You are on page 1of 17

MAKALAH HUKUM KESEHATAN

HUKUM REKAYASA GENETIKA: BAYI TABUNG Disusun untuk memenuhi tugas Hukum Kesehatan

Disusun oleh: Deasy Luandayanti (0910910039) Putri Puspitasari (0910913031)

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan Sebagaimana abad 12 adalah abad keemasan bagi perkembangan komputer, awal abad 12 adalah perkembangan DNA. Perkembangan silikon membuat perubahan yang dramatis mengenai bagaimana kita sebagai spesies bekerja, berpikir, berkomunikasi dan bermain. Inovasi dari revolusi komputer membantu revolusi penting genetika, dimana menjanjikan apa yang dikerjakan untuk hidup dengan komputer untuk informasi. Kita sampai pada ambang dari transformasi, manipulasi dan membuat organisme untuk banyak kepentingan jumlah produktif. Untuk pengobatan, untuk pertanian, untuk pembangunan dan juga komputer, kita diluar jangkauan dari perkembangan ketika manipulasi dari kode genetik dari bermacam organisme, atau teknik organisme baru, menjanjikan perubahan jalan kita yang menghubungkan dangan dunia alam. Bioteknologi, khususnya rekayasa genetik, merupakan suatu sumber daya yang bermanfaat, yang terkait dengan pengobatan, pabrik, dan pertanian. Dimulai untuk mendapatkan hasil yang praktis dari rekayasa genetik seperti terapi pengobatan baru dan penamahan hasil dari tanaman pangan dan sejauh ini hanya sedikit hal dari kerugian yang ditimbulkan. Rekayasa genetika berpotensi untuk memperbaiki kesehatan kita dan menjadi sesuatu yang lebih baik, revolusi cara hidup, membantu untuk menjaga sumber daya yang terbatas, dan hasil kekayaan yang baru. Ketersediaan ini adalah pengaturan yang tepat, sikap yang berfokus dengan pertimbangan etika untuk martabat, konsekuensi bahaya, dan hukum, potensi manfaat lebih besar dari keruauan rekayasa genetik. Penolakan terhadap rekayasa genetik tanpa alasan yang pasti merupakan kebohongan yang tidak wajar. Teknologi dapat dimengerti sebagai suatu perpanjangan kombinasi dengan pengetahuan tentang evolusi dan teknik genetika. Salah satu teknik tersebut adalah bayi tabung. Bayi tabung atau lebih dikenal dengan istilah inseminasi buatan bukanlah wacana baru yang kita lihat pada tataran empirik saat ini. Namun permasalahan ini masih aktual saja untuk dibicarakan maupun didiskusikan terutama bagi kalangan akademis, intelektualis yang tentunya harus perspektif dalam memahami suatu permasalahan, bukan menjadi masalah bagi dirinya sendiri.Oleh karena itu, penulis membuat makalah yang akan membahas tentang rekayasa genetika khususnya hukum tentang pelaksanaan bayi tabung.

1.2 Rumusan Masalah Makalah ini akan membahas tentang: 1. Bagaimana perkembangan rekayasa genetika khususnya pada pelaksanaan bayi tabung sampai saat ini? 2. Bagaimana pelaksanaan bayi tabung yang ada di Indonesia? 3. Bagaimana kajian tentang bayi tabung dalam berbagai aspek kehidupan?

1.3 Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Dapat mengetahui perkembangan rekayasa genetika khususnya pada pelaksanaan bayi tabung sampai saat ini. 2. Dapat memahami kajian tentang bayi tabung dalam berbagai aspek kehidupan.

