You are on page 1of 10

Peningkatan Hasil Belajar Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together Kelas X Audio

Video 1 Di SMKN 5 Jakarta


Anggraeni Indri Hapsari Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan dengan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Number Head Together) di kelas X AV (Audio Video) 1 di SMK Negeri 5 Jakarta. Berdasarkan data ulangan kelas X AV 1 pokok bahasan menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC tahun ajaran 2009/2010, rata-rata kelas mendapat nilai 56,62. Dimana nilai tersebut berada di bawah KKM yang seharusnya dicapai, yaitu 70. Setelah terlaksananya ketiga siklus PTK (Penelitian Tindakan Kelas) pada bulan JuliAgustus 2011 di X AV 1, maka diperoleh peningkatan rata-rata kelas di atas KKM yaitu 86,3. Dan setelah terlaksananya ketiga siklus PTK (Penelitian Tindakan Kelas) juga tampak terjadi perubahan aktivitas belajar siswa, yang semula pasif kemudian menjadi aktif dalam mencari informasi. Dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan proses dan hasil belajar Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan pada kelas X AV 1 SMK Negeri 5 Jakarta. Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif NHT (Number Head Together), mata pelajaran menerapkan dasar-dasar kelistrikan, peningkatan hasil belajar. PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terusmenerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani dan potensi kompetensi siswa. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan dimasyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu usaha perbaikan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK kelompok teknologi industri sebagai suatu lembaga formal yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan sistem pendidikan yang mengacu pada perkembangan teknologi di dunia industri. Kurikulum SMK menekankan akademis dan life skill terutama vocational skill. Dengan vocational skill, lulusan SMK memiliki kesiapan untuk terjun langsung pada dunia kerja. Bahkan mereka dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMK, antara lain dengan perbaikan mutu pembelajaran. Pembelajaran di SMK merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha
1

PTK Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan di SMK Negeri 5 Jakarta (Anggraeni Indri Hapsari)

perencanaan pengajaran diupayakan agar siswa memiliki kemampuan maksimal dan meningkatkan motivasi, tantangan dan kepuasan sehingga mampu memenuhi harapan baik oleh guru maupun siswa. SMK Negeri 5 Jakarta Timur merupakan salah satu sekolah teknik kejuruan yang memiliki beberapa program keahlian yang berkompeten dibidangnya. Salah satu program keahlian tersebut adalah program keahlian Audio Video yang menekankan kemampuan siswanya pada salah satu dasar kompetensi kejuruan menerapkan dasar-dasar kelistrikan. Dalam pembelajaran menerapkan dasar-dasar kelistrikan siswa dituntut untuk lebih paham dan mengerti tentang pelajaran menerapkan dasar-dasar kelistrikan, karena dasar-dasar kelistrikan merupakan langkah awal yang harus dilewati siswa sebelum mempelajari teori-teori kelistrikan yang tingkatannya lebih tinggi. Dengan melihat proses pembelajaran pada standar kompetensi kejuruan Audio Video yaitu menerapkan dasar-dasar kelistrikan khususnya kompetensi dasar menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC, bahwa pada proses pembelajaran yang terjadi tersebut masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi siswa, yaitu bagaimana sebenarnya belajar. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Suasana kelas dalam proses pembelajaran menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC cenderung teacher-centered, sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, dalam pembelajaran menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC guru lebih suka

menggunakan metode konvensional, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri (self motivation), padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang meliputi observasi kelas, diskusi dan wawancara dengan salah seorang guru bidang studi Menerapkan dasar-dasar kelistrikan di SMKN 5 Jakarta tahun ajaran 2009-2010, hasil belajar siswa kelas XAV 1 dalam pembelajaran menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC secara umum menunjukkan bahwa : 1.Ketika guru sedang menjelaskan materi dengan metode ceramah, siswa cenderung ribut dan mengantuk serta berbicara dengan sesama temannya. 2.Ketika guru meminta siswa maju mengerjakan soal di papan tulis, tidak ada siswa yang berani menjawab ataupun berinisiatif untuk maju ke depan kelas, sehingga guru perlu menunjuk siswa untuk menjawab atau maju ke depan dengan cara memanggil nama siswa. 3.Ketika guru mempersilahkan siswa untuk bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti, hanya terdapat beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan pada guru. Akan tetapi, ketika guru memberikan tugas masih banyak siswa yang bingung dan bertanya kepada temannya. Jadi, ada sebagian besar siswa yang belum paham mengenai materi yang dijelaskan, namun siswa enggan bertanya kepada guru. 4.Berdasarkan informasi dari guru Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan yang mengajar di kelas tersebut, siswa kurang memiliki kemauan untuk belajar.
2

