You are on page 1of 25

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN Penetapan Modulus Kehalusan (Fineness Modulus) Tepung

Oleh : Nama NPM Hari, Tanggal Praktikum Waktu Co.Ass : Aditia Septiani : 150610090107 : Rabu, 11 April 2012 : 15.00 WIB : 1. Citra Pratiwi 2. R.Asri N 3. Haryatna.S.P. 4. Mirah

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Proses pengayakan adalah pemisahan bahan berdasarkan ukuran mesh atau Kawat ayakan, bahan yang mempunyai ukuran lebih kecil diameternya pada mesh akan lolos yang disebut bahan lewat dan bahan yang mempunyai ukuran lebih besar atau menggumpal akan tertahan pada perkumukaan kawat ayakan yang disebut bahan tertinggal. Bahan yang lolos melewati lubang ayakan mempunyai ukuran yang seragam dan bahan yangtertahan dikembalikan untuk dilakukan penggilingan ulang. Proses pengayakan juga sebagai alat pembersih, memisahkan kontaminan yang ukurannya berbeda dari bahan baku.Berbagai jenis pengayak yang dapat digunakan dalam proses sortasi bahan pangan klasifikasinya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ayakan dengan celah yang berubah-ubah(screen aperture). Alat dan mesin pertanian diproduksi dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja dan mutu hasil olah dari bahan hasil pertanian sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari komoditas hasil pertanian tersebut. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan cara meningkatkan efisiensi penanganan pascapanen. Secara ekonomis penggunaan mesin pengecil ukuran lebih mudah dilakukan dan lebih murah jika dilakukan secara manual. Selain itu, operasi pengecilan ukuran merupakan salah satu perlakuan pendahuluan yang dapat mempermudah proses-proses selanjutnya. 1.2.Tujuan Praktikum Tujuan penulisan makalah ini adalah : Mengukur dan mengamati pengecilan ukuran bahan hasil pertanian dengan mengkaji performansi mesin dan rendemen hasil pengecilan ukuran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Pengecilan ukuran dapat didefinisikan sebagai penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Penggunaan proses penghancuran yang paling luas di dalam industri pangan barangkali adalah dalam penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung, akan tetapi penghancuran ini dipergunakan juga untuk beberapa tujuan, seperti penggilingan jagung menghasilkan tepung jagung, penggilingan gula, penggilingan bahan pangan kering seperti sayuran (Earle, 1983). Dalam pengecilan ukuran ada usaha penggunaan alat mekanis tanpa merubah stuktur kimia dari bahan, dan keseragaman ukuran dan bentuk dari satuan bijian yang diinginkan pada akhir proses, tetapi jarang tercapai (Henderson dan Perry, 1976). Menurut Hall dan Davis (1978), penggilingan hasil pertanian bertujuan untuk menghaluskan sampai derajat kehalusan tertentu, hal ini berguna untuk meningkatkan kelezatan hasil pertanian tersebut, meningkatkan daya cerna hasil pertanian bagi manusia dan hewan ternak, mempermudah pencampuran bahan lain, mempermudah penanganan dan penyimpanan. Menghilangkan benda-benda asing dan benih rerumputan yang ikut terpanen, dan memperkecil resiko bahan-bahan yang terbuang. Penampilan kerja suatu mesin untuk mengecilkan ukuran suatu bahan ditentukan oleh kapasitas, tenaga yang diperlukan per satuan bahan, ukuran dan bentuk bahan sebelum dan sesudah pengecilan dan kisaran ukuran dan bentuk hasil akhir. Ukuran dan bentuk butir dalam massa bahan tergantung pada sifat fisik bahan, riwayat bahan dan metode pengecilan. erdapat tiga tipe gaya yang biasa diterapkan untuk mengecilkan ukuran bahan hasil pertanian, yaitu :a.Gaya tekan b.Gaya tumbuk c.Gaya geser Ketika semua gaya bekerja pada sebuah bahan, maka akan menghasilkanregangan internal

yang menyebabkan perubahan bentuk jaringan di dalam bahan.Pada beberapa kejadian, regangan tidak melebihi dari suatu batasan kritis tertentuyang dinamai batas tegangan elastis (E). Apabila tegangan pada bahan tersebutdilepas, jaringan tersebut akan kembali pada bentuk semula dan melepaskanenergi yang terkandung dalam bentuk energi panas. Apabila ditelaah lebih jauhlagi, hanya 1 % energi digunakan untuk pengecilan ukuran. Bagaimanapun, ketika bahan hasil pertanian diregangkan diatas batas tegangan elastis, maka bahan hasil pertanian tersebut akan mengalami perubahan bentuk secara permanen.Apabila tegangan diteruskan, regangan akan mencapai suatu batas regang(Y), jika tegangan dilanjutkan diatas batas regangan maka bahan tersebut akanmelentur (dikenal sebagai daerah duktilitas atau Y-B pada Gambar 1). Jikategangan diberi lebih lanjut di atas titiknya maka bahan hasil pertanian akan patah sepanjang garis kelemahannya (a line of weakness). Sebagian dari energi yangterkandung di dalam bahan kemudian dilepaskan sebagai bunyi dan energi panas

