You are on page 1of 24

EKG (Elektrokardiagram)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung. Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.(1) Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitas listrik jantung. Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat) pada tubuhdi lokasi standar, informasi tentang kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari pola karakteristik padaEKG.(2) Elektrokardiogram, EKG atau ECG: Sebuah EKG adalah bagian penting dari evaluasi awal pasien yang diduga memiliki masalah jantung yang terkait. Elektroda lengket kecil diterapkan ke dada pasien, lengan dan kaki. Namun, dengan beberapa sistem, elektroda dapat diterapkan untuk bahu dada, dan sisi dada bagian bawah, atau pinggul. Kabel digunakan untuk menghubungkan pasien dengan mesin EKG. Anda akan diminta untuk tetap diam sementara perawat atau teknisi catatan EKG. Aktivitas listrik yang diciptakan oleh pasien jantung diproses oleh mesin EKG dan kemudian dicetak pada kertas grafik khusus. Ini kemudian ditafsirkan oleh dokter Anda. Ini membutuhkan waktu beberapa menit untuk menerapkan elektroda EKG, dan satu menit untuk membuat rekaman yang sebenarnya.(3) B. Kegunaan EKG EKG dapat memberikan data yang mendukung diagnosis dan pada beberapa kasus penting untuk penetalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada, dan ketepatan penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung padanya. EKG dapat membantu mendiagnosis penyebab sesak nafas.(4) Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluais terhadap EKG dapat memberikan informasi yang berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan kesehatan otot-ototnya. 1. Kelainan Kecepatan

Jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di sebuah rekaman EKG dikalibrasikan ke kecapatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100 denyut per menit dikenal sebagai takikardia(cepat), sedangkan denyut yang lambat yang kurang dari 60 kali per menit disebut bradikardi(lambat). 2. Kelainan Irama Irama mengacu pada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama normal dan urutan eksitasi jangtung disebut aritmia. Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi atrium yang reguler tetapi cepat dengan kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per menit. Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan tidak terkordinasi tanpa gelombang P yang jelas. Fibrilasi Ventrikel adalah kelainan irama yang sangat serius dengan otot-otot ventrikel memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak terkoordinasi. 3. Miopati Jantung Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan menilai miopati jantung (kerusakan otot jantung).(5) Kegunaan EKG adalah : Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia) Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan ventrikel) Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung Mengetahui adanya gangguan elektrolit Mengetahui adanya gangguan perikarditis (6) Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA, iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan, korpulmonale, emboli paru, mixedema.(7) C. Sistem Konduksi Jantung 1. Sinoatrial Node (SA Node) Suatu tumpukan neuromuskular yang kecil, berada di dalam dinding atrium kanan di ujung kristo terminalis. Nodus ini merupakan pendahulu dari kontraksi jantung, dari sini impuls diteruskan ke antrioventrikuler node. 2. Antrioventrikular Node (AV Node)

Susunannya sama seperti sinoatrium node. Berada di dalam septum atrium dekat muara sinus koronarius. Selanjutnya impuls-impuls diteruskan ke antrioventrikuler bundel melalui berkas wenkebach. 3. Antrioventrikuler Bundel (AV Bundel) Mulai dari AV bundel berjalan ke arah depan pada pinggir posterior dan pinggir bawah pars membranasea septum interventrikulare. Pada bagian cincin yang terdapat antara atrium dan ventrikel analus vibrosus, rangsangan terhenti 1/10 detik selanjutnya menuju ke arah apeks kordis dan bercabang dua : a. Pars septalis dekstra melanjut ke arah AV bundel di dalam pars mucularis septum interventrikulare menuju ke dinding depan depan ventrikel kanan. b. Pars septalis sinistra berjalan di antara pars membranacea dan pars mucularis sampai di sisi kiri septum interventrikularis menuju basis M. Papilaris inferior ventrikel kiri. Serabutserabut pars septalis kemudian bercabang-cabang menjadi serabut terminal (serabut purkinje). 4. Seraburt penghubung Terminal Serabut penghubung terminal (serabut purkiunje) berupa anyaman yang berada pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel.(8) D. Sifat-Sifat Sel Jantung Sel-sel otot jantung mempunyai susunan ion yang berbeda antara ruang dalam sel (intraselular) dan ruang luar sel (ekstraseluler). Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion Natrium (Na+) dan ion Kalium (K+). Kadar K+ intraselular sekitar 300 kali lebih tinggi dalam ruang ekstraselular daripada dalam ruang intraselular. Membran sel otot jantung ternyata lebih permiabel untuk ion negatif daripada ion Na+. Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ion-ion, potensial membran bagian dalam dan bagian luar tidak sama. Membran sel otot jantung saat istirahat berada pada keadaan polarisasi, dengan bagian luar berpotensial lebih positif dibandingkan dengan bagian dalam. Selisih potensial ini disebut sebagai potensial membran, uang dalam keadaan istirahat berkisar -90 mV. Bila membran otot jantung dirangsang, sifat permeabel membran berubah sehingga ion Na+ masuk ke dalam sel, yang menyebabkan potensial membran berubah dari 90 mV menjadi +20 mV (potensial diukur intraselular terhadap ekstraselular). Perubahan potensial membrab karena stimulus ini disebut depolarisasi. Setelah proses depolarisasi selesai, maka potensial membran kembali mencapai keadaan semula yang disebut sebagai repolarisasi.(9) E. Potensial Aksi

Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel otot jantung dibandingkan dengan potensial di luar sel. Pada saat sel mendapat stimulus, maka perubahan potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi. Kurva potensi aksi menunjukkan karakteristik yang khas dan dibagi menjadi 4 fase yaitu : - Fase 0 Awal potensi akhir yang berupa garis vertikal ke atas yang merupakan lonjakan potensial hingga mencapai +20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraselular ini disebabkan oleh masuknyaion Na+ dari luar ke dalam sel. - Fase 1 Masa repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial kembali dari +20 mV mendekati 0 mV. - Fase 2 Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi gerak masuk dari ion Ca++ untuk mengimbangkan gerak keluar ion K+ - Fase 3 Masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali secara tajam pada tingkat awal yaitu fase 4(9) F. Sadapan - Sadapan EKG Istilah bipolar berarti bahwa elektrokardiogram yang direkam itu berasal dari dua elektroda yang terletak pada bagian jantung yang berbeda, dalam hal ini pada anggota badan. Jadi, sebuah sadapan bukan merupakan kabel tunggal yang dihubungkan dari tubuh, tetapi merupakan gabungan dari dua kabel dan elektrodanyan untuk membentuk sebuah sirkuit yang menyeluruh antara tubuh dan elektrodiograf. a. Sadapan I Sewaktu merekam sadapan anggota badan I, ujung negatif elektrokardigraf dihubungkan ke lengan kanan dan ujung positifnya pada lengan kiri.

1. Ketiga Sadapan Anggota Bipolar

b. Sadapan II Untuk merekam sadapan anggota badan II, ujung negatif elektrokardiograf dihubungkan ke lengan kanan dan ujung positifnya pada tungkai kiri.

c. Sadapan III Untuk merekam sadapan anggota badan III, ujung negatif kardiograf dihubungkan ke lengan kiri dan ujung positifnya dihubungkan pada tungkai kiri. 2. Sadapan Dada (Sadapan Prekordial) Biasanya dari dinding anterior dada dapat direkam enam macam sadapan dada yang standar satu per satu, keenam elektroda dada diletakkan berurutan pada enam titik seperti dalam diagram. Macam-macam rekaman tersebut dikenal sebagai sadapan V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.(10) Elektroda dipasang berurutan di enam tempat berbeda pada dinding dada : V1 : Pada sela iga keempat sebelah kanan dari sternum V2 : Pada sela iga keempat sebelah kiri sternum V3 : Pada pertengahan antara V2 dan V4 V4 : Pada sela iga kelima di garis mid-klavikularis V5 : Horisontal terhadap V4, pada garis aksilaris anterior V6 : Horisontal terhadap V4, pada garis midaksilaris(1) V7 : Sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai) V8 : Sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai) V9 : Sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)(6) Gambar Letak Elektroda 3. Sadapan Anggota Badan Unipolar yang Diperbesar Pada tipe perekaman ini, kedua anggota badan dihubungkan melalui tahanan listrik dengan ujung negatif ujung alatn elektrokardiograf, sedangkan anggota badan yang ketiga dihubungkan dengan ujung yang positif. Bila ujung positif terletak pada tangan kanan, maka sadapan dikenal sebagai sadapan aVR dan bila pada lengan kiri, maka disebut sebagai sadapan aVL dan bila pada tungkai kiri maka disebut sebagai sadapan aVF.(10) Tiga ditambahkan antaran adalah sebagai berikut - aVR : membagi dua bagian sisi dari segi tiga yang dari lengan tangan ke kaki kiri. Itu diarahkan ke arah electroda dari lengan tangan yang benar - aVL : kutup tunggal yang ditambahkan ini membagi dua bagian sisi dari segi tiga yang meninggalkan lengan tangan kanan ke kaki kiri. Itu diarahkan ke arah elektrode yang positif pada lengan tangan

- ini adalah dibentuk oleh satu baris tegaklurus ke sisi dari segi tiga yang meluas dari lengan
tangan kanan ke kaki kanan dan diarahkan mengarah ke bawah ke kaki kiri.(11) Sadapan ini mengukur perbedaan potensial listrik antara dua titik sehingga sadapan ini bersifat bipolar, dengan satu kutub negatif dan satu kutub positif.(1)

