupun ronkhi, tidak terdapat suara jantung
tambahan, ictus kordis negative. h. Abdomen : Bentuk abdomen pasien flat, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba adanya massa, abdomen pasien supel. Tidak dijumpai adanya massa di abdomen. Perawat
22
mendengarkan
bising
usus
pasien,
frekwensinya 25 x/ menit. i. Genetalia : Menurut Ny. R genetalia lansia bersih karena rajin untuk dibersihkan. Lansia tidak menderita hemoroid ataupun hernia. j. Ekstremitas : Tampak nodul-nodul dipersendian kaki. Ny. R berjlan dengan memakai walker. Ny. R. Kaki Ny. R tampak bengkak. Postur tubuh pasien membungkuk, rentang gerak kurang, lansia tidak tremor, Lansia
menggunakan alat bantu untuk berjalan. Pada pemeriksaan reflex lansia: Reflex biceps kanan kiri negative ( menurun ), triceps kanan kiri negatif (menurun ), reflex knee kanan kiri positif, reflex achiles lansia kanan kiri positif. k. Integument : Pada pemeriksaan integument kulit lansia tampak bersih, warna kulit normal sawo
23
matang, tidak pucat, kelembaban kulit lansia kurang, turgor kulit lansia kembali >2 dtk, karena jaringan lemak pada kulit lansia sudah menipis. Tidak ada gangguan pada kulit lansia. 4. Pengkajian keseimbangan untuk lansia a. Perubahan gerakankeseimbangan - Ny. R tidak mampu untuk bangun dari duduk dengan satu kali gerakan tetapi Ny. R harus memakai tongkatnyaatau dengan menopangntubuhnya ke kursi - Apabila ingin duduk perlahan-lahan posisi atau
memegang tepi kursi - Ny. R merassa tidak stabil bila berdiri pertama kalinya b. Komponen gaya berjalan - Apabila berjalan Ny. R harus memakai tongkat untuk dukungan - Ny. R mampu berjalan pada garis lurus
24
5. Pengkajian psikososial a. Hubungan social 1) Hubungan dengan warga/ tetangga : Lansia mampu berinteraksi dan
bekerjasama dengan tetangga yang lain. 2) Hubungan dengan tetangga : Lansia mengatakan mengenal tetanggatetangganya dan mampu berinteraksi dengan baik. 3) Kebiasaan lansia berinteraksi ke rumah tetangga lainnya : Lansia mengatakan selalu berinteraksi ke tetangga lainnya .
25
awalnya lansia menolak perawat, akn tetapi denagn pendekatan lansia akhirnya mau menerima mampu kedatangan menjawab
perawat.Lansia
pertanyaan yang diberikan dengan baik tapi ketika memberikan jawaban lansia dengan ketus menjawab perawat dan kadang tertawa secara bersamaan. 5) Frekwensi kunjungan keluarga : Lansia mengatakan biasanya keluarga (anaknya) berkunjung 1x/ bulan. Lansia mengatakan sangat sedih karena tidak ada anaknya yang tinggal bersama dia. b. Tingkat kerusakan intelektual Dengan menggunakan SPMSQ (short portable mental status questioner), dengan mengajukan beberapa pertanyaan di bawah ini:
26
Benar
Salah Nomor 1
Hari sekarang?
apa
nama
Dimana anda?
alamat
Berapa anda?
umur
Kapan lahir?
anda
Siapa
presiden
27
10
pengurangan
dari setiap angka baru, secra me urun. 5 5 Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan salah = 5,yaitu fungsi intelektual mengalami kerusakan ringan. c. Identifikasi aspek kognitif Dengan menggunakan MMSE ( Mini Mental status Exam) Aspe N k o. Kogni tif Nilai maksi mal
Nilai klien
Kriteria
1 Orien 5 tasi
28
Nilai klien
Kriteria
Tanggal :Hari : Senin Bulan : Oktober 2 Orien 5 tasi 4 Dimana sekarang kita berada ? Negara :Indonesia Propinsi : Sumut Kabupaten /kota :Panti :Jompo Wisma : Cempaka 3 Regis 3 rtasi 3 Sebutkan 3 nama
29
Nilai klien
Kriteria
Meminta
klien
5 Meng 3
Minta
klien
untuk
30
Nilai klien
Kriteria
mengulangi
ketiga
obyek pada poin ke-2 ( tiap poin nilai 1 ) 6 Bahas 9 a 6 Menanyakan pada
klien tentang benda.( sambil menunjukkan benda tersebut ). 1.dapat 2. tidak dapat Minta klien untuk kata
mengulangi berikut :
tidak ada, dan, jika, ada tetapi) Klien menjawab: Tidak, ada, tapi
31
Nilai klien
Kriteria
Minta untuk
klien
untuk
mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari 3 langkah. Ambil tangan dua kertas anda, taruh di lipat di
dan
lantai. 1.sesuai 2. tidak sesuai 3.tidak sesuai setelah diperintahkan untuk menutp mata dan ketika
32
Nilai klien
Kriteria
menyalin
gambar:
Total nilai
30
19
Interpretasi hasil : Setelah dilakukan penilaian dari aspek kognitif hasilnya : 18- 23 gangguan kognitif sedang.