1.4 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah penulis dapat memahami konsep hukum kesehatan rekayasa genetika khususnya bayi tabung sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, penulisan makalah ini dapat menjadikan penulis mempunyai jiwa kepemimpinan karena penulisan makalah ini merupakan tugas kelompok yang tanggung jawabnya dipikul secara berkelompok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rekayasa Genetika Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika disebut juga pencangkokan gen atau rekombinasi DNA. Dalam rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan sifat makhluk hidup. Hal itu karena DNA dari setiap makhluk hidup mempunyai struktur yang sama, sehingga dapat direkomendasikan. Selanjutnya DNA tersebut akan mengatur sifatsifat makhluk hidup secara turun-temurun. Untuk mengubah DNA sel dapat dilakukan melalui banyak cara, misalnya melalui transplantasi inti, fusi sel, teknologi plasmid, dan rekombinasi DNA (Soemoharjo, 2008). 2.1.1 Transplantasi inti Transplantasi inti adalah pemindahan inti dari suatu sel ke sel yang lain agar didapatkan individu baru dengan sifat sesuai dengan inti yang diterimanya. Transplantasi inti pernah dilakukan terhadap sel katak. Inti sel yang dipindahkan adalah inti dari sel-sel usus katak yang bersifat diploid. Intl sel tersebut dimasukkan ke dalam ovum tanpa inti, sehingga terbentuk ovum dengan inti diploid. Setelah diberi inti bare, ovum membelah secara mitosis berkali-kali sehingga terbentuklah morula yang berkembang menjadi blastula. Blastula tersebut selanjutnya dipotong-potong menjadi banyak sel dan diambil intinya. Kemudian inti-inti tersebut dimasukkan ke dalam ovum tanpa inti yang lain. Pada akhirnya terbentuk ovum berinti diploid dalam jumlah banyak. Masing-masing ovum akan berkembang menjadi individu bare dengan sifat dan jenis kelamin yang sama. 2.1.2 Fusi sel Fusi sel adalah peleburan dua sel balk dari spesies yang sama maupun berbeda supaya terbentuk sel bastar atau hibridoma. Fusi sel diawali oleh pelebaran membran dua sel serta diikuti oleh peleburan sitoplasma (plasmogami) dan peleburan inti sel (kariogami). Manfaat fusi sel, antara lain untuk pemetaan kromosom, membuat antibodi monoklonal, dan membentuk spesies baru. Di dalam fusi sel diperlukan adanya: a) Sel sumber gen (sumber sifat ideal) b) Sel wadah (sel yang mampu membelah cepat) c) Fusi gen (zat-zat yang mempercepat fusi sel)

2.1.3 Teknologi plasmid Plasmid adalah lingkaran DNA kecil yang terdapat di dalam sel bakteri atau ragi di luar kromosomnya. Sifat-sifat plasmid, an-tam lain: a) Merupakan molekul DNA yang mengandung gen tertentu; b) Dapat beraplikasi diri; c) Dapat berpindah ke sel bakteri lain; d) Sifat plasmid pada keturunan bakteri sama dengan plasmid induk. Karena sifatsifat tersebut di atas plasmid digunakan sebagai vektor atau pemindah gen ke dalam sel target. 2.1.4 Rekombinasi DNA Rekombinasi DNA adalah proses penggabungan DNA-DNA dari sumber yang berbeda. Tujuannya adalah untuk menyambungkan gen yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, rekombinasi DNA disebut jugs rekombinasi gen. Rekombinasi DNA dapat dilakukan karena alasan-alasan sebagai berikut. 1) Struktur DNA setiap spesies makhluk hidup sama. 2) DNA dapat disambungkan.

2.2 Bayi Tabung Bayi tabung atau lebih dikenal dengan istilah inseminasi buatan bukanlah wacana baru yang kita lihat pada tataran empirik saat ini. Namun permasalahan ini masih aktual saja untuk dibicarakan maupun didiskusikan terutama bagi kalangan akademis, intelektualis yang tentunya harus perspektif dalam memahami suatu permasalahan, bukan menjadi masalah bagi dirinya sendiri (Chang, 2009). Program bayi tabung untuk pertama kali diperkenalkan oleh dokter asal Inggris, Patrick C. Steptoe dan Robert G. Edwards pada sekitar tahun 1970-an dan melahirkan bayi tabung pertama di dunia, Louise Brown pada tahun 1978. Pada awalnya, teknologi ini ditentang oleh kalangan kedokteran dan agama karena kedua dokter itu dianggap mengambil alih peran Tuhan dalam menciptakan manusia (playing God). Tapi sekarang, teknologi ini telah banyak menolong pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak yang megalami masalah seperti infertilitas, dan sebagainya. Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Menurut WHO dari seluruh dunia sekitar 50-80 juta pasangan suami istri mempunyai masalah dengan infertilitasnya, dan diperkirakan sekitar dua juta pasangan infertil baru akan muncul tiap

