You are on page 1of 11

Makalah Manusia, Moralitas dan Hukum

Oleh: Kelompok 6 Kelas Reguler A Nailatur Rofiah Nadia Morica Marbun Darundana Endro P Dalliani Utami Zikri Annida Unnatiq Ulya Dania Maharani Pratiwi Listiyaningrum Ernesto Valen C 21080110120022 21080110120023 21080110120024 21080110120025 21080110120026 21080110120028 21080110120029 21080110120030 21080110120032

Mata Kuliah : Dosen :

Ilmu Sosial Budaya Dasar Dra. Diah Litahayu, M.Si

TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2010

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya tidak bisa lepas dari nilai dan norma. Nilai dan norma merupakan salah satu pedoman manusia dalam bertindak di masyarakat. Tingkah laku masyarakat kemudian memunculkan suatu etika atau etiket. Perilaku etis atau bermoral berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan. Hal itu menimbulkan suatu kepentingan diri sendiri dan kepentingan kelompok yang menyebabkan tingkah laku manusia harus diatur dengan undangundang ataupun peraturan maupun hukum. Sayangnya, dewasa ini kita melihat banyak terjadi pelanggaran hukum dan pelanggaran etik. Dalam makalah ini kita akan melihat penjelasan tentang nilai dan norma, kaitannya dengan moralitas dan hukum.

2. Tujuan Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen kami, Ibu Dra. Diah Litahayu, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Agar kita dapat mengemukakan hakikat nilai, norma, moral dan hukum Menjelaskan pentingnya nilai, norma, moral dan hukum Mengemukakan tujuan hukum bagi masyarakat Membedakan perilaku melanggar etik dan melanggar hukum Memposisikan diri terhadap pelaku pelanggaran etik dan pelanggaran hukum.

3. Ruang Lingkup Teori Bertens (2001) menyebutkan ada tiga jenis makna etika, yaitu : a. Etika berarti nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. b. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Etika yang dimaksud adalah kode etik. c. Etika berarti ilmu tentang baik dan buruk. Etika yang dimaksud sama dengan istilah filsafat moral.

Sedangkan Prof. Drs. Notonegoro, S.H. menyatakan ada tiga macam nilai, yaitu: a. Nilai materiil

b. Nilai vital c. Nilai kerohanian, nilai ini dibedakan menjadi 4 macam, yaitu: 1. Nilai kebenaran bersumber pada akal pikiran manusia 2. Nilai estetika (keindahan) 3. Nilai kebaikan atau nilai moral bersumber pada kehendak keras, karsa hati, dan nurani manusia 4. Nilai religious (ketuhanan) yang bersifat mutlak dan bersumber pada keyakinan manusia Gunawan Setiardja membedakan hukum dan moral : 1. Dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsesus dan hukum alam sedangkan moral berdasarkan hukum alam. 2. Dilihat dari otonominya hukum bersifat heteronom (datang dari luar diri manusia), sedangkan moral bersifat otonom (datang dari diri sendiri). 3. Dilihat dari pelaksanaanya hukum secara lahiriah dapat dipaksakan, 4. Dilihat dari sanksinya hukum bersifat yuridis. moral berbentuk sanksi kodrati, batiniah, menyesal, malu terhadap diri sendiri. 5. Dilihat dari tujuannya, hukum mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan bernegara, sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai manusia. 6. Dilihat dari waktu dan tempat, hukum tergantung pada waktu dan tempat, sedangkan moral secara objektif tidak tergantung pada tempat dan waktu (1990,119).

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat, Fungsi dan Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum Manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya pada dasarnya dipengaruhi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Nilai tersebut dapat berupa etika yang erat hubungannya dengan moralitas maupun estetika yang erat hubungannya dengan keindahan. Oleh karena itu, kajian etika sebagai sumber aktivitas sosial harus dijelaskan dengan pengertian nilai, moral, norma dan hukum. Karena nilai, moral, estetika, norma dan hukum merupakan wujud dari peradaban manusia itu sendiri dan sekaligus menjadi sumber dari aktivitas sosial.

