You are on page 1of 22

Riya merupakan suatu jenis penyakit hati yang sangat berbahaya karena bersifat lembut (samar-samar) tapi berdampak

luar biasa. Bersifat lembut karena masuk dalam hati secara halus sehingga kebanyakan orang tak merasa kalau telah terserang penyakit ini. Dan berdampak luar biasa, karena bila suatu amalan dijangkiti penyakit riya maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wataala dan pelakunya mendapat ancaman keras dari Allah subhanahu wataala. Oleh karena itu Nabi shalallahu alaihi wasallam sangat khawatir bila penyakit ini menimpa umatnya. Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu alaihi wasallam menjawab: Ar Riya. (HR. Ahmad dari shahabat Mahmud bin Labid no. 27742) Arriya ( )berasal dari kata kerja ra ( )yang bermakna memperlihatkan. Sedangkan yang dimaksud dengan riya adalah memperlihatkan (memperbagus) suatu amalan ibadah tertentu seperti shalat, shaum (puasa), atau lainnya dengan tujuan agar mendapat perhatian dan pujian manusia. Semakna dengan riya adalah Sumah yaitu memperdengarkan suatu amalan ibadah tertentu yang sama tujuannya dengan riya yaitu supaya mendapat perhatian dan pujian manusia. Perlu diketahui bahwa segala amalan itu tergantung pada niatnya. Bila suatu amalan itu diniatkan ikhlas karena Allah subhanahu wataala maka amalan itu akan diterima oleh Allah subhanahu wataala. Begitu juga sebaliknya, bila amalan itu diniatkan agar mendapat perhatian, pujian, atau ingin meraih sesuatu dari urusan duniawi, maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wataala. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya amalan seseorang itu akan dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan. (Muttafaqun alaihi) Ibadah merupakan hak Allah subhanahu wataala yang bersifat mutlak. Bahwa ibadah itu murni untuk Allah subhanahu wataala, tidak boleh dicampuri dengan niatan lain selain untuk-Nya. Sebagaimana peringatan Allah subhanahu wataala dalam firman-Nya (artinya): Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan (ikhlas) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang

lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Al Bayyinah: 5)

1. Hasud Salah satu penyakit hati yang sangat besar adalah hasud. Hasud ( dengki ) adalah sikap batin tidak senang terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Imam Ghazali mengatakan bahwa hasud itu adalah cabang dari syukh ( )yaitu sikap batin yang bakhil berbuat baik. Kata hasud berasal dari bahasa Arab, yaitu hasadun yang berarti dengki, benci. Dengki merupakan suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan rasa marah, tidak suka karena iri. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata hasud diartikan membangkitkan hati seseorang supaya marah (melawan, memberontak, dan sebagainya). Dengan demikian yang dimaksud dengan hasud pada hakikatnya sama dengan hasad, yakni suatu perbuatan tercela sebagai akibat adanya rasa iri hati dalam hati seseorang. Rasululloh s.a.w. bersabda : ( )

Artinya : Telah masuk ke dalam tubuhmu penyakit-penyakit umat terdahulu (yaitu) benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur rambut. (H.R. Ahmad dan Tirmidzi) Lebih jauh para ulama mengemukakan pengertian hasud atau hasad sebagai berikut : 1. Menurut Al Jurjani Al Hanafi dalam kitabnya Al Tarifaat, hasad ialah menginginkan atau mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki (mahsud) supaya berpindah kepadanya (orang yang mendengki). 2. Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, hasad ialah membenci nikmat Allah S.W.T. yang ada pada diri orang lain, serta menyukai hilangnya nikmat tersebut. 3. Menurut Sayyid Qutub dalam tafsir Al Manar, hasad ialah kerja emosional yang berhubungan dengan keinginan agar nimat yang diberikan Allah S.W.T. kepada seseorang dari hamba-Nya hilang dari padanya. Baik cara yang dipergunakan oleh orang yang dengki itu dengan tindakan supaya nikmat itu lenyap dari padanya atas dasar iri hati, ataau cukup dengan keinginan saja. Yang jelas motif dari tindakan itu adalah kejahatan. Hal inilah, seperti yang dijelaskan Al Quran sebagai berikut : ( 4 : .. )

Artinya : Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang telah Allah berikan kepadanya . (Q.S. An Nisa : 54) Jadi hasud/hasad menurut istilah membenci nikmat Allah SWT yang dianugerahkan kepada orang lain, dengan keinginan agar nikmat yang didapat orang tersebut segera hilang atau terhapus. Rasulullah saw menggambarkan betapa tercelanya kedengkian itu dengan sabdanya: ( )