G. Siklus Jantung dalam EKG 1. Gelombang P Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik berhubungan dengan eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelombang P dalam keadaan yang normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran. Pembesaran antrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. Misalnya, irama yang bersal dekat perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik. 2. Interval PR Diukur dari permukaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini tercakup juga penghantaran impuls melalui antrium dan hambatan impuls pada nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0.20 detik. Perpanjangan interva l PR yang abnormal menandai adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut blok jantung tingkat pertama. 3. Kompleks QRS Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar begitu cepat, normal lama kompleks QRS adalah antara 0,06 dan 0,01 detik. Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas cabang disebut sebagai blok berkas cabang akan menlebarkan kompleks ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia ventrikel juga akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat penyebaran impuls melaui ventrikel di pintas. Hipertropi ventrikel akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung. Repolarisasi atrium terjadi selama ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatatdi elektrokardiografi. 4. Segmen ST Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel. Tahap awal perubahan repolarisasi ventriklel terjadi selama periode ini, tetapi perubaha ini terlalu lemah dan tidak tertangkap EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan penigkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan digitalis akan menurungkan segmen ST. 5. Gelombang Interval QT

Interval ini diukur mulai dari awal kompleksQRS sampai akhir gelombang T, meliputu depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata-rata adalah 0,36 sampai 0,44 detik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada pemberian obat-obat anti disritmia seperti kunidin, prokainamid, setalol (betapace), dan amidaron (cordarone).(1) Gambar Siklus dalam EKG H. Prinsip Membaca EKG Untuk membaca EKG secara mudah dan tepat, sebaiknya setiap EKG dibaca mengikuti urutan petunjuk di bawah ini 1. Irama Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS didahului oleh sebuah gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak, maka berarti bukan irama sinus. Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang mungkin fibrilasi, blok AV derajat dua atau tiga, irama jungsional, takikardia ventrikular, dan lain-lain. 2. Laju QRS (QRS Rate) Pada irama sinus, laju QRS normal berkisar antara 60 - 100 kali/min, kurang dari 60 kali disebut bradikardia sinus, lebih dari 100 kali disebut takikardia sinus. Laju QRS lebih dari 150 kali/min biasanya disebabkan oleh takikardia supraventrikular (kompleks QRS sempit), atau takikardia ventrikular (kompleks QRS lebar). Pada blok AV derajat tiga, selain laju QRS selalu harus dicantumkan juga laju gelombang P (atrial rate). EKG normal selalu regular. Irama yang tidak regular ditemukan pada fibrilasi atrium, atau pada keadaan mana banyak ditemukan ekstrasistol (atrium maupun ventrikel), juga pada sick sinus syndrome. 3. Aksis Aksis normal selalu terdapat antara -30 sampai +110. Lebih dari -30 disebut deviasi aksis kiri, lebih dari +110 disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari +180 disebut aksis superior. Kadang kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis undeterminable, misalnya pada EKG dimana defleksi positif dan negatif pada kompleks QRS di semua sandapan sama besarnya. 4. Interval -PR

Interval PR normal adalah kurang dari 0,2 detik. Lebih dari 0.2 detik disebut blok AV derajat satu. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang delta menunjukkan WolffParkinson- White syndrome. 5. Morfologi Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah ada P-pulmonal atau Pmitral. b. Kompleks QRS Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial infarction (tentukan bagian jantung mana yang mengalami infark melalui petunjuk sandapan yang terlibat). Bagaimana amplitudo gelombang R dan S di sandapan prekordial. Gelombang R yang tinggi di sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau infark dinding posterior). Gelombang R yang tinggi di sandapan V5 dan V6 dengan gelombang S yang dalam di sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertofi ventrikel kiri. Interval QRS yang lebih dari 0,1 detik harus dicari apakah ada right bundle branch block, left bundle branch block atau ekstrasistol ventrikel. c. Segmen ST Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian mana dari jantung yang mengalami infark). Depresi segmen ST menandakan iskemia. d. Gelombang T Gelombang T yang datar (flat 7) menandakan iskemia. Gelombang T terbalik (T-inverted) menandakan iskemia atau mungkin suatu aneurisma. Gelombang T yang runcing menandakan hiperkalemia. e. Gelombang U Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan hipokalemi. Gelombang U yang terbalik menunjukkan iskemia miokard yang berat.(7) I. Kelainan Kompleks pada Beberapa Penyakit. Pada dasarnya bagi yang berpengalaman, tidaklah sulit membedakan antara kompleks EKG normal dan yang ada kelainan. Tetapi kadang-kadang ditemukan adanya gambaran EKG yang tidak khas dan membingungkan kita. Oleh karena itu sebagai patokan, maka berikut ini disajikan kelainan kompleks P-QRS-T pada beberapa penyakit. 1. Kelainan gelombang P. Kelainan penampilan (amplitudo, lamanya, bentuknya) gelombang P pada irama dan kecepatan yang normal. Misalnya P mitrale yang ditandai dengan gelombang P yang tinggi, a. Gelombang P

