You are on page 1of 43

http://buabuazone88.blogspot.com/2010/01/studi-kelayakan-usaha-kerupukikan-di.

html PROPOSAL STUDI KELAYAKAN BISNIS LAPORAN HASIL STUDI KELAYAKAN


USAHA KERUPUK IKAN DI DAERAH KUIN KECAMATAN BANJARMASIN UTARA KOTA BANJARMASIN

Oleh :
ADITYA RIEZKAN WAHDINE

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


TAHUN 2009
BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar luas wilayahnya merupakan perairan. Ikan merupakan salah satu hasil perikanan yang banyak dihasilkan di Indonesia dan merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan mudah didapat dengan harga yang relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Kandungan protein yang tinggi pada ikan dan kadar lemak yang rendah sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Karena manfaat yang tinggi tersebut banyak orang mengkonsumsi ikan baik berupa daging ikan segar maupun makanan-makanan yang merupakan hasil olahan dari ikan. Bahkan di Jepang dan Taiwan ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari. Ikan merupakan produk yang banyak dihasilkan oleh alam dan diperoleh dalam jumlah melimpah. Akan tetapi ikan juga merupakan bahan makanan yang cepat mengalami proses pembusukan dikarenakan kadar air yang tinggi. Kadar air yang tinggi adalah kondisi yang

memberikan kesempatan bagi perkembangbiakan bakteri secara cepat. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki ikan dirasakan menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Karena itulah sejak dahulu masyarakat telah berusaha melakukan berbagai cara pengawetan ikan agar dapat dimanfaatkan lebih lama. Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan bagian penting dari mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya proses tersebut usaha peningkatan produksi perikanan akan menjadi sia-sia karena tidak bisa dimanfaatkan dengan baik. Pada dasarnya usaha pengawaetan ini adalah untuk mengurangi kasar air yang tinggi di tubuh ikan. Terdapat bermacam-macam usaha pengawetan ikan dari usaha tradisional sampai usaha modern. Usaha pengawetan ikan dilakukan lui penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan lnginan ikan. Hasil dari usaha-usaha pengawetan tersebut sangat tergantung 'proses pengawetannya. Untuk mendapatkan mutu terbaik dari proses awetan ikan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan bahan dan alat digunakan, termasuk ikan yang benar-benar masih segar dan garam yang bersih. Usaha pengawetan ikan tidak hanya sebatas pada pengolahan menjadi lauk yang masih berbentuk ikan tetapi juga pengolahan menjadi bentuk lain setelah dicampur dengan bahan-bahan lain. Ikan hasil pengolahan dan pengawetan umumnya sangat disukai oleh masyarakat karena produk akhirnya mempunyai ciri-ciri khusus yakni perubahan sifat-sifat daging seperti bau (odour), rasa (flavour), bentuk (appearance) dan tekstur. Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan. Produk makanan kering dengan bahan 'baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini" sangat digemari masyarakat. Makanan ini sering digunakan sebagai pelengkap ketika bersantap ataupun sebagai makanan ringan. Bahkan untuk jenis makanan khas tertentu selalu dilengkapi dengan kerupuk. Makanan ini menjadi kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih dan ringan. Selain rasa yang enak tersebut, kerupuk ikan juga memiliki kandungan zat-zat kimia yang dtperlukan oleh tubuh manusia.. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein pada ikan tidak banyak yang hilang setelah mengalami pengolahan. Jika dibandingkan dengan kerupuk udang, kandungan vitamin dan mineral pada kerupuk ikan lebih rendah. Proses pembuatan kerupuk ikan sangatlah sederhana dan mudah diusahakan. Industri ini

banyak berkembang di wilayah-wilayah perairan dengan produksi ikan tinggi. Di samping dapat diusahakan dengan peralatan modern, usaha ini juga dapat dijalankan dengan peralatan trafisiona. Oleh sebab Itulah usaha kerupuk ikan banyak dilakukan oleh rumah tangga yang merupakan industri mikro. Dari segi skala peusahaan, usaha pengolahan kerupuk ikan dilakukan oleh perusahaan besar-menengah dan juga perusahaan kecil rumah tangga. Perbedaan utama dari skala usaha tersebut adalah pada teknologl dan pangsa pasarnya. Perusahaan besar-menengah dalam proses produksinya menggunakan peralatan dengan teknologi modern dengan pangsa pasar tersebar balk dl daerah lokal maupun daerah lain bahkan ekspor. Berbeda dengan perusaha.an skala besarmenengah, usaha pengolahan kerupuk kecil rumah tangga sebagian besar menggunakan peralatan dengan teknologi yang sederhana dan pangsa dengan pangsa pasar yang masih terbatas pada pasar lokal. Usaha pengolahan kerupuk ikan banyak tersebar di wilayah Indonesia diantaranya adalah Kepulauan Belitung, Jawa Timur dan Kalimantan. Di Kalimantan sendiri hasil olahan perikanan merupakan salah satu produk andalan dengan salah satu wilayah sentra produksinya di Kalimantan Selatan. Sebagai salah satu daerah dengan hasil perikanan yang cukup tinggi, Kal-Sel memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan usaha-usaha pengolahan produk perikanan. Hasil olahan produk perikanan yang terkenal dan Kal-Sel diantaranya adalah kerupuk ikan. Meskipun industri pengolahan hasil perikanan tersebar di wilayah Kal-Sel, pada daerah tertentu memiliki sentra industri yang menghasilkan produk spesifik. Industri kerupuk misalnya banyak berkembang di daerah Kuin, Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Penyusunan pola pembiayaan usaha pengolahan kerupuk ikan ini didasarkan pada Informasi dari studi lapangan yang dilakukan di wilayah Kalimantan Selatan. Survey dilakukan pada industri pengolahan kerupuk ikan yang merupakan industri kecil rumah tangga. Industriindustri ini pada dasarnya tidak hanya memproduksi kerupuk ikan saja tetapi juga kerupuk jenis lain seperti kerupuk udang dan kerupuk dengan bahan baku tepung lainnya. Dilihat dari aspek ekonomis, usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat menguntungkan. Peluang pasar dalam negeri maupun ekspor untuk komoditi ini masih sangat terbuka. Hal ini dikarenakan kerupuk ikan merupakan konsuumsi sehari-hari masyarakat sehingga

permintaan untuk kerupuk ikan relatif stabil bahkan cenderung mengalami kenaikan. Selain mampu meningkatkan pendapatan bagi pengusaha, usaha ini juga mampu membantu meningkatkan pendapatan penduduk sekitar yang akhirnya berpengaruh pada perekonomian daerah. Dilihat dari aspek sosial, usaha kerupuk ikan mempunyai dampak sosial yang positif. Industri kecil rumah tangga ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Secara tidak langsung ini merupakan upaya penciptaan lingkungan kerja yang mengurangi jumlah pengangguran di suatu wilayah. Dilihat dari sisi dampak lingkungan, usaha kerupuk ikan tidak menimbulkan pencemaran Iingkungan. Limbah yang dihasilkan dari usaha ini hanyalah air sisa pembersihan yang tidak mengandung zat-zat kimia dan langsung meresap ke dalam tanah.

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha Usaha kerupuk ikan dapat dilakukan oleh industri besar-menengah bahkan industri kecil rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat mudah. Jenis usaha kerupuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu usaha kerupuk dengan bahan baku tepung tapioka dan ikan/udang dan usaha kerupuk dengan bahan baku utama tepung saja (baik tepung tapioka, tepung gaplek atau tepung lain tanpa campuran ikan/udang). Jenis kerupuk dengan bahan baku tepung diantaranya adalah kerupuk Kasandra dengan bahan baku hanya tepung tapioka, kerupuk puli dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung terigu dan kerupuk impala dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung gaplek. Setiap pengusaha tidak hanya memproduksi satu ]enis kerupuk saja. Alasan dari memproduksi lebih dari jenis kerupuk ini adalah bahwa pada prinsipnya proses pembuatan kerupuk hampir sama sehingga mesin-mesin yang sama bisa digunakan juga untuk memproduksi jenis yang lain. Mesin yang perlu ditambahkan adalah mesin pencetak yang sesuai dengan bentuk kerupuk yang diproses. Usaha dengan jenis produksi lebih dari satu juga akan membantu produsen dalam variasi produksi sehingga kerugian bisa diminimalisir. Salah satu sampel pengusaha misalnya, memproduksi kerupuk ikan setiap harinya. Selain itu dia juga memproduksi kerupuk