Kedengkian memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar (HR.Abu Daud dari Abu Hurairah). Ketika seseorang mengharapkan lenyapnya nikmat dari orang yang didengki maka saat itu ia telah berlaku hasad, karena sesungguhnya kedengkian adalah membenci nikmat dan menginginkan lenyapnya nikmat itu dari orang yang mendapatkannya. Pantaslah jika Rasulullah saw pernah menyebut seseorang sebagai penghuni surga akan lewat di depan sahabat-sahabatnya, yang ketika kejadian itu berulang tiga kali dalam tiga hari Rasulullah menyebutnya sebagai seorang dari penghuni surga, dan ketika ditelusuri oleh Abdullah bin Amer bin al-Ash dengan bermalam di rumah orang tersebut selama tiga malam, ia tidak pernah melihat amalan orang tersebut yang berlebihan, bahkan orang itu juga tidak bangun malam, kecuali jika berbalik dari tempat tidurnya ia menyebut Allah, ia tidak bangun kecuali untuk shalat subuh, dan tidak pernah mendengarnya berkata kecuali kebaikan. Bahkan hampir saja Abdullah meremehkan amalannya. Ketika Abdullah mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah telah bersabda begini dan begitu, kemudian ia bertanya : Apakah gerangan yang membuatmu mencapai tingkatan tersebut?" Orang tersebut menjawab: Tidak ada apa-apa kecuali yang kamu lihat, hanya saja aku tidak punya rasa benci dan dengki kepada salah seorang pun dari kaum muslimin yang dikaruniai Allah kebaikan. Di sinilah Abdullah menemukan jawaban itu, ia berkata :Itulah rupanya yang membuatmu mencapai tingkatan itu, dan itulah yang tidak mampu kami lakukan. Demikianlah nikmatnya jika kita dapat menghidarkan diri dari berlaku hasad pada orang lain yakni surga, yang sesungguhnya terlihat sangatlah sepele persoalannya meskipun sesungguhnya berat dalam pengamalannya. Cukuplah menjadi renungan kita bersama bahwasanya penyebab pembunuhan pertama kali di muka bumi ini terjadi yaitu anak Adam membunuh saudaranya adalah disebabkan oleh kedengkiannya pada saudaranya atas nikmat yang dimilikinya lalu kita bertanya masihkah kita harus mendengki?

Rasulullah bersabda: ) )

Artinya : Janganlah kamu sekalian saling mendengki, membenci, dan saling belakangmembelakangi; tetapi jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepadamu. ( H.R Bukhari dan Muslim ) Setiap muslim/muslimah wajib hukumnya menjauhi sifat hasud karena hasud termasuk sifat tercela dan merupakan perbuatan dosa. Simaklah QS. An Nisa [4]: 32

Artinya : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dalam kitab Tanbihul Ghafilin yang dinyatakan Imam Abu Laits Samarqandi, dijelaskan bahwa orang hasud itu telah menentang Allah SWT dalam beberapa hal, : 1. Membenci nikmat atau anugerah Allah SWT yang diberikan kepada orang lain. 2. Tidak rela menerima pembagian karunia Allah SWT atas dirinya. 3. Pelit terhadap pemberian Allah SWT, kalau bisa semua anugerah Allah dan kebajikan jatuh pada dirinya sendiri, tak perlu orang lain. Kalaupun orang lain memperolehnya diharapkan di bawah derajat dirinya. 4. Mengikuti pengaruh Ibnlis/syetan yang sebetulnya sangat merugikan dan menghinakan dirinya sendiri Bahaya-bahaya sifat hasud antara lain sebagai berikut : 1) Merusak iman orang yang hasud. ) )

Artinya : Hasud itu dapat merusak iman sebagaimana jadam merusak madu (H.R Ad Dailami)

2) Menghanguskan segala macam kebaikan yang pernah dilakukan. ( ) Artinya : Jauhilah darimu dari hasud karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikankebaikan seperti api memakan kayu bakar. ( H.R Abu Dawud ) 3) Tersiksa batinnya untuk selama-lamanya, sebab di dunia ini tidak sepi dari orang-orang yang mendapat nikmat dari Allah baik berupa ilmu, pangkat, atau harta benda sementara dia selalu diliputi rasa dengki terus menerus. Ada 2 macam hasud yang dibolehkn, Rasulullah bersabda ) ) :

Artinya : Tidak boleh iri hati kecuali dalam 2 hal : 1. Seorang yang diberi oleh Allah SWT harta kekayaan maka dipergunakan untuk mempertahankan hak ( kebenaran ) dan 2. Seorang yang diberi Allah SWT ilmu hikmah, maka ia pergunakan dan ia ajarkan. ( H.R Bukhari ) 4) Mengarah pada perbuatan maksiat, dengan berlaku hasud otomatis seseorang pasti melakukan hal-hal lain seperti ghibah (mengumpat/menggosip orang), berdusta, mencela, bahkan mengadu domba. 5) Jauh dari rahmat Allah SWT dan sesama manusia 6) Menghancurkan persatuan dan kesatuan 7) Menyakiti orang lain atau dapat mencelakakan orang lain 8) Terkena hinaan dan kegelisahan apalagi ia menyadari bahwa orang lain telah memahami hasutannya, maka ia akan dipandang rendah dan pasti dijauhi. 9) Kerisauan dan kegelisahan akibat kebencian tak terputus-putus 10) Akan selalu menderita di atas kesenangan orang lain. Ia tidak pernah merasa bahagia selama ada orang lain yang melebihinya 11) Dapat memutuskan hubungan silaturrahim dan persaudaraan 12) Berpotensi akan menjadi provokator yang dapat menimbulkan bencana atau kerugian, baik untuk dirinya ataupun orang lain 13) Menjerumuskan pelakunya masuk neraka.