lebar dan not ched pada sandapan I dan II : gelombang P lebar dan bifasik pada VI dan V2. adanya hipertrofi atrium kiri terutama pada stenosis mitralis. Sedangkan P pulmonale ditandai dengan adanya gelombang P yang tinggi, runcing pada sandapan II dan III, dan mungkin disertai gelombang P tinggi dan bifasik pada sandapan VI dan V2. Ditemukan pada korpulmonale dan penyakit jantung kogenital. Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat berupa kelainan tunggal gelombang P misalnya atrial premature beat yang bisa ditemukan pada penyakit jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis. Selain itu dapat ditemukan kelainan pada semua gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya fibrilasi atrium yang dapat disebabkan oleh penyakit jantung rematik (PJR), pada infark miokard. Kelainan gelombang P lainnya berupa tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-T timbul lebih cepat dari pada biasanya. Misalnya AV nodal premature beat pada PJK, intoksikasi digitalis, dimanabentuk kompleks QRS normal, dan terdapat masa istirahat kompensatoir. Kelainan lain berupa ekstrasistole ventrikel pada PJK, intoksikasi digitalis. Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS adalah normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi yang timbul akibat intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH). Gelombang P seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks QRS. Misalnya ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit jantung hipertensi (PJH). 2. Kelainan interval P-R - Interval P-R panjang menunjukkan adanya keterlambatan atau blok konduksi AV. Misalnya pada blok AV tingkat I dimana tiap gelombang 7 P diikuti P-R > 0,22 detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada miokarditis, intoksikasi digitalis, PJK, idiopatik. PadaAV blok tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan kecepatan normal, tetapi tidak diikuti kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S - T dan T. Interval P-R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi tetap jaraknya. Blok jantung A-V2 : 1 atau 3 : 1., berarti terdapat 2 P dan hanya 1 QRS atau 3P&1QRS. Tipe lain dari blok jantung ini ialah fenomena Wenkebach. Pada blok jantung tingkat III atau blok jantung komplit irama dan kecepatan gelombang P normal, irama kompleks QRS teratur tetapi lebih lambat (20-40 kali permenit) dari gelombang P. jadi terdapat disosiasi komplit antara atriumdan ventrikel. - Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa kelainan bentuk QRS. Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis, sindroma WPW. 3. Kelainan gelombang Q.

Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan dalamnya >2 mm (lebih 1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya miokard yang nekrosis. Adanya gelombang Q di sandapan III dan aVR merupakan gambaran yang normal. 4. Kelainan gelombang R dan gelombang S. Dengan membandingkan gelombang R dan S disandapan I dan III yaitu gelombang S di I dan R di III menunjukkan adanya right axis deviation. Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kanan, stenosis mitral, penyakit jantung bawaan, korpulmonale. Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan adanya left axis deviati on. Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan menjumlahkan voltase (kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 + R V6 > 35 mm atau gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH. 5. Kelainan kompleks QRS - Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks QRS lebar dan atau notched dengan gelombang P dan interval P-R normal. Ditemukan pada PJK, PJR (Penyakit Jantung Rematik). - Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi iramanya teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok komplit terutama pada PJK, PJR, penyakit jantung bawaan. - Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu pada sinus takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium, takikardi ventrikel. Ditemukan pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit Jantung Rematik), infark miokard, intoksikasi digitalis. - Irama QRS tidak tetap. Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya AV nodal premature beat, ventricular premature beat. Ditemukan pada PJK dan intoksikasi digitalis. Irama kompleks QRS sama sekali tidak teratur yaitu pada fibrilasi atrium dimana sering ditemukan pada PJH, PJR, infark miokard dan intoksikasi digitalis. 6. Kelainan segmen S-T. Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu, sebaiknya dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu seri perekaman. Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm atau depresi tidak melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar. Secara klinik elevasi atau depresi segmen S-T pada 3 sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang sama pada sandapan yang sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen S-T merupakan petunjuk adanya infark miokard akut atau perikarditis. Elevasi segmen S-T pada

sandapan prekordial menunjukkan adanya infark dinding anterior, sedangkan infark dinding inferior dapat diketahui dengan adanya elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan aVF. Untuk perikarditis biasanya tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan tampak elevasi di hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4R ditemukan pada infark ventrikel kanan 7. Kelainan gelombang T. Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel. Untuk itu dikemukakan beberapa patokan yaitu : - Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap sandapan. - Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau II dengan gelombang R menyolok. - Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok. - Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih tinggi 8 mm pada sandapan I,II, III. Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T, maka dalam menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan mempertimbangkan seluruh gambaran klinik. Suatu diagnosis khusus tidak dapat dibuat atas dasar perubahan -perubahan yang tidak khas. Adanya gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai segmen S-T konveks keatas, menandakan adanya iskemi miokard. Kadang-kadang gelombang T sangat tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana defleksi QRS positif pada sandapan I, sedangkan gelombang T pada sandapan I terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di sandapan III menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam pada semua sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi. Gelombang T yang tinggi dan simentris dengan depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark dinding posterior. 8. Kelainan gelombang U. Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada sandapan yang sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.(7)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Nama Percobaan Electrocardiograf pada manusia

B.

