You are on page 1of 7

NILAI PENGORBANAN DAN CINTA DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE

Ny. Ms. Ita Rosita 2222110379 IA

Abstract This research aims to describe about sacrifice sense in Bidadari-Bidadari Surga, a novel by Tere Liye. The aspects that are investigated are (1) The sacrifice values of a sister in novel Bidadari-Bidadari Surga, and (2) The love values of family life in novel Bidadari-Bidadari Surga. The data source was Bidadari-Bidadari Surga, a novel by Tere Liye. The data were collected through intensive reading internet. The data were analyzed by using qualitative descriptive technique. The finding shows that how sacrifice and love affect the relation in family. It can be appeared in Laisa who loves her family so much. She gives sacrifice and love so much for her step brothers, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, and her step sister, Yashinta. Besides, she helps her mother, Mak Lainuri in taking care of them, and their family living replaces her Babak (father) who was dead caused by tiger. Laisa reflects a hard-worker woman who gives her life for her family. Even though she has physical limitation, she is not a beautiful woman, but she is a kind-hearted woman that is more precious than anything. The relation between Laisa and her family member, mother, step sister, and step brother show how precious the values of their family life that is garnished by the values of sacrifice and love.

Keywords: sacrifice, love, values

1.1 PENDAHULUAN Seiring dengan pesatnya perkembangan sastra Indonesia, banyak bermunculan karya sastra-karya sastra yang kaya akan nilai. Salah satu penerbit yang melahirkan karya sastra, terutama novel yang kaya akan nilai yang penuh makna adalah penerbit buku Republika. Salah satu terbitan terbaiknya adalah Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye yang menguras emosi serta kaya akan makna kehidupan, terutama kehidupan dalam keluarga. Betapa keluarga amat lah penting dibandingkan hal apapun. Novel ini berkisah tentang nilai pengorbanan dan cinta seorang kakak yang mengantarkan adik-adiknya menjadi orang-orang yang sukses di bidang yang mereka sukai sejak kecil. Walaupun Laisa, hanya sekolah sampai kelas 4 SD, tapi ia berhasil mendidik adik-adiknya untuk memiliki kepribadian yang tangguh, pekerja keras serta melek akan pendidikan. Lais, begitulah panggilannya, adalah seorang wanita yang tangguh, dan pekerja keras. Perempuan yang sejak kecil harus bekerja keras membanting tulang demi keempat adiknya ini bukanlah sosok yang sempurna. Tubuhnya pendek (ketika dewasa hanya setinggi dada adik-adiknya), hitam, rambut kumal, dan gemuk serta dempal. Berbeda sekali dengan keempat adiknya yang tampan-tampan dan cantik. Ia mungkin tidak memiliki kecantikan fisik yang didambakan oleh setiap lelaki, tetapi ia memiliki kecantikan hati yang luar biasa yang mungkin sebetulnya lebih dibutuhkan oleh semua lelaki. Ia mengajarkan banyak hal tentang nilai kehidupan kepada adik-adiknya. Dalam mendidik adik-adiknya, Laisa selalu menanamkan kata kerja keras, kerja keras, kepada adik-adiknya. Saat hari itu telah tiba, ia berhasil mengembangkan kebun strawberrinya dan menyekolahkan adik-adiknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Seorang kakak, dengan segala keterbatasan pendidikan, secara tidak langsung telah memberikan banyak ilmu pada adik-adiknya. Dari kampung terpencil di pinggir hutan, Dalimunte akhirnya berhasil menjadi profesor di bidang fisika yang terkenal di seluruh dunia, dengan penelitian terbarunya tentang Badai Elektromagnetik Antar Galaksi yang akan menghantam planet ini sebelum kiamat. Ikanuri dan Wibisana meskipun beda jarak usianya satu tahun tetapi sering dianggap kembar, berhasil mendirikan bengkel mobil modifikasi dan akan membangun pabrik spare-part mobil sport, dan Yashinta si bungsu yang mendapat beasiswa S2 ke Belanda dan menjadi peneliti untuk