Gambar 1. Kurva hubungan tegangan dan regangan

Energi yang diserap oleh suatu bahan hasil pertanian sebelum patahditentukan hasil pertanian oleh yang kekerasan keras bahan dan kecenderungan energi lebih untuk besar retak untuk (kerapuhan)yang tergantung pada struktur bahan hasil pertanian tersebut. Bahan akan menyerap menghasilkanretakan. Gaya tekan digunakan untuk mematahkan bahan hasil pertanian yang bersifat rapuh dan bahan hasil pertanian yang bersifat kristal.

Gabungan gayatumbuk dan gaya geser diterapkan pada bahan pangan berserat, dan gaya geser digunakan utnuk pengilingan/penepungan. Diasumsikan bahan hasil pertanianmengalami retakan pada tingkat tegangan yang lebih rendah jika gaya yangdigunakan pada jangka waktu yang lebih lama. Tingkat pengecilan ukuran, energiyang diperlukan dan jumlah energi panas yang dihasilkan dalam bahan hasil pertanian tergantung pada gaya dan waktu yang digunakan. Faktor lain yangmempengaruhi energi input adalah kadar air dan sensitivitas bahan terhadapenergi panas. Menurut Kent (1983) kandungan air dalam bahan kering dapatmempengaruhi bahan tersebut untuk menggumpal, dan hal ini dapat mengganggu proses penepungan. 2.2. Modulus Kehalusan (fineness Modulus) Sistem klasifikasi ini ditetapkan oleh D. A. Abrams untuk beton tetapidapat pula digunakan untuk penentuan performansi alat penggiling biji-bijian(Henderson, 1961).Modulus kehalusan diartikan sebagai jumlah berat bahan yangtertahan disetiap ayakan dibagi dengan 100. Ayakan-ayakan yang digunakandalam satu set ini adalah berukuran 3/8 inci, 4 mesh, 8 mesh, 14 mesh, 28 mesh, 48 mesh, dan 100 mesh. Setelah diketahui nilai modulus kehalusannya makadiameter bahan dapat dicari dengan menggunakan rumus : D = 0,0041 (2) FM Alat yang digunakan untuk mengelompokkan dalam kelas ke-1 dan ke-2 adalan saringan Tyler. Ukuran ayakan adalah Mesh. Satuan Mesh adalah banyaknya lubang setiap 1 inchi2. Patokan ukuran lubang adalah saringan 200 mesh dan setiap lubang merupakan 2 atau 1.414 kali besar lubang dari saringan terdahulu. Mesin untuk menggoyangkan ayakan disebut Ro-tap. Mesin ini mempunyai gerakan goyang tertentu dan dapat disesuaikan dngan waktu penggunaan. Derajat kehalusan (Fineness Modulus) dan indeks keseragaman menunjukkan keseragaman hasil giling atau penyebaran fraksi halus dan kasar dalam hasil giling. Derajat kehalusan adalah jmlah berat fraksi yang tertahan pada setiap saringan dibagi 100. (Dhimas Kholis 2011) Berbagai jenis alat pengayak yang dapat digunakan dalam proses sortasi bahan pangan, diklasifikasikan dalam dua bagian besar :

1.