1. Hakikat Nilai dan Moral Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkaitan dengan nilai. Sebagai contoh adalah kita mengatakan bahwa orang itu baik atau lukisan itu indah. Berarti kita melakukan penilaian terhadap suatu objek. Baik dan indah adalah contoh nilai. Manusia selalu memberikan penilaian pada sesuatu. Sesuatu itu bisa dikatakan adil, baik, indah, cantik,anggun dan sebagainya. Sesuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat sebagai berikut : a. menyenangkan (peasent) b. berguna (useful) c. memuaskan (satisfying) d. menguntung (profitable) e. menarik (interesting) f. keyakinan (belief) Menurut aliran idealisme, nilai itu objektif, ada pada setiap sesuatu. Pendapat lain menyatakan bahwa nilai suatu objek terletak pada subjek yang menilainya. Di luar kedua pendapat itu, ada pendapat lain yang menyatakan adanya nilai ditentukan oleh subjek yang menilai dan objek yang dinilai. Menurut Bambang Daroeso, nilai memiliki ciri sebagai berikut: a. Suatu realitas yang abstrak b. Normatif c. Berfungsi sebagai daya dorong manusia

Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Dalam hubungannya dengan nilai, moral adalah bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Dalam filsafat nilai secara sederhana dibedakan menjadi 3 jenis: a. Nilai logika b. Nilai etika c. Nilai estetika Nilai etik/etika adalah nilai tentang baik-buruk yang berkaitan dengan perilaku manusia.

2. Norma sebagai Perwujudan dari Nilai Nilai belum dapat berfungsi praktis bagi manusia. Nilai perlu dikonkretitasikan atau diwujudkan ke dalam norma. Norma atau kaidah adalah ketentuan-ketentuan yang menjadi pedoman dan panduan dalam bertingkah laku di kehidupan masyarakat. Norma berisi anjuran untuk berbuat baik dan larangan untuk berbuat buruk dalam bertindak. Norma juga dipakai sebagai tolak ukur di dalam mengevaluasi perbuatan seseorang. Norma selalu berpasangan dengan sanksi, yaitu suatu keadaan yang dikenakan pada si pelanggar norma. Norma-norma yang berlaku di masyarakat ada empat macam, yakni sebagai berikut: a. Norma agama b. Norma moral atau kesusilaan c. Norma kesopanan d. Norma hukum Macam norma di atas dapat diklasifikasikan pula sebagai berikut: a. Norma yang yang berkaitan dengan aspek kehidupan pribadi, yaitu a. Norma agama/religi b. Norma moral/kesusilaan b. Norma yang berkaitan dengan aspek kehidupan antar pribadi,yaitu: a. Norma adat/kesopanan b. Norma hukum Pelanggaran terhadap norma agama berupa sanksi di dunia dan akhirat. Pelanggaran atas norma moral ada sanksinya yang bersumber dari dalam diri pribadi. Norma kesopanan disebut juga norma adat. Pelanggaran atas norma kesopanan adalah sanksi dari masyarakat,misalnya dikucilkan. Norma hukum jika dilanggar akan ada sanksi yang bersifat memaksa. Norma hukum tertuang dalam norma perundang-undangan.

3. Hukum Sebagai Norma Perbedaan norma hukum dengan norma lainnya adalah sebagai berikut. a. Norma hukum datangnya dari luar diri kita sendiri. b. Norma hukum dikenai sanksi pidana atau pemaksa fisik. c. Sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat negara. Norma hukum dibutuhkan karena beberapa hal, yaitu : 1. Karena bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukup memuaskan dan efektif untuk melindungi keteraturan dan ketertiban masyarakat. 2. Masih ada perilaku lain yang perlu diatur di luar ketiga norma di atas, misalnya perilaku di jalan raya.

B. Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan 1. Makna Keadilan Keadilan berarti menempatkan sesuatu di tengah-tengah. Keadilan berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Menurut Plato keadilan ada tiga macam, yaitu : a. Keadilan komutatif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama banyaknya, tanpa mengingat berapa besar jasa-jasa yang telah diberikan. b. Keadilan distributive adalah keadilan yang memberikan hak atau jatah kepada setiap orang menurut jasa-jasa yang telah diberikan. c. Keadilan legal atau keadilan moral adalah keadilan yang mengikuti penyesuaian atau pemberian tempat seseorang dalam masyarakat sesuai dengan kemampuannya.

2. Fungsi dan Tujuan Hukum dalam Masyarakat Ada empat fungsi dan tujuan hukum dalam masyarakat yaitu: a. Sebagai alat pengatur tertib hubungan masyarakat b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial c. Sebagai penggerak pembangunan d. Fungsi kritis hukum

C. Problematika Nilai, Moral, dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara Terdapat perbedaan antara norma moral dan norma hukum. 1. Norma hukum berdasarkan yuridis dan consensus, sedangkan norma moral berdasarkan hukum alam.

2.

Norma hukum bersifat heteronomy, yaitu datang dari luar diri, sedangkan moral berasal dari dalam diri.

3.

Hukum dilaksanakan secara paksaan dan lahiriah, sedangkan moral tidak dapat dipaksakan.

4. 5.

Sanksi hukum bersifat lahiriah, sedangkan moral bersifat batiniah. Hukum mengatur tertib hidup masyarakat dan negara, sedangkan moral mengatur perilaku manusia sebagai manusia.

6.

Hukum bergantung pada tempat dan waktu, sedangkan moral tidak bergantung tempat dan waktu.

1. Pelanggaran Etik Kode etik profesi berisi ketentuan-ketentuan normative etik yang seharusnya dilakukan oleh anggota profesi. Kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian. Pelanggaran etik biasanya mendapat sanksi etik. Seperti menyesal, rasa bersalah, dan malu. Bila seorang profesi melanggar kode etik profesinya maka ia akan mendapatkan sanksi etik dari lembaga profesi, seperti teguran, dicabut keanggotaannya, atau tidak diperbolehkan lagi menjalani profesi tersebut. 2. Pelanggaran Hukum Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Pelanggaran hukum dalam arti sempit berarti pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan negara. Sanksi atas pelanggaran hukum adalah sanksi pidana dari negara yang bersifat lahiriah dan memaksa. Gustav Radbursh (ahli filsafat Jerman) menyampaikan adanya tiga kaidah (ide dasar) hukum yang harus dipenuhi dalam membuat norma hukum. Ketiga kaidah itu adalah gerechtigheit (unsur keadilan), zeckmaessigkeit (unsur

kemanfaatan), dan sicherheit (unsur kepastian).

D. Manusia dan Moralitas Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Hukum moral mewajibkan manusia memiliki kewajiban moral atau keharusan moral. Moralitas memiliki arti tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan dan perilaku manusia yang mengandung nilai akhlak maupun budi pekerti yang baik. Bentuk perilaku atau perbuatan manusia yang dianggap tidak baik atau tidak berakhlak disebut amoral. Ukuran moralitas manusia

memiliki standar yang berbeda-beda, tergantung dari cara pandang masyarakat yang bersangkutan. Perbedaan cara pandang yang terjadi sangat dipengaruhi oleh proses akumulasi yang mendasari nilai-nilai etika dan estetika dari suatu budaya masyarakat. Selain itu, perbedaan cara pandang mendasarkan pada perbedaan pemahaman dalam melihat kebaikan. E. Moralitas dan Agama Setiap masyarakat suatu bangsa memiliki tradisi, keyakinan, dan juga agama yang berbeda-beda.