Alat dan Bahan

1. Electrocardograf (EKG) 2. Kabel sadapan yang terdiri dari : a. 4 buah sadapan ekstremitas Tangan kiri (LA) Tangan kanan (RA) Kaki kiri (LL) Kaki kanan (RL) b. 6 buah sadapan dada V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 3. Elektroda yang terdiri dari : a. 4 buah elektroda ekstremitas b. 6 buah elektroda dada 4. Kertas EKG C. Prosedur Kerja Orang coba (pria) berbaring terlentang dengan badan atas bebas dari pakaian. Bahanbahan logam yang dipakai seperti ikat pinggang, cincin, arloji, dan sebagainya, sebaiknya dibuka agar tidak mengganggu rekaman. Oleskan EKG cream atau jelly pada tempat-tempat dimana akan dipasang elektroda untuk mengurangi resisten. Pasanglah keempat elektroda ekstremitas pada kedua pergelangan tangan dan kedua pergelangan kaki pada bagian volar atau medial. Pasanglah elektroda tersebut dengan ketat. Hubungkan kabel sadapan pada EKG dan ujung-ujungnya di hubungkan pada elektroda yang sesuai. VI : pada ruang intercostal 4 pinggir kanan sternum V2 : pada ruang intercostal 4 pinggir kiri sternum V3 : pada pertengahan antara V2 dan V4 V4 : pada ruang intercostal 5 pada linea aksilaris anterior V5 : pada level V4, pada linea aksilaris anterior V6 : pada level V4 pada linea aksilaris anterior Hubungan pada ujung-ujung kabel sandapan pada elektroda dada yang sesuai. Pasanglah kabel tanah (arde) dan hubungkan EKG pada sumber listrik. Sekarang mulailah dengan pencatatan. D. Hasil Percobaan

Pemeriksaan orang pertama Nama Umur Jenis Kelamin 1. a. b. c. Gel. P QRS,T Horizontal Vertikal HR Normal Reguler Kompleks QRS Horizontal Vertikal P-R Interval Horizontal Vertikal : 3 x 0.04 : 1 x 0.01 = 0.12 mmHg = 0.01 mmHg : 4 x 0.04 : 3 x 0.01 = 0.16 mmHg = 0.03 mmHg : 2 x 0.04 : 1 x 0.01 = 0.08 detik = 0.01 detik : Imam Habibi : 19 tahun : Laki-Laki

Hasil pemeriksaan : Lead I

: = = 65.23 mmHg

ST Segmen Horizontal Vertikal : 3 x 0.04 : 1 x 0.01 = 0.12 mmHg = 0.01 mmHg

2. a. b. c.

Lead II Gel. P QRS,T Horizontal Vertikal HR Normal Reguler Kompleks QRS Horizontal Vertikal : 4 x 0.04 : 6 x 0.01 = 0.12 mmHg = 0.06 mmHg = 0.16 mmHg : 2 x 0,04 : 1 x 0.01 = 0,08 detik = 0,01 detik

: = = 65.23 mmHg

P-R Interval Horizontal Vertikal : 4 x 0.04 : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

ST Segmen

Horizontal Vertikal 3. a. b. c. Lead III Gel. P QRS,T Horizontal Vertikal HR Normal Reguler Kompleks QRS Horizontal Vertikal P-R Interval Horizontal Vertikal ST Segmen Horizontal Vertikal 4. a. b. c. aVR Gel. P QRS,T Horizontal Vertikal HR Normal Reguler Kompleks QRS Horizontal Vertikal P-R Interval Horizontal Vertikal ST Segmen Horizontal Vertikal 5. a. Gel. P QRS,T Horizontal aVL (Tidak Normal)

: 2 x 0.04 : 1 x 0.01

= 0.08 mmHg

= 0.01 mmHg

: 2 x 0,04 : 1 x 0.01

= 0,08 detik

= 0,01 detik

: = = 65.23 mmHg

: 4 x 0.04 : 5 x 0.01

= 0.16 mmHg

= 0.05 mmHg = 0.12 mmHg

: 3 x 0.04 : 1 x 0.01

= 0.01 mmHg = 0.12 mmHg

: 3 x 0.04 : 1 x 0.01

= 0.01 mmHg

: 2 x 0,04 : 1 x 0.01

= 0.08 detik

= 0.01 detik

: = = 65.23 mmHg

: 3 x 0.04 : 4 x 0.01

= 0.12 mmHg

= 0.04 mmHg = 0.16 mmHg

: 4 x 0,04 : 1 x 0.01

= 0.01 mmHg = 0.08 mmHg

: 2 x 0.04 : 1 x 0.01

= 0.01 mmHg

: 2 x 0,04

= 0,08 detik

b. c.