Ayakan dengan celah yang berubah-ubah (Screen Apeture) seperti : roller

screen(Pemutar),belt screen (kabel kawat atau ban),belt and roller (ban dan pemutar), screw (baling-baling). 2. Ayakan dengan celah tetap, seperti : Stationary (bersifat seimbang/tidak berubah),vibratory (bergetar),rotary atau gyratory (berputar) dan reciprocutting (timbale balik). Untuk memisahkan bahan-bahan yang telah dihancurkan berdasarkan keseragaman ukuran partikel-partikel bahan dilakukan dengan pengayakan dengan menggunakan standar ayakan. Standar kawat ayakan dibagi : 1. 2. 3. Tyler Standar, ukuran 200 mesh, diameter 0,0029 inci, dan SA 0,0021 inci British Standar, ukuran 200 mesh, SA 0,003 inci, dan SI 42. US Standar, ukuran 18 mesh, SA 1 mm, dan SI 4 Pengayak ( screen) dengan berbagai desain telah digunakan secara luas pada proses pemisahan bahan pangan berdasarkan ukuran yang terdapat padamesinmesin sortasi, tetapi pengayak juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisahan kontaminan yang berbeda ukurannya dari bahan baku. Rancangan-rancangan pengayak ditemui dalam proses sortasi bahan pangan. Pengoperasian kerjaakan mesin sortasi dan pengkelasan fungsional mutu saat bahan pangan, jugamerupakan pekerjaan yang bersifat monoton. Sifat acuh tak acuh dari tenaga mengurangi kesalahan fungsi mengoperasikan peralatansortasi. Klasifikasi tersebut sangat bermanfaat tetapi tidak bersifat kaku. Proses pembersihan dan sortasi untuk menghasilkan suatu pengkelasan mutudan beberapa kasus selalu melibatkan proses sortasi. Bagaimanapun, tingkatan operasitersebut sangat berarti, terutama dalam penerapannya sebagai tujuan utama darisuatu kegiatan (Brennan, 1968). 2.3. Jenis-jenis Pengayakan 2.3.1. Screener Screener berfungsi untuk menyingkirkan partikel-partikel pellet atau butirandari ukuran yang terlalu kecil atau terlalu besar dari standar. Bahanpellet setelah prosescooling (pendinginan), lalucrumbling (pemecahan menjadi butiran)

dantransfer akan menghasilkan ukuran yang tidak sesuai standar (bentuk tepung dankasar). Screener berfungsi sebagai pengayak yang di dalamnya mempunyai 2 lapis screen(saringan) yang disusun berlapis dimana screen bawah berukuran kecil danscreen atas berukuran besar. Ukuran partikel yang dikehendaki adalah yang tidak lolos dari screen bawah dan lolos dari screen atas karena bahan pellet masuk pertama kali ke dalam screener melalui screen atas. Ukuran bahan yang terlalu besar yaitu yang tidak bisa lolos ke screen bawah akan dikirim kembali kecrumbler untuk pemecahan ulang. Ukuran bahan yang terlalu halus langsung lolosmelewati screen bawah dan dari plat dasar screener dikembalikan keconditioner untuk proses pelleting ulang. Screener mempunyai posisi miring untuk mempercepat pergerakan bahan.Tipe gerakan screener terdapat dua jenis yaitu roto shaker dimana alat bergoyangdari satu titik, jenis lainnya vibrator dimana alat bergetar di 4 sisi. Ukuran screen ditentukan sebagai satuan mesh, misalnya mesh 5 berarti dalam satu luasan inchi terdapat 5 lubang ke samping dan 5 lubang ke bawah (total 25 lubang per inch) (Wirakartakusumah, 1992). Screener terbaik diletakkan di lantai teratas dari konstruksi feedmill dan hasil pilahannya langsung menuju kebin produk. Screener model lama biasa ditempatkan di basement dan hasil pilahannya masih harus ditransfer ke lantai atas sebelum masuk ke bin produk. Cara terakhir ini lebih membuka peluang untuk bahan kembali pecah dan meningkatkan kadar tepung. Penyaring dengan lubang tetap merupakan tipe penyaring dengan lapisanyang bersifat permanen dengan badan pengayak yang terdiri dari lubang-lubangdengan bentuk dan ukurannya yang tetap. Berbagai jenis bahan dapat digunakanuntuk pengayak jenis ini, tergantung pada aplikasinya. Misalnya, lembaran logam berlubang, susunan kawat-kawat membentuk lubang-lubang dengan berbagaiukuran, kain, dan tenunan sutera. Perlakuan pembersihan pada beberapa bahan pangan yang diikuti dengan proses sortasi yang berdasarkan ukuran dan berat, masih tetap ditentukan bahan- bahan yang tidak diinginkan yang terkandung pada bahan tersebut.

