Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.
1010158 1432 H/2010 M
Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Dosen: Drs. Sutisna, M.A.
Penyusun: Rian Alfi : F.1010158
EKONOMI ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN DAN STUDI ISLAM UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR 2010 Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanya bagi Allah SWT. Yang telah menuntun kita semua untuk mengarungi samudra ilmu syariah ini yang begitu indah termasuk Ekonomi Islam di dalamnya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW. yang menjadi panutan kita semua dalam pengembaraan hidup di dunia yang penuh dengan rintangan, cobaan, dan sedikit kenikmatannya jika dibandingkan dengan Surga-Nya yang tak terbayangkan. Akhirnya, atas izin-Nya dan nikmat-Nya, makalah ini terselesaikan juga. Tidak lupa saya ucapakan terima kasih kepada semua insan yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini, khususnya kedua orang tua penulis, dosen pembimbing, dan saudara-saudara seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Awalnya, penulis terkejut ketika mengetahui bahwa begitu luasnya pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun dan khawatir tidak akan sanggup menyusun makalah yang berkenaan dengannya. Seperti seorang awam yang berhadapan dengan raksasa intelektual Islam dan ingin mempelajari pemikirannya. Namun, begituah taqdir-Nya. Makalahpun akhirnya bisa diselesaikan juga. Walaupun masih banyak kekurangan disana-sini dan masih sangat jauh sekali dari kesempurnaan. Tetapi begitulah proses, yang terpenting kita melewati rangkaian prosesnya dengan cara yang benar. Setelah itu barulah kita bertawakal kepada-Nya. Dan segala sesuatunya penulis kembalikan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Pengampun. Wallahualam bishshawab.
Muharram 1432 H Desember 2010 M Salam Hormat,
Penulis Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2 A. Biografi Ibnu Khaldun ................................................................................. 2 B. Karya-Karya Ibnu Khaldun .......................................................................... 3 C. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun ............................................................... 4 1. Tentang Berbagai Aspek Mencari Kehidupan dan Segala Ihwal yang Terjadi Sehubungan dengannya ........................................... 4 a. Makanan dan Keuntungan .................................................................. 4 b. Berbagai Aspek Penghidupan ............................................................. 7 1) Pertanian ....................................................................................... 7 2) Perdagangan ................................................................................. 8 3) Pertukangan .................................................................................. 9 c. Segala Ihwal yang Terjadi Sehubungan dengan Penghidupan Menjadi Pelayan bukan termasuk jalan penghidupan yang wajar dan alami ................................................... 12 1) Berusaha untuk memperoleh uang dari harta karun dan harta terpendam lainnya merupakan usaha yang tidak wajar. ................................................................................. 12 2) Pangkat berguna di dalam mencari kekayaan. ............................ 12 3) Pangkat berguna di dalam mencari kekayaan. ............................ 13 4) Kebahagiaan dan keuntungan seringkali dicapai oleh orang yang patuh dan menggunakan sanjungan merayu. Watak ini merupakan salah satu sebab kebahagiaan. ............................................................................... 13 5) Orang-orang yang bertugas mengurusi persoalan Agama, seperti Qadhi, Mufti, Guru, Imam, Khatib, Muadzin dsb. ............................................................................... 13 2. Konsep Uang ........................................................................................... 14 Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M 3. Mekanisme Harga ................................................................................... 15 4. Division of Labour (Pembagian tenaga Kerja) ....................................... 16 5. Teori Tenaga Kerja ................................................................................. 17 6. Makro Ekonomi dan Pajak ...................................................................... 18 7. Perdagangan internasional ...................................................................... 18 8. Lintas Disiplin, Model Dinamik ............................................................. 19 a. Peran Sumber Daya Insani (N), Keadilan (J), dan Negara (G) ...................................................................................................... 20 b. Peran Syariah ..................................................................................... 21 c. Peran Kekayaan (W) dan Pembangunan (g) ...................................... 21 BAB III KESIMPULAN ......................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 25 Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M BAB I PENDAHULUAN
