You are on page 1of 29

askep persepsi sensori

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang

Setiap individu memahami berbagai pengalaman melalui panca indra atau dalam terminologi NLP dikenal sebagai VAKOG (Visual, Auditory, Kinesthetic, Olfactory dan Gustatory). Setelah berusia dua belas tahun, umumnya individu memiliki preferensi dari kelima jalur informasi tersebut, umumnya di antara tiga jalur berikut; Visual, Auditory atau Kinesthetic. Pemilihan jalur tersebut juga tergantung pada material yang dipelajari individu. Seorang musisi lebih cenderung menggunakan jalur pendengaran dibandingkan dua jalur yang lain. Pemahaman akan hal ini sangat penting dimiliki oleh para pendidik karena menentukan efektifitas proses pembelajaran. Otak manusia juga menggunakan metode kerja dari kelima jalur informasi tersebut dalam memproses dan mengambil kembali berbagai informasi yang telah dipelajari. Individu umumnya mampu memvisualisasikan, berbicara dengan dirinya sendiri, merasakan (secara fisik atau emosional), membedakan berbagai rasa, membedakan berbagai aroma dan masih banyak lagi. Setiap individu memiliki preferensi yang berbeda saat memproses informasi dan menindaklanjuti hasil pemikirannya dalam bentuk tindakan atau eksperesi. Perbedaan ini dapat dengan jelas anda perhatikan salah satunya melalui bahasa sensorik(sensory language) yang digunakan, seperti; "Masalah itu terasa seperti beban yang sangat berat di pundak saya." (Kinesthetic) "Dapatkah anda membayangkan apa yang sedang saya bicarakan?" (Visual) "Hal tersebut terdengar tidak asing bagi saya." (Auditory).

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian persepsi sensori

persepsi sensori adalah proses memilih, mengatur, dan menafsirkan rangsangan sensorik yang membutuhkan fungsi organ utuh dan rasa, jalur saraf, dan otak.

2.2

Persepsi sensori normal

Sensori persepsi tergantung pada reseptor sensorik, sistem mengaktifkan retikuler (RAS), dan berfungsi sebagai jalur saraf ke otak. ras pengaruh kesadaran rangsangan, yang diterima melalui panca indera: penglihatan, pendengaran, sentuhan, bau, dan rasa.indra viseral dirangsang internal sedangkan retikular mengaktifkan RAS(retikular activing system).Ras bertanggung jawab untuk menyatukan informasi dengan otak kecil dan bagian lain otak dan organ-organ indra.RAS kerjanya sangat selektif,misalnya:orang tua dapat terbangun karena mendengar suara tangisan bayinya tapi sebaliknya mereka masih dapat tertidur saat ada suara keras dari luar. 2.3 Cara kerja persepsi sensori

Fungsi sensori dimulai dari penerimaan stimulus oleh indra.indra kita mendapat rangsangan dari luar yang meliputi:pendengaran,pengelihatan,penciuman,perasa dan perabaan.sedangkan organ reseptornya adalah mata,telinga,hidung,lidah dan ujung saraf kulit.sedangkan rangsangan dari dalam yaitu rangsangan ujung saraf tepi dari kulit kita dan jaringan tubuh .rangsangan yang diterima seseorang dipengarui oleh kesadaran seseorang yang dapat mempengarui organ-organ lain.setelah rangsangan disalurkan kemudian ditangkap oleh RAS . karateristik persepsi sensori normal Pengelihatan dikaitkan dengan ketajaman visual pada atau 20/20 dekat, ladang penuh pengelihatan, dan warna (merah, hijau, biru). Pendengaran dikaitkan dengan ketajaman pendengaran suara di sebuah intensitas dari 0 hingga 25 dB, dengan frekuensi 125 sampai 8.000 siklus per detik. Rasa melibatkan kemampuan untuk asam, asin membedakan, manis, dan pahit Bau melibatkan bau primer, bunga, permen, ringan, tajam Indera somatik termasuk diskriminasi dari sentuhan, tekanan, getaran, posisi, menggelitik, suhu, dan nyeri. 2.4 Pola normal persepsi sensori Facstasis

Setiap orang memiliki zona nyaman sendiri nya. zona kenyamanan ini bervariasi dari orang

ke orang dan rentang di mana seseorang atau dia tampil di puncak stasis Sensor.puncak statis sensori adalah keadaan optimal gairah-tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. RAS dipandang oleh beberapa ahli teori sebagai monitor untuk sensor keseimbangan statis. Adaptasi