Alat berbentuk piringan merupakan salah satu contoh dari alat sortasi berdasarkan bentuk. Prinsip kerjanya yaitu pengumpulan bahan dengan bentuk yang diinginkan didalam lekukan yang terletak diatas sisi-sisi pemutar dan piringanpiringan vertikal tumpukan beberapa piringan disusun diatas sebuah penggerak. Sortasi berdasarkan bentuk dipengaruhi oleh pengambilan keberuntungan putaran partikel yang bergerak menuruni permukaan yang ditinggikan (Wirakartakusumah, 1992). 2.3.2. Pengayak Berbadan Datar ( Flat Bad Screen) Pengayak jenis ini bentuknya sangat sederhana, banyak ditemukan diareal-areal pertanian, saat proses sortasi awal dari kentang, wortel dan lobak. Alat pengayak datar ganda digunakan secara luas dalam proses sortasi berdasarkanukuran dari bahan baku (seperti biji-bijian dan kacang-kacangan) juga digunakandalam proses pengolahan dan produk akhir seperti tepung jagung. Alat pengayak datar secara umum terdiri dari satu atau lebih lembaran pengayak yangdipasangbersama-sama dalam sebuah kotak yang tertutup rapat, pergeralannyadapat menggunakan berbagai alat. Tetapi biasanya alat tersebut bola-bola runcingdari kart yang keras, yang diletakkan antara lembaran-lembaran pengayak.Maksudnya adalah untuk meminimumkan kerusakan akibat pergesekan antaralubang-lubang pengayak dengan partikel bahan yang halus.
2.3.3. Pengayak Drum

Pengayak drum dan alat yang digunakan pada proses sortasi berdasarkanukuran bentuk untuk kacang polong, jagung, kacang kedelai dan kacang lainnyayang sejenis. Bahan pangan tersebut akan menahan gerakan jatuh berguling yangdihasilkan oleh rotasi drum. Alat sortis drum biasanya diperlukan untuk memisahkan bahan pangan ke dalam dua atau lebih aliran, karena itu dibutuhkandua atau lebih tingkatan pengayak. 2.4. Pengecilan Ukuran Bahan Hasil Pertanian Kering

2.4.1. Hammer mill Hammer mill merupakan aplikasi dari gaya pukul (impact force). Prinsip kerja hammer mill adalah rotor dengan kecepatan tinggi akan memutar palu-palu

pemukul di sepanjang lintasannya. Bahan masuk akan terpukul oleh palu yang berputar dan bertumbukan dengan dinding, palu atau sesama bahan. Akibatnya akan terjadi pemecahan bahan. Proses ini berlangsung terus hingga didapatkan bahan yang dapat lolos dari saringan di bagian bawah alat. Jadi selain gaya pukul dapat juga terjadi sedikit gaya sobek.

Gambar 1. Mesin Penggiling Palu (hammer mill) Penggiling palu merupakan penggiling yang serbaguna, dapat digunakan untuk bahan kristal padat, bahan berserat dan bahan yang agak lengket. Pada skala industri penggiling ini digunakan untuk lada dan bumbu lain, susu kering, gula dan lain-lain (Wiratakusumah, 1992). Menurut Mc Colly (1955), penggunaan hammer mill mempunyai beberapa keuntungan antara lain adalah : 1. konstruksinya sederhana 2. dapat digunakan untuk menghasilkan hasil gilingan yang bermacam-macam ukuran 3. tidak mudah rusak dengan adanya benda asing dalam bahan dan beroperasi tanpa bahan 4. biaya operasi dan pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan burr mill Sedangkan beberapa kerugian menggunakan hammer mill antara lain adalah : 1. biasanya tidak dapat menghasilkan gilingan yang seragam 2. biaya pemasangan mula-mula lebih tinggi dari pada menggunakan burr mill 3. untuk gilingan permulaan atau gilingan kasar dibutuhkan tenaga yang relatif besar sampai batas-batas tertentu. Menurut Smith (1955), hammer mill terdiri dari atas martil/palu yang berputar pada porosnya dan sebuah saringan yang terbuat dari plat baja. Hasil pertanian yang akan digiling dimasukkan melalui sebuah corong pemasukan

dan dipukul oleh suatu seri plat baja. Susunan martil/palu pada hammer mill adalah sebagai berikut :

Bagian utama dari hammer mill adalah corong pemasukan, pemukul, corong pengeluaran, motor penggerak, alat transmisi daya, rangka penunjang dan ayakan. Corong pemasukan Corong pemasukan terbuat dari plat esher 1.5 mm, bagian atas dari corong pemasukan berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 350 mm x 350 mm dan bagian bawahnya menyempit sampai 90 mm x 50 mm dengan kemiringan dinding corong 40o. Pemukul Pemukul terbuat dari stainless steel. Pada bagian ini terdapat lima pasang pemukul yang juga terbuat dari bahan stainless steel. Ukuran pemukul adalah antara 100 mm x 25 mm x 5 mm dan pada kedua sisi pemukul dibuat tajam, hal ini bertujuan agar sisi pemukul yang satu dapat menggantikan sisi pemukul yang sudah tumpul dengan cara membalik posisi. Pemukul dipasang dengan posisi horizontal dengan jumlah lima pasang yang disatukan oleh empat buah poros yang terbuat dari stainless steel dengan berdiameter 10 mm dipasang vertikal. Gambar detail pemukul adalah sebagai berikut : Saringan Saringan yang digunakan pada hammer mill terbuat dari plat baja. Pada hammer mill saringan memegang peranan penting dalam menentukan besar ukuran butir biji-bijian, saringan dapat diganti-ganti tergantung dati besar ukuran butir hasil gilingan yang dikehendaki. Corong pengeluaran