tahunnya dan terus meningkat. Sebagai upaya pertolongan dan pengobatan untuk masalah infertilitas ada beberapa alternatif yang salah satunya adalah bayi tabung atau FIV (Fertilisasi In Vitro). Fertilitas dapat diartikan pembuahan, sedangkan In Vitro adalah diluar. Jadi Fertilitasi In Vitro adalah pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria (bagian dari proses reproduksi manusia), yang terjadi diluar tubuh. Menurut Otto Soemarwoto dalam bukunya Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global, dengan tambahan dan keterangan dari Drs. Muhammad Djumhana, S.H., menyatakan bahwa bayi tabung pada satu pihak merupakan hikmah, Ia dapat membantu pasangan suami istri yang subur tetapi karena suatu gangguan pada organ reproduksi, mereka tidak dapat mempunyai anak. Dalam kasus ini, sel telur istri dan sperma suami dipertemukan di luar tubuh dan zigot yang jadi (mengalami pembuahan) ditanam dalam kandungan istri. Dalam hal ini kiranya tidak ada pendapat pro dan kontra terhadap bayi yang lahir karena merupakan keturunan genetik suami dan istri. Semula Fertilisasi In Vitro (FIV) di usahakan untuk istri yang mengalami kerusakan kedua tuba. Setelah itu teryata tingkat keberhasilannya meningkat sampai 20% per transfer embrio, indikasinya pun diperluas mencakup : 1) kerusakan kedua tuba; 2) faktor suami (ligospermia); 3) faktor serviks abnormal; 4) faktor immunologik; 5) infertilitas karena endometriosis. Menurut Chang (2009), sekarang Fertilisasi In Vitro (FIV) yang awalnya hanya di peruntukan untuk membantu pasangan Pasangan suami istri (pasutri) yang mengalami 1) kerusakan kedua tuba; 2) faktor suami (ligospermia); 3) faktor serviks abnormal; 4) faktor immunologik; 5) infertilitas karena endometriosis, seiring perkembangan zaman di mana pasangan yang sebenarnya subur sekarang sudah mengikuti juga program FIV dengan alasan sebagian para wanita ingin menjaga postur tubuh agar tetap indah dan terjaga, selain itu juga, ada sebagian wanita yang ingin mempunyai anak tanpa melakukan hubungan seksual (tanpa menikah) misalnya mengambil sperma orang lain untuk ditrasfer ke rahimnya agar wanita tersebut mempunyai anak, dan ada juga pasangan yang mengalami kelainan seksual seperti Homoseksual dan Lesbian yang ingin mempunyai anak bisa saja melakukan program FIV atau bayi tabung dengan mengambil sperma atau sel telur orang lain (tranfer embrio).

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Bayi Tabung 3.1.1 Pengertian Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran sering dikenal dengan istilah fertilisasi-in-vintro yang merupakan pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang dilakukan oleh petugas medis. Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Awal berkembangnya teknik ini bermula dari ditemukannyateknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321oF. Pada mulanya program ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami kerusakan permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pada yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.

3.1.2 Macam-macam Proses Bayi Tabung a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri. Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami istri dari pembuahan bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi. Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia. b. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak. Ada kemungkinan bahwa benih dari suami istri tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan

banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan. Wanita yang dititipi janin tersebut disebut dengan Surrogate Mother. Surrogate Mother adalah seorang wanita mengadakan perjanjian (Gestational Agreement) dengan pasangan suami istri yang mana inti dari perjanjian tersebut si wanita bersedia mengandung benih dari pasangan suami istri tersebut dengan suatu imbalan tertentu. 1. Surrogate Mother ditinjau dari segi hukum Di Indonesia, peraturan mengenai bayi tabung diatur secara umum dalam pasal 16 UU No.23 Tahun 1992 Tentang kesehatan dan keputusan Menkes No.72/menkes/Per/II/1999 tentang penyelenggaraan teknologi reproduksi buatan. Dari kedua peraturan tersebut dengan jelas dikatakan bahwa praktek Surrogacy dilarang pelaksanaannya di Indonesia. Hal ini dipertegas dengan adanya sanksi pidana yang dapat dikenakan bagi yang melakukan(pasal 28 UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan. UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak mengatur status anak yang lahir dari praktek Surrogacy, dan tidak ada peraturan yang mengakomodasi apabila terjadi konflik, hal ini memang belum terjadi di Indonesia tetapi bukan berarti dapat menutup mata atas permasalahan ini, karena permasalahan praktek Surrogacy dilarang di Indonesia. 2. Surrogate Mother ditinjau dari segi agama Negara yang memberlakukan hukum islam sebagai hukum negaranya, tidak diperbolehkan dilakukan inseminasi buatan dengan donor dan sewa rahim. Larangan terhadap inseminasi buatan dengan sperma suami didasarkan premis bahwa hal itu sama dengan mengubah ciptaan Tuhan. Menurut Fatwa MUI ( Hasil komisi Fatwa tanggal 13 juni 1979), Dewan pimpinan majelis ulama Indonesia memfatwakan sebagai berikut: a. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami istri yang sah hukumnya mubah(boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah kaidah agama.