6. Pengkajian prilaku terhadap kesehatan 1) Kebiasaan merokok Lansia mengatakan tidak pernah merokok selama ini
33
kebutuhan sehari-hari terpenuhi dengan frekuensi makan 3 x dalam sehari yang terdiri dari nasi + lauk + pauk + buah kadang-kadang. 3) Jumlah makanan yang dihabiskan Ny. R mengatakan biasanya menghabiskan 1 porsi makanan. 4) Makanan tambahan Ny. R mengatakan ada makanan tambahan berupa snack atau gorengan dan kadang minum jus. 5) Pola pemenuhan cairan Ny. R mengatakan biasanya minum > 4 gelas sehari. 6) Jenis minuman Ny, S mengatakan biasanya lansia minum air putih dan susu yang diberikan oleh anaknya.
34
7) Pola kebiasaan tidur Ny. R tidur mengatakan sulit untuk memulai karena rasa nyeri di persendian
kakinya.jumlah/lamanya tidur 5-6 jam. 8) Gangguan tidur berupa Ny. R mengatakan sulit mengawali tidur, Ny. R mengatakan bahwa rasa sakit yang dialaminya membuat Ny. R sulit untuk tidur. 9) Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur Biasanya Ny. R menggunakan waktu bila tidak tidur menonton televisi.Kadang
Ny. R mengatakan frekwensi BAB biasanya 1 x sehari, konsistensi lembek, Ny. R mengatakan tidak mengalami gangguan dalam hal BAB . 11) Pola eliminasi BAK
Frekwensi BAK pasien adalah 4- 6 kali sehari. Warna urine lansia kuning jernih. 12) Pola aktifitas
35
Kegiatan produktif yang sering dilakukan oleh lansia adalah tidak ada. Ny. R hanya dirumah saja 13) Pola pemenuhan kebersihan diri
Ny. R mengatakan mandi 2 x sehari dengan memakai sabun. 14) Sikat gigi :
Lansia mengatakan jarang menyikat gigi, Ny. R menyikat giginya bila ingat saja atau saat mandi pagi. 15) Kebiasaan berganti pakaian bersih : mengatakan biasanya mengganti
Ny. R
sehari- hari.
N Jenis aktifitas o.