Ekonomi Islam telah berkembang secara gradual sebagai suatu subjek lintas disiplin dalam karya-karya tulis para mufassir Al-Quran, fuqaha, sejarawan dan para filosof sosial, politik dan moral. Sejumlah besar ulama seperti Abu Yusuf, Imam Asy Syaibani, Abu Ubaid, Imam Yahya bin Umar, al-Masudi, al-Mawardi, Ibnu Hazm, As-Sarakhsi, at-Tusi, al-Ghazali, ad-Dimasyqi, Ibnu Rusyd, Ibnu Taimiyah, Ibnu al-Ukhuwwah, Ibnul Qayyim, Asy-Syaitibi, Ibnu Khaldun, al- maqrizi, Ad-Dawwani dan Syah Waliyullah, telah memberikan kontribusi melalui suatu proses evolusi yang berlangsung beberapa abad. Bagaimanapun, para ulama ini bukanlah ilmuwan spesialis dalam ilmu ekonomi. Pada masa itu, pembagian ke dalam bermacam-macam disiplin ilmu belum terjadi. Karena itu, mereka pada hakekatnya adalah ahli dalam sejumlah disiplin intelektual yang berbeda-beda. Barangkali karena faktor ini, mereka mengadopsi suatu pendekatan lintas displin dan tidak memusatkan perhatian mereka hanya kepada variabel-variabel ekonomi. Mereka memandang keseluruhan kesejahteraan umat manusia sebagai suatu produk akhir dari interaksi di sepanjang periode waktu antara berbagai faktor ekonomi, moral, intelektual, sosial, demografi dan politik dalam suatu cara yang terintegrasi sehingga tak satu pun dari faktor ini mampu membuat suatu kontribusi optimum tanpa dukungan dari yang lain. Berbagai kontribusi selama berabad-abad mencapai puncaknya pada karya Ibnu Khaldun, Muqaddimah, yang secara literal berarti Pendahuluan, dan merupakan jilid pertama dari tujuh jilid buku tentang sejarah, yang diberi nama Kitab al-ibar atau Buku tentang Pelajaran-Pelajaran (dari sejarah). 1
1 Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam Terjemahan Ikhwan Abidin B, (Jakarta: Gema Insani Press bekerja sama dengan Tazkia Cendekia, 2001), hal 125. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M BAB II PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI IBNU KHALDUN 2
Nama lengkapnya adalah Abdurahman abu Zaid Waliuddin Ibnu Khaldun. Abdurrahman adalah nama kecilnya dan Abu Zaid adalah nama panggilan keluarganya, sedangkan Waliuddin adalah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu ia menjabat sebagai qadhi di Mesir. Kemudian ia masyhur dengan sebutan Ibnu Khaldun. Lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. Keluarga Ibn Khaldun berasal dari Hadramaut dan masih memiliki keturunan dengan Wail Bin Hajar, salah seorang sahabat Nabi SAW. Khaldun yang terlahir dari keluarga Arab-Spanyol sejak kecil sudah dekat dengan kehidupan intelektual dan politik. Ayahnya, Muhammad Bin Muhammad seorang mantan perwira militer yang gemar mempelajari ilmu hukum, teologi, dan sastra. Ibnu Khaldun hidup pada saat dimana kemorosotan kaum muslimin telah mulai terjadi. Ibn Khladun adalah perkecualian dari dunia pemikiran Arab saat itu. Di saat dunia pemikiran Arab mengalami kemandegan, Ibn Khaldun justru muncul dengan pemikirannya yang cemerlang. Ibnu Khaldun adalah dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam. Panjang sekali jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun, namun ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup beliau. Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Al Quran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika. Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan
2 Diambil dan dedit dari http://bukukuno.blogspot.com/2008/06/sketsa-pemikiran-ibn-khaldun.html dan http://www.2lisan.com/biografi/tokoh-islam/biografi-ibnu-khaldun/ Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M Afrika pada tahun 749 H yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir. Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi) di Mesir. Sebelumnya Beliau juga pernah menjabat sebagai: 1. Perwira militer 2. Shabib alAllamah (penyimpan tanda tangan) pada pemerintahan Abu Muhammad ibn Tafrakin di Tunis, Ketika ia menduduki jabatan tersebut usianya baru menginjak 20 tahun. 3. Sekretaris Kesultanan di Fez maroko. 4. Ketika menjadi Qadhi, beliu juga menjabat sebagi Rektor Universitas Al Azhar Mesir. Namun, akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara. Setelah keluar dari penjara, dimulailah periode ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-ibar (tujuh jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-Ibar wa Diwanul Mubtada awil Khabar fi Ayyamil Arab wal Ajam wal Barbar wa Man Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar. Beliau wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.
B. KARYA-KARYA IBNU KHALDUN Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi selain kitab al-ibar diantaranya, at-Tariif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Mutaakh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi). 3
Hampir semua kerangka konsep pemikiran Ibnu Khaldun tertuang dalam Muqaddimah. Muqaddimah merupakan pengantar dalam karya monumentalnya al-Ibar wa Diwan al-Mubtada al-Khabar fi Ayyami al-Arab wa al-Ajam wa al- barbar wa Man Asarahum min Dzawi as-Sultan al-Akbar (Kitab Contoh-contoh Rekaman tentang Asal-usul dan Peristiwa Hari-hari Arab, Persi, Berber, dan Orang-orang yang Sezaman dengan Mereka yang Memiliki Kekuasaan Besar) atau biasa orang menyebut, al-Ibar. 4
Muqaddimah merupakan kesadaran mengambil pelajaran (ibar) dari sejarah unutk menentukan faktor-faktor yang menyebakan mekarnya suatu peradaban besar yang muncul dari pembukaan sederhana dan kemudian kemerosotannya. Dan beliau mencoba menarik kesimpulan secara ilmiah prinsip-prinsip yang mengatur jatuh bangunnya suatu dinasti yang berkuasa, negara (daulah) atau peradaban (umran). Prinsip-prinsip ini, yang mencerminkan Sunnatullah (modus operandi Allah) dan yang hanya sebagian didindetifikasi dalam Al-Quran dan As-Sunnah, perlu lebih jauh dielaborasi oleh seorang analisis peristiwa sejarah. 5
Muqaddimah mencoba menetukan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas (individu, masyarakat, penguasa dan lembaga-lembaga) dengan melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang saling berhubungan seperti peran faktor moral, psokologis, politik, ekonomi, sosial dan sejarah dalam fenomena jatuh dan bangunnya dinasti dan peradaban. Muqaddimah mengandung sejumlah besar pembahasan tentang prinsip-prinsip ekonomi, sebagian dari pembahasan ini benar-benar merupakan kontribusi asli ibnu Khaldun kepada pemikiran ekonomi. Pandangan Ibnu Khaldun tentang prinsip-prinsip ekonomi sedemikian mendalam dan jauh ke depan, sehingga sejumlah teori yang dikemukakannya kira-kira enam ratus tahun lalu dapat dipandang sebagai pelopor dari sebagian formulasi modern yang lebih canggih dari teori-teori ini. 6