jenis lain yaitu kerupuk puliumlah produksi kerupuk puli ini disesuaikan dengan pesanan yang ada dan juga dipengaruhi oleh pasar kerupuk ikan. Pada saat harga kerupuk puli naik ataupun saat harga kerupuk ikan kurang menguntungkan pengusaha akan meningkatkan jumlah,produksi kerupuk puli. Di Kalimantan Selatan, usaha pembuatan kerupuk ikan terdiri atas usaha perorangan dan usaha kelompok. Usaha perorangan banyak tersebar di seluruh wilayah di luar kecamatan sentra industri, sedangkan usaha kelompok banyak terdapat di wilayah-wilayah sentra industri. Jumlah produksi usaha perorangan relatif lebih rendah dengan wilayah pemasaran di dalam negeri, sementara, usaha kelompok mempunyai skala usaha yang lebih besar karena merupakan gabungan dari beberapa usaha individu dengan jumlah produksi lebih banyak dan wilayah pemasaran lebih luas sampai ke luar daerah terutama wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.. 2.2. Pola Pembiayaan Bank Dari segi pembiayaan, usaha pembuatan kerupuk ikan memerlukan biaya yang relatif sedikit. Untuk memulai usaha dengan 1 (satu) unit peralatan teknologi menengah diperlukan dana kurang lebih Rp.500.000.000,-. Kebutuhan modal ini dapat dicukupi dengan modal sendiri ataupun sebagian dapat dipenuhi dengan pinjaman dari bank. Kebutuhan biaya untuk investasi dan modal kerja usaha kerupuk ikan dapat dipenuhi dengan pinjaman bank. Pinjaman dari bank dapat berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja. Dari survey yang telah ada, pengusaha kerupuk ikan yang merupakan industri keeil memperotieh kredit dari PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk (selanjutnya disebut Bank BRI). Kebanyakan dari usaha kerupuk ikan yang memperoleh kredit ini merupakan usaha perorangan. Pihak Bank BRI Banjaramasin sendiri tidak memberikan kredit untuk usaha kelompok karena risikonya terlalu besar sebab biasanya usaha kelompok menggunakan jaminan tanggung renteng. Selain tidak memberikan kredit untuk usaha kelompok, Bank BRI Sidoarjo juga tldak memberikan kredit untuk usaha-usaha di wilayah sentra industri. Alasan untuk tidak memberi kredit usaha di wilayah sentra ini karena hubungan yang erat diantara warga di wilayah sentra, sehingga jika salah satu pengusaha mengalami masalah pembayaran kredit akan mempengaruhi pengusaha yang lain. Oleh sebab itu, survey tidak dilakukan pada pengusaha-pengusaha yang berada di wilayah sentra industri kerupuk ikan.

Pada umumnya pengusaha yang mendapatkan kredit adalah nasabah yang telah lama berhubungan dengan Bank BRI sebagai nasabah. Dari ketiga pengusaha yang mendapatkan kredit dari Bank BRI, dua nasabah memperoleh kredit sebesar Rp.500.000.000,- dan satu nasabah memperoleh kredit sebesar Rp.350.000.000,-. Salah satu nasabah dengan kredit Rp.500.000.000,telah mendapat kreditdari Bank SRI sebanyak 2 kali dengan jumlah kredit sebelumnya sebesar Rp.300.000.000,-. Sedangkan seorang nasabah yang lainnya baru memperoleh sekali. Nasabah dengan kredit Rp.350.000.000,- telah mendapatkan kredit dari Bank BRI sebanyak 3 (tiga) kali. Masing-masing nasabah tersebut memlilki jangka waktu kredit selama 1 tahun yang dapat diperpanjang sesuai dengan kemampuannya. Jenis kredit yang diberikan Bank BRI Banjarmasin adalah kredit investasi dan kredit modal kerja yang masing-masing mempunyai persyaratan kredit yang berbeda. Untuk kredit investasi, Bank BRI memberikan kredit dengan perbandingan antara bLaya sendiri dan kredit dengan proporsi biaya sendiri sebesar 35% sampai 40%. Kredit investasi jangka waktunya 5 tahun dengan graee period selama 6 sampai 12 bulan. Untuk kredit modal kerja, plafon dana sendiri yang harus dimiliki untuk mendapatkan kredit ini sebesar 30%. Jangka waktu kredit modal kerja antara 1 sampai 3 tahun. Kredit modal kerja yang diberikan menggunakan pola rekening koran. Pola rekening koran adalah pembiayaan di mana nasabah yang mendapatkan kredit diharuskan membuka rekening di bank bersangkutan. Bank akan memberikan kredit sejumlah pengajuan yang disetujui dengan jangka waktu tertentu. Kredit tersebut dapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah selama jangka waktu kredit yang diberikan. Jumlah kredit ini dibayar lunas pada akhir periode dengan kata lain tidak menggunakan pola angsuran. Dengan pola ini memungkinkan bagi nasabah untuk mengambil sejumlah dana yang diperlukan pada waktu-waktu diperlukan. Tingkat suku bunga dihitung per hari berdasarkan jumlah kredit yang diambil dan jangka waktu pengambilan kredit. Jangka waktu pelunasan dapat diperpanjang sesuai dengan kemampuan nasabah. Bank BRI di tingkat unit akan memberikan Insentif Pembayaran Tepat Waktu (IPTW) bagi nasabah yang membayar tepat pada waktunya. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan usaha kecil.

Tabel 2.1 Persyaratan Kredit Menurut Jenis dan Kredit

No 1 2 3 4 5

Persyaratan Kredit Bunga (% per tahun) Grace period (bulan) Jangka waktu kredit (tahun) Dana sendiri nasabah (% plafon) Periode angsuran

Investasi 14-18 6-12 5 30-40 Dibayar akhir periode -

Modal Kerja 14-15 1-3 20-30

Sumber : Data Primer

Untuk mendapatkan kredit, nasabah harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh bank. Dua faktor utama yang dipertimbangkan bank adalah karakter dan agunan. Karakter berkaitan dengan sifat wirausahawan yang tangguh dan ulet serta bertanggungjawab, sehingga pihak bank dapat mempercayai bahwa kredit yang diberikan akan dikembalikan melalui usaha yang sungguh-sungguh. Agunan bisa dikatakan merupakan persyaratan yang mutlak harus ada dalam pengajuan kredit. Agunan biasanya berupa sertifikat "Ih/bangunan tempat usaha. Untuk pengusaha kerupuk ikan di Banjarmasin yang mendapatkan kredit dari Bank BRI menggunakan jaminan berupa sertifikat tanah/bangunan tempat usaha dan tabungan deposito. Industri pembuatan kerupuk merupakan industri pengolahan makanan, 'karena itu harus mendapat ijin dari Departemen Perindustrian dan dan pangan dan Departemen Kesehatan. Perijinan yang diperlukan diantaranya adalah Tanda Daftar lndustri, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat ljin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan dan ijin SB/MD dari Departemen Kesehatan,dan ijin bebas gangguan lingkungan (HO). Pada awal pengajuan kredit, nasabah juga harus menanggung biaya Idministrasi yang harus dilunasi sebelumnya. Biaya administrasi tersebut meliputi: a. Biaya pengikatan jaminan b. Biaya notaris c. Provisi d. Biaya administrasi

e. Asuransi resiko Kelima jenis biaya tersebut semua ditanggung oleh calon debitur dan harus dlbayar tunai sebelum kredit yang diajukan ditandatangani. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan di atas relatif mudah dan bisa dlpenuhi oleh calon debitur. Kemudahan lainnya adalah waktu yang diperlukan untuk reaHsasi kredit hanya membutuhkan waktu 1 (satu) bulan untuk nasabah baru, sedangkan untuk nasabah lama yang merupakan perpanjangan kredit hanya membutuhkan waktu 3 (tiga) hari.

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Aspek pasar menyangkut hal permintaan dan penawaran kerupuk ikan sedangkan aspek pemasaran meliputi masalah harga, rantai pemasaran, peluang pasar dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pemasaran kerupuk ikan. 3.1. Aspek Pasar 3.1.1 Permintaan Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah pedesaan. Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi dibanding pedesaan dikarenakan pendapatan penduduk di kota yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pad a pemenuhan kebutuhan yang lebih pokok.

Tabel. 3.1 Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata perKapita untuk Kerupuk (wilayah) Wilayah Perkotaan (Urban) Pedesaan (Rural) Perkotaan + Pedesaan Banyaknya (ons) 0.193 0.147 0.166 99 122 Nilai (Rp.) 154

Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Dikatakan bahwa kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari. oleh masyarakat luas wik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi. Dari tabel 3.2. berikut dapat diketahui bahwa semakin tlnggi pendapatan yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar jumlah konsumsi kerupuk per bulannya. Tabel 3.2 Konsumsi Kerupuk Rata-rata per Kapita Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan
Golongan Pengeluaran (Rp.)
Kurang dari 40.000

Konsumsi (Ons)

0.075 0.087 0.085 0.128 0.140 0.196 0.250 0.305 0.166

40.000-59.999 60.000-79.999 80.000-99.999 100.000-149.999 150.000-199.999 200.000-299.99 300.000-499.999 500.000 dan lebih
Rata-rata konsumsi per Kapita

Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Selain dikonsumsi masyarakat dalam negeri, kerupuk ikan juga telah dlekspor ke luar negeri antara lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura dan Belgia. Adapun jumlah ekspor untuk komoditi kerupuk (kerupuk udang dll) disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (Kg)


Tahun Kerupuk Udang Kerupuk Lainnya

1993

5.484

2.268

1994 1995 1996 1997 1998

4.436 4.798 6.056 3.719 1.532

2.184 1.499 2.293 1.169 1.113

Sumber : HTTP://www.investasi.belitungisland.com

3.1.2. Penawaran Usaha kerupuk ikan banyak diusahakan di daerah-daerah yang banyak menghasilkan Ikan terutama daerah-daerah pantai dan sungai-sungai besar seperti di Kalimantan. Meskipun beberapa daerah telah memproduksi kerupuk Ikan, data mengenai jumlah produksi kerupuk ikan baik di tingkat nasional maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada survey yang mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk ikan baik di tingkat lokal maupun nasional. Kerupuk ikan dapat diproduksi sehari-hari dan tidak tergantung pada musim. Hanya saja kemungkinan terjadi penurunan pasokan kerupuk pada musim hujan karena produksinya menurun. Tetapi dengan berkembangnya teknologi, hambatan proses pengeringan pada musim hujan dapat teratasi sehingga pada musim hujan proses produksi masih bisa dilakukan meskipun tidak sebanyak pada musim kemarau. Selain itu pasokan ikan yang bisa diperoleh tiap hari dapat menjamin keberlangsungan usaha sekaligus pasokan kerupuk. 3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan untuk usaha ini cukup tinggi karena jumlah usaha pembuatan kerupuk relatif banyak dan jenis kerupuk yang sangat bervariasi. Peluang pasar untuk produk kerupuk ini dapat diperoleh dengan menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas rasa yang lebih enak dan warna ataupun bentuk yang lebih menarik. Berbagai jenis kerupuk yang ada di pasaran membuat konsumen semakin mempunyai banyak pilihan.