PTK Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan di SMK Negeri 5 Jakarta (Anggraeni Indri Hapsari)

5.Berdasarkan informasi dari guru Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan yang mengajar di kelas tersebut, biasanya guru hanya menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat siswa menjadi pasif dan kemauan siswa untuk belajar cenderung menurun yang berakibat menurunnya hasil belajar siswa. Seharusnya dalam proses pembelajaran siswa tidak boleh pasif, tetapi harus aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan pemahamannya sendiri, sehingga potensi dan kemampuan siswa dapat tergali dan berkembang dengan baik. 6.Berdasarkan data ulangan yang dilakukan pada kelas X AV 1 pokok bahasan menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC dalam pembelajaran menerapkan dasar-dasar kelistrikan tahun ajaran 2009/2010 adalah 56,62. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, perlu diupayakan suatu penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dalam menerapkan pendekatan pembelajaran, sehingga membuat pembelajaran lebih aktif. PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja simulasikan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan kualitas professional guru dan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran, khususnya masalah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus

membimbing siswa. Berdasarkan informasi dari guru Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan yang mengajar di kelas tersebut, guru terbiasa menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat siswa menjadi pasif dan kemauan siswa untuk belajar cenderung menurun sehingga berakibat juga pada menurunnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat menggantikan metode ceramah yang selalu guru gunakan dalam pembelajaran, karena strategi pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga berdasarkan acuan dari data-data tersebut maka dalam penelitian tindakan kelas diyakini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran yakni dengan melalui strategi pembelajaran Cooperative learning dengan Tipe NHT. Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu strategi belajar diyakini dapat meningkatkan interaksi antar siswa dan bekerja sama untuk mencapai satu tujuan yang positif. Untuk mewujudkan peningkatan interaksi dan kerja sama antar siswa dapat menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai lima orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Pembelajaran kooperatif memiliki kemampuan untuk meningkatkan belajar siswa baik dibidang peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok Melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tipe NHT (Number Head Together) pembelajaran menjadi lebih baik dan setiap siswa dapat belajar untuk saling menghargai satu sama lain. Pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa
3

PTK Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan di SMK Negeri 5 Jakarta (Anggraeni Indri Hapsari)

yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) juga sebagai upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat sehingga berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. METODE Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 5 Jakarta Jl. Pisangan Baru Timur VII Jakarta Timur 13110 dengan mengambil waktu penelitian selama kurang lebih dua bulan pada tanggal 18 Juli s.d 22 Agustus 2011 semester ganjil tahun ajaran 2011-2012. Dalam penelitian tindakan kelas pembelajaran kooperatif tipe NHT, peneliti mengambil mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan audio video dan dibatasi pada pembahasan standar kompetensi Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan dengan pokok bahasan menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC. Pada penelitian tindakan kelas pembelajaran kooperatif tipe NHT diambil subjek siswa kelas X Audio Video 1 di SMKN 5 Jakarta Timur. Prosedur/siklus yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah prosedur/siklus PTK (Penelitian Tindakan Kelas) model Kurt Lewin dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja simulasikan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Konsep pokok PTK menurut Kurt Lewin terdiri dari empat