Vertikal HR Normal Reguler Kompleks QRS Horizontal Vertikal

: 1 x 0.02

= 0,02 detik

: = = -62.5 mmHg

: 4 x 0.04 : 1 x 0.01

= 0.16 mmHg

= 0.01 mmHg = 0.16 mmHg

P-R Interval Horizontal Vertikal : 4 x 0.04 : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg = 0.08 mmHg

ST Segmen Horizontal Vertikal : 2 x 0.04 : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

6. a. b. c.

aVF Gel. P QRS,T Horizontal Vertikal HR Normal Reguler Kompleks QRS Horizontal Vertikal : 4 x 0.04 : 6 x 0.01 = 0.16 mmHg = 0.06 mmHg = 0.12 mmHg : 1 x 0,04 : 1 x 0.01 = 0.04 detik = 0.01 detik

: = = 62.5 mmHg

P-R Interval Horizontal Vertikal : 3 x 0.04 : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg = 0.08 mmHg

ST Segmen Horizontal Vertikal : 2 x 0.04 : 2 x 0.01 =0.02 mmHg

7. a. b. c.

V1 Gel. P QRS,T Horizontal Vertikal HR Normal Reguler Kompleks QRS Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg : 2 x 0,04 : 1 x 0.01 = 0,08 detik = 0,01 detik

: = = 68.18 mmHg

Vertikal P-R Interval Horizontal Vertikal ST Segmen Horizontal Vertikal 8. a. b. c. V2 Gel. P QRS,T Horizontal Vertikal HR Normal Reguler Kompleks QRS Horizontal Vertikal P-R Interval Horizontal Vertikal ST Segmen Horizontal Vertikal 9. a. b. V3 Gel. P QRS,T Horizontal Vertikal HR Normal

: 3 x 0.01

= 0.03 mmHg = 0.12 mmHg

: 3 x 0.04 : 1 x 0.01

= 0.01 mmHg = 0.08 mmHg

: 2 x 0.04 : 2 x 0.01

= 0.02 mmHg

: 2 x 0,04 : 1 x 0.02

= 0,08 detik

= 0,02 detik

: = = 68.18 mmHg

: 4 x 0.04 : 3 x 0.01

= 0.16 mmHg

= 0.01 mmHg = 0.16 mmHg

: 4 x 0.04 : 1 x 0.01

= 0.01 mmHg = 0.12 mmHg

: 3 x 0.04 : 2 x 0.01

= 0.02 mmHg

: 1 x 0.04 : 1 x 0.01

= 0.04 detik

= 0,01 detik

: = = 68.18 mmHg

Posted 6th March by violent Location: Makassar, Indonesia

Membaca Hasil EKG (Elektrokardiografi)


NOV 16 Posted by sandurezu

4 Votes

EKG atau Elektrokardiogram adalah suatu representasi dari potensial listrik otot jantung yang didapat melalui serangkaian pemeriksaan menggunakan sebuah alat bernama elektrokardiograf. Melalui EKG (atau ada yang lazim menyebutnya ECG {in English: Electro Cardio Graphy}) kita dapat mendeteksi adanya suatu kelainan pada aktivitas elektrik jantung melalui gelombang irama jantung yang direpresentasikan alat EKG di kertas EKG. Berikut ini sedikit catatan saya tentang bagaimana cara membaca hasil pemeriksaan EKG yang tergambar di kertas EKG. Saya sarankan untuk terlebih dahulu memahami aktivitas elektrik jantung dan cara memasang EKG. Mudah-mudahan bisa jadi bahan diskusi. 1. IRAMA JANTUNG Irama jantung normal adalah irama sinus, yaitu irama yang berasal dari impuls yang dicetuskan oleh Nodus SA yang terletak di dekat muara Vena Cava Superior di atrium kanan jantung. Irama sinus adalah irama dimana terdapat gelombang P yang diikuti oleh kompleks QRS. Irama jantung juga harus teratur/ reguler, artinya jarak antar gelombang yang sama relatif sama dan teratur. Misalkan saya ambil gelombang R, jarak antara gelombang R yang satu dengan gelombang R berikutnya akan selalu sama dan teratur. Jadi, yang kita tentukan dari irama jantung adalah, apakah dia merupakan irama sinus atau bukan sinus, dan apakah dia reguler atau tidak reguler.

Irama Sinus, seperti yang saya tulis di atas, yakni adanya gelombang P, dan setiap gelombang P harus diikuti oleh kompleks QRS. Ini normal pada orang yang jantungnya sehat.

Irama Bukan Sinus, yakni selain irama sinus, misalkan tidak ada kompleks QRS sesudah gelombang P, atau sama sekali tidak ada gelombang P. Ini menunjukkan adanya blokade impuls elektrik jantung di titik-titik tertentu dari tempat jalannya impuls seharusnya (bisa di Nodus SA-nya sendiri, jalur antara Nodus SA Nodus AV, atau setelah nodus AV), dan ini abnormal. Reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan teratur. Kita juga bisa menentukan regulernya melalui palpasi denyut nadi di arteri karotis, radialis dan lain-lain. Tidak reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya tidak sama dan tidak teratur, kadang cepat, kadang lambat, misalnya pada pasien-pasien aritmia jantung.

