You are on page 1of 7

Kejujuran Yang Tersamarkan

Oleh : FAISAL HANGGA DYANTO (105514216) S1 ELKOM 1 2010

Hujan yang teramat deras kembali mengguyur lingkungan, memang tepatnya ini musim penghujan. Namun, kayaknya hujan kali ini berbeda dengan biasanya. Hujan tak kunjung reda, malah justru semakin lebat saja. Angin besarpun menyertai turunnya rahmat ini. Namun seakan - akan ingin menyapu wilayah yang dilalui. Entah hujan kali ini bermaksud mendinginkan suasana hati, ataukah justru ingin memporak - porandakan dan menunjukkan seberapa ganasnya kondisi masa depanku. Laaapp laapp !! DHARRRR !! DHARRRRRR... !!! Dentaman petir disertai sambaran kilat kian melengkapi suasana sore yang mencekam ini. Jantung ini tak henti hentinya berdetak kencang karena dahsyatnya frekuwensi petir tersebut. Yang seakan bersaut sautan, bernyanyi mengeluarkan alunan nada yang indah. Sambil duduk duduk sendirian di ruang tamu seraya melihat kondisi luar yang teramat ganas menurutku. Sesaat saya melihat jam dinding besar yang terpampang jelas di depanku. wahh, baru jam 3 (sore) !!, ucapku dengan sedikit kaget. Maklum cuaca sangat gelap, seakan sudah menginjak maghrib. Namun dari pandangan yang kutujukan pada jam dinding itu ada sesuatu hal yang menarik perhatianku. Apalagi kalau bukan jarum penunjuk detik yang terlihat dengan jelas berputar diantara jarum - jarum lainnya yang seakan terlihat statis. Waktu ternyata terus berputar ya??, gumamku tanpa sadar.

Kejujuran Yang Tersamarkan

Seketika aku teringat, waktuku tak banyak lagi untuk menghadapi badai tahunan. Sebagai siswa menengah atas, ya apalagi kalau bukan Ujian Nasional (UN). Yang seakan menjadi momok bagi pelajar pada umumnya, termasuk aku. Mau tidak mau momen tersebut pasti akan datang menghampiri juga, siap nggak siap memang harus di lewati. Aku hanya berfikir hal terburuk yang akan terjadi dari UN tersebut. Baik dari efek pribadi maupun orang tua atau keluarga besarku. Dan juga yang nggak kalah pentingnya adalah pasca lulus nantinya ( jikalau itu lulus), mau kemana langkah kaki ini. Saya sih bertekat untuk kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Keinginan ini memang sudah lama kuimpikan. Namun untuk saat ini keinginan tersebut saya nomor duakan. Ya, karena prioritas utama saat ini adalah ujian nasional. Diterima masuk di Perguruan Tinggi Negeri, namun Ujian Nasional tidak lulus ya apa gunanya. Bukankah syarat utama masuk PTN adalah lulus UN, yang tentunya diikuti juga dengan lulus ujian sekolah secara keseluruhaan. Sambil terus berfikir dan merenung sendirian kesana kemari. Suasana diluar rumahpun tak mengalami perubahan sedikitpun. Dan seketika terdengar suara orang yang memanggil namaku. Saaaallll Faisaaaall !!! Panggilannya terdengar samar samar, akibat dari suara hujan yang turun menimbulkan suara bising. Ya buuu!!, jawabku Ternyata itu adalah suara ibuku,. Tolong nyalakan lampunya..!! kata ibu, sembari menghampiriku dengan membawa segelas kopi panas untukku. Mbok ya belajarr - belajarr sana lee, ingat kurang berapa hari ujianmu itu ..!!! Enjih buu !! sahutku, sembari beranjak dari kursi untuk mengambil buku fisika.
Kejujuran Yang Tersamarkan