Corong pengeluaran terbuat dari plat esher 1.5 mm yang berbentuk kerucut terpancung pada posisi terbalik. Diameter corong adalah 550 mm dan diameter bawahnya adalah 120 mm. Ayakan Alat ini berukuran 600 mm x 600 mm yang mana konstruksinya terbuat dari kayu dengan bentuk seperti trapezium dan kostruksi penyangga terbuat dari plat siku 25 mm x 25 mm x 2.5 mm dengan ukurannya sama dengan ukuran ayakan. Posisi ayakan ini adalah miring dengan kemiringan 10oC, ini bertujuan untuk memudahkan gerak dari transmisi yang menggerakkan ayakan dan mempercepat proses pengayakan. Motor penggerak Motor penggerak yang digunakan adalah motor listrik dengan daya dan kecepatan putaran berturut-turut 1 hp dan 148 rpm. Motor tersebut dipasang pada dudukan yang terbuat dari baja plat 8 mm yang berukuran 250 mm x 147 mm yang dipasang dengan sebuah engsel. Fungsi engsel adalah jarak antara poros terhadap motor dengan poros utama dapat diatur untuk memperoleh tegangan sabuk yang diinginkan. Menurut Smith (1955), tipe hammer mill dibedakan berdasarkan sifat dari gigi penggiling yaitu gigi penggiling dapat berayun bebas pada porosnya dan gigi penggiling tidak dapat berayun bebas pada porosnya (statis). Kedua tipe hammer mill tersebut dalam operasinya tidak mempunyai banyak perbedaan, yang penting diperhatikan adalah jumlah ketebalan dari gigi-gigi penggiling. Penentuan mutu hasil giling ditentukan oleh modulus kehalusan yang menyatakan rata-rata ukuran partikel hasil gilingan dan indeks keseragaman yang menyatakan fraksi-fraksi kasar, sedang dan halus dari partikel hasil gilingan (Smith, 1955).

Angka modulus kehalusan merupakan angka hasil bagi garis tengah bahan pada keadaan mula-mula dengan garis tengah bahan pada keadaan akhir, yang berkisar antara 1 sampai 16. 2.4.2. Disk mill Disc mill merupakan jenis alat pengecil bahan yang dapat menghasilkan produk dalam ukuran sedang maupun halus, seperti kedelai, jagung kentang dan lainnya. Alat ini digunakan untuk mengupas kulit ari, pembelah dan penghancur biji kedelai dalm keadaan kering maupun basah. Disk mill merupakan alat yang memiliki konstruksi dan prinsip kerja yang sama seperti dengan stone mill. Keduanya sama-sama memiliki dua piringan yang dipasangkan pada sebuah shaft. Terdapat dua macam disk mill yaitu (1) disk mill yang bergerak pada satu roda dan roda lainnya stasioner dan (2) disk mill dimana kedua rodanya bergerak. Pada keadaan pertama, satu piringan terpasang permanen (stasioner) pada badan mesin. Sedangkan pada keadaan kedua, piringan berputar bersamaan dalam arah putaran yang berlawanan satu dengan lainnya. Bahan yang akan diproses dimasukkan melalui bagian atas alat (corong pemasukan) yang mempunyai penampung bahan. Selama proses, bahan akan mengalami gesekan diantara kedua piringan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil dan halus (AEL, 1976). Bagian-bagian dari disc mill adalah sebagai berikut : a. Corong pemasukan Corong ini berfungsi untuk memasukkan biji yang akan dikupas kulit arinya dan dihancurkan. Bagian ini dilengkapi dengan katup pemasukkan untuk mengatur jumlah biji yang akan dikupas oleh cakram sehingga pengupasan akan berjalan lancar.