2. FREKUENSI JANTUNG Frekuensi jantung atau Heart Rate adalah jumlah denyut jantung selama 1 menit. Cara menentukannya dari hasil EKG ada bermacam-macam. Bisa kita pakai salah satu atau bisa semuanya untuk membuat hasil yang lebih cocok. Rumusnya berikut ini: 1) Cara 1

HR = 1500 / x Keterangan: x = jumlah kotak kecil antara gelombang R yang satu dengan gelombang R setelahnya. 2) Cara 2

HR = 300 / y Keterangan: y = jumlah kotak sedang (55 kotak kecil) antara gelombang R yang satu dengan gelombang R setelahnya. (jika tidak pas boleh dibulatkan ke angka yang mendekati, berkoma juga ga masalah) 3) Cara 3

Adalah cara yang paling mudah, bisa ditentukan pada Lead II panjang (durasi 6 detik, patokannya ada di titik-titik kecil di bawah kertas EKG, jarak antara titik 1 dengan titik setelahnya = 1 detik, jadi kalau mau 6 detik, bikin aja lead II manual dengan 7 titik). Caranya adalah: HR = Jumlah QRS dalam 6 detik tadi itu x 10. Nanti yang kita tentukan dari Frekuensi jantung adalah:

Normal: HR berkisar antara 60 100 x / menit.

Bradikardi= HR < 60x /menit Takikardi= HR > 100x/ menit

3. AKSIS Aksis jantung menurut definisi saya adalah, proyeksi jantung jika dihadapkan dalam vektor 2 dimensi. Vektor 2 dimensi disini maksudnya adalah garis-garis yang dibentuk oleh sadapan-sadapan pada pemeriksaan EKG. Sadapan (Lead) EKG biasanya ada 12 buah yang dapat dikelompokkan menjadi 2: 1. Lead bipolar, yang merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda/ lead standar, yaitu lead I, II dan III. 2. Lead unipolar, yang merekam perbedaan potensial listrik pada satu elektroda yang lain sebagai elektroda indiferen (nol). Ada 2: (a) unipolar ekstrimitas (aVL, aVF, dan aVR); (b) unipolar prekordial (V1, V2, V3, V4, V5 dan V6) Setiap lead memproyeksikan suatu garis/ vektor tertentu. Urutannya bisa dilihat dari gambaran berikut ini:

Aksis jantung normal (positif) adalah antara -30 sampai dengan 120 (ada yang mendefinisikan sampai 100 saja). Sebenarnya ini adalah proyeksi dari arah jantung sebenarnya (jika normal dong ). Pada kertas EKG, kita bisa melihat gelombang potensial

listrik pada masing-masing lead. Gelombang disebut positif jika arah resultan QRS itu ke atas, dan negatif jika ia kebawah. Berikut ini arti dari masing-masing Lead: Lead I = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA), dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+). Lead II = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-), dan kaki kiri bermuatan positif (+) Lead III = merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+) Lead aVL = merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen (potensial nol) Lead aVF = merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri bermuatan positif (+), tangan kiri dan tangan kanan nol. Lead aVR = merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana tangan kanan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri nol.

Nah, secara elektrofisiologi, arus potensial listrik jantung berasal dari SA node lalu meluncur ke AV node, bundle His, cabang septal dan sampai ke serabut purkinje. Arus itu bermuatan negatif (-). Jika arus itu menuju lead yang bermuatan positif (+), maka di kertas EKG akan muncul gelombang ke atas, (kan tarik-menarik gitu..), kalau arus itu menjauhi lead yang bermuatan (+) tersebut, maka di kertas EKG dia akan muncul sebagai gelombang ke bawah. (Arus menuju dan menjauhi lead itu layaknya bisa di imajinasikan sendiri kali ya, bayangkan saja lokasi leadnya dan arah arus elektrofisiologi jantungnya. Sama halnya jika diibaratkan, lead itu kayak orang yang lagi berdiri memandangi sebuah mobil yang lagi jalan dalam suatu arena balap. Ada orang yang melihat mobil itu dari sudut segini, ada yang dari segitu, jadi ntar penafsiran mereka beda-beda. Jika digabungkan, maka dapatlah mereka menyimpulkan apa yang terjadi dari mobil balap itu.) Itulah mengapa arah gelombang di lead aVR bernilai negatif (gelombangnya terbalik), karena arah arus jantung berlawanan dengan arah lead/ menjauhi lead, sedangkan di lead-lead lainnya bernilai positif (gelombangnya ke atas).
Cara menentukan aksis dari kertas EKG itu adalah: 1. Lihat hasil di Lead I, perhatikan resultan gelombang di kompleks QRS. (ingat lagi pelajaran vektor di fisika, hehe). Jika resultan gaya Q, R dan S nya positif, (maksudnya jika gelombang R-nya lebih tinggi daripada jumlah Q dan S {bisa dihitung jumlah kotaknya}), maka lead I = positif (+). Jika R-nya lebih rendah daripada jumlah Q dan S, maka lead I = negatif (-). Ini semacam resultan gaya. Bagusnya digambar di buku petak matematika itu agar lebih paham.. He. 2. Lihat hasil di Lead aVF, perhatikan hal yang sama, apakah lead aVF nya positif atau negatif.