Cara menghindari sifat hasud : a) Selalu meningkatkan iman kepada Allah SWT b) Berupaya meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT c) Mensyukuri nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadanya d) Meningkatkan sifat Qanaah (menerima dengan ridlo setiap anugerah Allah SWT) e) Menyadari kedudukan harta dan jabatan dalam kehidupan manusia di dunia. Kebiasaan-kebiasaan yang harus dilatih agar terhindar dari sifat hasud a. Membiasakan diri menghormati pendapat orang lain agar terhibdar dari konflik b. Membiasakan diri melakukan perbuatan baik, karena Allah bersama orang yang berbuat baik (Q.S. 16 :128) c. Membiasakan diri senang dan bersyukur serta memberikan selamat atas keberhasilan/kebahagiaan orang lain d. Membiasakan diri memelihara hubungan baik/silaturrahim e. Membiasakan diri mempelajari, memahami dan memperaktikkan ayat-ayat Allah f. Kemitmen untuk selalu meningkatkan ke-Islaman terutama salat lima waktu g. Membiasakan diri mensyukuri nikmat/pemberian Allah sekecil apapun 2. Riya Menurut bahasa artinya pamer, memperlihatkan, memamerkan, atau ingin memperlihatkan yang bukan sebenarnya, sedang menurut istilah yaitu memperlihatkan suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain, bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain. Sedang memperdengarkan ucapan tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain disebut sumah (ingin didengar). Riya dan sumah merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya haram. Riya sebagai salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa [4] 142!

Artinya : Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya ( dengan shalat itu ) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, Di hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan protes, Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka? Allah menjawab, Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar dirimu dikatakan sebagai pemberani. Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu. Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT berfirman QS. Al-Furqan [25] : 23

Artinya : Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. Abu Hurairah RA juga pernah mendengar Rasulullah bersabda, Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman. Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah, Apakah keselamatan itu? Jawab Rasulullah, Apabila kamu tidak menipu Allah. Orang tersebut bertanya lagi, Bagaimana menipu Allah itu? Rasulullah menjawab, Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah. Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia. Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, Takutlah kamu kepada syirik kecil. Para shahabat bertanya, Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil? Rasulullah berkata, Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki

sifat riya, pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka Amal perbuatan yang diridlai Allah a. Niat karena Allah b. Ikhlas c. Sesuai dengan kemampuan d. Tidak pilih kasih e. Rahmat bagi seluruh alam Amal perbuatan ria a. Niat bukan karena Allah b. Tidak ikhlas c. Mengada-ada d. Pilih kasih e. Ingin dipuji f. Mengharap imbalan Dilihat dari bentuknya, ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu : a. Ria dalam niat Ria yang berkaitan dengan hati, maksud ria dalam niat, yaitu sejak awal perbuatan bahkan yang dilakukannya tidak didasari ikhlas sebelumnya sudah didasari ria. Yang mengetahui hanya Allah SWT dan dirinya saja. Apabila seseorang ingin melakukan amal perbuatan baik atau tidak tergantung pada niat. Rasulullah s.aw. bersabda : ( )

Artinya : aku mendengar Umar bin al Khaththab berkata di atas mimbar, aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan

sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan (H.R. Bukhari Muslim) b. Ria dalam perbuatan Yaitu memamerkan atau menunjukkan perbuatan di depan orang banyak, agar perbuatan tersebut dipuji, diperhatikan, dan disanjung orang lain. Di antara contoh riya dalam perbuatan, bila seorang pelajar terlihat belajar dengan sungguhsungguh hanya karena ingin mendapat nilai yang bagus. Dan dia melakukan hal itu kepada orang tuanya hanya karena ingin mendapatkan apa yang dia minta dari orang tuanya cepat-cepat terkabul. Beberapa penjelasan Allah SWT dalam Al Quran sehubungan dengan riya dalam perbuatan antara lain : a) Melakukan ibadah shalat tidak untuk mencapai keridlaan Allah SWT, tetapi mengaharapkan pujian, popularitas di masyarakat. (Q.S. Al Maun (107) : 4-6), dan Q.S. An Nisa (4) : 142.