Maklum, memang saya akui bahwa pelajaran ini membuatku sedikit pusing. Pelajarannya sih sebenarnya mengasyikkan. Hanya saja gurunya nggak enak banget, kurang komunikatif, dan cenderung keras. Ini bukan berdasarkan ucapanku saja, hampir semua temanku mengeluhkan hal yang sama. Parahnya lagi mulai dari kelas satu sampai dengan kelas tiga sekarang ini, pak guru tersebut yang mengajar fisika dikelas. **** Saat menjelang ujian, bukanya malah tambah intensif belajar. Namun justru itu jauh dari harapan. Ya maklumlah, psikologi teman teman juga termasuk saya sudah sangat bermasalah. Tenaga kayaknya juga seakan akan sudah terkuras habis, habisnya bukan untuk berburu ilmu tambahan, mencari trik menjawab dan mengerjakan soal soal. Tetapi yang terfikir justru malah ujiannya tersebut, maksudnya tata cara ujiannya kelak. Baik cara bekerjasama nantinya, posisi tempat duduk, perlakuan yang akan diberikan kepada pengawas, dan lainnya. Sampai berfikir segitunya teman teman ini. Kegiatan belajar mengajar (KBM) masih ada dan berlaku. Namun dari penilaianku, hal tersebut sudah tidak efektif. Hal ini diperparah dengan adanya HUT sekolah yang momennya tidak tepat. Apalagi memakan waktu berminggu minggu. Seakan lepas tangan, para guru pun terlihat menyibukkan diri denan terlibat didalamnya. **** Waktunya pelajaran fisika. Mungkin yang ada didalam benak teman teman adalah doa, yaitu doa semoga bapak gurunya tidak datang. Saat seseorang muncul dari balik pintu secara tiba - tiba, kelaspun menjadi senyap. Seisi kelas semuanya diam dan tak berani bertingkah macam macam. Selama pelajaranpun tak ada yang berani berbicara bahkan bergerak sedikitpun, kecuali ditanya oleh si-guru tersebut atau kalau tidak ya izin ke kamar kecil. Ditengah pelajaran, saat penjelasan bab tentang radiasi benda hitam. Diapun sedikit menguak tentang UN,

Kejujuran Yang Tersamarkan

Ingaatt,..!!! dalam ujian nasional ini jangan harap akan ada bantuan jawaban dari pihak manapun,.!! Kalaupun ada jawaban, itu jawaban yang menyesatkan !! ucap guru tersebut. Belum usai gertakan maut darinya, ehh, masih ada susulan lagi pernyataan yang semakin membuat detak jantung kami tambah semakin kencang, Sekolah kita tahun ini mendapat black list, yang artinya dugaan kecurangan UN di sekolah ini akan terjadi. Ini akibat lulusan tahun sebelumnya yang hasil UN-nya hampir mirip semua nilainnya.. !!, dan efeknya pengawasan UN di sekolah ini akan berlangsung berlapis dan ketat ..!! kata pak Fisika (kami menyebutnya). Sontak teman teman langsung bergejolak, berekspresi semaunya. Memang guru ini boleh dibilang radikal, disaat guru lain tak henti hentinya memberi dukungan dan semangat yang berlipat, namun hanya guru ini yang aneh. Justru ia semakin membuat drop siswanya. **** Namun tak apalah, sesaat hati ini terasa damai ketika sekolah mengadakan acara realigi, lebih spesifiknya doa beersama. Acara ini mengikutsertakan semua elemen sekolah, termasuk perwakilan dari orang tua siswa. Sontak air mata mengalir, ketika dengan khidmat doa dibacakan, suasana menjadi sunyi senyap. Perasaan lega menghinggapi hati ini, karena semua rasa gundah tercurahkan jadi satu pada sang khalik. **** Tibalah juga hari itu, dan hari ini tepat hari pertama pelaksanaan Ujian Nasional. Tentunya saya sudah siap menghadapinya, baik secara ilmu maupun kelengkapan alat dan administrasi. Saya hanya berharap semoga ilmu yang kudapatan selama tiga tahun ini tak sia sia dan dapat membantu nasibku yang hanya ditentukan dalam lima hari ini. Sebelum masuk ruangan kami semua berbaris rapi. Menyambut kedatangan pengawas dengan baik, ramah dan sopan. Dengan harapan, para pengawas tersebut juga balik memperlakukan minimal sama kepada kami. Itu semua sudah terkonsep sebelumnya. Dan dari belakang terdengar seseorang berbisik ketelingaku. Sall.. jangan lupa bantu aku.. !! ucap temanku.