Selain produk inovasi baru peluang pasar untuk kerupuk ikan adalah segmen pasar yang sangat luas. Produk ini dikonsumsi secara luas dari masyarakat berpenghasilan rendah sampai masyarakat penghasilan tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah konsumsi kerupuk ikan akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan gaya hidup masyarakat yang menjadikan kerupuk ikan sebagai makanan pelengkap sehari-hari. 3.2. Aspek Pemasaran 3.2.1. Harga Harga kerupuk ikan mengikuti hukum penawaran dan permintaan. Jika penawaran menurun maka harga kerupuk cenderung naik. Banyaknya jumlah usaha dengan berbagai jenis kerupuk yang dihasilkan menyebabkan jumlah penawaran yang cukup besar. Dalam masalah harga, produsen tidak biisa menentukan harga seperti pada pasar persaingan sempurna. Pihak yang dapat mempengaruhi harga adalah pedagang. Banyaknya jenis kerupuk di pasar m.mbuat konsumen bebas memilih produk sesuai selera, sehingga produk van; laku tersebut akan naik harganya dan dapat menurunkan harga kerupuk jlnls lain. Harga rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen pada tahun 2004 di 5idoarjo mencapai Rp.30.000,- sampai Rp.32.500,- per bal isi I) kg kerupuk siap goreng atau Rp.6.000,- sampai Rp.6.500,- tiap kg. Harga kelrupuk ikan ini cukup fluktuatif. Perubahan harga tersebut bervariasi tetapi biasanya masih berada pada kisaran 10%. Kenaikan harga terjadi pada saat inilah produksi menurun yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku dan penurunan produksi terutama pada musim penghujan. 3.2.2. Rantai Pemasaran Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana kerupuk ikan sampai krpada konsumen. Pengusaha kerupuk ikan sebagian besar hanya menghasilkan produk sampai pada kerupuk mentah siap goreng. Hasil produksi berupa kerupuk siap goreng dipasarkan ke konsumen akhir (rumah tangga) melalui 3 cara yaitu: 1. Usaha penggorengan

Usaha penggorengan merupakan usaha yang timbul sebagai usaha pengolahan lanjutan dari kerupuk ikan. Produk dari usaha ini berupa kerupuk goreng siap konsumsi yang dikemas kemudian dijual ke konsumen melalui toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke konsumen akhir. 2. Agen/toko Agen/toko ini berfungsi sebagai pengepul yang akan menjual produk kerupuk siap goreng pada penjual eceran atau langsung kepada konsumen akhir. 3. Pengecer Pedagang yang menjual langsung kepada konsumen Dari pola pemasaran produk di atas, dapat diketahui bahwa produk akan sampai pada konsumen akhir dalam dua bentuk yaitu kerupuk mentah siap goreng dan kerupuk goreng siap konsumsi. Dalam hal pengiriman produk dari produsen ke konsumen ada dua cara : 1. Diambil langsung ke produsen 2. Dikirim oleh produsen kepada agen atau toko pemesan
Foto 1. Kerupuk Ikan Siap Dikirim ke Pedagang Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studl Ekonomi dan Kebijakan Pubilk (PSE-KP) UGM

Gambar 1. Diagram Air Rantai Pemasarn Kerupuk Ikan

3.2.3. Kendala Pemasaran

Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan adalah masalah harga: Harga kerupuk ikan per kilogramnya relatif lebih mahal dibandingkan jenis kerupuk lain yang tidak memakai ikan sebagai campuran. Mahalnya harga kerupuk ikan udang ini menyebabkan pembeli untuk produk ini masih terbatas. Masyarakat dengan pendapatan menengah ke atas mungkin akan membeli kerupuk ikan sebagai kebutuhan sehari-hari, tetapi untuk masyarakat dengan pendapatan yang masih rendah konsumsi untuk kerupuk ikan ini masih terbatas pada acara-acara tertentu yang dianggap istimewa dan untuk konsumsi sehari-hari lebih memilih kerupuk jenis lainnya yang lebih murah. Berikut perbandingan harga beberapa jenis kerupuk di tingkat produsen di Banjarmasin untuk jenis kerupuk dengan kualitas medium dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Jenis Krupuk dan Harganya di Banjarmasin Jenis Kerupuk Kerupuk Ikan Kerupuk Udang Kerupuk Puli Kerupuk Kasandra Kerupuk Impala
Sumber : Data Primer

Harga per kg 6.000,8.000,3.000,2.900,3.000,-

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tingkat produsen, harga kerupuk ikan dan udang mencapai dua kali lipat dari harga jenis kerupuk dari tepung saja (tanpa ikan dan udang). Terlihat harga kerupuk udang mempunyai harga yang paling tinggi, sebab bahan baku berupa udang harganya lebih mahal diantara bahan baku jenis kerupuk lain. Dengan komposisi harga yang demikian tidak mengherankan jika permintaan kerupuk ikan relatif masih rendah terutama pada masyarakat berpenghasilan rendah.

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Dalam bab ini akan dibahas mengenai teknis pembuatan kerupuk ikan. Secara teknis pembuatan kerupuk ikan relatif mudah dilakukan karena bahan-bahan yang mudah didapat dan alat-alat yang digunakan cukup sederhana. 4.1. Lokasi Usaha Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya dilakukan di daerah-daerah yang dekat dengan wilayah perairan baik wilayah dekat pantai ataupun sungai-sungai besar agar dapat memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih murah. Untuk pembuatan kerupuk ikan tidak memerlukan lokasi usaha yang spesifik. Rumah tangga pada umumnya dapat melakukan usaha ini sepanjang memiliki tanah lapang yang cukup untuk proses penjemuran. Pada lokasi usaha yang hanya memiliki tanah sempit dapat melakukan penyesuaian dengan membuat tempat penjemuran pada bagian atas bangunan yang dibuat bertingkat. 4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan 4.2.1. Fasilitas Produksi a. Bangunan untuk proses produksi Bangunan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang meliputi penyiapan bahan baku, pembuatan adonan, pencetakan, pengukusan, pendinginan, pemotongan, pengeringan penjemuran dan penyimpanan. Luas lahan yang digunakan tergantung pada jenis dan banyaknya fasilitas yang dimiliki atau dengan kata lain skala usaha yang dimiliki. Layout pabrik diatur sesuai dengan urutan tahap-tahap produksi. Hal ini memudahkan untuk proses pemindahan barang dari masing-masing tahap. Ruangan untuk tempat pemotongan misalnya merupakan ruangan yang langsung tembus ke lahan penjemuran untuk memudahkan proses pengangkutan kerupuk setelah dipotong untuk selanjutnya dijemur. Gudang penyimpanan output disesuaikan dengan jumlah produksi. b. Lahan penjemuran Lahan penjemuran untuk pengeringan kerupuk ini relatif lebih luas dibandingkan bangunan tempat produksi yang lain. Tanah yang digunakan untuk penjemuran disemen agar kerupuk basah yang dijemur tidak kotor oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran diberi atap

untuk penyimpanan sementara kerupuk yang belum kering pada waktu malam hari atau saat hujan. 4.2.2. Peralatan Kerupuk ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana atau dengan peralatan dengan teknologi modern. Untuk industri rumah tangga yang memproduksi kerupuk ikan baik untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual dengan likala yang masih kecil dapat menggunakan alat-alat yang sederhana. Adapun alat-alat sederhana yang digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan yaitu: 1. Baskom 2. Dandang 3. Alat penghancur bumbu (cobek) 4. Pisau 5. Tampah (Nyiru) 6. Kompor 7. Loyang 8. Sendok Usaha pembuatan kerupuk ikan dengan skala yang besar menggunakan alat-alat dengan teknologi yang lebih modern. Penggunaan teknologi modern ini dapat mengurangi jumlah pekerja sekaligus menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang singkat. Adapun peralatan modern yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk ikan antara lain: 1. Alat penghancur ikan Digunakan untuk melumatkan ikan yang telah dibersihkan kepala dan sisiknya sehingga diperoleh daging ikan yang telah ditumbuk halus dan siap dicampur dengan bahan lain. 2. Alat pelembut bahan (mulen) Mesin ini digunakan untuk melembutkan campuran ikan yang telah dihaluskan dan adonan

tepung dan bumbu. Mesin ini berkapasitas hingga 10 kg dan dapat dijalankan oleh 1 (satu) orang tenaga kerja. 3. Bak pencampur bahan Bak ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang rata-rata 2 meter dan lebar 1 meter yang terbuat dari kayu. Ukuran bak ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas muatan yang diinginkan. 4. Pencetak Mesin pencetak ini digunakan untuk mencetak adonan, berbentuk silinder sebelum dimasukkan ke cetakan sesuai ukuran yang diinginkan. Terdapat juga meja press agar adonan yang tercetak menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini membutuhkan 1 orang tenaga kerja untuk menjalankannya. 5. Alat pengukus (dandang) Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang terbuat dari aluminium. 6. Mesin pemotong Mesin pemotong ini digunakan untuk memotong kerupuk yang telah diidinginkan selama 1 hari (24 jam). Mesin ini dijalankan oleh 2 (dua) orang tenaga kerja. 7. Oven Oven digunakan untuk mengeringkan kerupuk terutama pada saat sinar matahari kurang atau pada saat musim hujan. Oven berbentuk persegi panjang yang terbuat dari eor-coran semen dan pasir yang terbagi dalam dua bagian. Bagian atas merupakan tempat kerupuk yang akan dikeringkan sedangkan bagian bawah berupa kolong untuk mengalirkan panas. Oven terdiri dari dryer dan mesin diesel. 4.3. Bahan Baku Terdapat bermaaam-macam jenis kerupuk yang pembuatannya menggunakan bahan baku yang berbeda-beda. Seperti namanya, kerupuk ikan merupakan kerupuk yang berbahan baku ikan.