Artinya : Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. (Q.S. Al Maun: 4-6) b) Bersedekah didasari riya laksana riya batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih. (Q.S. Al Baqarah (2) : 264) c) Allah melarang pergi berperang didasari riya dan menghalangi (orang) lain menempuh jalan Allah (sabilillah). (Q.S. Al Anfaal (8) : 47) Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat ria dalam perbuatan a. Tidak akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain atau tidak ada imbalan baginya b. Melakukan amal saleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan (Q.S. 17 : 36) c. Tampak rajin penuh semangat jika amal perbuatannya dilihat atau dipuji-puji orang. d. Ucapannya selalu menunjukkan bahwa dia yang paling hebat, paling tinggi dan paling mampu. Bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari sikap riya a. Bahaya riya yang merugikan diri sendiri

1) Selalu tidak ada puasnya, sekalipun hidupnya sudah berkecukupan sehingga berpotensi untuk korupsi dan mengambil hak orang lain 2) Selalu ingin dipuji dan dihormati 3) Ketidakpuasan, sakit hati, dan penyesalan ketika orang lain tidak menghargainya. 4) Sombong dan membanggakan diri 5) Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah maupun berinteraksi dengan sesama manusia. 6) Menyesal jika telah melakukan perbuatan baik hanya karena tidak ada orang lain yang melihatnya atau tidak ada imbalannya 7) Jiwanya akan terganggu karena kegelisahan/keluh kesah yang tiada henti 8) Perbuatan ria termasuk syirik kecil ( : )

Artinya : Dari Mahmud Ibnu Labid r.a. bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil: yaitu riya." Riwayat Ahmad dengan sanad hasan. 9) Allah tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatan ria (terhapusnya pahala yang sudah diperbuat) 10) Di akhirat akan dicampakkan ke dalam api neraka. b. Bahaya riya yang merugikan orang lain 1) Berpotensi saling bermusuhan, karena ia mengungkit apa yang yang diberikannya kepada orang lain. 2) Memamerkan amalnya kepada orang lain, sehingga orang lain menjadi benci dan tidak senang terhadapnya 3) Sikap dan perilakunya yang ria akan berpotensi menimbulkan pertikaian dan akhirnya menimbulkan pengrusakan Tanda-tanda riya

Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela. Kebiasaan yang dapat menghindari perbuatan riya a. Memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena Allah SWT b. Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan c. Membiasakan menjaga lisan saat bekerja d. Membiasakan diri menolong atau membantu pekerjaan orang lain tanpa harus disuruh dan meminta imbalan e. Membiasakan bersedekah atau mengeluarkan infaknya setiap mendapat rezeki atau kesenangan f. Tidak mudah tergiur atau terpengaruh dengan kemewahan orang lain g. Tidak membuat kecemburuan kepada orang lain h. Saling menasehati untuk kebaikan dan kesabaran dalam beribadah i. Tidak memamerkan sesuatu karena pada dasarnya semua yang dimiliki adalah dari Allah dan akan kembali kepada-Nya j. Membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah SWT Allah SWT berfirman :

Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.S. Ibrahim (14) : 7) 3. Aniaya (adh-Dhulm) Kata adh-dhulm berasal dari fil (kata kerja) dhalama yadhlimu artinya : rugi, gelap, aniaya atau yang berarti Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dalam hal ini sepadan dengan kata al-Jawr. Dalam bahasa Indonesia, zalim biasa disebut dengan istilah aniaya, artinya melampaui batas, keterlaluan, atau tindakan/perbuatan yang melampaui batas yang dapat

merugikan dirinya dan orang lain. Menganiaya berarti menyiksa, menyakitidan berbagai bentuk kesewenangan lainnya seperti menindas, mengambil hak orang lain dengan paksa dan lain-lain. Demikian juga definisi yang dinukil oleh Syaikh Ibnu Rajab dari kebanyakan para ulama. Dalam hal ini, ia adalah lawan dari kata al-Adl (keadilan). Dengan demikian yang dimaksud dengan aniaya (dhulm) adalah meletakkan, menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan ketentuan Allah. Siapakah orang yang dhalim itu? Q.S Al Baqarah [2]: 229 menjawab :

Artinya : Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka mereka itulah orangorang yang dhalim. Dari Ibnu Umar -radhiallaahu anhuma- dia berkata: Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam bersabda: Kezhaliman adalah kegelapan (yang berlipat) di hari Kiamat. (Muttafaqun alaih) Dari Jbir bin Abdillah bahwasanya Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam bersabda: berhatihatilah terhadap kezhaliman, sebab kezhaliman adalah kegelapan (yang berlipat) di hari Kiamat. Dan jauhilah kebakhilan/kekikiran karena kekikiran itu telah mencelakakan umat sebelum kamu. (H.R.Muslim) Hadits diatas dan semisalnya merupakan dalil atas keharaman perbuatan zhalim dan mencakup semua bentuk kezhaliman, yang paling besarnya adalah syirik kepada Allah Tala sebagaimana di dalam firman-Nya: Sesungguhnya syirik itu merupakan kedhaliman yang besar. Di dalam hadits Qudsiy, Allah Tala berfirman: Wahai hamba-hambaku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman terhadap diriku dan menjadikannya diharamkan antara kalian. Ayat-ayat dan hadits-hadits serta atsar-atsar tentang keharaman perbuatan dhalim dan penjelasan tentang keburukannya banyak sekali. Oleh karena itu, hadits diatas memperingatkan manusia dari perbuatan zhalim, memerintahkan mereka agar menghindari dan menjauhinya karena akibatnya amat berbahaya, yaitu ia akan menjadi kegelapan yang berlipat di hari Kiamat kelak. Ketika itu, kaum Mukminin berjalan dengan dipancari oleh sinar keimanan sembari berkata: Wahai Rabb kami! Sempurnakanlah cahaya bagi kami. Sedangkan orang-orang yang berbuat zhalim terhadap Rabb mereka dengan perbuatan syirik, terhadap diri mereka dengan perbuatanperbuatan maksiat atau terhadap selain mereka dengan bertindak sewenang-wenang terhadap darah, harta atau kehormatan mereka; maka mereka itu akan berjalan di tengah kegelapan yang teramat sangat sehingga tidak dapat melihat arah jalan sama sekali. Klasifikasi Kezhaliman