Kejujuran Yang Tersamarkan

Woookkeeyyy booss, . !! dengan sepontan aku menjawab demikian, sembari menoleh kebelakang melihat siapa orang tersebut. Ehh ternyata Camat, teman se-kode soal denganku. Camat merupakan server utama yang ada diruang kelasku, maksudnya adalah pengedar jawaban. Sebenarnya masih banyak server bayangan lain, yang tak kalah gesitnya. Sebelum beraksi nantinya, kami semua tak lupa melakukan breefing dahulu, layaknya seorang mavia yang akan menjalankan aksi jahatnya. Namun sebenarnya hal itu merupakan opsi terakhir, jika kami semua mengalami kebuntuan nantinya. Kami semua sudah siap semaksimal mungkin dalam menghadapi UN ini.Ya, intinya buat jaga jagalah. Jam dinding diatas papan tulis terus berputar, tak terasa telah menunjukkan pukul 09.15 WIB. Ini berarti sisa waktu yang disediakan sudah tidak banyak lagi. Sesekali aku melihat kondisi teman teman yang terlihat serius mengerjakan soal tersebut. Matt.. Matt Camattt ..!!! panggilku dengan lirih dan hati hati. Hanya kondisi anak ini yang terlihat kontras dengan kondisi teman - teman lainnya. Gila bener anak ini,. !!! ucapku dalam hati. Gimana nggak gila, yang lain pada serius ngerjain, pusing, bingung, panik, bercampur aduk jadi satu. Ehh malah dia enak enakan tidur, kayak nggak ada beban aja. Malah yang tambah gila lagi, dia lupa men-silent hape-nya. Yang tentu dia membawanya dengan ilegal, parah memang anak ini. Dia langsung terbangun, dan tentunya sangat kaget dengan mata yang merah dan sedikit bingung. Sebentar dia merenung sendiri. Seketika itu seorang pengawas berdiri sambil membawa berita acara dan berjalan menuju barisanku, yang juga searah dengan barisan si-Camat tersebut. Tentunya detak jantung ini, apalagi tersangka menjadi terasa kencang tak beraturan. Dan mungkin begitu juga dirasakan oleh teman teman lain yang juga terlihat bingung. Semua matapun seakan tertuju kepada Camat, dan apa yang terjadi ?.

Kejujuran Yang Tersamarkan

Untungnya pengawas tidak mengetahuinya. Pengawas tersebut justru berhenti tepat dimeja Anis, yang tempat duduknya memang tepat berada di depan si-Camat. Ternyata, siAnis masih kurang dalam membubuhkan tanda tangan pada absensi berita kehadiran. Seketika perasaan ini menjadi plooong, entah apa jadinya kalau pengawas tersebut mengetahuinya. Si-Camat yang semula wajahnya pucat, bercampur keringat dingin, kini berangsur angsur normal. Dengan sambil menghela nafas ringan diselipi senyuman kecil khasnya. Lihat jam berapa sekarang Matt !! ucapku dengan lirih. Sontak dia langsung kaget bukan main, dan terlihat salah tingkah sendiri. Tampak jelas pada lembar jawabanya, bahwa kurang dari sepuluh soal yang baru dijawabnya. Saalll!! terlihat dengan panik dia memanggilku. apaan..?? jawabku. Lihat jawabanmu itu !! sahutnya dengan cepat. Ntar dulu Maatt, aku juga maih kurang nih..!! ucapku tanpa menoleh kepadanya. Waktu tersedia tak banyak lagi, dan memang pekerjaanku masih belum selesai sepenuhnya. Dua orang pengawas memang di peruntukkan untuk menjaga pada masing masing ruang. Ditambah lagi, penjagaan dari pengawas diruangku terbilang sangat ketat. Seorang berdiri di depan barisan mejaku, dan seorangnya lagi duduk didekat pintu dengan mata tajamnya yang terus mengawasi. Kurang dari 15 menit lagi ujian kali ini berakhir, alhamdulillah aku hampir menyelesaikan semua jawaban yang disajikan. Namun demikian masih menyisakan jawaban kosong, yang jawabannya aku anggap masih meragukan. Saalll Faisall!! Bagi jawabanmu itu..!!! ucap si-Camat dengan berulang kali. Nii Broo !! balasku. Tanpa pikir panjang aku langsung memperlihatkan lembar jawabanku kepadanya. Tentunya dengan berhati hati, melihat situasi pengawas dan kondisi yang benar benar
Kejujuran Yang Tersamarkan

tepat. Memang aku akui ini merupakan perjanjian bersama diantara teman teman, untuk dapat saling membantu. Seakan mengindahkan prinsip kejujuran. Didalam benakku hanya ada bagaimana sebisanya aku dapat membantu orang lain, termasuk si-Camat ini. Bagaimana pula jika aku berada di posisi tersebut. Bagaimana bisa aku membiarkan teman seperjuangan dalam kondisi tertekan, ketika nasibnya diujung tanduk. Bukankah sebaik baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain ?? Bukan berarti kita tidak memperdulikan prinsip kejujuran !!.

Kejujuran Yang Tersamarkan

You might also like