komponen, yaitu : perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observating), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat konsep pokok PTK menurut Kurt Lewin dipandang sebagai satu siklus. Penelitian tindakan menggunakan PTK dengan harapan guru kompetensi kejuruan dapat memperbaiki kinerjanya sebagai guru, menciptakan pembelajaran yang bermutu dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Prosedur/siklus yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran mata pelajaran Menerapkan Dasar-Dasar Kelistrikan ditingkat SMK yaitu, disusun dalam 3 (tiga) siklus secara berkelanjutan pada satu indikator ke indikator berikutnya pada mata pelajaran Menerapkan Dasar-Dasar Kelistrikan, sehingga tidak memungkinkan peneliti dalam melaksanakan 3 siklus sekaligus pada setiap indikator, karena materi pembelajaran harus terus berlanjut dan jika mengulang pada indikator yang sama, maka waktu yang disediakan tidak akan cukup. HASIL PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang peneliti laksanakan adalah dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan proses belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperarif tipe NHT. Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 5 Jakarta Timur yang beralamat di Jl.Pisangan Baru Timur VII Jakarta Timur. Kelas yang dipakai sebagai objek penelitian adalah kelas X AV 1 dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang. Kelas X AV 1 dipilih berdasarkan keterangan dari kolaborator, bahwa kelas X AV 1 adalah kelas khusus dimana pada kelas X AV 1 menurut kolaborator ingin menggunakan suatu strategi pembelajaran baru. Prosedur penelitian dilaksanakan tiga siklus, masingmasing terdiri dari empat tahapan perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Pada siklus I terdiri dari 1 indikator, siklus II terdiri dari 1 indikator, dan siklus III terdiri dari 1 indikator. Dalam
4

PTK Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan di SMK Negeri 5 Jakarta (Anggraeni Indri Hapsari)

pelaksanaannya, siswa terbagi menjadi 9 kelompok belajar kooperatif, yang masingmasing kelompok terdiri dari 3-4 orang. Kegiatan pendahuluan dilakukan pada bulan JanuariJuni 2011 dengan observasi tentang kondisi sekolah secara umum dan melakukan pengamatan terhadap siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung di kelas X AV 1. Berdasarkan informasi dari kolaborator dan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh data bahwa kelas X AV 1 merupakan kelas yang taraf ketuntasan belajarnya pada mata pelajaran menerapkan dasar-dasar kelistrikan masih rendah. Dan pada kelas X AV 1 ingin menggunakan suatu strategi pembelajaran yang berbeda dengan metode konvensional yakni strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together). Pada siklus I kegiatan penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain yakni: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Perencanaan siklus I dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2011 yang telah didiskusikan terlebih dahulu dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru pamong sebagai kolaborator dan dilakukan di kelas X AV1 (Audio Video 1). Guru masih belum terbiasa menghadapi situasi dalam kelas, sehingga dalam proses pembelajaran masih kurang merespon siswa-siswa yang bermasalah dalam pembelajaran. Siklus I merupakan awal dari siklus penelitian, suasana dalam proses belajar mengajar belum ada perkembangan yang cukup berarti. Masih terdapat siswa yang ribut dan kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Secara keseluruhan permasalahan pada pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut: 1. Nilai pre test rata-rata siswa pada siklus I adalah 36,3. Nilai post test rata-rata siswa pada siklus I adalah 70,3. 2. Dari segi aktivitas belajar siswa, sebagian siswa belum terbiasa dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT, hasil observasi

terhadap ketuntasan aktivitas belajar siswa sebesar 66% pada pertemuan pertama dan 70% pada pertemuan kedua. Pada siklus II guru mulai terbiasa menghadapi situasi dan kondisi dalam kelas, sehingga proses pembelajaran dapat lebih merespon siswa-siswa yang bermasalah dalam pembelajaran. Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus sebelumnya, dan jika dibandingkan dengan siklus I pada siklus II semangat, motivasi, aktifitas dan hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan, suasana kelas dalam proses pembelajaranpun sudah mengalami perkembangan yakni kelas sudah dapat berjalan dengan lebih tertib dan kondusif walaupun sebagian kecil masih ada siswa yang mengalami hambatan dalam proses pembelajarannya. Secara keseluruhan permasalahan pada pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: 1. Nilai rata-rata post test siswa pada siklus II adalah 80,4. 2. Dari segi aktivitas belajar siswa, sudah mengalami peningkatan dengan aktifitas belajar siswa 76% pada siklus II dan belum mencapai standar kompetensi yakni sekurangkurangnya 80% dari keseluruhan siswa mencapai nilai 70 sesuai dengan KKM. Pada siklus III sudah baik dan sudah dapat dilakukan guru secara konstan. Pada siklus III kegiatan pembelajaran mengalami kemajuan yang signifikan jika dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya, baik dari segi keaktifan dan hasil belajar siswa sudah mengalami kemajuan. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat pada saat diskusi mengalami peningkatan, dan semangat dan motivasi siswa pada saat pelajaran meningkat dengan bersemangatnya mereka pada saat melakukan diskusi dan ketika presenatasi di depan kelas. Secara keseluruhan pada pelaksanaan siklus III adalah sebagai berikut:
5