Penilaian
36
n 1 2 3 Makan Minum 10 10 15 10 10 15
dan sebaliknya 4 Kebersihan diri muka, menyisir, mencukur, aktifits kamar di mandi : cuci 15 0
mampu
37
berjalan lakukan dengan roda ) 7 Naik tangga 8 Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 9 Mengontrol defekasi 1 0 1 1 1 2 Mengontrol berkemih Olahrga/ latihan Rekreasi pemanfaatan waktu luang Total 75 / 10 0 10 0 10 0 10 10 10 10 turun 10 0 kursi
38
Dari penilaian yang dilakukan terhadap klien maka di dapat hasil interpretasi: 75, berarti ketergantungan ringan. 7. Pengkajian lingkungan 1) Pemukiman Luas pemukiman lansia sekitar 7x8 meter, bentuk bangunan permanen, atap rumah terbuat dari seng, dinding berupa tembok, lantai bagian depan terbuat dari tegel tetapi dapur terbuat dari tanah, lantai bersih, luas ventilasi < 20 % luas lantai, pengaturan perabot rumah baik, kelengkapn perabot rumah tangga sudah lengkap. 2) Sanitasi Penyediaan air bersih (MCK) berasal dari sumur gali berselongsong, peyediaan air minum di rebus sendiri hingga mandidih, pengelolaan jamban kurang karena Ny. R jarang membersihkannya. Jenis jamban yang digunakan berupa jamban leher angsa, jarak
39
jamban dari sumber air >10 meter, sarana pembuangan air limbah lancar, sampah dibakar dibelakang rumah, polusi udara biasanya berasal dari jalanan di depan rumah. 3) Fasilitas Ny. R mengatakan dibelakang rumah ada ternak ayam. Didepan rumah Ny. R terdapat taman pekarangan bunga dan pohon . 4) Komunikasi dan transportasi - Transportasi : Kondisi jalan berbatu-batu, jenis
transportasi yang dimiliki keluarga Ny. R adalah berupa sepeda motor 1 unit. - Komunikasi : Terdapat sarana komunikasi berupa hand phone ( telepon seluler)
40
N Sign Symptom o
Resiko
menderita reumatik
- Ny. R mengatakan reumatik jarang kontrol ke petugas kesehatan - Ny. R mengatakan apabila harus tongkat - Ny. R mengatakan berjalan memakai
41
N Sign Symptom o badannya lemas - Ny. R mengatakan tidak mengikuti lansia DO : - Ny. R berjalan memakai tongkat - Tampak nodulpernah senam terasa
Etiologi
Masalah
nodul di sendi kaki Ny. R - Ny. lemah - Saat berdiri wajah Ny. R meringis R tampak
mengatakan
42
N Sign Symptom o untuk menggerakkan kakinya - Ny. R mengatakan nyeri kakinya - Ny, S mengatakan cemas memikirkan dipersendian
Etiologi
Masalah
destruksi sendi
DO : -
Keadaan Ny. R
43
Etiologi
Masalah
meringis bila baru bergerak - Tampak nodul-nodul pada persendian kaki 3 DS : Ny. R Ketidakma dapur mpuan lembab keluarga Resiko tinggi terjadi
mengatakan selalu
karena disiram
mempertah cedera
- Ny. R mengatakan ankan tidak mampu untuk lingkungan bangun dari duduk rumah yang dengan gerakan - Ny, R merasa tidak stabil bila berdiri satu kali aman bagi lansia
44
N Sign Symptom o terbuat dari tanah dan basah - Ny. R tidak stabil apabila berdiri
Etiologi
Masalah
pertama kalinya dari tempat duduk - Kamar mandi licin karena jarang dicuci
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny. R Umur : 65 Tahun No. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko keterbatasan dengan mobilisasi kurang H Nama
berhubungan
45
pengetahuan 2.
tentang
perawatan E
Resiko
tinggi
terjadi
berhubungan ketidakmampuan
46
D.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Nama : Ny. R Umur : 65 Tahun No Tgl/ . jam D X 13/ 04 201 1 08.3
0
Implementasi
Evaluasi
Na ma
Kunjungan I - Mengucapkan
maksud dan tujuan dari penyuluh - Menggali pengetahuan keluarga Reumatik . tentang
47
No Tgl/ . jam D X keluarga mengatakan belum mengerti tentang Reumatik - Menjelaskan pengertian penyebab Reumatik,dan Reumatik. - Gali pendapat lansia bagaimana Reumatik - Gali pengalaman bagaimana keluarga mengatasi akibat Reumatik, penyuluh - Keluarga dapat menjawab pertanyaa N n materi yang disampaik I an A : Masalah sebagian teratasi (afektif, kognitif) A K dan R E H Implementasi Evaluasi Na ma
48
No Tgl/ . jam D X mengompres dengan air hangat. - Memberi kepada bertanya - Menutup dan penyuluhan mengucapkan kesempatan lansia untuk kaki kunjunga n ulang E H Implementasi Evaluasi Na ma
terima kasih atas waktu dan untuk penyuluhan. - Membantu lansia untuk memilih fasilitas yang sesuai dengan kondisi. penerimaannya diberikan
mengikuti senam
49
Kunjungan II - Mengucapkan kepada keluarga - Mengingatkan kembali kontrak disepakati - Menanyakan yang sudah topik dibahas lansia tentang yang telah