3 Lihat http://www.2lisan.com/biografi/tokoh-islam/biografi-ibnu-khaldun/ 4 Lihat http://bukukuno.blogspot.com/2008/06/sketsa-pemikiran-ibn-khaldun.html 5 Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam Terjemahan Ikhwan Abidin B, (Jakarta: Gema Insani Press bekerja sama dengan Tazkia Cendekia, 2001), hal 125. 6 Ibid, hal 126. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M C. PEMIKIRAN EKONOMI IBNU KHALDUN 1. Tentang Berbagai Aspek Mencari Kehidupan dan Segala Ihwal yang Terjadi Sehubungan dengannya. 7
a. Makanan dan Keuntungan Manusia wataknya membutuhkan sesuatu untuk dimakan dan untuk melengkapi dirinya dalam semua keadaan dan tahapan dirinya dalam semua keadaan dan tahapan hidupnya sejak masa pertama pertumbuhannya hingga masa tuanya. Dan Maha Suci Allah yang telah menciptakan segala seuatu di dunia untuk manusia. Firman Allah swt: < _ >. '>l `>,l _>.l ,ll , .:.!, -.,.l _. .. >l-l `>:. _ >. >l !. _ ,...l !. _ _ !-,.- .. | _ l: ., ,1l _`>., _
Artinya: Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan Mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir (Q.S. Al Jaatsiyah:12-13) < _ _l> ,...l _ _. _. ,!..l ,!. _>! ., _. ,.:l ! >l >. `>l ll _>.l _ `>,l .:.!, >. `>l .. __ Artinya: Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera
7 Ibnu Khaldun, Muqaddimah, terjemah Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), hal 447. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (Q.S. Ibrahim: 32)
Manusia mempunyai bagian dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Tetapi sekali telah memiliki sesuatu barang, maka orang lain tidak bisa mengambil barang itu, kecuali dengan bertukar sama nilai. Maka, bila orang sudah punya kekuatan yang cukup, ia akan berusaha mencari penghasilan unutk dipakai memperoleh kebutuhan dan kepentingan hidupnya melalui dagang tukar-menukar. Sedangkan keuntungan adalah nilai yang timbul dari kerja manusia. Menurutnya, keuntungan merupakan: Penghidupan, bila sesuai dengan kadar kepentingan dan kebutuhannya.. Akumulasi Modal, bila ia lebih dari kadar kebutuhannya.. Disebut rezeki bila kembali ke umat manusia dan untuk kebutuhan dan kepentingannya. Keuntungan datang dari: 1) Usaha, firman Allah: ... -.,! ..s < l :.,s >: .` ,l| _`->. . Artinya: ...Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.(Q.S. Al-Ankabut: 17) Usaha untuk memperolehnya tidak lain bergantung pada tujuan dan inspirasi Allah. Segala sesuatu berasal dari Allah. Tetapi, kerja manusia merupakan keharusan di dalam setiap keuntungan dan penumpukan modal. 2) Tidak dengan usaha, sebagaimana hujan menanamkan tumbuhan. Tetapi, sekalipun begitu, alam ini bertindak sebagai pembantu yang tidak bisa membuat apa-apa bila orang tidak bekerja sama dengan dia. Rezeki, menurut Ahlussunnah, adalah apa yang digunakan/dikonsumsi, dan Mutazilah sependapat dengan Ahlussunnah hanya menurut mereka barangnya Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M harus sah kepemilikannya. Maka rezeki adalah sebagian dari keuntungan yang dimanfaatkan. b. Berbagai Aspek Penghidupan Penghidupan adalah mencari rezeki dan berusaha untuk memperolehnya. Rezeki dan keuntungan dapat diperoleh melalui: 8
1) Kekerasan dari orang lain sesuai dengan hukum kebiasaan yang berlaku, dan cara ini terkenal dangan penetapan pajak dan cukai. 2) Menangkap binatang buas (berburu). 3) Mengambil penghasilan dari binatang jinak yang sudah umum dilakukan orang, susu dari hewan ternak, sutra dari ulat sutra, madu dari lebah dsb. 4) Pertanian/perkebunan 5) Pertukangan: penulis, penenun, penunggang kuda dsb. 6) Pelayanan dan perburuhan, jujur atau tidak jujur. 7) Berdagang. Beberapa penelasannya: 1) Pertanian - Pertanian pada dasarnya pelopor bagi penghidupan lain. Sebab bertani itu mudah, sesuai dengan alam dan pembawaan hidup dan tidak memerlukan banyak pengetahuan dan pelajaran. - Pertanian adalah penghidupan yang paling tua dan yang paling sasuai dengan alam. Karena orang menisbatkan pertanian kepada nabi Adam a.s. dengan mengaitkan Adamlah orang pertama yang mengerjakan dan mengajarkan pertanian. - Merupakan penghidupan orang-orang lemah dan baduwi dalam mencari nafkah. Sebab caranya mudah maka orang kota atau yang sudah hidup mewah tidak melakukannya. - Yang melakukannya tercirikan kehinaan, sebab pekerjaan ini selalu diikuti oleh pungutan paksa yang mengharuskan adanya pengawasan dan kekuasaan. Yang membayar menjadi hina dan menyedihkan.
8 Disini Ibnu Khaldun mengkhususkan kepada pekerjaan. Beliau tidak memasukkan cara lain berupa memperoleh waris, menikah Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M 2) Perdagangan - Perdagangan berarti usaha untuk membuat keuntungan dengan menumbuhkan modal, membeli barang dengan harga murah dan menjulanya dengan harga yang tinggi tunai atau kredit. Jumlah yang tumbuh itu disebut laba. - Laba kecil jika dibandingkan modal. - Dibutuhkan sifat yang tegas dan jiwa yang berani dalam berdagang untuk menghadapi ketidakjujuran pembeli yang berkredit, pemalsuan barang dagangan, perampasan oleh pedagang lain dll. - Tingkah laku pedagang lebih rendah dibandingkan dengan tingkah laku orang-orang (dari keturunan) mulia dan raja-raja. Sebab para pedagang pada banyak kesempatannya hanyalah memperhatikan penjualan dan pembelian, dan dalam hal itu dia dituntut untuk melakukan pembujukan, mukayasah. Tingkah laku ini jauh dari keperwiraan dan kejujuran yang dijadikan watak oleh para raja