PTK Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan di SMK Negeri 5 Jakarta (Anggraeni Indri Hapsari)

1. Nilai rata-rata post test pada siklus III

ialah 86,3 dan telah mencapai standar kompetensi yakni sekurang-kurangnya 75% dari keseluruhan siswa mencapai nilai 70 sesuai dengan KKM. 2. Dari segi aktivitas belajar siswa, siswa sudah mulai terbiasa dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT, hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dengan memperoleh 80% pada pertemuan I dan 84% pada pertemuan ke-II pada siklus III. Hasil penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil karena terjadinya perbaikan nilai dan minat siswa untuk mempelajari materi-materi yang telah diberikan pengajar. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa maka dipaparkan hasil yang dicapai, pada umumnya aktivitas siswa sampai pada siklus III sudah meningkat. Siswa aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar yang disampaikan guru dengan baik dan tertib. Peningkatan prestasi nampak dengan adanya perubahan-perubahan tingkah laku seperti yang tadinya takut atau ragu-ragu sekarang sudah lebih berani untuk mengemukakan pendapat, berani bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran yang belum jelas, dapat menerima pendapat orang lain dan menghargai sesama teman, karena hasil penelitian siklus III sudah sesuai dengan yang diharapkan, maka tidak dilanjutkan untuk siklus selanjutnya. Akan tetapi nilai siswa akan kembali menurun jika guru tidak konsisten dalam menjalankan cara mengajar, guru kembali dengan cara mengajar konvensional yaitu dengan cara ceramah dan mencatat sehingga membuat siswa menjadi bosan. PEMBAHASAN Dari ke enam kompetensi dasar pada mata pelajaran Menerapkan Dasardasar Kelistrikan, maka dipilihlah satu kompetensi dasar yang mewakili keseluruhan kompetensi dasar pada mata pelajaran Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan yaitu kompetensi dasar menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang

bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC. Peneliti menganggap dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kompetensi dasar menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC dapat mewakili peningkatan dalam proses dan hasil belajar mata pelajaran menerapkan dasar-dasar kelistrikan. Kompetensi dasar menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC dipilih peneliti untuk mewakili keseluruhan kompetensi dasar menerapkan dasar-dasar kelistrikan karena proses pembelajaran KD menjelaskan sifatsifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif pada rangkaian DC sangat menekankan pada pemberian materi mengenai perbedaan rangkaian yang bersifat resistif, kapasitif, dan induktif, untuk mengembangkan kompetensi dasar siswa selanjutnya dibidang kelistrikan. Dengan membandingkan data-data yang telah diperoleh selama penelitian tindakan kelas berlangsung sebanyak 3 siklus dan dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran menerapkan dasar-dasar kelistrikan telah mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan penelitian tindakan kelas strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti dengan nilai rata-rata post test siswa pada tiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I hasil belajar siswa sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan namun belum maksimal, demikian halnya dengan hasil aktivitas belajar siswa. Sehingga dilaksanakan siklus II untuk memenuhi indikator yang telah di tetapkan dalam penelitian. Pada siklus II hasil belajar kognitif siswa sudah mulai dapat mencapai indikator yang ditetapkan, sedangkan aktivitas belajar siswa belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan. Pada siklus III hasil belajar kognitif siswa dan aktifitas belajar siswa sudah memenuhi indikator yang ditetapkan. Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran
6