3. Jika masih ragu lihat lagi di Lead II (lead II hasilnya lebih bagus karena letak lead II searah dengan arah jantung normal). tentukan apakah lead II nya positif atau negatif. Nah, cara menginterpretasikannya bisa dibuatkan tabel berikut ini:

Aksis / Lead Normal LAD RAD

aVF

II

Aksis Normal = ketiga lead tersebut bernilai positif, artinya jantung berada di antara aksis -30 sampai dengan 120 (ada yang menyebutkan sampai 100 saja). LAD (Left Axis Deviation), artinya aksis / arah proyeksi jantungnya bergeser ke kiri, atau di atas 3o. Kalau demikian tentu gak mungkin aVF atau lead II nya positif, pasti negatif kan.. Ini biasa terjadi jika adanya pembesaran ventrikel kiri/ LVH (Left Ventricular Hypertrophy), sehingga arah jantungnya jadi ga normal lagi, agak naik gitu. Misalnya pada pasien-pasien hipertensi kronis dsb. RAD (Right Axis Deviation), artinya aksisnya bergeser ke kanan, atau di atas 120. Kalau ke kanan tentu lead I-nya akan negatif, sedangkan aVF dan II positif. Biasanya ini terjadi jika adanya pembesaran jantung kanan/ RVH (Right Ventricular Hypertrophy).

4. Gelombang P Gelombang P adalah representasi dari depolarisasi atrium. Gelombang P yang normal:
lebar < 0,12 detik (3 kotak kecil ke kanan) tinggi < 0,3 mV (3 kotak kecil ke atas) selalu positif di lead II selalu negatif di aVR Yang ditentukan adalah normal atau tidak: Normal Tidak normal: P-pulmonal : tinggi > 0,3 mV, bisa karena hipertrofi atrium kanan. P-mitral: lebar > 0,12 detik dan muncul seperti 2 gelombang berdempet, bisa karena hipertrofi atrium kiri.

P-bifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gelombang ke bawah, bisa terlihat di lead V1, biasanya berkaitan juga dengan hipertrofi atrium kiri.

5. PR Interval PR interval adalah jarak dari awal gelombang P sampai awal komplek QRS. Normalnya 0,12 0,20 detik (3 5 kotak kecil). Jika memanjang, berarti ada blokade impuls. Misalkan pada pasien aritmia blok AV, dll. Yang ditentukan: normal atau memanjang. 6. Kompleks QRS Adalah representasi dari depolarisasi ventrikel. Terdiri dari gelombang Q, R dan S. Normalnya:
Lebar = 0.06 0,12 detik (1,5 3 kotak kecil) tinggi tergantung lead. Yang dinilai:

- Gelombang Q: adalah defleksi pertama setelah interval PR / gelombang P. Tentukan apakah dia normal atau patologis. Q Patologis antara lain: durasinya > 0,04 (1 kotak kecil) dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R. - Variasi Kompleks QRS QS, QR, RS, R saja, rsR, dll. Variasi tertentu biasanya terkait dengan kelainan tertentu.

Variasi Kompleks QRS - Interval QRS, adalah jarak antara awal gelombang Q dengan akhir gelombang S. Normalnya 0,06 0,12 detik (1,5 3 kotak kecil). Tentukan apakah dia normal atau memanjang. 7. Tentukan RVH/LVH Rumusnya,

RVH jika tinggi R / tinggi S di V1 > 1 LVH jika tinggi RV5 + tinggi SV1 > 35

8. ST Segmen ST segmen adalah garis antara akhir kompleks QRS dengan awal gelombang T. Bagian ini merepresentasikan akhir dari depolarisasi hingga awal repolarisasi ventrikel. Yang dinilai: Normal: berada di garis isoelektrik Elevasi (berada di atas garis isoelektrik, menandakan adanya infark miokard) Depresi (berada di bawah garis isoelektrik, menandakan iskemik) 9. Gelombang T Gelombang T adalah representasi dari repolarisasi ventrikel. Yang dinilai adalah:

Normal: positif di semua lead kecuali aVR Inverted: negatif di lead selain aVR (T inverted menandakan adanya iskemik) Semoga bermanfaat. Referensi: Skills lab blok 3.2 kardiovaskuler dan catatan kuliah.

You might also like