dari kaum bangsawan. - Pedagang menjadi hina jika tingkah lakunya tidak bisa menghindar dari mengelak dari jawaban yang sebenarnya, kelicikan dan tipu daya, serta melakukan tawar-menawar mengenai harga dengan janji-janji yang selalu bohong (sifat-sifat yang dimiliki oleh pedagang tingkat bawahan). Maka para pemimpin selalu mengelak untuk melakukan mata pencaharian ini. - Barang-barang yang dijual oleh pedagang yang menguasai pekerjaannya adalah barang dagangan yang dibutuhkan secara umum oleh semua kalangan dan kebanyakan mutunya tengahan. - Pedagang yang membawa dagangannya ke tempat yang jauh dan rutenya berbahaya akan mendapatkan keuntungan yang banyak dan cepat kaya. Berbeda dengan pedagang yang menjual dagangan di negeri yang dekat dan perjalanannya aman, maka akan banyaklah orang yang berani melakukannya, sehingga barang-barang menjadi banyak jumlahnya dan harganya pun turun murah. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M - Penimbunan, dilarang oleh Nabi Muhammad saw karena mengambil harta secara batil. Seorang penimbun akan tersiksa oleh kombinasi kekuatan-kekuatan psikis dari orang-orang yang uangnya diambil. 3) Pertukangan - Pertukangan adalah penghidupan kedua dan yang terakhir, karena banyak seluk-beluknya, bersifat ilmiah dan menuntut pikiran dan pengertian. Inilah sebabnya, pada umumnya pertukangan hanya terdapat diantara orang kota, yang merupakan tingkatan lanjutan dari suku pengembara. - Pertukangan membutuhkan guru. Pertukangan adalah keahlian dalam soal praktis, yang berhubungan dengan akal. - Keahlian adalah sifat yang berurat-akar selaku hasil pengerjaan berulang-ulang hingga perbuatan itu dengan kokoh tertanam (dalam pikiran); dan tingkat keutamaan keahlian itu akan bergantung pada mutu contoh yang ditirunya. - Baiknya suatu keahlian bergantung pada baiknya guru dalam mengajarkan. - Pembagiannya: a) Yang sifatnya khusus berhubungan dengan penghidupan baik yang pokok atau tidak. Contoh: menenun, jagal, tukang kayu, tukang besi dsb. b) Yang sifatnya khusus berhubungan dengan pikiran-pikiran yang merupakan cirri khas menusia sehubungan dengan pemilihan ilmu. Contoh: pembuatan kertas, menyanyi, membuat puisi, mengajarkan ilmu dsb. c) Soal-soal yang berhubungan dengan politik. Contoh: menjadi tentara. - Pertukangan akan sempurna, hanya bila ada peradaban menetap yang besar dan sempurna. - Pertukangan akan menjadi mata pencaharian di kota. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M - Peradaban badawi atau yang kecil hanya membutuhkan pertukangan yang sederhana, seperti pertukangan kayu, besi, tenun, jahit dsb. - Bila peradaban sudah benar-benar maju, berbagai macam pertukangan menjadi sempurna dan mencapai puncaknya. - Semua pertukangan merupakan kebiasaan dan warna peradaban. - Pertukangan akan bertambah baik dan bertambah banyak bila permintaan akan hasil pertukangan semakin besar. - Jika kota-kota telah mendekati kehancuran, pertukangan pun merosot dari sana. - Orang yang mendapat keahlian dalam salah satu pertukangan jarang sekali ahli juga dalam pertukangan lain. - Arsitektur merupakan yang pertama dan yang paling tua dari keahlian peradaban hidup menetap, menyangkut pembuatan rumah, tempat tinggal atau monumen di kota-kota. Ini karena manusia memiliki watak alami untuk berfikir menolak bahaya yang timbul dari panas dan dingin. - Pertukangan Kayu merupakan kebutuhan pokok peradaban karena banyak sekali manfaatnya. - Menyulam dan menjahit, dua keahlian ini khusus ada pada peradaban hidup menetap, karena bangsa pengembara tidak membutuhkannya, dan hanya memakai pakaian yang melingkar tubuh begitu saja. - Rahasia mengapa pakaian yang dijahit haram dipakai ketika melaksanakan ibadah haji karena ibadah haji mencangkup pelepasan pencapaian-pencapaian duniawi seluruhnya dan kembali kepada Allah seperti Dia telah menciptakan kita untuk pertama kali. - Kedokteran, penting keberadaannya di kota besar dan kecil karena faedahnya. - Bangsa pengembara sangat kecil sekali dalam membutuhkan dokter karena mereka makannya sedikit, banyak bergerak, Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M banyak berpindah-pindah yang berarti menghirup udara baru terus-menerus sehingga tubuh mereka pun sangat sehat. - Kaligrafi dan tulis menulis pada awal-awal masa kerajaan/kekhilafahan Islam digunakan untuk menulis surat, menulis ilmu, menulis berbagai kepentingan di kerjaan (administrasi) dll. - Membuat buku mencapai kegemilangannya di irak dan Andalusia. Semua itu mengikuti peradaban, luasnya daerah negara, dan anggaran belanja negara. - Buku-buku disalin dan dijilid. Dan muncullah pertukangan pembuatan buku yang memperhatikan masalah penyalinan, penyeleksian, penjilidan dan segala persoalan yang ada hubungannya dengan pembukuan dan penulisan. Terbatas di kota-kota dari suatu peradaban besar. - Awalnya objek yang dipakai untuk menulis adalah berupa kulit- kulit binatang sampai tak mencukupinya. Karenanya, al-Fadl bin Yahya mengajukan pembuatan kertas. - Menyanyi muncul di suatu peradaban ketika ia sudah melimpah, dan orang-orang telah melampaui batas kebutuhan pokok, pindah ke kebutuhan pelengkap, lalu kepada kemewahan. Mereka pun berseni-seni, hingga muncullah pertukangan menyanyi ini, sebab itu hanya dibutuhkan oleh mereka yang telah bebas dari semua kebutuhan pokok - Pertukangan menyanyi adalah pertukangan paling akhir yang dicapai di dalam peradaban, karena pertukangan ini merupakan perkembangan terakhir sehubungan dengan tidak adanya tugas, membuang waktu dan bersuka ria. - Pertukangan ini pun, merupakan hal pertama yang hilang, lenyap dari peradaban pada waktu kehancuran dan kemundurannya. c. Segala Ihwal yang Terjadi Sehubungan dengan Penghidupan 1) Menjadi Pelayan bukan termasuk jalan penghidupan yang wajar dan alami. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M Alasannya adalah, pelayan ada karena adanya orang-orang yang biasa hidup mewah yang sebenarnya orang-orang ini dipandang tidak jantan atau lemah karena bergantung pada orang lain dan menimbulkan pengeluaran belanja tambahan untuk menggaji pelayan, semua ini dipandang tidak tepuji. Pelayan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori: 1) Pelayan yang cakap dan terpercaya. 2) Pelayan yang tidak cakap dan tidak terpercaya 3) Pelayan yang cakap dan tidak terpercaya 4) Pelayan yang tidak cakap dan terpercaya Kategori pertama dan kedua tidak mungkin dipakai, karena pelayan kategori pertama bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan berupah tinggi, biasanya diperkerjakan oleh Amir atau yang berpangkat tinggi. Sedangkan kategori kedua hanya akan merugikan majikannya. Maka, pilihan yang memungkinkan adalah kategori ketiga dan keempat. 2) Berusaha untuk memperoleh uang dari harta karun dan harta terpendam lainnya merupakan usaha yang tidak wajar. Para pencari harta karun adalah: Orang yang tidak mampu hidup secara wajar Orang yang biasa hidup mewah tetapi penghasilannya tidak mencukupinya. Orang-orang yang lemah akalnya. Mengenai harta karun ini banyak bersumber dari cerita omong kosong dan untuk para pencarinya mendorong untuk semakin dekat dengan sihir, karena menurut berita-berita, harta-harta karun itu terkunci oleh mantra. 3) Pangkat berguna di dalam mencari kekayaan. Orang-orang mendekati orang lain yang punya pangkat (pejabat pemerintah) karena butuh perlindungannya. Maka orang-orang itu membantu pejabat dalam memenuhi kebutuhan pelengkap sampai barang mewah. Kemudian para ahli ibadah, ahli fiqih, sarjana agama, golongan ini cepat kaya, karena rakyat sering memberi hadiah yang dianggapnya membantu Tuhan. Maka rakyat pun ikhlas dalam memberi. Dan lebih kaya lagi golongan yang berpangkat sekaligus pedagang. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M 4) Kebahagiaan dan keuntungan seringkali dicapai oleh orang yang patuh dan menggunakan sanjungan merayu. Watak ini merupakan salah satu sebab kebahagiaan. Orang berpangkat disini contohnya raja. Anak-anak dari raja bersingkap angkuh dan sombong karena bersandar kepada kakek-kakek mereka, membanggakan peninggalan-peninggalan mulianya. Oleh karena itu raja benci pada anak- anaknya. Disisi lain, bawahan-bawahannya mendekati raja dengan kepatuhan dan sanjungan. Raja pun menempatkan bawahan-bawahan ini semuanya seolah sejajar dengan dengan keluarganya. Orang-orang awam pun ikut mendekati dengan kepatuhan dan sanjungan agar dapat masuk ke kalangan kerabat kerajaan, menerima bagian yang besar dari kebahagiaan. 5) Orang-orang yang bertugas mengurusi persoalan agama, seperti Qadhi, Mufti, Guru, Imam, Khatib, Muadzin dsb. Mengenai jabatan-jabatan dan lembaga-lembaga keagamaan, masyarakat membutuhkannya hanya dalam keadaan terdesak. Para raja yang mempunyai kepentingan dengannya, sebagai bagian dari tugasnya untuk memperhatikan kepentingan umum, maka dijanjikan dana untuk mereka sekalipun porsinya sangat kecil sekali. Jabatan/lembaga ini bersifat mulia. Akibatnya ada yang membesar-besarkan diri, jadi tidak tunduk pada orang yang berpangkat. Tetapi kebanyakan tidak melacurkan diri secara terbuka kepada masalah-masalah duniawi. Akibatnya mereka tidak terlalu kaya. 2. Konsep Uang Ibnu Khaldun secara jelas mengemukakan bahwa emas dan perak selain berfungsi sebagai uang juga berfungsi sebagai medium pertukaran dan alat pengukur nilai sesuatu. Allah Taala menciptakan dua logam mulia, emas dan perak, sebagai: 9
a. Ukuran nilai bagi semua akumulasi modal. b. Tujuan puncak penduduk dunia dalam mencari barang.
9 Ibnu Khaldun, Muqaddimah, terjemah Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), hal 449. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M c. Barang lain merupakan subyek bagi pergolakan pasar, kecuali emas dan perak. d. Dasar dari keuntungan, kekayaan dan hak milik. Sejalan dengan pendapat Al-Ghazali mengenai uang, Ibnu Khaldun menjelaskan: Bahwa uang tidak perlu mengandung emas dan perak, tetapi emas dan perak menjadi standar nilai uang. Uang tidak mengandung emas dan perak merupakan jaminan pemerintah menetapkan nilainya. Karena itu pemerintah tidak boleh mengubahnya. Pemerintah wajib menjaga nilai uang yang dicetak, karena masyarakat menerimanya tidak lagi berdasarkan berapa kandungan emas dan peraknya. 10
Oleh karena itu Ibnu Khaldun selain menyarankan digunakannya uang standar emas /perak, ia juga menyarankan konstannya harga emas dan perak. Sebenarnya standar mata uang yang ia sarankan masih merupakan standar emas atau the gold bullion standard yaitu ketika logam emas bukan merupakan alat tukar, namun otoritas moneter menjadikan logam tersebut sebagai parameter dalam menetukan nilai tukar uang yang beredar. Koin emas tidak lagi secara langsung dipakai sebagai mata uang. Dalam sistem ini diperlukan suatu kesetaraan antara uang kertas yang beredar dengan jumlah emas yang disimpan sebagi back- up. Setiap orang bebas memperjualbelikan emas, tetapi pemerintah menetapkan harga emas. Sistem ini berlaku antara tahun 1890-1914 M. 11
3. Mekanisme Harga Dalam Muqadimmah pada bab yang berjudul Harga-harga di Kota, ia membagi jenis barang menjadi barang kebutuhan pokok dan kebutuhan mewah. Menurut dia, bila suatu kota berkembang dan selanjutnya populasinya akan bertambah banyak, maka harga-harga barang kebutuhan pokok akan mendapat priroitas pengadaannya. Akibatnya penawaran meningkat dan ini berarti turunnya harga. Sedangkan untuk barang-barang mewah, permintaannya akan meningkat sejalan dengan berkembangannya kota dan berubahnya gaya hidup. Akibatnya harga barang mewah meningkat.
