You are on page 1of 8

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 MATARAM


Jl. Pendidikan No.47 (0370) 635347 Fax.(0370)640578 Mataram 83125 E-mail : smkn3mataram@yahoo.com Website : www.smkn3mataram.sch.id

TENAGA EKSOGEN Tenaga Eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak permukaan bumi. Tenaga perusak tersebut dapat berupa air, angin, organisme, sinar matahari, dan lain sebagainya. Tenaga eksogen dapat menimbulkan peristiwa pelapukan, erosi, dan sedimentasi. PELAPUKAN Pelapukan atau weathering merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis. a. Pelapukan Mekanis Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Akibat Pemuaian Batuan bukan merupakan material yang homogen, melainkan tersusun dari berbagai macam mineral yang masing-masing memiliki koefisien pemuaian yang berlainan. Dengan demikian dalam sebuah batu pemuaiannya akan berbeda-beda. Pemanasan matahari akan menyebabkan keretakan pada batuan sebagai akibat perbedaan kecepatan dan koefisien pemuaian tersebut. Akibat Pembekuan Air Pori-pori batuan dapat terisi oleh air. Pembekuan air didalam batuan dapat menyebabkan batuan pecah atau hancur. Pada daerah beriklim sedang atau daerah batas salju, pada musim panas, air dapat masuk kedalam pori-pori batuan. Pada saat musim dingin atau malam hari, air dalam pori-pori batuan tersebut akan membeku menjadi es. Perubahan wujud air menjadi es menyebabkan volume bertambah besar sehingga batuan menjadi pecah. Akibat Perubahan Suhu Tiba-tiba Perubahan suhu yang tiba-tiba biasanya terjadi di daerah gurun. Pada siang hari batuan menjadi panas terkena sinar matahari, jika terjadi hujan secara tiba-tiba, terjadi perubahan suhu secara drastis, Peristiwa ini menyebabkan batuan mengalami pengkerutan secara tiba-tiba sehingga menyebabkan pecahnya batuan-batuan tersebut. Akibat Perbedaan Suhu yang besar antara Siang dan Malam Penghancuran batuan juga dapat terjadi akibat perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Pada siang hari suhu sangat panas sehingga batuan mengembang. Sedangkan pada malam hari

1.2. Mengidentifikasi Objek secara Terencana dan Sistematis untuk Memperoleh Informasi Gejala Alam Abiotik LEMBAR INFORMASI Nomor 1.2.3 Penyusun Science Team of SMK Negeri 3 Mataram (Wieduri Yulianti, ST., M.Pd) Hal 1 dari 8

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 MATARAM


Jl. Pendidikan No.47 (0370) 635347 Fax.(0370)640578 Mataram 83125 E-mail : smkn3mataram@yahoo.com Website : www.smkn3mataram.sch.id

suhu menjadi sangat dingin. Penurunan suhu yang sangat cepat ini menyebabkan batuan menjadi retakretak dan akhirnya pecah, dan akhirnya menjadi hancur berkeping-keping.

A. Batuan mengalami pemanasan dari matahari, dan batuan mengembang

B. Pada malam hari suhu udara rendah, dan batuan mengerut

C. Mengembang dan mengerut silih berganti menyebabkan batuan retak

D. Setelah sekian waktu batuan akan menjadi pecah pecah

Gambar 1. Proses Pelapukan Mekanik b. Pelapukan Kimiawi

Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia, seperti oksidasi, karbonasi, dehidrasi, dan penguapan. Biasanya yang menjadi perantara adalah air, terutama air hujan.Air hujan dan juga air tanah, selain mengandung H2O juga mengandung CO2 dari udara, sehingga air mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar. Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst (kapur) biasanya menghasilkan bentukan-bentukan berupa karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmite, ataupun gua kapur. (1) Karren Di daerah kapur biasanya terdapat celah-celah atau alur-alur sebagai akibat pelarutan oleh air hujan. Gejala ini terdapat di daerah kapur yang tanahnya dangkal. Pada perpotongan celah-celah ini biasanya terdapat lubang kecil yang disebut karren.

Gambar 2. Karren (2) Ponor Ponor adalah lubang masuknya aliran air ke dalam tanah pada daerah kapur yang relatif dalam. Ponor dapat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu dolin dan pipa karst.