Berbagai jenis ikan dapat dlgunakan untuk pembuatan kerupuk ikan, namun tidak semua jenis ikan dapat dibuat kerupuk ikan. Adapun jenis ikan yang sering dibuat kerupuk antara lain Ikan tenggiri dan ikan pipih, serta ikan-ikan lainnya. Selain ikan, usaha ini menggunakan bahan baku lain yaitu tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan telur. Bumbu juga digunakan dalam pembuatan kerupuk ikan untuk mennmbal1 rasa lezat dan gurih. Adapun bumbu-bumbu yang digunakan adalah garam, gula dan penyedap rasa. Zat pewarna sering digunakan sebagai bahan tambahan untuk memberikan warna agar lebih menarik. 4.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan kerupuk tidak memerlukan keahlian khusus. Dalam hal ini tenaga kerja pria dan wanita dapat dipekerjakan pada semua tahap pembuatan. Akan tetapi tenaga kerja laki-laki sebagian besar ditempatkan pada proses penyiapan bahan, peneetakan, pengukusan, dan pemotongan sedangkan tenaga kerja wanita banyak digunakan pada tahap pemotongan, penjemuran dan pengepakan. Selain tenaga kerja tetap, terkadang diperlukan tenaga kerja borongan jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau pada musim kemarau dimana proses produksi meningkat. 4.5. Teknologi Dalam usaha pembuatan kerupuk ikan dapat menggunakan teknologi tradisional ataupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini berkaitan dengan jenis peralatan yang digunakan selama proses produksi. a. Teknologi tradisional Peralatan yang digunakan pada teknologi ini mudah diperoleh sebab merupakan peralatan yang sering dipakai dalam rumah tangga pada umumnya. Selain alat, tenaga kerja merupakan faktor utama dalam hasil produksi kerupuk, sebab beberapa proses produksi mengandalkan tenaga manusia. Penggunaan peralatan sederhana ini sangat mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan mutu. Dengan hanya menggunakan teknologi tradisional ini terkadang hanya dapat menghasilkan 1 (satu) kali adonan. Kapasitas produksi dengan alat sederhana ini sangat keeil dengan mutu yang kurang baik.

b. Teknologi modern Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern menggunakan peralatan seperti mesin cetak otomatis yang menghasilkan bentuk yang lebih variatif, mesin pemotong yang lebih eepat dan penggunaan oven, Penggunaan teknologi ini dapat menghasilkan jumlah produksi yang berlipat-lipat jika dibandingkan dengan teknologi sederhana. Dalam satu hari dapat dilakukan 3-4 kali adonan kerupuk. Selain itu dengan teknologi ini akan menghemat jumlah tenaga kerja yang digunakan yang akan menurunkan biaya operasional. c. Teknologi menengah Pada pembuatan kerupuk dengan teknologi menengah menggunakan peralatan yang terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif masih rendah. 4.6. Proses Produksi Pengolahan kerupuk ikan hanya dari pengolahan bahan mentah sampai pada proses kerupuk siap goreng. Adapun proses pengolahannya adalah sebagai berikut: 1. Proses penyiapan bahan baku Proses penyiapan bahan baku adalah persiapan daging ikan, tepung serta bumbu-bumbu sesuai dengan perhitungan komposisi masing-masing bahan untuk setiap adonan. Dalam proses ini Bahan baku ikan perlu mendapat perhatian utama. Mutu ikan yang digunakan akan mempengaruhi mutu produksi kerupuk ikan, oleh karena itu perlu dipilih ikan yang masih segar. bengan demikian diperlukan pengetahuan untuk mengetahui tanda-tanda ikan dengan mutu yang baik (masih segar). Sebelum dihaluskan, ikan dibersihkan dahulu dengan eara menghilangkan sisik, insang, maupun isi perutnya kemudian dieuci sampai bersih. Bagian tubuh yang keras, seperti duri maupun tulang dibuang karena dapat menurunkan mutu kerupuk yang dihasilkan. Selanjutnya ikan tersebut digiling sampai halus. Di samping itu bahan baku berupa tepung dan telur serta bumbu disiapkan untuk proses adonan. 2. Proses pembentukan adonan

Adonan dibuat dari tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu-bumbu yang digunakan. Tepung diberi air dingin hingga menjadi adonan yang kenta!. Bumbu dan ikan yang telah digiling halus dimasukkan ke dalam adonan dan diaduk/diremas hingga lumat dan rata. Adonan ini kemudian dimasukkan ke dalam mulen untuk pelembutan, dan akan diperoleh adonan yang kenyal dengan campuran bahan merata. 3. Pencetakan Pencetakan adonan dapat dilakukan dengan tangan ataupun dengan mesin. Dengan menggunakan tangan adonan dibentuk silinder dengan panjang kurang lebih 30 cm dan diameter 5 cm. Dengan bantuan alat cetak adonan ini dapat dibuat dalam bentuk serupa. Kemudian adonan berbentuk silinder ini di "press" untuk mendapatkan adonan yang lebih padat. Selanjutnya adonan ini dimasukkan ke dalam cetakan yang berbentuk silinder yang terbuat dari aluminium, Ikan Segar Kulit Kulit Ikan yang Mulai Membusuk

- Warna kulit terang dan jernih - Kulit - Kulit berwarna suram, pueat dan - Kulit berwarna suram, pueat dan - Kulit masih kuat membungkus berlendir berwarna suram, pueat dan berlendir

tubuh, tidak mudah sobek,terutama - Kulit - Kulit mulai terlihat mengendur di mulai terlihat mengendur di pada bagian perut beberapa beberapa tempat tertentu tempat - Kulit mudah robek dan warna-warna khusus sudah hilang. khusus sudah hilang

tertentu

- Warna-warna khusus yang ada - Kulit mudah robek dan warna- warna masih terlihat jelas khusus sudah hilang Sisik - Sisik menempel kuat pada tubuh - Sisik - Sisik mudah terlepas dari tubuh

mudah terlepas dari tubuh sehingga sulit dilepas Mata - Mata tampak suram, tenggelam

- Mata tampak terang, jernih, - Mata an menonjol dan cembung tampak suram, tenggelam dan menonjol dan cembung berkerut an menonjol dan cembung Insang - Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah - Insang tertutup oleh lendir berwarna terang dan berbau segar seperti bau ikan Daging - Daging kenyal, menandakan rigor mortis - Daging dan bagian tubuh lain berbau segar - Bila daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan - Daging melekat kuat pada tulang - Daging perut utuh dan kenyal - Warna daging putih - Daging lunak, menandakan rigor mortis telah selesai - Daging dan bagian tubuh lain mulai berbau busuk - Bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan - Daging mudah lepas dari tulang - Daging lembek dan isi perut sering keluar - Daging berwarna kuning Kemerah merahan punggung terutama disekitar tulang - Insang berwarna coklat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan - Lendir insang keruh dan berbau asam, menusuk hidung

Bila ditaruh dalam air Bila ditaruh dalam air - Ikan segar akan tenggelam - Ikan yang sudah membusuk akan terapung di permukan air.

Sumber: Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, Pengawetan dan pengolahan Ikan, Kanisius, Yogyakarta, 1989.