10 Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam., hal 56. 11 Chamid, Nur, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogayakarta: Pustaka Pelajar, 2010). Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M Dalam menentukan harga di pasar atas sebuah produksi, faktor yang sangat berpengaruh adalah permintaan dan penawaran. Ibnu Khaldun menekankan bahwa kenaikan penawaran atau penurunan permintaan menyebabkan kenaikan harga, demikian pula sebaliknya seperti yang disebutkan sebelumnya. Penurunan harga yang sangat drastis akan merugikan pengrajin dan pedagang serta mendorong mereka keluar dari pasar, sedangkan kenaikan harga yang sangat drastis akan menyusahkan konsumen. Harga damai dalam kasus seperti ini sangat diharapkan oleh kedua belah pihak, karena ia tidak saja memungkinkan para pedagang mendapatkan tingkat pengembalian yang ditelorir oleh pasar dan juga mampu menciptakan kegairahan pasar dengan meningkatkan penjualan untuk memperoleh tingkat keuntungan dan kemakmuran tertentu. Akan tetapi, harga yang rendah dibutuhkan pula, karena memberikan kelapangan bagi kaum miskin yang menjadi mayoritas dalam sebuah populasi. Dengan demikian, tingkat harga yang stabil dengan biaya hidup yang relatif rendah menjadi pilihan bagi masyarakat dengan sudut pandang pertumbuhan dan keadilan dalam perbandingan masa inflasi dan deflasi. Inflasi akan merusak keadilan, sedangkan deflasi mengurangi insentif dan efisiensi. Harga rendah untuk kebutuhan pokok seharusnya tidak dicapai melalui penetapan harga baku oleh negara karena hal itu akan merusak insentif bagi produksi. Hanya bila mekanisme normal tidak berjalan, pemerintah disarankan melakukan kontrol harga. Faktor yang menetapkan penawaran, menurut Ibnu Khaldun, adalah: a. Permintaan b. Tingkat keuntungan relatif c. Tingkat usaha manusia d. Besarnya tenaga buruh termasuk ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki e. Ketenangan dan keamanan f. Keterampilan teknik g. Perkembangan masyarakat secara keseluruhan Jika harga turun dan menyebabkan kebangkrutan modal menjadi hilang, insentif untuk penawaran menurun, dan mendorong munculnya resesi, sehingga pedagang Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M dan pengrajin menderita. Pada sisi lain, faktor-faktor yang menetukan permintaan adalah a. Pendapatan b. Jumlah penduduk c. Kebiasan dan adat istiadat d. Pembangunan dan kemakmuran masyarakat secara umum. 4. Division of Labour (Pembagian tenaga Kerja) Menurut Ibnu Khaldun, seorang individu tidak akan dapat memenuhi seluruh kebutuhan ekonominya seorang diri, melainkan mereka harus bekerjasama dengan pembagian kerja dan spesialisasi. Apa yang dapat dipenuhi melalui kerjasama yang saling menguntungkan jauh lebih besar daripada apa yang yang dicapai oleh individu-individu secara sendirian. Dalam teori modern, pendapat ini mirip dengan teori comparative advantage. Pembagian kerja akan mendorong spesialisai, dimana orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing- masing. Hal ini akan meningkatkan proktifitas tenaga kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil produksi secara total. 12
Sebab menjadi jelas dan pasti bahwa seorang individu tidak akan dapat memenuhi seluruh kebutuhan ekonominya sendirian. Mereka semua bekerja sama untuk tujuan ini. Apa yang dapat dipenuhi melalui kerja sama yang saling menguntungkan jauh lebih besar dibanding apa yang dapat dicapai oleh invidu- individu itu sendiri. 13
5. Teori Tenaga Kerja Tenaga kerja penting bagi semua akumulasi modal dan pendapatan. Sekalipun pendapatan dihasilkan dari sesuatu selain keahlian, nilai-nilai dari menghasilkan laba dan modal harus mencakup nilai tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja hal tersebut belum diperoleh. Ibnu Kaldun membagi pendapatan ke dalam dua kategori, ribh (gross earing) dan kasb (earing a living). Ribh didapat ketika sesorang bekerja untuk dirinya sendiri dan menjual objek-objeknya ke orang lain; disini nilai harus meliputi ongkos bahan baku dan sumber alam. Kasb didapat ketika seseorang bekerja unutk
12 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 36. 13 Euia Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi islam., 192. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M dirinya. Ribh boleh yang mana saja, suatu laba atau suatu pendapatan kotor, tergantung pada konteksnya. Dalam hal ini, ribh merupakan pendapatan kotor sebab biaya bahan baku dan sumber alam adalah tercakup dalam harga dari objek- objek tersebut. Ibnu Khaldun dengan ringkas tapi jelas mengamati, menerangkan dan menganalisis bagaimana pendapatan di suatu tempat mungkin berbeda dari yang lain, bahkan untuk profesi yang sama juga demikian. Untuk memaksimalkan pendapatan dan tingkat kepuasan, manusia harus bebas untuk melaksanakan apapun juga dengan bakat dan keterampilan yang dikaruniai. Dengan bakat alami dan keterampilan, manusia dapat dengan bebas menghasilkan objek (barang) bermutu tinggi. 6. Makro Ekonomi dan Pajak Negara merupakan faktor penting dalam produksi, yakni melalui pembelanjaannya yang akan mampu meningkatkan produksi dan melalui pajaknya akan dapat melemahkan produksi. Pemerintah akan membangun pasar terbesar untuk barang dan jasa yang merupakan sumber utama bagi semua pembangunan. Penurunan belanja negara tidak hanya menyebabkan kegiatan usaha menjadi sepi dan menurunnya keuntungan, tetapi juga mengakibatkan penurunan dalam penerimaan pajak. Semakin besar belanja pemerintah, semakin baik perekonomian karena belanja yang tinggi memungkinkan pemerintah untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan bagi penduduk dan menjamin stabilitas hukum, peraturan dan politik. Oleh karena itu, untuk mempercepat pembangunan kota, pemerintah harus berada dekat dengan masyarakat dan mensubsidi modal bagi mereka. Faktor terpenting untuk prospek usaha adalah meringankan seringan mungkin beban pajak bagi pengusaha untuk menggairahkan kegiatan bisnis dengan menjamin keuntungan yang lebih besar setelah pajak. Pajak dan bea cukai yang ringan akan membuat rakyat memiliki dorongan untuk lebih aktif berusaha sehingga bisnis akan mengalami kemajuan. Pajak yang rendah akan membawa kepuasan yang lebih besar bagi rakyat dan berdampak kepada penerimaan pajak yang meningkat secara total dari keseluruhan perhitungan pajak. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M Dengan berlalunya waktu, kebutuhan-kebutuhan negara akan meningkat dan nilai pajak naik untuk meningkatkan hasil. Apabila kenaikan ini berlangsung perlahan- lahan rakyat akan terbiasa, namun pada akhirnya ada akibat kurang baik terhadap insentif sehingga aktivitas usaha mengalami kelesuan dan penurunan, demikian pula terhadap hasil perpajaknnya. 7. Perdagangan internasional Ibnu Khaldun juga mendukung bidang ekonomi internasioanl. Melalui pengamatannya dan pikiran analaisisnya, ia niscaya menerangkan keuntungan perdagangan antar negara. Melalui perdagangan luar negeri, kepuasan masyarakat, laba pedagang, dan kekayaan negara semuanya meningkat. Pertimbangan untuk melakukan perdangan antar negara adalah: a. Lebih murah dibanding memproduksi secara internal. b. Mutu yang lebih baik. c. a totally new product. 8. Lintas Disiplin, Model Dinamik Keseluruhan model Ibnu Khaldun dapat diringkas dalam nasihatnya kepada para raja sebagi berikut. 1) Kekuatan kedaulatan (al-mulk) tidak dapat dipertahankan kecuali dengan mengimplementasikan syariah; 2) Syariah tidak dapat diimplementasikan kecuali oleh sebuah kedaulatan (al-mulk); 3) Kedaulatan tak akan memperoleh kekuatan kecuali bila didukung oleh sumberdaya manusia (ar-rijal); 4) Sumber daya manusia tidak dapat dipertahankan kecuali dengan harta benda (al-mal); 5) Harta benda tidak dapat diperoleh kecuali dengan pembangunan (al-imarah); 6) Pembangunan tidak dapat dicapai kecuali denga keadilan (al- adl); 7) Keadilan merupakan tolok ukur (al-mizan) yang dipakai Allah unutk mengevaluasi manusia; dan Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M 8) Kedaulatan mengandung muatan tanggung jawab untuk menegakkan keadilan. Nasihat ini, dalam ucapan Ibnu Khaldun sendiri, terdiri dari, delapan prinsip (kalimat hikamiyyah) dari kebiksanaan politik, masing-masing dihubungkan dengan yang lain untuk memperoleh kekuatan, dalam sebuah alur daur ulang di mana permulaan dan akhir tidak dapat dibedakan. Ia besifat lintas disiplin karena menghubungkan semua variabel politik dan sosioekonomi yang penting, seperti Syariah (S), Otoritas politik atau wazi (G), manusia atau rijal (N), harta benda atau mal (W), pembangunan atau imarah (g), dan keadilan atau al-adl (j), dalam sebuah daur interindependen, masing-masing mempengaruhi yang lain dan pada gilirannya akan dipengaruhi oleh yang lain pula. Dalam suatu analisis jangka panjang seperti ini, tidak berlaku anak kalimat ceteris paribus karena tak ada variabel yang konstan (tetap). a. Peran Sumber Daya Insani (N), Keadilan (J), dan Negara (G) Kehidupan sosial perlu memiliki ashabiyyah (perasaan kolektif) dan wazi (mempertahankan kekuasaan atau pemerintahan) untuk mencegah konflik dan kezaliman dan menjaga kebersamaan. Inilah yang yang menimbulkan masyarajat (N) dapat bekerja sama satu sama lain untuk mencapai tujuan yang sama, mengontrol kepentingan diri sendiri, dan memenuhi kewajiban sesama mereka sehingga mendorong keharmonisan sosial dan berfungsi sebagai kekuatan penentu dalam kemajuan pembangunan suatu peradaban. Dalam pengertian ini, Syariah (S) menggalakkannya. Namun demikian, ashabiyyah itu sendiri bergantung kepada sejumlah variabel yang disertakan oleh Ibnu Khaldun dalam daur ulang sebab-akibat. Ia berkembang dan menjadi kuat jika ada keadilan (j) untuk menjamin kesejahteraan semua orang melalui pemenuhan kewajiban masing-masing dan sama-sama menikmati hasil- hasil pembangunan secara adil (W dan g). Bagaimanapun, keadilan (j) meniscayakan adanya suatu aturan prilaku. Syariah (S) memberikan aturan demikian. Namun, tak ada aturan moral yang berjalan efektif kecuali jika hal itu diketahui dengan baik oleh masyarakat dan suatu Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M otoritas politik yang efesien (G) atau wazi menjamin implementasinya tanpa pandang bulu. Ibnu Khaldun menekankan bahwa orang yang memegang tali kedaulatan harus memilki semua sifat kebaikan yang dituntut oleh agama dan politik. Ia harus toleran, moderat, dan fair, dan menghindari kelicikan, kecurangan dan kepalsuan. Ia harus memenuhi semua kewajibannya, kontrak-kontrak dan perjanjian- perjanjian, mudah ditemui rakyat, menyimak keluhan mereka, menghapuskan kesulitan mereka, memenuhi kebutuhan pokok mereka, terutama terhadap golongan miskin dan papa, menghapuskan ketidakadilan dan penindasan. Tanpa adanya suatu organisasi politik efisien yang menerapkan syariah, tidak akan ada keadilan. Tanpa adanya keadilan, tidak ada ashabiyyah, dan tanpa adanya ashabiyyah, tidak akan ada suatu lingkungan yang tepat bagi implementasi syariah, dan pada gilirannya tidak akan ada undang-undang dan aturan, pembangunan dan kemakmuran. Tiadanya ashabiyyah, undang-undang dan aturan, pembangunan dan kemakmuran pada akhirnya akan memperlemah administrasi politik (G) dan menjadi tidak efektif. Hal ini mencerminkan kelemahan dalam semua variabel sosioekonomi yang utama (S,N,W,dan j) dan akan membawa negara kepada kemorosotan dan kehancuran. b. Peran Syariah Baik penerimaan maupun ketaatan kepada aturan prilaku akan cenderung menjadi sangat baik manakala aturan prilaku itu memiliki landasan syariah. Syariah memeuhi kepentingan orang. Ia mendorong kerja sama dan mengurangi perbedaan-perbedaan dan telah terbukti menjadi perekat terkuat dalam mempertahankan kebersamaan kelompok besar. Ia membantu menanamkan dalam diri manusia (N) sifat-sifat ketekunan, kejujuran, integritas, kehematan, dan rasa kesetiakawanan, yang dapat membantu kepada pembanguan, keadilan, kepedulian bersama, kerja sama, kedamaian, dan keharmonisan sosial, dan juga mencegah perilaku-perilaku yang secara sosial membahayakan. Ia dapat mempengaruhi penggunaan sumber-sumber daya sehingga menimbulkan keseimbangan sumber daya. Tanpa sifat-sifat yang baik ini melekat pada diri menusia (N), yang ada ketidakmerataan, ketidakseimbangan, kekecewaan, dan ketidakaturan, yang pada Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M gilirannya kan menyebabkan kemerosotan ekonomi dan disintegrasi masyarakat. Syariah tidak akan efektif jika G dan n (termasuk para ulama) tidak berperan dengan baik. c. Peran Kekayaan (W) dan Pembangunan (g) W dan g juga sangat diperlukan bagi kesejahteraan masyarakat dan kelemahan atau keunggulannya bergantung pada hal itu. Makin besar pendapatan akan memberikan kontribusi yang kian besar kepada tabungan dan makin besar investasi dalam peralatan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang lebih besar kepada pembanguan (g) dan kekayaan (W). Ibnu Khaldun menekankan peran investasi lebih jauh seraya mengatakan, Dan ketahuilah bahwa kekayaan tidak tumbuh manakala ditimbun dan dismpan. Ia akan tumbuh dan berkembang manakala dibelanjakan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat, untuk diberikan kepada yang berhak, dan menghapuskan kesulitan. Faktor-faktor yang berfungsi sebagai katalisator adalah laju pajak yang rendah, keamanan kehidupan dan hak milik, dan suatu lingkungan fisik yang sehat, yang ditumbuhi pepohonan dan penyediaan air serta kenyamanan hidup lainnya. Kekayaan juga bergantung kepada pembagian tenaga kerja (division of labour) dan spesialisasi, makin besar tingkat spesialisasi, makin tinggi pertumbuhan kekayaan. Namun pembagian tenaga kerja ini tidak dapat direalisasikan sehingga ada pasar yang diregulasi dengan baik yang memungkinkan semua orang memenuhi kebutuhan mereka. Suatu peningkatan dalam pendapatan akan memberikan kontribusi kepada peningkatan dalam penerimaan pajak dan memungkinkan pemerintah membelanjakan lebih besar kepada kesejahteraan rakyat. Harga-harga kebutuhan pokok cenderung meningkat lebih cepat daripada barang- barang mewah, dan harga-harga di perkotaan lebih cepat merangkak daripada di pedasaan. Ongkos tenaga kerja juga naik seiring dengan itu naik pula pajak. Hal ini menyebabkan peningkatan lebih jauh pada harga-harga yang menciptakan kesulitan bagi masyarakat dan menimbulkan arus balik dalam pergerakan penduduk. Pembangunan menjadi turun, begitu juga dengan kemakmuran dan peradaban. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M Pembangunan dan kemakmuran juga cenderung merangsang kemewahan. Memang kemewahan pada mulanya dapat meningkatkan permintaan dan pendapatan sehingga meningkatkan pembanguan dan memperkuat negara, namun hal itu pada gilirannya akan merusak moral dan melonggarkan batasan-batasan moral belanja. Moderasi akan kehilangan akar dan digantikan dengan pola hidup ekstravagansa. Hasil pembangunan tidak dapat didistribusikan secara adil. Keadaan ini menghapuskan insentif unutk bekerja dan kreativitas serta akan menurunkan tingkat kemakmuran. Penurunan pajak akan menimbulkan kemerosotan di dalam penerimaan pajak, dan kini tidak lagi mencukupi belanja pemerintah. Negara cenderung memaksakan pajak yang lebih banyak dan juga akan mencoba mendapatkan kontrol berlebihan terhadap semua sumber kekuatan dan kekayaan. Insentif unutk bekerja dan berkarya terkena dampak buruk terutama pada kalangan petani dan pedagang, yang pada umumnya menjadi sumber penerimaan pajak. Oleh karena itu, ketika pendapatan merosot, penerimaan dari pajak pun merosot. Pada gilirannya, negara tidak akan mampu belanja untuk usaha-usaha pembangunan dan kesejahteraan. Pembangunan akan merosot, resesi makin mendalam, kekuatan-kekuatan yang menghancurkan kian bergerak cepat, dan akhirnya meruntuhkan dinasti yang berkuasa. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, tidaklah berlabihan kita mengelari Ibnu Khaldun dengan sebutan Bapak Ekonomi. Mengingat begitu mendalam pemikirannya dalam membahas ekonomi. Walaupun ia tidak membahasnya di dalam satu kitab tertentu. Namun, penjelasannya tentang delapan prinsip (kalimat hikamiyyah) dari kebiksanaan politik, meluaskan kesempitan berfikir kita bahwa Islam itu adalah aturan/cara hidup yang menyeluruh. Tidak ada satupun aspek kehidupan yang luput dari aturannya. Termasuk disini adalah ekonomi. Karena Islam merupakan sebuah sistem, maka segala yang terdapat dalam sistem inipun saling mempengaruhi. Begitu pun dengan ekonomi. Dalam Islam, ekonomi selain dipengeruhi oleh variable-variabelnya, pasti dipengaruhi juga oleh variable bidang yang lain seperti politik, sosioekonomi, sosiologi dsb. Ibnu Khaldun merinci bagaimana semua itu saling mempengaruhi. Jika kita simpulkan pemikirannya meliputi semua yang berhubungan dengan penghidupan, konsep uang, mekanisme harga, pembagian tenaga kerja, pajak dan model dinamika lintas disiplin. Maha Suci Allah, ini merupakan pencapaian yang luar biasa yang telah dilakukan oleh seorang intelektual sekaligus ulama Islam yang hidup 6 abad kebelakang. Sangat penting dan mendesak untuk kita pelajari dan kembangkan pemikiran- pemikirannya yang brilian dalam rangka mensejahterakan masyarakat Islam khususnya dan seluruh dunia pada umumnya. Untuk menegaskan bahwa kitalah satu-satunya, sebagai umat Islam yang sanggup memikul amanah sebagai khalifah di muka bumi demi mencapai Ridha Allah swt., memakmurkan seluruh dunia dan isinya. Wallahualam bishshawab. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun - Rian Alfi EI/FIPSI F.1010158 1432 H/2010 M DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Al karim Amalia, Euia. 2005. Sejarah Pemikiran Ekonomi islam: Dari masa Klasik Hingga Masa Kontemporer. Jakarta: Pustaka Asatrus. Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogayakarta: Pustaka Pelajar. Chapra, Umer. 2001. Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam Terjemahan Ikhwan Abidin B. Jakarta: Gema Insani Press bekerja sama dengan Tazkia Cendekia. Deliarnov. 2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ibnu Khaldun. 2000. Muqaddimah, versi bahasa Indonesia terjemah Ahmadie Thoha. Jakarta: Pustaka Firdaus. Karim, Adiwarman . 2004. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Muhammad. 2004. Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: BPFE- YOGYAKARTA.