Jam : salam S : Keluarga sudah mengerti cara mengatasi apabila salah satu I R N E
sebelumnya, ingat
mengalami A
50
No Tgl/ . jam D X diberikan - Menanyakan nyeri kepada O : - Keluarga antusias - Keluarga mengangg uk mengerti Implementasi Evaluasi Na ma
lansia pegertian nyeri - Gali pendapat lansia apa lansia mengurangi nyeri yang dilakukan untuk
- Memberi pujian atas A : Masalah ungkapan keluarga. - Memberikan penyuluhan kepada teratasi P : Lanjutkan pertemuan berikutnya
51
52
No Tgl/ . jam D X diberikan. - Menjelaskan pengertian rumah sehat keluarga mengangguk mengerti - Menganjurkan kepada keluarga agar menata rumah dengan baik, kamar O : - Klien mengangg uk mengerti - Klien antusias dengan penyuluha n - Kontak mata terjaga A K I Implementasi Evaluasi Na ma
khususnya
menyiram dapur airnya A : - Masalah tidak begitu Keluarga banyak belum teratasi
lansia P : Adakan
53
No Tgl/ . jam D X mengatakan mencoba melakukannya - Memberikan kesempatan kepada akan kunjungan ulang untuk mengobser vasi perilaku klien Implementasi Evaluasi Na ma
lansia untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti lansia mengatakan
sudah mulai mengerti tentang penjelasan yang diberikan - Memberi pertanyaan/mengevalua si apa yang sudah
54
No Tgl/ . jam D X menjawab pertanyaan - Memberikan atas jawaban pujian yang Implementasi Evaluasi Na ma
kontrak waktu untuk kunjungan berikutnya, keluarga setuju dengan kontrak dibuat. - Mengucapkan salam waktu yang
dan terima kasih atas kesempatan dan waktu yang telah diberiklan.
BAB IV PEMBAHASAN
A.PENGKAJIAN Berdasarkan teori pada pengkajian, hal-hal yang perlu dikaji antara lain: a. Identitas klien. Identitas menyangkut biodata klien, alamat, riwayat pekerjaan dan lain sebagainya b. Riwayat kesehatan. Pengkajian riwayat kesehatan antara lain, keluhan penyakit saat ini dan keluhan yang dirasakan selama 3 bulan terakhir. c. Tingkat nyeri, derajat dan mulainya. Pengkajian yang meliputi tingkat nyeri dan derajat nyeri yang dirasakan klien dan kapan mulainya. d. Aktivitas sehari hari.
35
36
Pengkajian aktivitas sehari hari terhadap kemampuan klien memenuhi kebutuhannya dan kegiatan yang dapat dilakukan. e. Riwayat psikososial. f. Konsep citra tubuh dan harga diri. Pengkajian yang meliputi bagaimana klien mampu menerima keadaannya dan mekanisme koping yang digunakan dalam menghadapi penyakitnya. g. Pemeriksaan fisik. Inspeksi dan palpasi untuk masing masing sendi, amati warna kulit, ukuran dan pembengkakan. Lakukan pengukuran ROM pada sendi sendi synovial dan catat jika ada deviasi, krepitus dan nyeri saat sendi digerakkan. Lakukan inspeksi dan lapisan otot dan catat jika ada atrofi, tonus yang berkurang serta lakukan pengukuran kekuatan otot.
37
Pada pengkajian penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan pengkajian dilapangan. Karena pengkajian menurut teori sesuai dengan kasus yang ditemukan oleh penulis dilapangan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Adapun diagnosa keperawatan yg terdapat di teori adalah: a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan proses inflamasi destruksi sendi. b. Potensial terjadi cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang. c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan
tugas umum. d. Kurang pemenuhan kebutuhan sehari hari berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
38
e. Hambataan dengan
mobilitas
fisik atau
berhubungan penurunan
perubahan
otot
mengangkat tiga masalah keperawatan yang sedang dialami oleh lansia,yaitu: a. Resiko keterbatasan mobilisasi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
perawatan pada lansia dengan reumatik b. Gangguan rasa aman nyaman (nyeri reumatik) berhubungan destruksi sendi c. Resiko tinggi terjadi cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dengan proses inflamasi
mempertahankan lingkungan rumah yang aman bagi lansia. Adapun kesenjangan yang ditemukan oleh penulis antara teori dengan kasus dilapangan adalah kurang pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dilapangan penulis tidak menemukan bahwa lansia kurang dalam pemenuhan hidup sehari-
39
hari. Lansia masih bisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Dimana lansia selalu memakai tongkatnya untuk membantunya berjal
melakukan aktivitasnya. Keadaan rumah bersih, lantai terbuat dari tegel, dan lansia selalu memakai tongkat.