Gambar 3. Ponor

1.2. Mengidentifikasi Objek secara Terencana dan Sistematis untuk Memperoleh Informasi Gejala Alam Abiotik LEMBAR INFORMASI Nomor 1.2.3 Penyusun Science Team of SMK Negeri 3 Mataram (Wieduri Yulianti, ST., M.Pd) Hal 2 dari 8

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 MATARAM


Jl. Pendidikan No.47 (0370) 635347 Fax.(0370)640578 Mataram 83125 E-mail : smkn3mataram@yahoo.com Website : www.smkn3mataram.sch.id

Dolin adalah lubang di daerah karst yang bentuknya seperti corong. Dolin ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu dolin korosi dan dolin terban. Dolin korosi terjadi karena proses pelarutan batuan yang disebabkan oleh air. Di dasar dolin diendapkan tanah berwarna merah (terra rossa). Sedangkan dolin terban terjadi karena runtuhnya atap gua kapur.

(a). Dolin Korosi Gambar 4. Dolin

(b). Dolin Terban

Gejala karst berikutnya adalah pipa karst yang bentuknya seperti pipa. Gejala ini terjadi karena larutnya batuan kapur oleh air. Karena terjadi proses pelarutan batuan, maka disebut pipa karst korosi atau disebut juga aven-type. Namun jika terjadi karena tanah terban, pipa karst itu disebut pipa karst terban atau disebut juga yama-type.

(a) Aven-type Gambar 5. Tipe pipa karst (3) Gua Kapur

(b)Yama-type

Pada daerah kapur, biasanya terdapat gua. Pada gua-gua kapur ini sering dijumpai stalagtit dan stalagmit. Stalagtit adalah endapan kapur yang menggantung pada langit-langit gua (atas). Bentuknya biasanya panjang, runcing dan tengahnya mempunyai lubang rambut. Sedangkan stalagmit adalah endapan kapur yang terdapat pada lantai gua (bawah). Bentuknya tidak berlubang, tetapi berlapis-lapis, dan agak tumpul. Jika stalagtit dan stalagmit bias bersambung, maka akan menjadi tiang kapur (pillar).

(a) Stalagtit

(b) Stalagmit Gambar 6. Hasil Pelapukan pada Gua Kapur

(c) Pillar

1.2. Mengidentifikasi Objek secara Terencana dan Sistematis untuk Memperoleh Informasi Gejala Alam Abiotik LEMBAR INFORMASI Nomor 1.2.3 Penyusun Science Team of SMK Negeri 3 Mataram (Wieduri Yulianti, ST., M.Pd) Hal 3 dari 8

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 MATARAM


Jl. Pendidikan No.47 (0370) 635347 Fax.(0370)640578 Mataram 83125 E-mail : smkn3mataram@yahoo.com Website : www.smkn3mataram.sch.id

c. Pelapukan Biologis Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses atau aktifitas organisme.Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan yang bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu dapat menghancurkan batuan tersebut. EROSI Erosi sering disebut juga pengikisan. Erosi adalah suatu proses pelepasan dan pemindahan massa batuan (termasuk tanah) secara alamiah dari satu tempat ke tempat lain. Proses pengikisan terhadap batuan ini dapat dilakukan oleh air, angin, atau gletser. a. Erosi karena Air Air hujan bisa mengikis permukaan tanah terutama yang gundul. Tanah itu bersama air mengalir ke sungai. Air sungai juga dapat mengikis tepi atau bagian dasar sungai. Akibat pengikisan pada tepi sungai menyebabkan sungai menjadi berkelok-kelok dan melebar. Sedangkan pengikisan ke dasar sungai bisa menyebabkan sungai bertambah dalam. Apabila kecepatan aliran air di dasar sungai cepat maka akan terjadi pengikisan di dasar sungai atau sering di sebut erosi vertical. Hasil erosi vertical, sungai semakin lama semakin dalam. Erosi vertical membentuk huruf v. Contoh lembah Aria, Ngarai sihanok serta Grand Canyon di Amerika Serikat

Gambar 7. Sungai yang semakin dalam karena erosi vertikal Apabila aliran air yang cepat terjadi di tepi sungai maka akan manyebabkan terjadinya pengikisan ke arah samping atau erosi ke samping. Erosi ke samping menyebabkan sungai samakin lebar. Air laut juga bisa menyebabkan erosi. Di sekitar pantai, ombak atau gelombang laut selalu menerjang tepi pantai, mengikis sedikit demi sedikit tepi pantai. Pengikisan batuan oleh air laut itu disebut abrasi. Jika air atau gelombang yang mengikis batuan itu membawa material pasir atau batu kecil, maka tenaga pengikisannya akan bertambah kuat.

