You are on page 1of 7

1.

Pengertian Ilmu Kalam Nama lain dari Ilmu Kalam : Ilmu Aqaid (ilmu akidah-akidah), Ilmu Tawhid (Ilmu tentang Kemaha Esa-an Tuhan), Ilmu Ushuluddin (Ilmu pokok-pokok agama). Disebut juga 'Teologi Islam'. 'Theos'= Tuhan; 'Logos'= ilmu. Berarti ilmu tentang keTuhanan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran Islam; termasuk di dalamnya persoalan-persoalan ghaib. Menurut Ibnu Kholdun dalam kitab moqodimah mengatakan ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-keprcayaan iman dengan menggunakan dalil fikiran dan juga berisi tentang bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang mempunyai kepercayaankepercayaan menyimpang. Ilmu= pengetahuan; Kalam= pembicaraan'; pengetahuan tentang pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan Persoalan terpenting yang di bicarakan pada awal Islam adalah tentang Kalam Allah (Al-Qur'an); apakah azali atau non azali (Dialog Ishak bin Ibrahim dengan Imam Ahmad bin Hanbal. Dasar Ajarannya; Dasar Ilmu Kalam adalah dalil-dalil fikiran (dalil aqli) Dalil Naqli (AlQur'an dan Hadis) baru dipakai sesudah ditetapkan kebenaran persolan menurut akal fikiran. (Persoalan kafir-bukan kafir) Jalan kebenaran; Pembuktian kepercayaan dan kebenaran didasarkan atas logika (Dialog Al-Jubbai dan Al-Asy'ari).

2. Pertumbuhan Ilmu Kalam Sama halnya dengan disiplin-disiplin keilmuan Islam lainnya, Ilmu Kalam juga tumbuh beberapa abad setelah wafat Nabi. Tetapi lebih dari disiplin-disiplin keilmuan Islam lainnya, Ilmu Kalam sangat erat terkait dengan skisme dalam

Islam. Karena itu dalam penelusurannya ke belakang, kita akan sampai kepada peristiwa pembunuhan 'Utsman Ibn 'Aff'an, Khalifah III. Peristiwa menyedihkan dalam sejarah Islam yang sering dinamakan al-Fitnat al-Kubra (Fitnah Besar), sebagaimana telah banyak dibahas, merupakan pangkal pertumbuhan masyarakat (dan agama) Islam di berbagai bidang, khususnya bidang-bidang politik, sosial dan paham keagamaan. Maka Ilmu Kalam sebagai suatu bentuk pengungkapan dan penalaran paham keagamaan juga hampir secara langsung tumbuh dengan bertitik tolak dari Fitnah Besar itu. Sebelum pembahasan tentang proses pertumbuhan Ilmu Kalam ini dilanjutkan, dirasa perlu menyisipkan sedikit keterangan tentang Ilmu Kalam ('Ilm al-Kalam), dan akan lebih memperjelas sejarah pertumbuhannya itu sendiri. Secara harfiah, kata-kata Arab kalam, berarti "pembicaraan". Tetapi sebagai istilah, kalam tidaklah dimaksudkan "pembicaraan" dalam pengertian sehari-hari, melainkan dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. Maka ciri utama Ilmu Kalam ialah rasionalitas atau logika. Karena kata-kata kalam sendiri memang dimaksudkan sebagai ter jemahan kata dan istilah Yunani logos yang juga secara harfiah berarti "pembicaraan", tapi yang dari kata itulah terambil kata logika dan logis sebagai derivasinya. Kata Yunani logos juga disalin ke dalam kata Arab manthiq, sehingga ilmu logika, khususnya logika formal atau silogisme ciptaan Aristoteles dinamakan Ilmu Mantiq ('Ilm al-Mantiq). Maka kata Arab "manthiqi" berarti "logis".

Dari penjelasan singkat itu dapat diketahui bahwa Ilmu Kalam amat erat kaitannya dengan Ilmu Mantiq atau Logika. Itu, bersama dengan Falsafah secara keseluruhan, mulai dikenal orang-orang Muslim Arab setelah mereka

menaklukkan dan kemudian bergaul dengan bangsa-bangsa yang berlatar-belakang peradaban Yunani dan dunia pemikiran Yunani (Hellenisme). Hampir semua daerah menjadi sasaran pembebasan (fat'h, liberation) orang-orang Muslim telah terlebih dahulu mengalami Hellenisasi (disamping Kristenisasi). Daerah-daerah itu ialah Syria, Irak, Mesir dan Anatolia, dengan pusat-pusat Hellenisme yang giat seperti Damaskus, Atiokia, Harran, dan Aleksandria. Persia (Iran) pun, meski tidak mengalami Kristenisasi (tetap beragama Majusi atau Zoroastrianisme), juga sedikit banyak mengalami Hellenisasi, dengan Jundisapur sebagai pusat Hellenisme Persia. Adalah untuk keperluan penalaran logis itu bahan-bahan Yunani diperlukan. Mula-mula ialah untuk membuat penalaran logis oleh orang-orang yang melakukan pembunuhan 'Utsm'an atau menyetujui pembunuhan itu. Jika urutan penalaran itu disederhanakan, maka kira-kira akan berjalan seperti ini: Mengapa 'Utsman boleh atau harus dibunuh? Karena ia berbuat dosa besar (berbuat tidak adil dalam menjalankan pemerintahan) padahal berbuat dosa besar adalah kekafiran. Dan kekafiran, apalagi kemurtadan (menjadi kafir setelah Muslim), harus dibunuh. Mengapa perbuatan dosa besar suatu kekafiran? Karena manusia berbuat dosa besar, seperti kekafiran, adalah sikap menentang Tuhan. Maka harus dibunuh! Dari jalan pikiran itu, para (bekas) pembunuh 'Utsman atau pendukung