b. Penyemprot air Penyemprot air berfungsi untuk membantu kelancaran turun dan keluarnya biji ke ruang pengupasan. Air akan mendorong biji agar jatuh ke ruang pengupasan. Pada praktikum ini tidak dilakukan penyemprotan air. c. Ruang pengupasan dan penghancuran Ruang pengupasan berfungsi sebagai tempat mengupas dan menghancurkan sekaligus sebagai rangka dudukan bagi landasan gesek. Ruangan ini diberi penutup dan dibuat agak rapat agar kedelai tidak lolos keluar sebelum mengalami pengupasan dan penghancuran. d. Dinding penutup dan cakram Dinding penutup dan cakram berfungsi sebagai pengupas dan penghancur biji karena adanaya gerak putar dari cakram terhadap diniding penutup yang diam. Biji yang terkupas dan hancur itu merupakan akibat dari efek atrisi dan kompresi dari cakram. e. Poros penggerak Poros penggerak berfungsi untuk memutar silinder pengupas yang digerakkan oleh motor listrik dengan menggunakan puli dan belt sebagai penyalur daya. Pada poros penggerak terdapat pengunci untuk mengatur jarak antar cakram. Semakin kecil jarak antar cakram maka ukuran hasil pengolahan akan semakin halus. f. Corong pengeluaran Corong pengeluaran berfungsi untuk mengeluarkan biji yang telah dikupas dan dihancurkan yang terletak di bagian bawah silinder pengupas. Biji yang akan pecah dan keluar dari corong ini masih bercampur dengan kulit arinya. 2.4.3. Multi mill Multi mill bekerja dengan impact. Sama seperti hammer mill impact dilakukan cara menghantam bahan dengan padatan, yang biasanya berupa besi, sehingga momentum yang terdapat pada pergerakan besi tersebut dapat memecah ikatan antara padatan bahan. Perbedaan hammer mill dengan multi mill terletak pada besi yang digunakan untuk menghantam bahan. Pada multi mill besi yang digunakan mempunyai dua sisi, salah satu sisi berujung runcing dan satu sisi berujung tumpul. Putaran alat pun dapat dirubah-rubah sesuai dengan ujung besi yang mana yang

akan digunakan. Dengan alat seperti ini maka dapat digunakan untuk berbagai jenis bahan sehingga disebut multi mill. 2.5. Mekanisme Pengayakan Untuk menganalisis hasil penghancuran bahan-bahan dilakukan denganayakan standar yang disusun secara seri dalam satu tumbukan, pada bagian bawahdari tumbukan susunan ayakan ditempatkan pan sebagai penampung produk akhir.Penyusunan ayakan dimulai dari ayakan yang mempunyai ukuran mesh kawatlebih besar sampai ke ukuran mesh yang lebih kecil.Penyaringan dengan lubang tetap tipe ini merupakan lapisan yang bersifat permanen dengan badan pengayakan yang terdiri dari lubang-lubang dengan bentuk dan ukuran yang tetap. Berbagai jenis bahan yang digunkan untuk pengayak seperti ini tergantung pada aplikasinya misalnya lembaran logam berlobang, susunan kawat-kawat membentuk lubang-lubang dengan berbagaiukuran kain, dan tenunan sutra. Pergerakan bahan pangan diatas pengayak dapatdihasilkan oleh pergerakan berputar atau gerakan dari rangka yang menyangga badan pengayak. Penyaring jenis ini dalam penggunaanya secara umum yaituuntuk sortasi bahan untuk dua grup tipe : badan datar ( flat ) dan tipe drum. Penyusunan ayakan dimulai dari ayakan yang mempunyai ukuran meshkawat lebih besar sampai keukuran mesh yang lebih kecil, ukuran mesh yangdigunakan dalam percobaan ini disusun dari mulai ukuran 100 mesh, 80 mesh, 60mesh dan terakhir pan. Pengayak yang digunakan jenis ini bentuknya sederhana, banyak ditemukan di areal pertanian. Pengayak tipe ini merupakan pengayak berbadan datar dan digunakan secara luas dalam proses sortasi, berdasarkan ukuran dari bahan baku seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Juga digunakandalam proses sortasi selama proses pengolahan dan produk akhir dari sepertitepung, gula, garam, bumbu-bumbu masak dan rempah-rempah. Pengayak inimempunyai rancangan celah atau lubang yang tetap yang disebut fixed aperture. Yang mempunyai sifat seimbang atau tidak berubah dan bergetar (Wirakartakusumah, 1992).Proses pengayakan ini digunakan untuk memisahkan bahan pangan, yangmekanisasinya dapat memberikan nilai tambah yang tidak dapat disangkal lagidalam proses pengolahan pangan. Pengukuran