Syaikh Ibn Rajab berkata: Kezhaliman terbagi kepada dua jenis: Pertama, kezhaliman seorang hamba terhadap diri sendiri; Bentuk paling besar dan berbahaya dari jenis ini adalah syirik sebab orang yang berbuat kesyirikan menjadikan makhluk sederajat dengan Khaliq. Dengan demikian, dia telah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Jenis berikutnya adalah perbuatanperbuatan maksiat dengan berbagai macamnya; besar maupun kecil. Kedua, kezhaliman yang dilakukan oleh seorang hamba terhadap orang lain, baik terkait dengan jiwa, harta atau kehormatan. Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam telah bersabda ketika berkhuthbah di haji Wada : Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian diharamkan atas kalian sebagaimana keharaman hari kalian ini, di bulan haram kalian ini dan di negeri (tanah) haram kalian ini. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallhu alaihi wasallam, beliau bersabda: Barangsiapa yang pernah terzhalimi oleh saudaranya, maka hendaklah memintakan penghalalan (maaf) atasnya sebelum kebaikan-kebaikannya (kelak) akan diambil (dikurangi); Bila dia tidak memiliki kebaikan, maka kejelekan-kejelekan saudaranya tersebut akan diambil lantas dilimpahkan (diberikan) kepadanya. Ciri-ciri orang zalim berdasarkan Al Quran Al Quran memberikan informasi banyak sekali tentang identitas atau cirri orang zalim yang sikap perilakunya atau cara memimpinnya dinisbatkan kepada firman di antaranya sebagai berikut : a. Senantiasa rakus terhadap kekuasaan.

Artinya : Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. (Q.S. An Naml : 34) b. Sikap zalim dapat juga diketahui dari sifat-sifat sombong, congkak, arogan, sewenangwenang, sok kuasa, mentang-mentang dan mengklaim bahwa (seolah-olah) semua kesuksesan, dialah penggagasnya. c. Kaki tangannya (anak buahnya) sebagai perpanjangan kekuasaannya menindas dan menggusur si lemah. d. Merencanakan pembunuhan/menghilangkan nyawa kepada golongan tertentu agar keinginan (nafsu) memimpin lebih lama lagi terus berlangsung. e. Akan lebih berbuat sadis, bila intimidasi yang pertama tidak mampu menimbulkan rasa gentar terhadap pihak lawannya.

Macam-macam sifat zalim/aniaya Pada dasarnya secara umum zalim atau perbuatan aniaya dapat diklasifikasi 4 macam : a. Zalim kepada Allah, dengan cara tidak mau melaksanakan perintah allah dan melaksanakan laranganNya. Contoh : meninggalkan ibadah shalat, puasa, zakat dan ibadah lainnya, bahkan berbuat syirik, sihir dan perbuatan terlarang lainnya. b. Zalim kepada diri sendiri, contohnya : membiarkan diri sendiri tetap bodoh, miskin, malas, minum-minuman keras, bunuh diri dan lain-lain. c. Zalim kepada orang lain (sesama manusia), contohnya : mengumpat, mengado domba, memfitnah, mencuri, merampok, penyiksaan, pembunuhan, dan lain-lain. d. Zalim kepada makhluk lain atau alam sekitarnya, contohnya : menebang pohon tanpa aturan, membuang sampah sembarangan, menyembelih binatang dengan senjata tumpul, dan lain-lain. Penyebab terjadinya Ibnu al-Jauziy menyatakan: kedhaliman mengandung dua kemaksiatan: mengambil milik orang lain tanpa hak, dan menentang Rabb dengan melanggar ajaran-Nya Ia juga terjadi akibat kegelapan hati seseorang sebab bila hatinya dipenuhi oleh cahaya hidayah tentu akan mudah mengambil itibar (pelajaran). Penyebab kedhaliman juga dapat dikembalikan kepada definisinya sendiri, yaitu tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dan hal ini terjadi akibat kurangnya pemahaman terhadap ajaran agama sehingga tidak mengetahui bahwa : Hal itu amat dilarang bahkan diharamkan Ketidakadilan akan menyebabkan adanya pihak yang terzhalimi Orang yang memiliki sifat sombong dan angkuh akan menyepelekan dan merendahkan orang lain serta tidak peduli dengan hak atau perasaannya Orang yang memiliki sifat serakah selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya sehingga membuatnya lupa diri dan mengambil sesuatu yang bukan haknya Orang yang memiliki sifat iri dan dengki selalu bercita-cita agar kenikmatan yang dirasakan oleh orang lain segera berakhir atau mencari celah-celah bagaimana menjatuhkan harga diri orang yang didengkinya tersebut dengan cara apapun Kebiasaan perbuatan pelajar yang berpotensi menjadi zalim a. Kebiasaan membolos sekolah