C.INTERVENSI KEPERAWATAN Menurut teori intervensi yang akan diberikan kepada lansia dengan reumatik adalah antara lain: a. Klien diistirahatkan (tirah baring) b. Pertahankan posisi fisiologis denganbenar c. Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba d. Gunakan terapi panas e. Lakukan perawatan kulit dan masase perlahan f. Beri obat-obatan sesuai program terapi
(analgetik) g. Gunakan sepatu yang menyokong h. Hindarkan lantai licin i. Gunaan pegangan di kamar mandi j. Lakukan latihan ROM jika memungkinkan
40
perasaannya m. Beri dukungan yang tepat n. Dorong klien untuk mandiri o. Ajarkan aktivitas sehari-hari p. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari q. Bantu klien melakukan latihan ROM r. Rencanakan program latihan setiap hari s. Lakukan observasi setiap kali latihan t. Beri lingkungan yang aman u. Jelaskan tantang diet v. Jelaskan tentang proses penyakit Adapaun intervensi yang dibuat oleh penulis adalah memberikan penyuluhan kepada lansia mengenai proses penyakit, pembatasan aktivitas, teknik menurunkan nyeri dengan kompres
D.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
41
Adapun implementasi yang dilakukan oleh penulis adalah sesuai dengan intervensi yang telah disusun oleh penulis yaitu dengan
memberikan penyuluhan kepada lansia sesuai dengan masalah keperawatan yang ditemukan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN Setelah melakukan kunjungan sebanyak tiga kali dan dengan memberikan penyuluhan,
masalah teratasi segagian. Disebabkan oleh keterbatasan dan jarak fasilitas kesehatan dan sumber daya yang dimiliki oleh lansia. Lansia tidak ikut menjadi anggota posyandu lansia karena jarak fasilitas sangat jauh.
42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah. Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang pria lebih sering terkena
39
40
osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada pria dan wanita, tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. 1. Pengkajian Pada saat pengkajian gerontik tidak seperti yang kita peroleh dari paparan teorinya. Dalam hal ini, adanya kendala yaitu keluarga berpengetahuan rendah dan kurang
mengetahui pentingnya perawatan yang baik pada lansia dan merasa tidak ada masalah pada lansia dan merasa hal itu biasa serta kurangnya informasi. Pengkajian pada lansia harus secara menyeluruh baik bi, psiko, sosial, dan kultural.
41
2. Diagnosa keperawatan Dalam asuhan keperawtan gerontik yang telah dilakukan pada Ny. R, penulis
memperoleh 3 masalah kesehatan. Adapun masalah kesehatan tersebut belum seluruhnya dapat diatasi karena keterbatasan waktu
penulis dalam melakukan asuhan keperawatan dan keterbatasan pengetahuan klien dan keluarga dalam melaksanakan tindakan
perawatan yang optimal.Akan tetapi lansia dan keluarga berjanji akan melakukan kunjungan ke petugas kesehatan untuk mendapat
perawatan selanjutnya. 3. Intervensi keperawatan Apa yang diharapkan oleh penulis dalam intervensi tidak seluruhnya dapat dilakukan, oleh karena keterbatasan pengetahuan dari lansia dan keterbatasan waktu bagi penulis. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
42
pemenuhan kebutuhan dasar lansia dapat terpenuhi untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi lansia dapat terwujud secara optimal. 4. Implementasi keperawatan Penulis memberikan penyuluhan kepada lansia mengenai proses penyakit reumatik dan akibat yang ditimbulkannya, serta teknik untuk mengurangi rasa nyeri. Setelah dilakukan asuhan keperawatan gerontik diharapkan
tujuan pemenuhan kebutuhan dasar lansia dapat terpenuhi dan terwujud secara optimal. Lansia berjanji akan kontrol kepelayanan kesehatan untuk tercapainya kemampuan
hidup sehat bagi lansia dikemudian hari. 5. Evaluasi keperawatan Setelah memberikan penyuluhan, lansia mengerti tentang penyakitnya dan mengerti teknik untuk mengurangi rasa nyeri. Lansia berjanji mau untuk memeriksakan
43
hanya teratasi sebagian, karena keterbatasan sumberdaya dan fasilitas posyandu lansia yang sangat jauh dari tempat tinggal lansia. B. Saran 1. Keluarga dan Klien. Dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan hendaknya keluarga dan klien turut berpartisipasi dan bekerjasama atas penyuluhan yang diberikan demi terlaksananya apa yang sudah tujuan direncanakan dalam untuk
intervensi
memperdalam pengetahuan dan melengkapi buku-buku panduan sebagai pedoman dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 3. Petugas Kesehatan.