1.2. Mengidentifikasi Objek secara Terencana dan Sistematis untuk Memperoleh Informasi Gejala Alam Abiotik LEMBAR INFORMASI Nomor 1.2.3 Penyusun Science Team of SMK Negeri 3 Mataram (Wieduri Yulianti, ST., M.Pd) Hal 4 dari 8

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 MATARAM


Jl. Pendidikan No.47 (0370) 635347 Fax.(0370)640578 Mataram 83125 E-mail : smkn3mataram@yahoo.com Website : www.smkn3mataram.sch.id

Bentang alam akibat abrasi air laut antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya gelombang meretakan batuan di pantai. Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelobang secara terus menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut platform

Gambar 8. Proses Abrasi b. Erosi karena Angin Angin dapat menyebabkan terkikisnya batuan. Angin dengan hembusannya disertai dengan material yang diangkutnya menabrak gunung-gunung batu, menyebabkan pengikisan pada batuan tersebut, sehingga batuantersebut berubah menjadi patung-patung alam atau batu jamur (mushroom rock). Pengikisan batuan oleh angin ini disebut korasi.

Gambar 9. Hasil Erosi oleh Angin (Korasi) c. Erosi karena Gletser Gletser adalah es yang mengalir secara lambat. Gletser ini juga bisa menjadi pengikisan. Gletser dengan kemampuan mengikisnya (erosi glacial) dapat merubah palung sungai berbentuk V menjadi berbentuk U. SEDIMENTASI Batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Di padang pasir misalnya, timbunan pasir yang luas dapat dihembuskan angin dan berpindah ke tempat lain. Sedangkan gletser, walaupun lambat gerakannya, tetapi memiliki daya angkut besar. Pada saat kekuatan

1.2. Mengidentifikasi Objek secara Terencana dan Sistematis untuk Memperoleh Informasi Gejala Alam Abiotik LEMBAR INFORMASI Nomor 1.2.3 Penyusun Science Team of SMK Negeri 3 Mataram (Wieduri Yulianti, ST., M.Pd) Hal 5 dari 8

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 MATARAM


Jl. Pendidikan No.47 (0370) 635347 Fax.(0370)640578 Mataram 83125 E-mail : smkn3mataram@yahoo.com Website : www.smkn3mataram.sch.id

pengangkutnya berkurang atau habis, batuan tersebut akan diendapkan pada daerah yang dilaluinya tadi. Peristiwa pengendapan tersebut yang dikenal dengan sedimentasi. Dengan pengendapan material hasil erosi. Pengendapan oleh air dapat terjadi di sungai, danau, dan laut. Terdapat tiga bentuk sedimen hasil sedimentasi yang dilakukan oleh air, yaitu sedimen fluvial, limnis, dan marine. a. Sedimen Fluvial Sedimen fluvial merupakan pengendapan yang terjadi di sungai. Hasil pengendapan ini biasanya berupa batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan Lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahan endapan sungai ini sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau pengaspalan jalan. Pengendapan di sungai menghasilkan Meander (sungai yang berkelok-kelok), Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu.Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungi, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. demikian Sedimentasi adalah proses

Gambar 10. Pembentukan Meander akibat pegendapan di sungai Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan Pengendapan terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, Sehingga terbentuk oxbow lake.