PTK Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan di SMK Negeri 5 Jakarta (Anggraeni Indri Hapsari)

kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan aktivitas belajar siswa. Pada siklus I siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang digunakan guru yaitu pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT belum dapat berlangsung secara optimal. Keterampilan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT masih kurang karena strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan strategi pembelajaran yang baru pertama kali diterapkan dalam pembelajaran menerapkan dasar-dasar kelistrikan khususnya bagi guru (peneliti). Siswa belum terbiasa dengan strategi pembelajaran yang digunakan guru, sehingga masih takut dan ragu-ragu dalam mengemukakan pendapatnya, maupun mempresentasikan hasil karya di depan kelas. Namun karena kecekatan guru, kendalan tersebut tidak berlangsung lama sehingga proses pembelajaran tidak terlalu terganggu. Pada siklus II guru melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada siklus I. Upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran, memotivasi siswa untuk memecahkan permasalahan, mengaktifkan diskusi dalam kelompok, membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menyajikan hasil karya, dan juga memberi penguatan terhadap hasil pemecahan masalah. Pada siklus II sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan siklus sebelumnya. Namun masih ada siswa yang belum tuntas dalam penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru, dan belum aktif secara optimal dalam diskusi kelompok pada saat proses pembelajaran berlangsung dan siswa belum sepenuhnya menyesuaikan diri dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada siklus III tidak lagi ditemukan kendalakendala yang sangat berarti, karena siswa sudah dapat menyesuaikan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada

siklus III siswa sudah lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa berdiskusi dengan anggota kelompok, mempresentasikan hasil karya dan menanggapi hasil karya siswa dari kelompok lain. Berdasarkan hasil penelitian guru pada penelitian tindakan kelas pembelajaran kooperatif tipe NHT didapat bahwa hasil belajar siswa mengalami kenaikan pada setiap siklus. Dan peningkatan hasil belajar tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) yakni: a. Tingkat motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran b. Hubungan antara siswa dalam satu kelompok, baik atau tidaknya komunikasi antara siswa dalam satu kelompok. c. Sumber belajar yang digunakan d. Dan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran. Agar hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya sebaiknya guru selalu memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan baik mulai dari hasil belajar siswa, motivasi belajar siswa maupun aktivitas belajar siswa. Penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan hasil belajar menerapkan dasar-dasar kelistrikan melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) kelas X Audio Video 1 di SMKN 5 Jakarta masih mengalami berbagai keterbatasan antara lain: a. Penelitian tindakan kelas pembelajaran kooperatif tipe NHT hanya dilakukan terhadap kelas X Audio Video (AV) 1, sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian tindakan kelas lain yang

PTK Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan di SMK Negeri 5 Jakarta (Anggraeni Indri Hapsari)

memiliki karakteristik sama dengan karakeristik subjek peneliti. b. Pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa belum optimal karena peneliti hanya dibantu oleh seorang pengamat, sedangkan banyaknya siswa terdiri dari 35 siswa yang terbagi menjadi 9 kelompok. Kemungkinan terdapat data yang terlewatkan karena pelaksanaan belajar setiap kelompok tidak dapat diamati secara maksimal. c. Pada saat kegiatan belajar kelompok, setiap siswa menuntut banyak perhatian sehingga dengan banyaknya siswa yang bertanya pada pengamat atau guru selama pelaksanaan pembelajaran kelompok menjadikan pelaksanaan kegiatan observasi menjadi terganggu. d. Pelaksanaan tindakan hanya dilakukan pada satu kompetensi dasar, sehingga peningkatan motivasi, aktivitas dan hasil belajar siswa belum optimal. e. Waktu pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian terbatas, karena pelaksanaan penelitian mendekati jadwal ujian tengah semester sedangkan masih terdapat materi lain pada mata pelajaran menerapkan dasardasar kelistrikan yang belum dituntaskan. KESIMPULAN DAN SARAN Penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) pada mata diklat menerapkan dasar-dasar kelistrikan kelas X AV (audio video) 1 di SMK Negeri 5 Jakarta selama pelaksanaan dari siklus I sampai III memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklus yang di laksanakan. Pada siklus I kegiatan yang dirancang adalah pembelajaran dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together). Nilai rata-rata tes akhir siklus I yang dicapai siswa pada 1 indikator yaitu menjelaskan perbedaan sifat-sifat beban listrik yang