ukuran ( size reduction) adalah unitoperasi dimana ukuran rata-rata bahan pangan padat dikecilkan dengan alat penggiling ( grinding ). Keuntungan pengecilan ukuran bahan pangan adalah adanya kenaikan ratioluas permukaan dengan volume bahan pangan sehingga mempercepat laju pengeringan, pemanasan, dan pendinginan serta meningkatnya laju ekstraksi,adanya ukuran yang seragam, meningkatkan efisiensi pencampuran misalnyatepung sup dan kue, dan baik pada pengecilan maupun emulsi tidak menimbulkanefek pengawetan.Pemecahan bahan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil merupakan satuoperasi yang penting didalam industri pangan. Dasar-dasar teori operasi ini relatif belum banyak dikembangkan, kebanyakan operasi didasarkan kepada pengalamanempiris dan sangat sering menyangkut mekanisasi operasi yang mulamuladilakukan dengan tangan.

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat: 3.1.2 Stopwatch Wadah Plastik Timbangan Burr Mills Ayakan Tyler

Bahan : Tepung Aci Tepung Beras Tepung Terigu

3.2 Prosedur Percobaan 1) Menimbang bahan yang akan digiling dalam mesin pengecilan ukuran (a kg) 2) Mennyalakan mesin dan masukkan bahan 3) Mencatat waktu yang diperlukan selama proses pengecilan ukuran (x menit) 4) Menimbang produk yang dihasilkan ( b kg) 5) Mengamati performansi mesin
6) Menghitung rendemen penggilingan =

b kg 100% a kg

7) Meletakkan produk yang dihasilkan pada ayakan teratas, tutup ayakan dan letakkan pan pada bagian bawah, goyangkan ayakan selama 15 menit, lakukan 2 kali ulangan 8) Menimbang bahan dalam setiap ayakan 9) Menentukan fineness modulus dengan cara:

Tabel 3.2 perhitungan Fineness Modulus (FM) Mesh No. 3/8 4 8 14 28 48 100 Pan Total Ukuran Lubang (mm) 0.371 0.185 0.093 0.0464 0.0232 0.0116 0.0058 % Bahan Tertinggal X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 100 % Tertingal Kumulatif X1 X1+X2 X1+X2+X3 X1+X2+X3+X4 X1+X2+X3+X4+X5 X1+X2+X3+X4+X5+X6 X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7 JUMLAH

Persamaan untuk menghitung Fineness Modulus (FM): ..(1) FM = 1) Jumlah tot al % bahan tert inggal 100 ..(2) D = 0.0041 (2) FM Keterangan: Wi = berat bahan tertinggal pada masing-masing ayakan di = diameter lubang ayakan ke-i 2) Membuat plot grafik hubungan a. b. % bahan tertinggal kumulatif vs. log ukuran ayakan % bahan lewat vs. ukuran ayakan

Menghitung diameter rata-rata (D)

Gradient % bahan lewat vs. ukuran ayakan

BAB IV HASIL PERCOBAAN 4.1 Pengayakan Secara Manual Tabel 4.1.1 grafik pengayakan tepung aci Mesh 20 40 50 70 100 140 Total Diameter Lubang (mm) 0,841 0,400 0,297 0,210 0,149 0,105 Bahan Tertinggal Gram % 0 0 5,91 0,96 0,049 45,34 0,10 5,91 0,96 0,04 9 45,3 4 0,10 % Tertinggal Kumulatif 0 5,91 6,87 6,919 52,259 52,359 124,317 Faktor Penga Hasil li 6 0 5 4 3 2 1 29,55 27,48 20,75 7 104,5 18 52,35 9 Bahan Lewat Gram 99,84 94,09 92,53 91,42 40,61 38,31 % 99,8 4 94,0 9 92,5 3 91,4 2 40,6 1 38,3 1 Log Diame ter -0,074 -0,398 -0,527 -0,678 -0,827 -0,979

4.1.1 Pengayakan Tepung Aci

4.1.2 Pengayakan Tepung Beras Tabel 4.1.2 grafik pengayakan tepung beras Mesh 20 40 50 70 100 140 Total Diameter Lubang (mm) 0,841 0,400 0,297 0,210 0,149 0,105 Bahan Tertinggal Gram % 0,02 0,02 2,5 1,11 10,43 66,33 4,49 2,5 1,11 10,4 3 66,3 3 4,49 % Tertinggal Kumulatif 0,02 2,52 3,63 14,06 80,39 84,88 185,5 Faktor Penga Hasil li 6 0,12 5 4 3 2 1 12,6 14,52 42,18 160,7 8 84,88 Bahan Lewat Gram 98,88 97,50 95,28 82,10 12,01 6,22 % 98,8 8 97,5 0 95,2 8 82,1 0 12,0 1 6,22 Log Diame ter -0,074 -0,398 -0,527 -0,678 -0,827 -0,979