b. Bayi tabung dari pasangan suami istri dengan titipan rahim istri yang lain(misalnya dari istri kedua dititipkan pada istri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah kaidah sad az zariah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan(khusus antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkan). c. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami istri yang sah hukumnya, karena itu status sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis diluar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah sad az-zariah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya. d. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah sad az zari;ah, disebabkan hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun kaitannya dengan hal kewarisan. Menurut salah satu putusan ulama Saudi Arabia, disebutkan bahwa Alim Ulama di lembaga riset pembahasan ilmiah, fatwa, dakwa dan bimbingan islam di kerajaan Saudi Arabia telah mengeluarkan fatwa pelarangan praktek bayi tabung. Karena praktek tersebut akan menyebabkan terbuakanya aurat, tersentuhnya kemaluan dan terjamahnya rahim. Kendatipun mani yang disuntikkan ke dalam rahim wanita tersebut adalah mani suaminya. 3. Surrogate Mother ditinjau dari segi social Praktek surrogancy dalam masyarakat pastinya masih jarang bahkan tidak ada. Bagi masyarakat yang mempunyai pedidikan tinggi mendengar kata surrogacy mungkin tidak akan kaget atau heran, tetapi untuk masyarakat yang pendidikannya kurang pasti heran dan apabila mereka tahu kalau surrogacy itu praktek bayi tabung tentunya mereka tidak akan pernah setuju tentang adanya praktek bayi tabung. Praktek tersebut dalam masyarakat tentu adalah sesuatu hal yang sangat memalukan. Sebab, dilihat dari moral dan etika pandangan maasyarakat tentu negative. Walaupun sebelum melakukan praktek surrogacy ada perjanjian dari seorang ibu yang akan mengandung dan melahirkan dengan pasangan suami istri yang akan sama sama menguntungkan bagi mereka. Surrogate Mother beresiko

tinggi karena mempertaruhkan nyawa. Manusia memang diciptakan untuk saling membantu tetapi tidak dalam meminjamkan rahim. Itu merupakan perbuatan yang melanggar Ciptaan-Nya. 4. Surrogate Mother menurut pandangan saya Menurut saya praktek surrogacy itu tidak perlu harus dilakukan oleh pasangan yang tidak dikaruniai seorang anak. Masih banyak yang masih dapat mereka lakukan, contiohnya dengan mengadopsi anak dari panti asuhan, mereka juga perlu banyak kasih saying dan perhjatian dari orang tua. a. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor. Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor. Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul. b. Munculnya Bank Sperma Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank bank sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual belikan benih benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan memperdagangkannya seolah olah benih manusia itu suatu benda ekonomis. Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non komersial. Sementara itu bank bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak diberitahukan

kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.

3.1.3 Pandangan Islam Terhadap Bayi Tabung Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum islam,maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar hukum ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa al-Quran dan sunnah menjadi pasanagan umat. Menurut Al-Quran Surat Al-Isra ayat 70 Artinya: Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka didaratan dan lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang di inseminasi. Hadist Nabi: Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain). Hadist Riwayat Abu Daud,Al-Tirmizi dan hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban. Dengan hadist ini para ulama sepakat mengharamkan seseorang

mengawini/melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil dari orang lain yang mempunyai ikatan perkawinan yang sah. Pada zaman dulu masalah bayi tabung/inseminasi buatan belum timbul,sehingga kita tidak memperoleh fatwa hukumnya dari mereka. Kita dapat menyadari bahwa inseminasi buatan / bayi tabung dengan donor sperma atau ovum lebih mendatangkan madaratnya daripada maslahahnya.