mereka menjadi cikal-bakal kaum Qadari, yaitu mereka yang berpaham Qadariyyah, suatu pandangan bahwa manusia mampu menentukan amal perbuatannya, maka manusia mutlak bertanggung jawab atas segala perbuatannya itu, yang baik dan yang buruk. A. Sifat kajian dalam ilmu kalam terbagi menjadi 2, yaitu: 1. Eksternal yaitu menjaga kaidah-kaidah agama dari serangan musuhmusuh Islam, 2. Internal yaitu memberikan bimbingan (seruan) kepada kaum Mukmin agar keluar taklid dan mengembangkan pengetahuan dengan dalil yang kuat.

B. Persoalan-persoalan yang termasuk pembahasan dalam Ilmu Kalam adalah:1. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Iman dan Kufur Wahyu dan Akal Zat dan sifat-sifat Tuhan Kekuasaan dan kehendak Tuhan Kekuasaan dan Perbuatan manusia Kalamullah

C. Yang merupakan dasar-dasar utama (usuluddin) dari tujuan dakwah Rasulullah SAW. Adalah: 1. Pengakuan akan Keberadaan Allah dan keesaan-Nya 2. Pengakuan akan kenabian dan kerasulan Muhammad

3. Pengakuan akan adanya hari kebangkitan setelah kematian

D. Alasan penamaan ilmu kalam dengan ilmu tauhid, karena objek kajian dari ilmu tersebut adalah mengesakan Tuhan yang kandungannya mencakup zat Allah, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-Nya

E. Di antara sumber perpecahan umat Islam yang menyebabkan munculnya aliranaliran dalam Islam adalah: Persoalan pemahaman keagamaan yang berbeda di kalangan Muslimin tentang sifat Allah, apakah sifat Allah itu termasuk ke dalam (bagian) dari zat Allah, atau ia berdiri sendiri (Mustaqillah) persoalan ini menjadi dasar pemahaman Al Quran itu Qadim atau makhluk.

F. Di antara faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya aliran-aliran dalam Islam adalah: 1. Seruan Islam untuk menggunakan fungsi akal secara luas 2. Ajaran Islam yang menyeluruh bagi seluruh manusia, kelompok- kelompok, suku dan jenis yang berbeda-beda agama, filsafat dan budaya 3. Gerakan ekspansi (al-futuhat) wilayah ke luar kawasan Islam 4. Persentuhannya kaum Muslimin dengan pemikiran filsafat Yunani 5. Gerakan penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa arab 6. Wafatnya Rasulullah SAW. tanpa meninggalkan wasiat pengganti beliau.

G. Tokoh-tokoh utama aliran Mutazilah adalah 1. Wasil bin Atha (pendiri aliran Mutazilah) 2. Abu Huzail bin Allaf Sedangkan : Jaad bin Dirham (tokoh aliran Jabariyah) Al-Bazdawi (tokoh aliran Maturidiyah Samarkand) Al-Ghazali (tokoh aliran Asyariyah) Ibn Taimiyyah dan Ahmad bin Hanbal (tokoh aliran Salafiyah)

H.

Murjiah adalah salah satu aliran yang muncul dari respon terhadap sikap dan pemikiran aliran-aliran terdahulu seperti Khawarij dan Syiah. Aliran ini bersikap tidak turut campur dalam pertentangan umat Islam. Di antara pemikirannya adalah bahwa iman itu terletak dalam keyakinan hati, bukan pada perbuatan lahiriyah (No.2). Pelaku dosa besar tidak dapat dihukumi, tetapi ditangguhkan penyelesaiannya di hari akhirat kelak

I.

Mihnah dalam sejarah pemikiran Islam adalah merupakan pengujian keyakinan para ahli fikih, ahli hadis, dan pejabat negara tentang kemakhlukan Al Quran, serta sanksi hukum yang harus mereka terima sehubungan dengan keyakinan mereka tersebut.

Mutazilah menyatakan bahwa Al Quran itu makhluk tidak qadim, karena yang qadim hanya Allah. Barang siapa yang menyatakan Al Quran itu qadim, maka dia telah berbuat syirik.Pelaksanaan Mihnah tersebut oleh Mutazilah didasari oleh paham mereka (amar maruf nahy munkar )

J.

Kebijakan mihnah dilaksanakan ditiga masa kekhalifahan, yaitu secara berurut al-Mamun, al-Mutashim, al-Wasiq bin al-Mutashim. Al-Makmun adalah orang yang mempunyai inisiatif pertama, Al-Wasiq adalah orang yang paling tegas dan keras dalam melaksanakan mihnah.

K. Yang menjadikan alasan yang mendasari vonis kafir kaum Khawrij terhadap Ali, Muawiyah, Abu Musa al-Asyari, Amr bin Ash, dan orang-orang yang terlibat dalam penerimaan dan pelaksanaan tahkim adalah karena mereka dianggap tidak kembali kepada Al Quran dalam menyelesaikan persoalan (No.1), dan pelaksanaan tahkim dinilai tidak sesuai dengan hukum Allah (Lahukma illa Lillah).

You might also like