Gambar 11. Pembentukan oxbow lake

1.2. Mengidentifikasi Objek secara Terencana dan Sistematis untuk Memperoleh Informasi Gejala Alam Abiotik LEMBAR INFORMASI Nomor 1.2.3 Penyusun Science Team of SMK Negeri 3 Mataram (Wieduri Yulianti, ST., M.Pd) Hal 6 dari 8

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 MATARAM


Jl. Pendidikan No.47 (0370) 635347 Fax.(0370)640578 Mataram 83125 E-mail : smkn3mataram@yahoo.com Website : www.smkn3mataram.sch.id

b. Sedimen Limnis Sedimen limnis merupakan proses pengendapan yang terjadi di danau. Hasil pengendapan didanau biasanya dalam bentuk timbunan pasir yang membentuk suatu daratan (delta), lapisan batu kerikil, pasir, dan Lumpur. c. Sedimen Marine Sedimen marine merupakan proses pengendapan yang terjadi di laut. Pengendapan dilaut menhsalikan delta, endapan kapur, dan endapan pasir silicon. Bentuk endapan yang paling banyak adalah delta. (1) Delta Delta terjadi dimuara sungai yang lautnya dangkal dan sungainya membawa banyak endapan. Bentuk delta dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam, yaitu : Delta Lobben Bentuk delta lobben menyerupai kaki burung. Biasanya tumbuh (membesar) dengan cepat, karena sungai membawa banyak endapan. Contoh : delta Missisippi

Gambar 12. Delta Missisippi Delta Tumpul Bentuk delta tumpul seperti busur. Keadaannya cenderung tetap (tidak bertambah besar). Contoh : delta Tiger dan Nil

Gambar 13 .Delta Nil Delta Runcing Delta runcing berbentuk runcing kearah laut menyerupai kerucut. Semakin lama delta ini semakin sempit. Estuaria Estuaria merupakan bagian yang rendah dan luas dari mulu sungai.

1.2. Mengidentifikasi Objek secara Terencana dan Sistematis untuk Memperoleh Informasi Gejala Alam Abiotik LEMBAR INFORMASI Nomor 1.2.3 Penyusun Science Team of SMK Negeri 3 Mataram (Wieduri Yulianti, ST., M.Pd) Hal 7 dari 8

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 MATARAM


Jl. Pendidikan No.47 (0370) 635347 Fax.(0370)640578 Mataram 83125 E-mail : smkn3mataram@yahoo.com Website : www.smkn3mataram.sch.id

a. Delta Lobben

b. Delta Tumpul

c. Delta Runcing

d. Eustaria

Gambar 14. Bentuk-bentuk Delta (2) Endapan Kapur Endapan kapur terdiri dari sisa binatang karang, lokan, atau rangka ikan. Endapan kapur biasa terjadi di laut dangkal

(3) Endapan Pasir Silikon Endapan pasir silicon. Dihasilkan dari bangkai plankton yang berangka silicon. Endapan pasir silicon terjadi di dasar laut yang dalam. Batuan endapan yang berasal dari hasil penghancuran adakalanya mengalami penyatuan kembali menjadi gumpalan besar karena terikat oleh zat kapur atau oksida silikon. Jika yang diikatnya terdiri dari kerikil runcing, tajam dan menghasilkan bongkahan, maka pengendapan ini disebut breksi. Namun apabila bongkahan itu terdiri dari batu-batu bulat akan menghasilkan konglomerat. Sedimentasi atau pengendapan yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu lama dapat mengubah permukaan bumi menjadi dataran yang lebih tinggi. Pengikisan oleh tenaga air atau mungkin angin di daerah pegunungan mengakibatkan adanya pengendapan di daerah yang agak rendah, sehingga lama kelamaan berubah menjadi dataran tinggi. Misalnya Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Gayo. Di daerah sekitar pantai yang lautnya dangkal sedimentasi dapat menghasilkan dataran rendah. Sungai yang secara terus menerus membawa bahan endapan akan mengendap di laut sehingga menjadikan sebuah daratan. Misalnya dataran rendah Pulau Jawa, atau pantai Timur Sumatera merupakan daratan hasil sedimentasi.

1.2. Mengidentifikasi Objek secara Terencana dan Sistematis untuk Memperoleh Informasi Gejala Alam Abiotik LEMBAR INFORMASI Nomor 1.2.3 Penyusun Science Team of SMK Negeri 3 Mataram (Wieduri Yulianti, ST., M.Pd) Hal 8 dari 8

You might also like