konservasi ekologi, meneliti tentang burung Peregrin atau Alap-alap Kawah dan sejenisnya, serta menjadi kontributor foto untuk majalah National Geographic. Demi mewujudkan janji pada Babak untuk menjaga adik-adiknya, Lais ikhlas menerima semua takdir. Bahkan ketika hal kurang baik menimpanya seperti jodohnya yang tak kunjung datang, ia tetap bahagia dengan kesendiriannya. Di sisi lain, keempat adiknya tergolong mudah dalam mencari jodoh. Bagaimana tidak, mereka secara fisik menarik, pandai, shaleh, bisa menempatkan diri dengan baik, dan tetap rendah hati. Sedangkan Kak Lais? Hingga usianya 40 tahun lebih, belum juga mendapatkan jodohnya. Kak Lais bukannya tidak peduli dengan omongan penduduk kampung, apalagi setelah dilintasi (ditinggal menikah lebih dulu) tiga kali oleh adik-adiknya, tetapi Kak Lais selalu mengatakan kepada Dalimunte bahwa Allah telah mengirimkan keluarga terbaik dalam hidupnya, dan itu sudah cukup. Ia menerima takdir Tuhannya dengan lapang dada, meski tak dipungkiri setiap habis shalat tahajjud ia sering menghabiskan waktu sendirian di lereng bukit, bernostalgia tentang adik-adiknya yang dulu nakal sekali sekarang sudah sukses semua, dan tentunya merenungi tentang hidupnya sendiri; memandangi kebun strawberry yang luas, menuggu hingga langit menyemburatkan cahayanya tanda subuh menjelang. Dalimunte lah yang sering menemani kakaknya disana, setiap dua bulan sekali kepulangannya dari luar negeri. Hingga hari kematian Kak Lais tiba karena kanker paru-paru stadium IV yang telah disembunyikan dari adik-adiknya selama sepuluh tahun, Allah belum juga menurunkan jodohnya ke bumi. Tapi mamaknya yakin sekali bahwa Lais adalah bidadari surga. Pemakaian istilah pengorbanan dan cinta dipilih karena menggambarkan keseluruhan isi cerita novel Bidadari-Bidadari Surga ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengorbanan adalah proses, cara perbuatan mengorbankan. Sedangkan cinta menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suka sekali, sayang benar.

1.2. METODE

Sumber data penelitian adalah novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. Dengan demikian, data penelitian ini berupa data yang berhubungan dengan fokus dari penelitian ini sendiri, yaitu tentang nilai pengorbanan dan cinta. Deskripsi pengarang tentang hal-hal yang menyangkut dengan kehidupan keluarga yang sarat akan nilai kehidupan berrupa pengorbanan dan cinta. Pemerolehan data penelitian dilakukan dengan dua cara yaitu pembacaan secara intensif dan pencarian melalui internet. Kegiatan pembacaan intensif dilakukan untuk menemukan nilai pengorbanan dan cinta dalam novel Bidadari-Bidadari Surga ini. Kegiatan selanjutnya adalah pengumpulan data-data yang diperoleh dari internet yang berkaitan dengan fokus penelitian. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Sesuai dengan permasalahan yang ada, analisis dilakukan sesuai dengan aspek: (1) Nilai pengorbanan seorang kakak terhadap keluarganya dan (2) Nilai cinta dalam kehidupan keluarga.

1.3. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.3.1 Nilai Pengorbanan Laisa terhadap Keempat Adiknya Pada novel Bidadari-Bidadari Surga, nilai pengorbanan digambarkan pada tokoh Laisa yang rela berkorban demi masa depan adik-adiknya, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta. Selain itu, ia berkorban membantu ibunya menghidupi kehidupan mereka. Tokoh Laisa merupakan penggambaran akan seorang wanita yang tangguh, pekerka keras, dan tabah. Sekalipun dengan keterbatasan fisiknya ia selalu dicemooh oleh tetangga dan orang sekitarnya, ia tak pernah putus asa dalam menjalani kehidupannya. Untuk adik-adiknya, Laisa rela berhenti sekolah saat kelas 4 SD. Ia mengalah agar ia dapat membantu ibunya di ladang untuk membiayai sekolah adiknya. Ia tidak peduli akan dirinya. Ia hanya menginginkan kesuksesan adik-adiknya. Meskipun ia tahu bahwa dirinya hanyalah kakak tiri bagi adik-adiknya, ia tetap dengan ikhlas berjuang dan berkorban demi masa depan mereka. Sekalipun sekolahnya tidak lah tinggi, namun

ia selalu menanamkan nilai-nilai kehidupan yang sangat berguna untuk membimbing adik-adiknya. Hal itu tergambar pada kutipan berikut ini. Ini juga gaya favorit Ikanuri waktu kecil dulu kalau menipu guru di kelas (keathuan bolos). Atau ketahuan mencuri uang di kelpeh palstik Mamak Lainuri. Sok bego tidak mengerti. Ah, tapi sekarang ekspresi itu benar-benar jujur. Lagipula sejak puluhan tahun silam, Ikanuri sudah insyaf. Kapok. Mengerti benar maksud Kak Laisa yang suka berteriak, kerja keras!,kerja keras!, kerja keras! Pada akhirnya pengorbanan sang kakak tidak lah sia-sia. Adik-adiknya berhasil menjadi orang-orang yang sukses dna berkepribadian yang baik. Bahkan, saat mereka telah menjadi orang yang sukses, mereka tidak melupakan pengorbanan kakaknya. Laisa selalu menjadi sosok teladan bagi adik-adiknya. Walaupun hingga 40 tahun ia belum juga mendapatkan jodoh, ia tetap berkorban rela dilangkahi adik-adiknya untuk menikah. Sampai menjelang akhir kehidupannya pun ia tetap menjadi sosok yang teladan dan penuh pengorbanan.