44
Dalam
melaksanakan
tugasnya,
kesehatan lansia di lingkungan diwilayah kerjanya sehingga yang dapat dialami mengetahui lansia di
pernasalahan
wilayahnya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC:Jakarta Kalim, Handono.1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaapius FKUI: Jakarta Maryam,Siti.2010.Buku Saku Asuhan Keperawatan Pada Lansia.TIM: Jakarta Nugroho, W.2000.Keperawatan Gerontik.Ed.2.eGc: Jakarta Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Ed. 4:EGC, Jakarta Suratun.2008. Klien gangguan sistem
42
43
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3592/ 1/keperawatan-ismayadi2.pdf
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasihNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan ini (PBL) yang telah
44
diadakan pada tanggal 04-16 April 2011 di dusun XX Lorong pertanian desa Kelambir V kebun
Kec.Hamparan Perak Kab. Deli Serdang tepat pada waktunya. Adapun judul laporan ini adalah Asuhan keperawatan Gerontik Pada Ny. R di dusun XX Lorong pertanian desa Kelambir V kebun Kec. Hamparan perak Kab. Deli Serdang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Sr. M. Gabriel Naibaho, S. Pd selaku Ketua STIKes St. Elisabeth Medan yang telah
memberikan kesempatan dan tempat kepada mahasiswa / i untuk mengadakan Praktek Belajar Lapangan di desa Kelambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. 2. Ibu Lilis Novitarum, S. Kep. Ns, selaku sekretaris program studi D III Ilmu Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti praktek belajar lapangan di desa Kelambir V Kebun
45
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. 3. Bapak Jagentar Pane, S. Kep. Ns, selaku koordinator PBL yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta PBL sehingga semua peserta dapat mengikuti praktek belajar lapangan dengan baik. 4. Ibu Sery Rayani Bangun, S.Kep selaku dosen pembimbing Praktek Belajar Lapangan (PBL) dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan gerontik, yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. 5. dr. Aulia Agustin, selaku Kepala Puskesmas Hamparan Perak yang telah memberikan
kesempatan kepada mahasiswa / i STIKes Santa Elisabeth untuk melakukan praktek di puskesmas Hamparan Perak. 6. Bapak Faizal Nasution selaku Camat Hamparan Perak, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada mahasiswa / i STIKes Santa i
46
Elisabeth untuk melakukan praktek belajar didesa Kelambir V Kebun Kecamatan Hamparan Perak. 7. Bapak Prayoga selaku kepala desa Kelambir V Kebun , yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada mahasiswa / i STIKes Santa Elisabeth Medan untuk melakukan praktek belajar didesa Kelambir V Kebun. 8. Bapak Sagiatan selaku Kepala Lingkungan dusun XX Lorong Pertanian yang telah banyak
membantu penulis selama mengikuti praktek belajar lapangan di desa Kelambir V Kebun
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. 9. Ibu Supiah selaku induk semang yang senantiasa bersedia membantu penulis dalam penyediaan tempat tinggal maupun penyediaan makanan dan minuman sehingga penulis dapat semaksimal mungkin menerapkan askep kepada keluarga yang memiliki masalah kesehatan. 10. Orang tua tercinta yang telah banyak
47
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan praktek belajar lapangan ini dengan baik. 11. Teman-teman peserta PBL Prodi DIII
Keperawatan dan D III Keperawatan yang telah membantu penulis dalam memberikan ide dan dorongan kepada penulis dalam penyusunan laporan ini. Penulis juga menyadari bahwa penulisan
laporan ini masih jauh dari sempurna baik segi bahasa maupun penggunaan kata. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa mendatang, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Medan, Maretl 2012
Penulis
ii