4. Pengukusan Adonan berbentuk silinder kemudian dikukus dalam dandang selama kurang lebih 2 jam sampai masak. Untuk mengetahui apakah adonan kerupuk telah masak atau belum adalah dengan cara menusukkan lidi ke dalamnya. Bila adonan tioak melekat pada lidi berarti adonan telah masak. Cara lain untuk menentukan masak atau tidaknya adonan kerupuk dapat dilakukan dengan menekan adonan tersebut. Bila permukaan silinder kembali seperti semula, artinya adonan telah masak. 5. Pendinginan Adonan kerupuk yang telah masak segera diangkat dan didinginkan. Untuk melepaskan dari cetakan, biasanya adonan diguyur dengan air. Adonan kemudian didinginkan di udara terbuka kurang lebih 1 (satu) hari atau kurang lebih 24 jam hingga adonan menjadi keras dan mudah diiris. 6. Pemotongan Tahap selanjutnya adalah pernotongan adonan kerupuk yang telah dingin. Sebuah mesin pemotong dijalankan oleh 2 (dua) orang. Proses ini juga dapat dilakukan secara sederhana yaitu mengiris adonan dengan pisau yang tajam. Pengirisan dilakukan setipis mungkin dengan tebal kira-kira 2 mm, agar hasilnya baik ketika digoreng. Untuk memudahkan pengirisan, pisau dilumuri dahulu dengan minyak goreng. 7. Penjemuran/pengeringan Adonan yang telah diiris-iris kemudian dijemur sampai kering. Penjemuran dilakukan di bawah sinar matahari kurang lebih 4 jam. Pada saat musim hujan untuk pengeringan kerupuk yang masih basah dapat dilakukan dengan oven (dryer) selama kurang lebih 2 jam. Tetapi

kerupuk yang dikenngkan dengan sinar matahari hasilnya akan lebih bagus dibandingkan jika menggunakan oven. Kerupuk yang dikeringkan dengan sinar matahari jika digoreng akan lebih mengembang. Hal ini akan lebih menguntungkan para pengusaha penggorengan kerupuk dan akan mempengaruhi harga kerupuk. Karena itulah pengeringan menggunakan sinar matahari lebih disukai dibandingkan dengan menggunakan oven. 8. Pengepakan Setelah kering, kerupuk segera diangkat dari jemuran. Kerupuk yang telah kering dapat segera dibungkus dan dijual. Biasanya kerupuk ikan siap goreng dikemas dalam plastik sejumlah berat tertentu. Kemasan kerupuk dalam plastik tersebut disebut bal, dimana per bal dapat berisi 5 kg atau 10 kg kerupuk. Jika digambarkan dalam bentuk diagram alir, proses pembuatan kerupuk llean adalah sebagai berikut: Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Ikan

4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Dengan menggunakan teknologi sederhana, jumlah produksi kerupuk per hari yang dihasilkan sedikit. Dengan peralatan yang masih sederhana dan kapasitas produksi yang masih rendah, serta mengandalkan jumlah tenaga kerja manusia, pembuatan kerupuk ikan memerlukan waktu yang lebih lama sehingga dalam sehari terkadang hanya dapat melakukan 1 (satu) kali adonan dengan jumlah produksi rata-rata 3 kuintal. Dibandingkan dengan proses teknologi modern dalam satu hari dapat dilakukan 2-3 kali adonan dengan jumlah produksi per adonan bisa lebih dari 1 ton. Usaha pengolahan kerupuk ikan biasanya tidak hanya menghasilkan satu jenis kerupuk ikan. Usaha ini juga menghasilkan jenis kerupuk lain seperti kerupuk udang atau kerupuk tepung sebagai diversifikasi usaha. untuk mengantisipasi bila bahan baku ikan sulit didapat sehingga usaha tidak

macet. Terdapat berbagai jenis kerupuk ikan tergantung pada jenis ikan dan komposisi ikan yang digunakan. Dari berbagai jenis kerupuk ikan dan komposisinya, produk tersebut harus memenuhi standar mutu produk kerupuk ikan yang ditetapkan. Selain itu kerupuk ikan harus bebas dari bahan-bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Adapun standar mutu kerupuk disajikan dalam Tabel berikut: Tabel 4.2. Standar Mutu Kerupuk Karakteristik I Udang
Kadar air (%) maksimum Kadar protein (%) minimum Kadar abu tidak larut dalam asam (%) maksimum Benda asing (%) maksimum Bau

Standar Mutu II Ikan 12,0 50 1,0 10


Khas

Udang 12,0 20 10 10
Khas

Ikan 120 5,0 1,0 1,0


Khas

120 I 4,0 i 1,0 1/0


Khas I

Sumber : www.ristek.go.id

4.8. Produksi Optimum Berdasarkan informasi yang diperoleh dari studi lapangan, komposisi tdonan memiliki perbandingan sebagai berikut: Ikan 50 kg, tepung tapioka 300 kg, garam 10 kg, gula 12,5 kg, telur 10 kg serta penyedap dan pewarna secukupnya. Komposisi ini dapat menghasilkan kerupuk dengan kualitas yang baik yaitu jika digoreng akan mengembang dengan baik. Apabila proses pembuatan kerupllk ikan berjalan optimal maka dari komposisi adonan tersebut dapat dihasilkan 300 - 330 kg kerupuk (rendemen 76-85 %) 4.9. Kendala Produksi Dilihat dari sisi tenaga kerja, usaha kerupuk ikan ini tidak menemui kesulitan. Setiap proses produksi dapat dikerjakan oleh tenaga kerja tanpa memerlukan keahlian khusus. Kesulitan yang sering dijumpai dalam usaha ini adalah ketika terjadi kelangkaan bahan baku ikan dan penurunan

produksi pada saat musim hujan. Kesulitan bahan baku terjadi ketika pasokan ikan menurun sehingga menyebabkan harga ikan naik. Pada kondisi ini pengusaha kerupuk mengalami penurunan pasokan ikan karena jumlah produksi ikan yang menurun tersebut lebih banyak diarahkan untuk konsumsi sehari-hari secara langsung. Di pihak lain pengusaha tidak dapat menaikkan harga sesuai dengan kenaikan harga bahan bakunya karena tidak dapat mempengaruhi harga kerupuk ikan di pasar. Hal inilah yang menyebabkan pengusaha mengurangi jumlah produksinya. Pada musim hujan terjadi penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produk. Penurunan jumlah produksi dikarenakan kurangnya sinar matahari yang menghambat proses penjemuran. Meskipun pengeringan kerupuk dapat dilakukan dengan oven (dryer), tetapi jumlah produk yang dihasilkan juga sedikit sebab mutunya tidak sebagus jika pengeringan dengan sinar matahari. Sedikitnya sinar matahari pada musim hujan juga menurunkan mutu kerupuk karena harus dijemur berhari-hari. Kendala produksi di atas biasanya diantisipasi oleh pengusaha dengan memproduksi dalam jumlah yang besar pada musim kemarau untuk stok musim hujan, karena pada musim hjjan terjadi kenaikan harga kerupuk yang diakibatkan oleh jumlah permintaan yang tldak bisa diperrmhi oleh produsen seperti hari-hari biasanya. BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1. Pemilihan Pola Usaha Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa seorang pengusaha kerupuk tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk saja, tetapi juga memproduksi kerupuk jenis yang lain. Pada dasarnya ini merupakan salah satu strategi untuk memperkecil resiko sekaligus pengembangan usaha yang lebih luas. Untuk menganalisis aspek keuangan dari usaha kerupuk ikan sebenarnya dipengaruhi juga oleh jenis kerupuk lain yang diproduksi, akan tetapi dalam analisis ini hanya akan menganalisis aspek keuangan dari usaha yang hanya memproduksi jenis kerupuk ikan saja. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi adalah teknologi menengah dengan kapasitas produksi optimal 310 kg kerupuk setiap satu kali adonan. 5.2. Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan

Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada asumsi yang terangkum dalam Tabel 5.1. Periode proyek adalah 5 tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan mesinjperalatan dan jumlah tenaga kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi, seorang pengusaha mampu memproduksi 310 kg kerupuk. Angka rendemen sebesar 79%. Harga kerupuk di pasar lokal sebesar Rp.6.000,-, Hari kerja selama setahun sebanyak 285 hari. Tenaga kerja borongan bekerja selama 200 hari.

Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan


No Asumsi Satuan Jurnlah/ Nilai
1. 2. Periode proyek Luas tanah - Luas baangunan - Luas tanah penjemuran 3. 4. Sarana Transportasi Hari kerja selamal tahun - tenaga kerja tetap - tenaga borongan 5 Produksi dan Harga Produksi per hari kg 620 2 adonan per hari. produksi @310 kg kerupuk Harga kerupuk ikan 6. Penggunaan tenaga Kerja Tenaga Manajerial
-

Keterangan

tahun m2 m2 m2 unit

5 2.000 500 1.500 1

Periode 5 tahun

Mobil box

hari hari

285 200

kg

6.000

orang orang orang

2 14 4

Tenaga kerja tetap

Tenaga kerja borongan 7. Upah tenaga kerja

Tenaga Manajerial Tenaga kerja tetap Tenaga kerja borongan 8. Penggunaan bahan baku Tepung tapioka Ikan Garam Gula Telur Penyedap Pewarna 9. Discount Factor/suku bunga

Rp/hr Rp/hr Rp/hr

36.000 18.000 22.000 untuk satu kali adonan

kg kg kg kg kg kg kg %

300 50 10 12,5 10 2 0,25 17%

Sumber : Lampiran 1

5.3.Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional a. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari beberapa komponen diantaranya biaya perijinan, sewa tanah, pembelian mesin atau peralatan produksi, peralatan pendukung dan sarana transportasi. Biaya perijinan meliputi ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Departemen Kesehatan dengan jumlah biaya Rp.600.000,- dan masa berlaku selama 3 tahun. Sewa tanah dibayarkan tiap tahun, sehingga setiap tahun harus dikeluarkan biaya untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun 0 adalah Rp.299.339.000,-. Tabel 5.2 Biaya investasi No Jenis Biaya Nilai Penyusutan

1 2 3 4 5

Perizinan Sewa Tanah dan Bangunan Mesin/Peralatan Produksi Peralatan lain Mobil box Jumlah Biaya Investasi

