You are on page 1of 3

A.

Latar Belakang Pertumbuhan penduduk perkotaan di kota-kota Indonesia hingga saat ini mengalami pertumbuhan yang tinggi dan pertumbuhan ini akan berlangsung terus dengan percepatan yang tinggi, meskipun beberapa kota besar telah membangun sistem yang ketat dalam kaitannya dengan pertumbuhan penduduk perkotaan di wilayahnya masing-masing. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat akan menambah beban yang tidak ringan bagi suatu kota dalam penyiapan infrastruktur baru, seperti pendidikan, kesehatan, serta pelayanan-pelayanan perkotaan lainnya, apalagi para pendatang pada umumnya berpendidikan rendah, sehingga keadaan ini juga akan lebih menambah beban bagi pemerintah kota. Belakangan ini daerah-daerah perkotaan terutama pada kota-kota besar dan metropolitan, masih terus menghadapi permasalahan. Kemampuan pemerintah kota dalam manajemen maupun pembiayaan kebutuhan masyarakat kota juga sangat terbatas. Kepadatan menimbulkan beberapa masalah perkotaan di kota-kota besar, terutama timbulnya permukiman kumuh dan padat di pusat kota, kemacetan lalu-lintas pada jalanjalan protokol, masalah lingkungan seperti kondisi lingkungan yang makin menurun, timbulnya genangan air pada saat musim hujan pada kawasan tertentu, masalah persampahan, dan sebagainya. Kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana pun sangat tidak seimbang dengan kualitas dan kuantitas pelayanan sarana dan prasarana yang ada. Salah satunya adalah prasarana persampahan. Pertumbuhan kota yang pesat dan tingkat sosial yang berubah serta teknologi kemajuan manusia berkembang, sampah menjadi masalah yang serius dan diperlukan penanganan secara seksama secara terintegrasi dengan inovasi-inovasi baru yang lebih memadai ditinjau dari segala aspek, baik itu aspek sosial, aspek ekonomi, maupun aspek teknis. Dalam kondisi sekarang ini penanganannya menjadi masalah yang kian mendesak di kota-kota Indonesia, sebab pertumbuhan kota di Indonesia akan terus berlangsung dengan percepatan yang tidak juga berkurang bahkan ada kecenderungan terus meningkat. Kondisi yang demikian dapat diprediksikan bahwa kota juga akan memproduksi sampah lebih banyak dan lebih bervariatif, oleh karenanya apabila tidak dilakukan

penanganan yang baik sejak sekarang ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air dan udara, yang pada gilirannya kehidupan perkotaan dihadapkan kepada kehidupan yang tidak sehat lagi. Pembuangan sampah

dilakukan secara terbuka dan di tempat terbuka yang berakibat meningkatnya intensitas pencemaran lingkungan. Kota Makassar dengan luas 175,77 Km2, memiliki tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi, dari data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2008, jumlah penduduk mencapai 1.253.656 jiwa. Kota Makassar sebagai kota pemerintahan, perdagangan, pelayanan jasa dan kota pendidikan sangat sulit untuk menanggulangi masalah sampah. Tanpa adanya perhatian yang serius dari berbagai pihak, permasalahan sampah akan menjadi persoalan besar, seperti terjadinya pencemaran lingkungan dalam hal ini pencemaran air tanah. Kegiatan industri, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, domestik, dan kegiatan lain yang dapat berdampak negatif terhadap sumber daya air, serta menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lain. Kajian kualitas air sangat penting untuk mengetahui kondisi kualitas air pada suatu sumber air apakah air tersebut layak untuk digunakan atau tidak layak digunakan.

Kualitas air menjadi bagian yang penting dalam pengembangan sumber daya air oleh karena itu sangat perlu diadakan pengujian kualitas air sesuai dengan pasal 9 Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat dan Pengawasan Kulitas Air yang berbunyi air yang digunakan untuk kepentingan umum wajib diuji kualitas airnya. Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian, industri rekreasi dan pemanfaatan air lainnya. Pada dasarnya timbulnya pencemaran lingkungan di sekitar TPA disebabkan karena tidak adanya proses pemilihan lokasi TPA yang layak. Selain itu fasilitas TPA yang sangat minim terutama berkaitan dengan terbatasnya fasilitas perlindungan lingkungan dan pengoperasian TPA yang cenderung dioperasikan secara open dumping. Larangan ijin mendirikan bangunan disekitar TPA juga tidak dilakukan sehingga lokasi TPA yang semula jauh dari permukiman kemudian justru dikelilingi oleh permukiman penduduk. Tumbuhnya pemukiman penduduk di Kota Palopo yang sangat dekat dengan TPA mengakibatkan lingkungan di daerah permukiman tersebut menjadi tercemar seperti

terjadinya pencemaran air tanah akibat rembesan air lindi yang berasal dari TPA. Dimana hal tersebut dapat menjadi permasalahan baru bagi masyarakat, dimana tidak tersedianya air yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas air tanah pada daerah permukiman tersebut harus terjamin, agar dapat digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari sesuai dengan standar kesehatan dan baku mutu kualitas air. Untuk itu penelitian ini mencoba mengkaji tingkat pencemaran air tanah yang

ditimbulkan dari pengolahan TPA sampah terhadap daerah di sekitarnya.

You might also like