1.3.2

Nilai Cinta dalam Kehidupan Keluarga Mak Lainuri Keluarga Mak Lainuri yang terdiri dari Laisa, sang kakak, Dalimunte, adik yang

penurut, Ikanuri dan Wibisana adik yang jahil, serta Yashinta, gadis kecil yang manis hidup dalam kesederhanaan. Sepeninggal babak (ayah) mereka yang meninggal karena diterkam harimau di Gunung Kendeng, Mak Lainuri dan Kak Lais lah yang bekerja keras membanting tulang di ladang demi memperjuangkan kelangsungan hidup mereka. Laisa pun memutuskan untuk berhenti sekolah saat kelas 4 SD agar adiknya bisa meneruskan sekolah dan ia dapat membantu ibunya. Dalam kehidupan mereka yang sederhana, bahkan terkadang kekurangan, mereka masih tetap bertahan karena cinta sebagai keluarga yang utuh. Sehingga, mereka tak pernah mengeluh akan kehidupan mereka. Selain itu, nilai cinta dalam novel ini juga dapat dilihat ketika Laisa memarahi Ikanuri dan Wibisana namun mereka melawan Laisa dan berbalik melawan dan berkata bahwa Laisa bukan kakak kandung mereka karena secara fisik ia berbeda dengan mereka. Meskipun hatinya sangat sakit, tapi tetap ia memaafkan mereka dan menolong 5

mereka saat Ikanuri dan Wibisana dalam bahaya hendak diterkam harimau. Nilai cinta dalam novel ini sangat sarat akan makna. Dengan cara mendidik dan mengajari adikadiknya dengan penuh cinta, Laisa berhasil membuat adik-adiknya berkepribadian baik. Penggambaran dari cinta pun diperlihatkan oleh adik-adik Laisa yang segera pulang ketika mendengar kabar tentang kakaknya yang jatuh sakit karena kanker stadium IV dari mamaknya. Cerita pun bergulir dengan digambarkan begitu kagetnya keempat saudara Laisa dan sebisa mungkin, dengan berbagai cara, berapapun biayanya mereka harus segera tiba di samping Laisa yang sedang sakit. Sebegitu berartinya dan cintanya kah kak Laisa bagi kehidupan mereka sehingga mereka yang benar-benar harus mengorbankan apapun yang sedang mereka kerjakan saat itu.

1.4

SIMPULAN Nilai pengorbanan dan cinta yang disajikan dan dikemas dengan menarik dan

mengharukan dalam novel ini cukup menguras emosi dan mengesankan. Laisa yang berkorban begitu banyaknya demi masa depan adik-adiknya menggambarkan sosok kakak yang teladan dan patut dibanggakan. Demi adik-adiknya, ia rela berhenti sekolah saat kelas 4 SD. Ia bekerja keras membanting tulang membantu Mak Lainuri di ladang demi keberlangsungan hidup keluarga mereka setelah ayahnya meninggal karena diterkam harimau di Gunung Kendeng. Sedikit pun ia tak pernah mengeluh akan hal itu, karena ia ikhlas melakukannya. Asal ibu dan adik-adiknya bahagia, ia rela melakukan apapun, mengorbankan apapun. Selain itu, besarnya pesan cinta yang hadir dalam novel ini juga sangat

mengesankan. Dalam kehidupan yang sederhana, mereka tetap saling mengasihi dan mencintai sebagai kesatuan keluarga yang utuh. Cinta dan kasih sayang Laisa terhadap adik-adiknya yang utuh menjadikan mereka berkepribadian yang baik dan berhasil dalam menyongsong masa depan mereka.

DAFTAR PUSTAKA Fifin. 2011. Bedah Novel Bidadari-bidadari Surga Karya Tere Liye. www. blogmagetan.com Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 6

Susetianingsih, T. S. 2010. Novel Bidadari Bidadari Surga Karya Tere-Liye (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan). www. unpad.ac.id

You might also like