bersifat R, L, C pada rangkaian DC adalah 70,3. Pada siklus II dengan indikator mengidetifikasikan rangkaian frekuensi resonansi R,L,C dalam rangkaian elektronika, nilai rata-rata siswa adalah 80,4. Pada siklus III dengan indikator menunjukkan representasi bilangan kompleks pada suatu rangkaian R, L, C , nilai rata-rata siswanya adalah 86,3. Peningkatan hasil belajar siswa dapat diperoleh juga dari kerja sama antara guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together), yaitu pada siklus I hasil pengamatan untuk kolaborator sebesar 67,5% dan 72,5%. Hasil pengamatan untuk siswa pada siklus I sebesar 66% dan 70%. Pada siklus II hasil pengamatan untuk kolaborator sebesar 75% dan 77,5%. Hasil pengamatan untuk siswa pada siklus II sebesar 74% dan 78%. Pada siklus III hasil pengamatan untuk kolaborator sebesar 80% dan 82,5%. Hasil pengamatan untuk siswa pada siklus III sebesar 80% dan 84%. Pada tiap siklus tingkat kepuasan siswa dalam pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) pada mata diklat menerapkan dasar-dasar kelistrikan mengalami peningkatan. Terlihat dari hasil kuisioner yang diberikan kepada setiap siswa. Rata-rata tingkat kepuasan siswa pada siklus I adalah 3,19 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 3,22. Dan pada siklus III rata-rata kepuasan siswa adalah 3,25. Berdasarkan hasil prosentase rata-rata hasil belajar mata diklat Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan dan pemantauan proses pembelajaran pada setiap siklusnya dapat disimpulkan bahwa tingkat hasil belajar siswa tergolong tinggi, dan penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan di kelas X AV 1 SMKN 5 Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan
8

PTK Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan di SMK Negeri 5 Jakarta (Anggraeni Indri Hapsari)

dapat dikemukakan saran-saran yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, guru dan sekolah. Adapun saran-sarannya sebagai berikut : a. Dalam melakukan PTK sebaiknya perlu dilakukan secara kolaboratif sebab peneliti dengan kolaborator perlu berdiskusi untuk langkah selanjutnya yang harus dilakukan. b. Sebelum diadakannya kegiatan pembelajaran harus diperhatikan terlebih dahulu silabus dan RPP yang akan guru gunakan, karena guru di tuntut untuk mengelola materi pembelajaran menjadi kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan tuntutan dunia industri. c. Perlu diadakan perencanaan dan persiapan yang matang baik dari segi kelompok siswa maupun materi pembelajaran dan fasilitas yang akan digunakan. d. Pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning NHT memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga menuntut guru untuk dapat menentukan serta memilih materi yang benar-benar bisa diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam proses belajar mengajar, sehingga didapatkan hasil yang memuaskan. e. Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka seorang guru

hendaknya selalu aktif dalam melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. f. Sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe NHT (Number Head Together) untuk mata pelajaran yang lain. g. Guru juga hendaknya dapat menerapkan suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sehingga dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. h. Durasi penyampaian inti pokok materi dengan pemakaian media power point antara 10 s.d 15 menit, karena jika lebih lama akan membuat siswa kurang dalam mengembangkan kemampuan berfikirnya. i. Sekolah hendaknya memberikan sarana dan prasarana yang memadai agar dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Misalkan dengan menyediakan pusat sumber belajar yang memadai bagi siswa seperti buku perpustakaan yang lengkap dan adanya ruang multimedia bagi siswa dalam mengakses internet. j. Pihak sekolah perlu memperbanyak guru-guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas sehingga guru tersebut mendapatkan variatif model pembelajaran yang lain untuk digunakan pada mata pelajaran yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

PTK Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan di SMK Negeri 5 Jakarta (Anggraeni Indri Hapsari)

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

13

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PT. Kencana. Tim Redaksi. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Permendiknas nomor 22 tahun 2006.


3

14

Depdikbud. 2005. Modul Menerapkan Dasar-Dasar Kelistrikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. E. Salvin, Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktis. Bandung: Nusa Media. Istiany, Ari dkk. 2009. Buku Pedoman Skripsi. Jakarta: FT UNJ Press. Keputusan Direktur Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Nomor: 251/C/KEP/MN/2008 tanggal 27 Agustus 2008 Kusumah, Wijaya. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks. Malvino. 1996. Prinsip-prinsip Elektronika Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga Purwanto, M.Ngalim. 1986. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remadja Karya. Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana. Siregar, Evelin dan Nara. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

15

10

11

12

PTK Menerapkan Dasar-dasar Kelistrikan di SMK Negeri 5 Jakarta (Anggraeni Indri Hapsari)

10

You might also like