600.000 150.000.000 107.030.000 1.709.000 40.000.000 299.399.000

0 0 43.994.750 221.800 4.000.000 48.216.550


I

Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah sewa tanah yang mencapai 50,11% dari total biaya investasi pada awal usaha. Komponen terbesar kedua adalah biaya pembelian mesin/peralatan produksi yaitu sebesar 35,74% dari total biaya investasi. Sedangkan 14,15% sisa biaya untuk investasi merupakan biaya investasi untuk pembelian peralatan lainnya, mobil angkutan dan perijinan. b. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya varia bel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku dan pembantu, peralatan operasional, biaya transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga kerja. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari produksi . Jumlah hari produksi dalam setahun 285 hari (asumsi yang digunakan adalah 1 tahun, t=365 hari, dikurangi hari Iibur minggu dan Iibur nasional 64 hari dan jumlah hari tidak berproduksi selama 16 hari). Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp.711.298.900,-Biaya bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total biaya operasional per tahun. Komponen biaya terbesar kedua adalah biaya penggunaan tenaga kerja yang mencapai 15,45% dari total biaya operasional tiap tahunnya. Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan borongan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasaldari anggota keluarga dengan upah/gaji tenaga manajerial diasumsikan dua kali Iipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja borongan hanya digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya dibutuhkan pada saat terjadi kenaikan permintaan.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 Bahan Baku

Jenis Biaya

Nilai (Rp.) 520.125.000 16.200.000 11.700.000 14.400.000 7.200.000 1.800.000 109.940.000 29.933.900 711.298.900

Bahan Pembantu Peralatan Operasional Biava transportasi Biaya Ustrik Biaya telepon Tenaga Kerja Biaya Pemeliharaan Jumlah Biaya Operasional Per Tahun

5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Kebutuhan investasi maupun modal kerja tidak harus dipenuhi sendiri. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha kerupuk ikan sebesar Rp.374.212.568,-. Jumlah kredit investasi yang dibiayai oleh bank sebesar 70% dari total kebutuhan investasi. Dengan kata lain pengusaha harus menyediakan dana sendiri sebesar 30% dari total dana investasi. Dalam analisis Inl jumlah dana kredit investasi sebesar Rp.209.537.300,-. Besarnya kredit modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal u.ntuk satu kali siklus produksi. Usaha pembuatan kerupuk ikan mempunyai slklus Produksi (dan pembua.tan sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang leblh selama 30 hari atau 1 bulan. Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah: Kebutuhan modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x biaya operasional selama 1 tahun = (30/285) x Rp.711.298.900 = Rp.74.873.568,Jumlah kredit modal kerja dari bank dipersyaratkan sebesar 70% dari kebutuhan dana modal kerja. Dengan demikian jumlah kredit modal kerja sebesar 70% x Rp.74.873.568 = Rp.52.41l.498,-.

Jumlah dan sumber dana untuk usaha kerupuk ikan disajikan dalam Tabel 5.4. berikut: Tabel 5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
No Rincian Biaya Proyek Total Biaya
!

1 Dana investasi vanq bersumber dari a, Kredit b. Dana sendiri Jumlah dana investasi 2 Dana modal keria vaQ9. bersumber dari a. Kredit b. Dana sendiri Jumlah dana modal keria 3 Total dana proyek yanq bersumber dari a. Kredit b. Dana sendiri Jumlah dana proyek 261.948.798 i 112.263.771 374.212.568 52.411.498 22.462.071 ! 74.873.568 I 209.537.300 89.801.700 299.339.000

Jangka waktu kredit untuk investasi selama 5 tahun tanpa grace period sedangkan kredit modal kerja yang digunakan dalam analisis ini berjangka waktu 1 tahun. Kredit modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi masa jatuh temponya disesuaikan dengan kemampuan pengusaha membayarnya. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 17% per tahun menurun. Dengan demikian jumlah angsuran pokok berikut btJnga yang harus dibayar setiap bulan untuk masing-masing jenis kredit dapat dihitung. Tabel 5.7. menunjukkan kumulatif angsuran (angsuran pokok dan bunga) untuk kredit investasi dan modal kerja yang harus dibayar setiap tahunnya. Tabel 5.5. Angsuran Pokok dan Bunga Kredit Investasi dan Modal Kerja
Tahun ke0 261.1948.798

Kredit

Angsuran Pokok

Angsuran Bunga

Total Angsuran

Saldo Awal
261.948.798

Saldo Akhir
261.948.798

1 2 3 4 5

94.318.958 41.907.460 41.907.460 41.907.460 41.907.460

37.182.277 25.231.783 18.107.515 10.983.247 3.858.979

131.501.235 67.139.243 60.014.975 52.890.707 45.766.439

261.948.798 167.629.840 125.722.380 83.814.920 41.907.460

167.629.840 125.722.380 83.814.920 41.907.460 0

5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini diperoleh dari jumlah adonan per tahun dikalikan dengan jumlah produksi per adonan. Dalam satu tahun dilakukan adonan 570 kali dengan jumlah produksi per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga kerupuk ikan diasumsikan sebesar Rp.6.000,- tiap kg, sehingga pendapatan produksi kerupuk per tahun sebesar Rp.l.060.200.000,-. Pendapatan sampingan diperoleh dari penjualan kantong bekas tepung tapioka (sak) per tahun rata-rata Rp.1.368.000,-. Penerimaan kotor dalam setahun disajikan dalam Tabel 5.6. Tabel 5.6. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun
No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan
1 Produksiper tahun Kg Kg Sak 176.700 176.700 3.420 6.000 400 1.060.200.000 1.368.000 1.061.568.000

Nilai (Rp.)

2 Penjualan per tahun


3 Penjualan sak per tahun

4 Pendapatan kotor

Dari label 5.6. di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha pembuatan kerupuk ikan adalah Rp.1.061.568.000 per tahun. Sedangkan untuk aliran biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. 5.6. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan baglan pentlng dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dan selisih antara

penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel 5.7. menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode proyek. Hasil perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha ini telah untung sebesar Rp.144.968.618-. Laba ini akan meningkat untuk tahun-tahun berikutnya karena komponen biaya angsuran kredit yang semakin berkurang. Laba rata-rata selama periode proyek adalah Rp.196.001.526,- per tahun. Profit margin rata-rata per tahon sebesar 18,46%. Den?an mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan kerupuk Ikan, dan hasil analisis diperoleh BEP rata-rata selama 5 tahun untuk usaha ini adalah sebesar Rp.362.713.898,- atau dengan jumlah produksi sebesar 60.452 kg per tahunnya dengan harga kerupuk ikan per kg sebesar Rp.6.000,Tabel 5.8 Kelayakan Usaha
No Kriteria Kelayakan Nilai

1 2 3 4 5

Net SIC ratio pada DF 17% NPV pada DF 17% (Rp) IRR (%) PSP (usaha) PSP (kredit)

1,60 223.409.530 46,37 3 tahun 11 bulan 2 tahun 6 bulan

Sumber : Lampiran 9

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian seluruh biaya investasi adalah 3 tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode proyek. Dilihat dari segi kelayakan kredit, usaha ini layak dibiayai karena jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan kredit hanyc 2 tahun 6 bulan. 5.8. Analisis Sensitivitas Dalam analisis proyek investasi kerupuk ikan terdapat ketidakpastian yaig akan mempengaruhi hasil perhitungan. Analisis sensitivitas akan dilakukan untuk menguji seberapa jauh proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan harga-harga input dan output. Dalam analisis sensitivitas ini digunakan 3 skenario yaitu :

1. Skenario I Pendapatan proyek mengalami penurunan sedangkan biaya investasi can biaya operasional dianggap tetap. Penurunan pendapatan bisa diakibatkan oleh penurunan harga kerupuk, jumlah permintaan yang menurun ataupun jumlah produksi yang menurun. 2. Skenario II Siaya operasional mengalami kenaikan sedangkan biaya investasi den penerimaan proyek investasi tetap. Kenaikan biaya operasional bisa terjadi karena kenaikan harga input untuk operasional seperti bahan baku, peralatan operasional, dll. 3. Skenario III Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I dan skenario II ya:u diasumsikan penerimaan proyek mengalami penurunan dan biaya operasioral mengalami kenaikan, sedangkan biaya investasi tetap. Hasil analisis sensitivitas disajikan dalam .Tabel berikut: Pada skenario I, dengan penurunan pendapatan proyek sebesar 2,5%, proyek ini masih layak dibiayai karena pada tingkat suku bunga 17%, net B/C sebesar 1,37, NPV sebesar Rp.138.501.442,- nilai IRR 35,94%, periode pengembalian baik kredit investasi dan kredit modal kerja kurang dari 5 tahun sehingga proyek ini layak diusahakan dan dibiayai oleh bank. Pada penurunan pendapatan sebesar 3%, diperoleh Net B/C ratio sebesar 1,32, NPV yang diperoleh sebesar Rp.21.519.824,- dan IRR 33,76. Jangka waktu pengembalian kredit selama 4 tahun 5 bulan tetapi jika dilihat dari jangka waktu pengembalian investasi, usaha ini tidak layak dilakukan karena payback periodnya melebihi periode proyek yang hanya 5 tahun (tabel 5.9).