Reseptor sensoris beradaptasi terhadap rangsangan berulang -ulang . dan setelah membutuhkan dua periode waktu yang diperlukan penting untuk membantu seseorang mengatasi dengan stimulus baru. Lead time adalah setiap orang perlu waktu untuk mempersiapkan sebuah event secara

emosional dan fisik. After burn adalah waktu yang diperlukan untuk memikirkan, mengevaluasi, dan datang

untuk berdamai dengan aktivitas setelah itu terjadi. Jumlah waktu yang diperlukan memimpin dan setelah membakar berbeda untuk setiap orang waktu. Timbal dan setelah membakar membantu proses rangsangan orang sehingga ia dapat merespon dengan tepat tanpa menjadi kewalahan. 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sensori Environment Lingkungan Sensory stimuli dalam lingkungan mempengaruhi pancaindera.Sebagai contoh, seorang

guru tidak mungkin melihat kebisingan di lingkungan yang bising secara konsisten, seperti kantin sekolah.Tetapi guru yang sama dapat melihat televisi keras ditetapkan sangat berbeda dalam dirinya sendiri atau rumah, yang biasanya tenang. Pengalaman sebelumnya Hal ini mempengaruhi pancaindera dalam bahwa orang-orang menjadi lebih waspada

terhadap rangsangan yang membangkitkan respon kuat Sebagai contoh, seseorang mungkin dorongan untuk bekerja dengan rute yang sama setiap

hari, melihat kecil sepanjang jalan.Seseorang bisa mendengarkan radio inattentively sampai lagu favorit akan diputar, kemudian mendengarkan setiap kata. Sebuah pengalaman baru, seperti rawat inap, dapat menyebabkan klien untuk mengerti rentetan mengancam rangsangan baru. Gaya Hidup dan Kebiasaan Satu orang dapat menikmati gaya hidup yang dikelilingi oleh banyak orang, perubahan

yang terlalu sering, lampu terang, dan kebisingan. Another person may prefer less contact with crowds, less noise, and a slow-paced routine. Orang lain mungkin lebih suka kontak dengan orang banyak kurang, suara kurang, dan rutinitas yang serba lambat. Orang dengan gaya hidup yang berbeda merasakan rangsangan berbeda.

Rokok merokok menyebabkan penyempitan pembuluh darah, penurunan sensori persepsi

rasa penyalahgunaan alkohol kronis. Dapat mengakibatkan neuropati perifer, gangguan fungsional sistem saraf perifer yang menyebabkan penurunan sensorik. Penyakit yang mempengarui persepsi sensori penyakit tertentu mempengaruhi persepsi indera dan. Diabetes menyebabkan perubahan

hipertensi di pembuluh darah dan syaraf, menyebabkan defisit visual dan penurunan sensasi sentuhan di kaki.gangguan Cerebrovascular mengganggu aliran darah ke otak, mungkin memblokir persepsi sensorik,. Rasa kelelahan, dan stres yang disebabkan oleh penyakit juga mempengaruhi persepsi rangsangan. Pengobatan yang mempengarui persepsi sensori Beberapa antibiotik, termasuk streptomisin dan gentamisin, dapat merusak saraf

pendengaran, merusak pendengaran. sistem saraf pusat (SSP) depresi, seperti analgesik narkotika, penurunan kesadaran dan merusak persepsi rangsangan. 2.6 Variasi rangsangan Jika seseorang mengalami lebih dari stimulasi sensorik yang digunakan untuk dapat

memahami, marabahaya dan kelebihan indera dapat terjadi. Di sisi lain, jika seseorang mengalami kurang dari stimulasi biasa, orang yang di

bawahnya optimal negara atau tentang gairah dan mungkin beresiko kekurangan indra. Reaksi membebani indera indera atau kurang tantangan khusus yang perawat sering

hadapi dalam diri mereka sendiri dan klien. Sensory berlebih dan kekurangan dapat menyebabkan persepsi, kognitif, dan masalah decisional. Ketika RAS yang kewalahan dengan input, seseorang mungkin mengalami kelebihan indera dan merasa bingung, cemas, dan tidak dapat diambil tindakan yang konstruktif. Ketika RAS gagal untuk mengenali rangsangan karena berada di bawah ambang batas atau tidak memiliki makna yang relevan dengan orang, perampasan sensorik dapat terjadi, dan seseorang mengalami depresi, gelisah, dan halusinasi 2.7 macam macam persepsi sensori