F. Moral dan Hukum Perbuatan melanggar hukumtidak lagi berarti pelanggaran terhadap

masyarakat secara keseluruhan, melainkan kesalahan terhadap norma yang berlaku. Sedangkan, perbuatan yang dianggap tidak bermoral berarti ada pelanggaran terhadap masyarakat, sehingga dipandang bersalah oleh masyarakat secara keseluruhan. Adapun hukum tidak berlaku untuk semua orang melainkan hanya berlaku pada orang yang memiliki status dan peran tertentu, sehingga tampak terkotak-kotak. Hukum tetap membutuhkan moral, karena pelanggaran terhadap norma hukum yang berlaku mengindikasikan telah terjadi adanya penyimpangan moral. Karena itu, hukum harus selalu diukur dengan norma moral. Keberadaan moral perlu dilembagakan dalam bentuk hukum, sehingga memiliki konsekuensi logis untuk meningkatkan dampak social dan moralitas. Satu-satunya sanksi di bidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang. Kebenaran hukum belum tentu bernilai moral, sedangkan moralitas itu sendiri memiliki kapasitas kebenaran yang bernilai hukum. Pengembangan supremasi hukum sangat tergantung pada empat komponen, yaitu materi hukum, aparatur hukum, dan budaya hukum masyarakat.

Contoh Kasus 1. Pelanggaran Etik Disini kita mengambil kasus pelanggaran kode etik jurnalistik. Tayangan infotainment tentu tidak asing bagi kita. Namun permasalahannya, banyak terjadi pelanggaran kode etik jurnalistik yang dilakukan oleh para wartawan infotainment

tersebut. Contohnya, dalam penayangannya, isi berita yang ditayangkan oleh tayangan infotainment itu belum pasti kebenarannya dan lebih cenderung ke fitnah. Selain itu, dalam pencarian beritanya, banyak ditemukan wartawan yang memaksa narasumber untuk mendapatkan berita. Hal ini tentunya melanggar Pasal 310 (1) dan Pasal 311 ayat (1) KUHP yang di juncto-kan dengan pasal 55 KUHP tentang penyiaran berita bohong serta pencemaran nama baik dan Kode Etik Jurnalistik Pasal 2 Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Salah satu penafsirannya yaitu wartawan harus menghormati hak privasi narasumber. Menurut kelompok kami, seorang wartawan tidak boleh mengeksploitasi sebuah berita atau infotaiment dari narasumber dan seorang wartawan dilarang memaksakan kehendak untuk mencari berita dari narasumber. Akan tetapi seorang narasumber dalam hal ini seorang artis/actor tidak boleh kasar terhadap para pencari berita karena menurut kelompok kami seorang artis tidak bisa menjadi sukses atau nama nya terkenal oleh semua orang tanpa adanya pemberitaan dari wartawan media massa maupun elektronik. Untuk itu menurut kelompok kami diperlukan kerjasama dan hubungan yang baik antara narasumber (artis) dengan wartawan. Wartawan juga perlu melakukan cara-cara professional dalam mencari berita.

2. Pelanggaran hukum Kasus yang kami ambil dari pelanggaran hukum yaitu mengenai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kasus ini sudah sering terjadi dan umumnya menimpa kaum wanita dan anak-anak. Namun, terkadang lelaki atau suamipun bisa menjadi korban dari KDRT ini. Adapun bentuk KDRTnya adalah kekerasan fisik yang menyebabkan cedera atau luka ; Kekerasan psikis yang menyebabkan trauma dan hilangnya rasa percaya diri ; Kekerasan seksual dalam hal ini pemaksaan seksual ; dan Penelantaran rumah tangga. Hal ini melanggar UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 1 tentang penghapusan KDRT yang berbunyi : setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan, atau penderitaan secara fisik, seksual psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Menurut kelompok kami, pemerintah sudah cukup peduli terhadap kasus ini, buktinya saja telah dibuatnya Undang-Undang tentang penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga UU No. 23 Tahun 2004. Sayangnya, dalam praktek penyelesaian kasus ini, aparat penegak hukum yang berwenang kurang tegas dalam

menindak para pelaku KDRT ini. Jalur penyelesaian yang ditempuh pun biasanya hanya melalui jalur kekeluargaan, kecuali untuk kasus yang parah. Kepada pelaku KDRT ini bisa juga dilakukan rehabilitasi psikologis karena bisa saja si pelaku memiliki kelainan psikologis. Begitu juga dengan korban, mereka juga diberikan rehabilitasi psikologis guna menghilangkan trauma terhadap kekerasan yang telah dialaminya.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like