Tabel 5.9. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario I


No Kriteria Kelayakan Penerimaan Turun

2,5%

3%

1 Net B/C ratio pada DF 17% 2 NPV pada DF 17% (Rp) 3 IRR %) 4
I

137 138.501.442 3594 4 tahun 9 bulan 3 tahun 9 bulan

1,32 121.519.824 3376 6 tahun 4 tahun 5 bulan

PBPusaha)

5 PSP kredit)

Pada skenario II, dengan kenaikan biaya operasional sebesar 4%, proyek Inl masih layak dilakukan dengan net B/C sebesar 1,35, NPV Rp,132.381.873,IRR sebesar 35,16% dan jangka waktu pengembalian kredit investasi dan kredit modal kerja kurang dari 5 tahun. Dengan demikian pad a tingkat kenaikan biaya operasional sebesar 4%, usaha ini masih layak untuk dibiayai oleh bank. Jika kenaikan biaya 5%, proyek ini tidak layak diusahakan dilihat dari payback period usahanya, karena jangka waktu pengembalian investasi melebihi periode proyek. Tetapi jika dilihat dari kriteria investasi lainnya proyek ini masih layak dlusahakan dengan net SIC sebesar 1,29, NPV Rp.109.624.959 dan IRR sebesar 32,22%. Sedangkan pay back period kredit selama 4 tahun 8 bulan (tabel 5.10) Pada skenario III pada saat terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan, biaya operasional maslng-masing sebesar 1,5%, proyek ini masih layak dibayar dengan net SIC sebesar 1,37, NPV sebesar Rp.138.329.306,IR~ ~5,91 % dan lama pengembalian kredit selama 4 tahun 7 bulan. Dilihat dan jangka waktu pengembalian kredit, usaha ini layak dibiayai oleh bank karena pay back period untuk kredit selama 3 tahun 8 bulan. Pada penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional masing-masing se.besar 2%, proyek ini masih layak dilaksanakan Hal tersebut bisa dilihat dan Net SIC yang diperoleh 1,29, NPV sebesar Rp.109.969.231. IRR yang dlperoleh masih jauh dari tingkat suku bunga yaitu 32,26%. Tetapi jika dilihat jangka waktu pengembalian investasi proyek ini menjadi tidak layak karena memerlukan 6 tahun 1 bulan dimana jangka waktu ini melebihi periode proyek (tabel 5.11)
No Kriteria Kelayakan Penerlmaan Turun dan Biaya Operasional Naik

1,5%
1 Net SIC ratio pada DF 17% 1,37

2%
1,29

NPV pada DF F% (Rp) 138.329.306 109.969.231 32,26 6 tahun 1 bulan 5 tahun 7 bulan

IRR (%) PSP (usaha) PSP (kredit)

35,91 4 tahun 7 bulan 3 tahun 8 bulan

4
5

Hasil analisis sensitivitas di atas menunjukkan bahwa proyek ini lebih sensitif dengan penurunan pendapatan dibandingkan kenaikan biaya operasional. Dengan memperhatikan kriteria jangka waktu pengembalian investasi (pay back period usaha), proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan sebesar 3%, artinya jika penurunan pendapatan lebih besar dari. 3% tiap tahunnya proyek ini menjadi tidak layak/merugi. Sedangkan Jika dllihat dari perubahan biaya operasional, proyek ini sensitif pada kenaikan biaya operasional sebesar 5% dengan asumsi biaya investasi dan pendapatan tetap. Analisis sensititivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek ini sensitive pada kenaikan biaya operasional

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN


Dalam bab ini akan dibahas aspek ekonomis, sosial dan dampak lingkungan dari usaha kerupuk ikan. Aspek ekonomis berkaitan dengan dampak usaha ini terhadap perekonomian baik bagi pengusaha maupun bagi perekonomian secara umum di wilayah sekitarnya. Aspek ekonomis sangat terkait erat dengan aspek sosial karena dampak yang ditimbulkan bersifat sosial yaitu menyangkut kebutuhan orang lain terutama di sekitar wilayah usaha. Sedangkan aspek lingkungan menyangkut dampak dari usaha kerupuk ikan terhadap lingkungan sekitarnya. Dampak terhadap lingkungan terutama timbul karena setiap usaha menghasilkan limbah yang mungkin dapat mengganggu ekosistem lain. 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Usaha pembuatan kerupuk ikan mempunyai dampak yang positif baik bagi pengusaha maupun penduduk wilayah setempat. Bagi pengusaha dampak ekonomis dari usaha ini adalah peningkatan pendapatan. Usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat menguntungkan

karena mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Banyaknya industri rumah tangga untuk usaha ini dapat memacu kenaikan pendapatan rumah tangga sehingga kesejahteraan rumah tangga meningkat. Secara makro produksi kerupuk ikan yang tinggi dapat memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah setempat. Meskipun bisa dikatakan harga per unit kerupuk ikan relatif murah, tetapi perlu diingat bahwa komoditi ini dapat diproduksi dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Kesempatan untuk ekspor ke luar negeri masih terbuka lebar sehingga dapat menjadi peluang untuk menambah devisa. Selain merupakan bisnis yang menguntungkan, usaha ini akan memberi dampak sosial yang positif melalui penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada biasanya berasal dari saudara, tetangga sekitar atau penduduk wilayah setempat. Dengan menciptakan pekerjaan yang dapat menyerap pekerja dari wilayah sekitar usaha, secara tidak langsung usaha ini telah membantu mengurangi jumlah pengangguran khususnya di daerah tersebut. Dengan berkurangnya pengangguran di daerah tersebut akan meningkatkan pendapatan sebagaimana dijelaskan sebelumnya. 6.2 Aspek Dampak lingkungan Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan dampak limbah yang dlhasilkan dari usaha ini adalah tidak menghasilkan Iimbah yang membahayakan bagi manusia maupun lingkungan tempat tinggalnya. Hasil limbah sebagian besar merupakan air kotor sisa pembersihan. Biasanya air ini dibuang melalui saluran air dan dapat langsung meresap ke tanah. Air limbah ini tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan organisme tanah, dan tanaman. Selain air, usaha ini juga menimbulkan bau amis dari ikan yang diolah. Akan tetapi bau ini tidak sampai mengganggu udara secara luas karena jangkauannya tidak jauh. Dapat dikatakan bahwa usaha kerupuk ikan relatif aman bagi Iingkungan karena tidak menghasilkan limbah yang membahayakan bagl kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

a. Usaha pembuatan kerupuk ikan yang dilakukan oleh masyarakat di Banjarmasin merupakan usaha dengan skala keci!. b. Kegiatan usaha yang dilakukan menggunakan peralatan dengan teknologi menengah. c. Dana untuk investasi dan modal kerja bersumber dari bank dan modal sendiri. Banyak industri kerupuk yang mudah memperoleh pembiayaan dari bank. d. Permintaan kerupuk ikan relatif tinggi dengan konsumen dari berbagai lapisan masyarakat. e. Usaha kerupuk ikan mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan baik untuk konsumen dalam negeri maupun untuk ekspor. f. Harga kerupuk ikan pada tahun 2009 di tingkat produsen berkisar antara Rp.6.000,- sampai Rp.6.500,- per kg. Sedangkan harga di tingkat konsumen akhir mencapai Rp.9.000,- sampai Rp.10.000,- per kg. Harga ini sering mengalami fluktuasi dengan kisaran 10%. g. Dari segi teknis, usaha kerupuk ikan sangat mudah dan cepat diadopsi oleh masyarakat karena prosesnya sangat sederhana. h. Usaha dalam analisis ini menggunakan kredit (investasi dan modal kerja) sebesar Rp.261.948.798. dengan jangka waktu kredit investasi 5 tahun dan kredit modal kerja 1 tahun dan bunga 17% (menurun) per tahun. i. Serdasarkan analisis kelayakan finansial terhadap usaha kerupuk ikan, pada tingkat discount rate 17%, net SIC ratio sebesar 1,60 NPV sebesar Rp.223.409.530,- dan nilai IRR 46,37%. Dari analisis PSP, proyek ini mampu mengembalikan modal investasinya dalam waktu 3 tahun 11 bulan. Pay back period untuk kredit selama 2 tahun 6 bulan. j. Dengan mengacu pada jangka waktu pengembalian investasinya, dari analisis sensitivitas terhadap perubahan penerimaan dengan asumsi biaya operasional dan investasi konstan, menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada penurunan penerimaan sebesar 3% sehingga proyek ini tidak layak diusahakan. k. Analisis sensitivitas terhadap'perubahan biaya operasional dengan asumsi penerimaan proyek dan biaya investasi konstan menunjukkaR bahwa proyek ini sensitif pada kenaikan biaya operasional sampai 5% dan proyek ini tidak layak diusahakan l. Analisis sensitivitas terhadap perubahan penerimaan proyek dan biaya operasional, proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan 'proyek dan kenaikan biaya operasional masing-masing 2% dan proyek ini tidak layak diusahakan. 7.2 Saran

a. Untuk menjaga kelangsungan produksi dengan biaya yang relatif rendah pengusaha kerupuk ikan perlu menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku, terutama untuk tepung tapioka yang jumlah produsennya terbatas dengan harga yang fluktuatif. b. Untuk meningkatkan jumlah penjualan perlu pemasaran yang baik, pada usaha kerupuk ikan ini hubungan personal antara produsen dengan penjual merupakan kunci untuk nielebarkan jaringan pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy dan Liviawaty, Evi, Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta, 1989. Badan Pusat Statistik,
http://cara-membuat.net/cara-membuat-sushi

Cara Membuat Sushi Bahan yang digunakan untuk Cara Membuat Sushi :

250 g nasi pulen 4 btr telur, buat dadar tipis dengan sedikit garam 4 nugget ikan, siap pakai, goreng matang 2 lbr nori, siap pakai, untuk mengikat

Cara Membuat Sushi untuk Bahan Pelengkap yang digunakan:


100 g kol, iris halus, remas-remas 100 g wortel, iris korek api, remas-remas 4 sdm thousand island

Cara Membuat Sushi :


Ambil 1 lembar dadar telur, tata nasi dan ratakan, isi dengan potong nugget ikan. Gulung dengan gulungan sushi. Atau, cetak dengan cetakan sushi yang lucu. Ikat dengan nori sesuai selera. Pelengkap: Campur semua bahan, aduk rata.