b. Kebiasaan malas mencatat dan belajar. Sering tidur di kelas dan sering mengerjakan pekerjaan (PR) di sekolah. c. Kebiasaan usil / jahil yang berpotensi menimbulkan permusuhan d. Berkelahi antar pelajar (tawuran) e. Kebiasaan merokok/ mabuk f. Kebiasaan telat masuk sekolah dengan sengaja karena malas g. Kebiasaan mengobrol/tidak memperhatikan saat guru menerangkan pelajaran h. Kebiasaan mencuri, atau menyembunyikan harta milik teman-teman sekelasnya. i. Memprovokasi teman-temannya dalam pelanggaran sekolah Bahaya sifat zalim o Akan merugikan kehidupan diri sendiri baik di dunia maupun akhirat o Akan memperoleh adzab /laknat dari Allah (Q.S. 5 : 78-80) o Akan memperoleh siksaan allah di akhirat (Q.S. 5 : 33) o Amal perbuatannnya akan menjadi sia-sia di sisi Allah (Q.S. 18 : 103 105) Cara-cara menghindari dari sikap aniaya/zalim Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap menghadapi masalah Jangan membuka aib atau cacat orang lain Menumbuhkan rasa persaudaraan, kasih sayang, dan persaudaraan kepada antarsesama Menyadari bahwa setiap perbuatan mempunyai sebab akibat sesuai dengan sunnatullah Menyadari doa orang yang teraniaya itu makbul Mengamalkan ajaran agama dengan memperbanyak berbuat kebaikan sehingga tak ada waktu untuk berbuat aniaya Membiasakan diri bersyukur kepada Allah SWT Berhati-hati dalam bertindak, berbicara dan dalam menerima setiap informasi yang ada

Meluruskan / memahami ketauhidan Membiasakan menjaga amanah, yaitu memberikan hak orang lain Membiasakan bersikap adil dalam memutuskan suatu perkara Hukuman Allah terhadap pemimpin yang zalim Akan dipertanggungjawabkan segenap perbuatannya. (Q.S. 36 ; 65, 45 ; 15) Akan mendapatkan balasan setimpal dengan apa yang telah dikerjakannya. (Q.S. 10 ; 27) Akan mendapatkan siksaan di neraka selama-lamanya. (Q.S. 16 ; 88, 98 ; 6) Akan mendapatkan siksaan yang besar, dibunuh dan disalib (Q.S. 5 ; 33) 4. Diskriminasi Diskriminasi adalah istilah populer yang seringkali kita dengar seiring dengan gencarnya istilah demokrasi disebut. Diskriminasi bermakna perbedaan warna kulit; perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara karena perbedaan warna kulit. Awal munculnya istilah ini memang dari adanya pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara atas dasar warna kulit. Ada kelompok warga berwarna kulit hitam dan putih. Menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan Purwodarminto, diskriminasi artinya adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama warga Negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya) Istilah diskriminasi kemudian meluas maknanya kepada segala bentuk pembedaan atas warga negara atas dasar suku bangsa dan ras antar negara (SARA). Islam sangat mengecam perbuatan diskriminatif. Islam tidak memandang kemuliaan seseorang atas dasar penampakan lahiriyah dan segala unsur SARA. Memang kemajemukan umat adalah hal yang sangat wajar dan semestinya. Kemajemukan bukan untuk diperselisihkan atau dipertentangkan, karena memang kemajemukan ini adalah takdir Allah SWT. Kemajemukan seyogyanya dijadikan media untuk saling mengenal, memahami dan mempelajari agar tampak mana siapa yang paling bertaqwa di sisi Allah SWT. Agar kita mampu menghindari sikap deskriminatif tersebut, sebaiknya kita mengambil hikmah dari firman Allah SWT dalam QS. Al Hujurat [49] : 10-13 ;

Artinya : 10. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. 11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. 12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Berdasarkan ayat-ayat di atas, kita bisa mengambil pelajaran untuk menghindari sikap diskriminatif sebagai berikut: 4. Sesama orang yang beriman dan beragama Islam adalah saudara yang saling menyayangi dan menghormati. 5. Yang membedakan mereka di sisi Allah adalah kualitas ketaqwaan mereka. 6. Oleh karena itu kita dilarang untuk:

Saling merendahkan Saling mencela Saling memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan Saling berperasangka jelek (saling curiga) Saling mencari-cari kejelekan orang lain Saling menggunjingkan 7. Keragaman ciptaan, bangsa dan suku adalah sesuatu yang wajar dan niscaya. 8. Allah tidak melihat kemuliaan seseorang dari penampilan luar. 9. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling taqwa. 10. Allah paling tahu siapa yang paling bertaqwa dan siapa yang hanya berpura-pura bertaqwa. Dalam ajaran Islam keadilan ditegakkan tanpa memandang bulu/diskriminasi baik rakyat jelata ataupun raja harus tunduk kepada hukum dan ajaran Allah SWT, jika ia melanggar harus menerima konsekuensinya. Khalifah Umar bin al Khaththab r.a. pernah berkata :

Artinya : Sesungguhnya Islam itu menghimpun di antara kamu satu sama lain dan memandang sama antara raja dan rakyat dari segi hukum (sama-sama mempunyai hak dan kewajiban yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah). (Umar bin Khaththab).

Hasad (QS. an Nisa: 32) Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini? Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang

yang menyesal (QS. Al-Maidah[5]: 27-31). QS. Al-Falaq [113] ayat 5 , : () rtinya: Dari Abu Hurairah katanya: Telah bersabda rasullah SAW : Hendaklah engkau menjauhkan diri dari sifat hasud, sebab sifat hasud memakan kebaikan sebagaimana api membakar kayu bakar. (HR Abu Daud


)( Artinya: Telah masuk ke tubuhmu penyakit-penyakit umat tedahulu, (yaitu) benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur rambut. (HR Ahmad dan Turmidzi)

A. Latar Belakang Aniaya adalah perbuatan bengis seperti penyiksaan atau penindasan terhadap orang lain di luar batas kemanusiaan. Menganiaya berarti menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk ketidak sewengan seperti menindas, mengambil hak orang lain dengan paksa dan lain-lainnya. Aniaya termasuk perbuatan tercela yang dibenci Allah SWT bahkan sesama manusia. Berbuat Aniaya berarti berbuat dosa.Oleh karena itu, aniaya akan mendatangkan akibat-akibat buruk yang akan diterima oleh pelakunya. Dewasa ini banyak sekali perilaku aniaya bahkan telah menjadi trend dikalangan orang yang memiliki kedudukan tinggi. Mereka selalu menilai seseorang dan memperlakukan seseorang sesuai dengan status sosialnya. Bila seorang pejabat telah menilai seseorang itu jauh lebih rendah dari status sosial yang di jabatnya, bukan tidak mungkin ia akan berbuat seenaknya sendiri. Sungguh moral manusia sudah sangat rusak akibat perilaku tercela tersebut. B. Tujuan Pembuatan Makalah ini bertujuan untuk : 1. Memenuhi tugas PAI semester II tentang bab Perilaku Tercela 2. Memberikan referensi bacaan mengenai perilaku tercela, sehingga kami berharap makalah ini dapat memberikan cahaya terang dalam menggapai ridhlo Allah SWT dan dapat membentuk Akhlakul karimah umat manusia. 3. Memberikan referensi mengenai Aniaya dalam proses belajar-mengajar.

Bab II Isi

I. Pengertian Perkataan aniaya berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya perbuatan bengis, penyiksaan atau zalim. Yang dimaksud dengan aniaya ialah tidak adil (tidak menempatkan sesuatu dengan semestinya atau sesuai dengan ketentuan Allah SWT). Aniaya atau bengis yaitu suatu tindakan yang tidak manusiawi yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Aniaya juga bisa disebut zalim. Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf za la ma yang bermaksud gelap. Kalimat ini digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, dan ketidak adilan. II. Isi Aniaya adalah perbuatan bengis seperti penyiksaan atau penindasan Menganiaya berarti menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk ketidak sewengan seperti menindas, mengambil hak orang lain dengan paksa dan lain-lainnya Pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa penganiayan merupakan kejahatan yang bersifat mengancam harta dan jiwa. Perbuatan itu sama dosanya dengan mencuri, bahkan lebih besar, karena didalamnya terdapat unsur kekerasan. Jika sampai membunuh korbannya maka jelas perbuatan itu termasuk salah satu dosa besar. Firman Allah SWT:

Artinya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. (QS Al Maidah : 33) Dari ayat tersebut, dinyatakan bahwa hukuman bagi penganiaya diberlakukan sesuai dengan jenis perbuatan yang dilakukannya, yaitu sebagai berikut. 1. Jika menganiaya dan membunuh korban serta mengambil hartanya, penganiaya dihukum dibunuh dan disalib 2. Jika ia hanya mengambil harta tanpa membunuh korbannya maka hukumannya dihukum potong tangan dan kakinya dengan cara silang. 3. Jika ia tidak mengambil harta dan membunuh karena tetangkap sebelum sempat melakukan sesuatu atau hanya menakui0nakuti saja maka hukumannya adalah dipenjara. A. Jenis-jenis perbuatan aniaya 1) Aniaya kepada Allah SWT Aniaya kepada Allah SWT mengandung arti tidak menjalankan perintah Allah dan tidak menjauhi

laranganNya. Contoh, melaksanakan aktifitas hidup dengan tidak dilandasi niat dan mencari ridhlo Allah SWT. 2) Aniaya kepada diri sendiri Aniaya kepada diri sendiri mengandung arti melakukan perbuatan dosa, baik kecil ataupun besar, baik dengan sengaja ataupun tidak. Ciri-ciri orang yang melakukan aniaya terhadap dirinya sendiri : Sering bicara tentang nasibnya yang malang dan tidak beruntung. Menyadari kekurangan adalah awal yang baik bagian dari instrospeksi untuk mengubah kekurangan menjadi kelebihan. Tetapi mengekspos nasib malang dan kekurangan tak ubahnya pengemis di lampu merah yang mengekspos cacat untuk kepentingan diri sendiri. Tidak menyukai semangat orang lain dan berusaha menahannya. Ingatlah, perbuatan merintangi jalan beraura negatif dan akan kembali kepada diri sendiri sebagai gelombang negatif juga. Orang yang menghambat orang lain sebenarnya sedang menganiaya diri sendiri. Dampak negatif dari perbuatan aniaya terhadap diri sendiri : Merasa tidak nyaman dengan keberuntungan orang lain (ujungnya adalah iri hati dan merendahkan kemampuan orang lain) Selalu menganggap orang lain lebih beruntung Selalu melihat sisi buruk dari sebuah situasi atau keadaan (dan berujung pada mencari pembenaran terhadap kesalahan dan kegagalan). 3) Aniaya kepada orang lain Aniaya kepada orang lain mengandung arti memperkosa kehormatan, harta benda ataupun berbuat semena-mena kepada orang lain 4) Aniaya kepada binatang Aniaya kepada binatang mengandung arti memperlakukan binatang dengan seenaknya, keji, menyakiti, dan perbuatan lainnya secara tidak manusiawi, misalnya menjadikan binatang sebagai sasaran latihan memanah atau menembak, menelantarkan binatang peliharaan dan menyembelih hewan dengan senjata tumpul 5) Aniaya kepada Alam Aniaya kepada alam mengandung pengertian melakukan perbuatan yang dapat merusak alam, seperti pencemaran air, udara dan lingkungan, penebangan liar dan lain sebagainya. B. Akibat Perbuatan Aniaya i. Bagi penganiaya : Tidak akan disenangi bahkan akan dibenci masyarakat Hidupnya tidak akan tenang, karena dibayangi rasa takut Mencemarkan nama baik dirinya dan keluarga Orang yang berbuat aniaya seperti merampok dan membunuh, apabilaperbuatannya diketahui oleh

alat negara lalu ditangkap dan diadili, maka tentu ia akan dijatuhi hukuman, misalnya dipenjarakan. Para pelaku aniaya itu, jika tidak bertobat dengan tobat sesungguh-sungguhnya, maka di alam akhiratnya ia akan dicampakan ke dalam api neraka ii. Bagi orang yang dianiaya : Orang yang dianiaya akan mengalami kerugian dan bencana sesuai dengan jenis penganiayaan terhadap dirinya, misalnya kehilangan harta benda, menderita sakit fisik dan mental bahkan sampai kehilangan jiwa Bila penganiaayaan itu terjadi dimana-mana maka masyarakat tidak akan memperoleh kedamaian dan ketentraman. Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena mereka dibayangi rasa takut terhadap perbuatan-perbuatan jahat orang zalim Jika dalam suatu masyarakat atau negerijumlah orang-orang yang zalimnya mayoritas dan mereka tidak bertobat maka tidak mustahil Allah SWT akan menurunkan adzab-Nya C. Cara menghindari aniaya Dalam upaya menghindari perbuatan aniaya ini hendaknya kita memperhatikan hak-hak diri sendiri, hak orang lain, hak binatang, alam, dan sebagainya. Selain itu pula kita hendaknya takut kepada dosa, karena Allah swt telah melarang kita berbuat aniaya, atau berbuat kerusakan di muka bumi ini.

Bab III Penutup Makalah dengan judul Aniaya akan lebih mudah dimengerti dan dipahami khususnya bagi siswa, apabila pembelajaran lebih diorientasikan pada realita kehidupan dan aplikasi dalam kehidupan seharihari untuk tidak berbuat aniaya. Dengan mengetahui dampak-dampak negatif dari aniaya diharapkan akhlak para para pelajar sebagai generasi muda pada khususnya dan seluruh umat manusia lambat laun akan lebih baik. Dan ingatlah kekuasaan tertinggi hanya ada pada Allah!! Jadi kita jangan pernah merasa paling berkuasa sehingga dapat berbuat semena-mena kepada orang lain.

You might also like