3.1.4 Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung Maslahahnya dari bayi tabung adalah bisa membantu pasangan suami istri yang keduanya atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri menghalangi bertemunya sel sperma dan sel telur.Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit atau ejakulasinya terlalu lemah. Namun akibat(mafsadah) dari bayi tabung adalah: Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian/kehormatan kelamin dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan haram dikawini) dan kewarisan. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi percampuran sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah. Kehadiran anak hasil inseminasi

buatan bisa menjadi sumber konflik didalam rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak dengan bapak ibunya. Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal dan nasabnya. Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami istri yang punya benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara anak dengan ibunya secara alami. Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi.UU Perkawinan pasal 42 No.1/1974:Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sahmaka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah.Tetapi inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila,UUD 1945 pasal 29 ayat 1. Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan agama nantinya bisa menerima bayi tabung seperti halnya KB. Namun harus diingat bahwa kalangan agama bias menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang bertentangan dengan agama. Contohnya : Sterilisasi, Abortus. Oleh karena itu pemerintah diharapkan mengizinkan praktek bayi tabung yang tidak bertentangan dengan agama.

3.3 Kajian Bayi Tabung Dalam Berbagai Aspek 3.3.1 Aspek Medis Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang menyinggung masalah ini. Dalam Undang-Undang No. 23 /1992 tenang Kesehatan, pada pasal 16 disebutkan, hasil pembuahan sperma dan sel telur di luar cara alami dari suami atau istri yang bersangkutan harus ditanamkan dalam rahim istri dari mana sel telur itu berasal. Hal ini menjawab pertanyaan tentang kemungkinan dilakukannya pendonoran embrio. Jika mengacu pada UU No.23/1992 tentang Kesehatan, upaya pendonoran jelas tidak mungkin.

3.3.2 Aspek Legal

Jika salah satu benihnya berasal dari donor. Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi dengan sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250 KUHPer. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.

3.3.3 Aspek Etik (Moral) Pada kasus yang sedang dibahas ini tampak sekali ketidaksesuaiannya dengan budaya dan tradisi ketimuran kita. Sebagian agamawan menolak Fertilisasi in vitro pada manusia, sebab mereka berasumsi bahwa kegiatan tersebut termasuk intervensi terhadap karya Illahi. Dalam artian, mereka yang melakukakan hal tersebut berarti ikut campur dalam hal penciptaan yang tentunya itu menjadi hak prerogatif Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut bersifat natural, bayi itu terlahir melalui proses alamiah yaitu melalui hubungan sexsual antara suami-istri yang sah menurut agama.

3.3.4 Aspek Human Rights Dalam DUHAM dikatakan semua orang dilahirkan bebas dengan martabat yang setara. Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia international, salah satunya tentang hak reproduksi. Dalam kasus ini, meskipun keputusan inseminasi buatan dengan donor sperma dari laki-laki yang bukan suami wanita tersebut adalah hak dari pasangan suami istri tersebut, namun harus dipertimbangkan secara hukum, baik hukum perdata, hukum pidana ,hukum agama, hukum kesehatan serta etika (moral) ketimuran yang berlaku di Indonesia.

3.5 Hukum-Hukum Tentang Bayi Tabung Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung): Jika benihnya berasal dari suami istri Jika benihnya berasal dari suami istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik)dari

pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini suami dari istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sahnya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA. Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi dengan sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim istri. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Jika semua benihnya dari donor Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan suami istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.

3.5.1 Undang-Undang Bayi Tabung Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang berbunyi: Ayat 1 Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu uami istri mendapat keturunan Ayat 2 Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah, dengan ketentuan: 1. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri darimana ovum itu berasal. 2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

3. Ada sarana kesehatan tertentu Ayat 3 Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar cara alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditentukan dengan PP.

BAB VI KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan Perkembangan Bayi Tabung dapat memberikan solusi dalam membantu pasanganpasangan yang memiliki kesulitan untuk memiliki keturunan. Bayi tabung dapat dikaji dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu: aspek medis, aspek hukum, aspek Human Right, aspek agama, aspek etik (moral), dan aspek legal.

4.2 Saran Perlu memperhatikan masalah pandangan hukum dan agama dalam proses bayi tabung atau inseminasi buatan.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, W. 2009. Bioetika: Sebuah Pengantar. Kanisius: Yogyakarta.

Guwandi. J. 2007. Hukum dan Dokter. CV. Sagung Seto: Jakarta. Hanafiah, Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. EGC: Jakarta. Soemoharjo, S. 2008. Hepatitis Virus B: Edisi 2. EGC: Jakarta. Soimin, Soedharyo. 1995. Kitab undang-undang hukum perdata. Diterbitkan oleh sinar grafika: Jakarta. Wetboek. B. 2007. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pustaka Yustisia: Yogyakarta.

You might also like