Sajikan sushi dengan salad sayuran.

Cara Membuat Sushi ini Untuk 2 porsi. Nilai gizi per porsi Sushi:

Energi: 322 Kkal Protein: 13,3 g Lemak: 8,2 g Karbohidrat: 45,1 g

http://cara-membuat.net/proposal-usaha-roti-bakar

Dalam pembuatan sebuah Proposal Usaha Roti Bakar seringkali banyak yang terjebak tanpa memperhatikan aspek analisa usaha yang akan dibuatnya, untuk itu dalam Contoh Proposal Usaha Roti Bakar ini penekannya akan lebih banyak pada analisa kelayakan usahanya. Silahkan dipelajari lebih detail dari contoh berikut ini apabila anda ingin membuat Proposal Usaha Roti Bakar A. Profil Usaha Roti Bakar Masyarakat saat ini sudah mulai berhati-hati dalam memilih dan membeli makanan. Zaman dahulu orang dalam membeli makanan hanya berpedoman pada rasanya yang enak dan murah, terutama bagi kalangan masyarakat menengah kebawah, hal inilah yang menjadi prioritas utama bagi masyarakat dalam membeli makanan. Mereka tidak begitu memikirkan kandungan gizi dan nutrisi yang terkandung didalam makanan yang akan mereka beli. Saat ini roti banyak menjadi pilihan manusia untuk makanan ringan, dimana dari segi rasa menawarkan cukup banyak rasa yang ditawarkan, dari segi gizi juga memenuhi kebutuhan gizi manusia, dari segi harga dapat mudah dijangkau semua kalangan masyarakat. Proposal Usaha Roti Bakar - Dari fenomena diatas maka sangat cocok dan potensial bila kita mendirikan sebuah usaha jualan roti bakar, dimana dari segi rasa memenuhi konsumen yaitu enak, dari segi gizi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen karena mengandung karbohidrat, protein dll. Dari segi harga terbilang mudah dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. B. Kebutuhan Modal Awal 2 Gerobak / Biaya Tetap

Tempat untuk jualan / Gerobak : Rp.2.000.000 Tempat untuk bakar roti (Wajan) : Rp. 300.000 Kompor : Rp. 200.000 Dekelit 3 x 4 m : Rp. 150.000 Tempat selai / Toples 4 buah : Rp. 40.000 Garpu roti : Rp. 15.000

Pisau roti : Rp. 8.000 Solet besar 4 biji : Rp. 16.000 Solet Kecil 4 biji : Rp. 20.000 Parutan keju 2 buah : Rp. 9.000 Tempat garpu, pisau : Rp. 45.000 Sticker dan daftar harga roti : Rp. 30.000 Jumlah : Rp. 2.633.000,-

C. Kebutuhan Bulanan 2 Gerobak / Biaya Variabel 1


Selai strawberry 10 kg : Rp. 70.000 Selai nanas 10 kg : Rp. 70.000 Simas 12,5 kg : Rp.113.000 cokelat ceres 12,5 kg : Rp.175.000 kacang 4 kg : Rp. 56.000 susu 36 kaleng : Rp.216.000 keju10 biji :Rp.140.000 pisang 1 tundun :Rp. 40.000 plastic 3 pack :Rp. 12.000 kertas roti 1 pack :Rp. 15.000 Jumlah : Rp.907.000

D. Kebutuhan 2 hari sekali untuk 2 Gerobak / Biaya Variabel 2 Roti 40 biji : Rp.88.000 minyak tanah 4 liter : Rp.10.000 Jumlah : Rp.98.000 Maka selama 1 bulan biaya untuk beli roti dan minyak tanah = Rp.98.000 X 15 = Rp.1.470.000 Jadi jumlah total pengeluaran selama 1 bulan Variabel 1 + Biaya Variabel 2 = Rp. 907.000 + Rp.1.470.000 = Rp.2.377.000 E. Estimasi Biaya dan Pendapatan Diperkirakan setiap hari 1 gerobak mampu terjual roti sebanyak 8 buah. Maka selama 1 bulan untuk 1 gerobak diperkirakan = 8 x 30 hari : 240 roti 2 gerobag maka 1 bulan diperkirakan roti yang terjual = 240 x 2 gerobak : 480 roti

Pendapatan kotor 1bulan (harga roti terendah) = 480 roti x Rp.6.000 = Rp.2.880.000 Pendapatan bersih 1 bulan = Pendapatan kotor Pengeluaran Biaya keseluruhan = Rp.2.880.000 Rp.2.377.000 = Rp.503.000 Pendapatan sebesar Rp.503.000 adalah pendapatan dari harga jual roti terendah, sedangkan kita mempunyai bermacammacam harga roti sesuai dengan rasa yang dinginkan ini dapat dilihat pada tabel daftar harga roti berikut ini : Daftar Harga Padahal dalam sehari roti yang terjual tidak selamanya index harga yang terendah, index harga roti yang terjual brevariasi sesuai dengan permintaan pembeli rasa apa yang pembeli inginkan. Sehingga bukan tak mungkin pendapatan bersih kita selama 1 bulan bisa mencapai lebih dari Rp.503.000

Nanas/Strawbery Rp. 6.000 Kombinasi Nanas/Strawbery + Kacang = Rp. 6.500 Kombinasi Nanas/Strawbery + Pisang = Rp. 6.500 Kombanisi Nanas/Strawbery + Coklat = Rp. 7.000 Kombinasi Nanas/Strawbery + Keju = Rp. 7.000 Coklat + Coklat = Rp. 7.500 Kombinasi Coklat + Pisang = Rp. 7.500 Kombinasi Coklat + Kacang = Rp. 7.500 Pisang + Pisang = Rp. 8.000 Kacang + Kacang = Rp. 8.000 Kombinasi Kacang + Pisang = Rp. 8.000 Kombinasi Keju + Pisang = Rp. 8.500 Kombinasi Keju + Coklat = Rp. 8.500 Kombinasi Keju + Kacang = Rp. 8.500 Keju + Keju = Rp. 9.000 Special = Rp.10.000

E. Analisis Titik Impas ( BEP ) Dalam menghitung analisis titik impas kita terlebih dahulu menentukan jumlah total investasi awal. Investasi awal = Jumlah Biaya Tetap + Jumlah Biaya Toatal Variabel = Rp.2.633.000 + Rp.2.377.000

= Rp.5.010.000 Kemudian kita menentukan pendapatan bersih setiap bulannya, Disini kita menggunakan nilai pendapatan bersih terendah setiap bulan yaitu Rp.503.000 dengan harga terendah yaitu Rp. 6.000 Maka titik balik modal (BEP) akan terjadi pada bulan ke 9,9 bulan ~ 10 bulan Jika harga Roti kita bervariasi Jadi bukan tidak mungkin kita akan balik modal lebih cepat dari 10 bulan. F. Tenaga Kerja Dalam bisnis jualan roti ini kita tidak memerlukan sumber daya manusia yang ahli dan skill yang khusus seperti sarjana dll, akan tetapi yang diperlukan adalah orang yang mau bekerja secara tekun / telaten, sabar, kerja keras dan tidak gengsi karena ini merupakan pekerjaan remeh menurut pandangan masyarakat tertentu. G. Lokasi Pilihlah lokasi yang paling bagus yaitu ditempat yang banyak dilalui orang (banyak orang yang melakukan aktifitas) seperti di depan toko (supermarket), di perempatan atau pertigaan jalan dll. Untuk lokasi yang sudah kami dapatkan yaitu di depan rumah, lokasi cukup bagus karena di pinggir jalan dan dekat toko perbelanjaan (ruko-ruko), dan satu lagi di pinggir jalan raya magelang-jogja tepat nya di depan pabrik kertas blabak. H. Pesaing Anda harus mensurvei para pesaing-pesaing anda. Langkah berikutnya, bertanya kepada diri kita sendiri untuk maju selangkah lebih maju. Misalnya, dengan melakukan inovasi. Contoh, bagaimana caranya membuat roti bakar kita beda dengan penjual lain dan terlihat lebih unik serta kalau bisa dengan harga murah. I. Strategi Pemasaran Terdiri dari (Price+Place+Promotion) Harga roti lebih murah, pilih lokasi strategis, Promosi dengan diskon J. Faktor- faktor penjualan Faktor Cuaca

Bila hujan turun maka orang malas keluar rumah sehingga pembeli tidak begitu banyak / jarang dan sepi penjualan juga Bila cuaca terang maka orang banyak yang keluar sehingga target roti 1 hari terjual 16 roti bisa terpenuhi bahkan bisa lebih dari taget.

Faktor Ekonomi Masyarakat


Bila musim akhir bulan maka pembeli tidak begitu banyak, namun bila awal bulan maka biasanya pembeli ramai. Bila harga sembako naik walaupun hanya sedikit, kadang bisa mengurangi pembeli.

Apabila faktor tersebut benar-benar mempengaruhi dalam jualan roti, kita masih bisa mendapat

untung sekitar Rp. 300.000 dalam satu bulan. Namun, dengan perencanaan yang baik, maka segala hal bisa menjadi lebih mudah. Semoga dari penjelasan tentang proposal usaha roti bakar sederhana tersebut bisa bermanfaat

You might also like