4.1.3 Pengayakan Tepung Terigu Tabel 4.1.3 grafik pengayakan tepung terigu Mesh 20 40 50 70 100 140 Total Diameter Lubang (mm) 0,841 0,400 0,297 0,210 0,149 0,105 Bahan Tertinggal Gram % 0,04 0,0 4 1,5 1,5 0,07 0,69 2,11 3,6 0,0 7 0,6 9 2,1 1 3,6 % Tertinggal Kumulatif 0,04 1,54 1,61 2,3 4,41 8,01 17,91 Faktor Penga Hasil li 6 0,24 5 4 3 2 1 7,7 6,44 6,9 8,82 8,01 Bahan Lewat Gram 99,97 98,50 97,54 96,78 93,06 88,49 % 99,9 7 98,5 0 97,5 4 96,7 8 93,0 6 88,4 9 Log Diame ter -0,074 -0,398 -0,527 -0,678 -0,827 -0,979

Diketahui : M (awal) bahan Fineness Modulus (FM) Diameter rata-rata (D) Hasil Penghitungan :
a. FM Tepung Aci

= 100 gram = = 0,0041 (2)FM = % tertinggal kumulatif x faktor pengali

= = = 1,243

Diameter rata-rata

= 0,0041 (2)FM = 0,0041 (2)1,243 = 0,0097 mm

b. FM Tepung Beras

= = = 1,855

Diameter rata-rata

= 0,0041 (2)FM = 0,0041 (2)1,855 = 0,015 mm

c. FM Tepung Terigu

= = = 0,179

Diameter rata-rata

= 0,0041 (2)FM = 0,0041 (2)0,179 = 0,00464 mm

4.2

Pengayakan Dengan Mesin Tabel 4.2.1 graffik pengayakan tepung aci dengan mesin Mesh 20 50 140 Total Diameter Lubang (mm) 0,841 0,297 0,105 Bahan Tertinggal Gram % 0,04 0,04 0,01 0,01 4,41 4,41 % Tertinggal Kumulatif 0,04 0,05 4,48 4,55 Bahan Lewat Gram 93,63 93,63 93,63 % 93,63 93,63 93,63

4.2.1 Pengayakan Tepung Aci

FM Tepung Terigu

= = = 0,0455

Diameter rata-rata

= 0,0041 (2)FM = 0,0041 (2)0,0455 = 0,0042 mm

4.3

Grafik Hubungan

4.3.1 Tepung Aci

Grafik % bahan tertinggal kumulatif vs. log ukuran ayakan

Grafik % bahan lewat vs. diameter ayakan

4.3.2

Tepung Beras

Grafik % bahan tertinggal kumulatif vs. log ukuran ayakan

Grafik % bahan lewat vs. diameter ayakan

4.3.3

Tepung Terigu

Grafik % bahan tertinggal kumulatif vs. log ukuran ayakan

Grafik % bahan lewat vs. diameter ayakan

4.3.4

Tepung Aci dengan Mesin

Grafik % bahan tertinggal kumulatif vs. log ukuran ayakan

Grafik % bahan lewat vs. diameter ayakan

DAFTAR PUSTAKA Enginer. Dhimas.2011. Pengecilan Ukuran. Diunduh http://dimaskholis.blogspot.com/2011/05/pengecilan-ukuran.html. pada Tanggal 17 April 2012. Pada Pukul 22:09 Rustiani. Mega. 2009. Pengayakan Tepung Jagung dan Tepung Beras. http://www.scribd.com/doc/81116524/pengayakan. Diunduh pada tanggal 17 April 2012. Pada Pukul 22 :13 Anonim. 2012. http://www.scribd.com/doc/76404088/Pengayakan-Bahan-HasilPertanian . Diunduh pada tanggal 17 April 2012. Pada Pukul 22 :13 Septy Ferlany Lauravista. 2011. Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian. Bandung. Dalam http://www.scribd.com/doc/70454943/LAPORAN-PRAKTIKUM5Pengecilan-Ukuran diakses pada tanggal 17 April 22:16 Qohar.Abdul Faris. Dkk . 2010. Peralatan Pengecilan Ukuran. http://fariddoelqohar.blogspot.com/2011/04/alat-pengecil-ukuran-sizereduction.html. pada tanggal 17 April 22:18

You might also like