Sensory overload Hal ini terjadi ketika seseorang tidak mampu mengelola proses atau intensitas atau

kuantitas rangsangan sensorik yang masuk. Orang yang merasa di luar kendali dan kewalahan oleh input yang berlebihan dari lingkungan aktivitas rutin. dalam pengaturan kesehatan dapat berkontribusi untuk overload sensorik pada klien. Kegiatan ini terbagi menjadi tiga kategori utama: faktor internal

informasi, dan lingkungan Faktor internal seperti berpikir tentang operasi atau arti dari diagnosis medis, dapat

memberikan kontribusi kecemasan dan kelebihan kognitif sehingga orang tersebut tidak dapat memproses rangsangan tambahan. Sakit, pengobatan, kurang tidur, khawatir, dan cedera otak juga dapat berkontribusi kerentanan seseorang untuk kelebihan indera. informasi Hal ini menanamkan informasi kepada klien dapat menyebabkan sensory overload. Beberapa contoh termasuk pengajaran klien tentang prosedur, memberitahukan klien tentang diagnosis, membuat permintaan klien, atau membantu klien memecahkan masalah. Kecemasan sehubungan dengan diagnosa medis, prognosis, dan pengobatan dapat memberikan kontribusi dan kelebihan indera. Lights aktivitas sering dapat menyebabkan overload sensorik pada bayi yang baru lahir dini di unit perawatan intensif neonatal. Lingkungan; Lingkungan instansi kesehatan memberikan yang lebih tinggi dari jumlah rangsangan indra biasa. Klien baru masuk rumah sakit, misalnya, mungkin harus menyesuaikan diri menghadapi teman sekamar baru, setelah televisi pada biasa, terang lampu dari lebih, sistem paging, rapat anggota staf banyak, memiliki tempat tidur bergerak naik dan turun pada seseorang lain penawaran, menunggu seseorang untuk menjawab panggilan cahaya, nyeri tidak terkontrol, dan memiliki sentuhan tidak menghormati orang asing dan daerah tubuh pribadi. Klien di unit perawatan intensif sering menunjukkan gejala kelebihan indera karena tingkat tinggi cahaya, kebisingan, dan aktivitas di sekitar jam. Sensory Perampasan Meskipun pencabutan sensorik dapat dianggap sebagai kebalikan dari kelebihan indera Sensory perampasan umumnya berarti mengurangi atau kurangnya rangsangan sensorik

yang bermakna, indera masukan monoton, atau interferensi dengan pengolahan informasi. Deprivasi sensorik (di bawah stimulasi) Ini bisa sama mengganggu sebagai kelebihan indera dan. Kognitif kerusakan emosional dapat terjadi saat rangsangan berkurang di bawah ini optimal tingkat seseorang rangsangan. Salah satu sumber yang sama kekurangan indra adalah penurunan mendadak dalam rangsangan ketika bergerak seseorang akan cepat-ke lambat-mondar-mandir lingkunganSetiap orang toleransi dan reaksi terhadap suatu mengurangi atau kurangnya rangsangan sensorik yang berarti berbeda, tapi klien dengan kasus-kasus ekstrim mengalami kesalahan persepsi kotor peristiwa dan perubahan kepribadian. Setiap saat klien mengalami gangguan dengan atau berkurangnya masukan sensorik, orang yang mungkin beresiko kekurangan indra.

Dalam kejadian seperti di rumah sakit ke dalam dua kategori umum: Dirubah perresepsi sensori dirampas lingkungan

1.Diubah peresepsi sensori Terjadi dalam kondisi seperti cedera tulang belakang, kerusakan otak, perubahan organ reseptor, kurang tidur, dan penyakit kronis. Seseorang

tidak menerima input sensorik yang memadai karena interferensi dengan sistem saraf yang kemampuan untuk menerima dan memproses rangsangan. 2. Dicabut lingkungan Hal ini dapat memiliki efek negatif terhadap's sensor stasis seseorang. Seseorang yang

bergerak atau terisolasi karena alasan apapun ini dirampas dari jumlah biasa rangsangan dan bisa menunjukkan manifestasi dari deprivasi sensorik Dampak dari Persepsi Sensori yang berubah Fungsi Kegelisahan Dampak terhadap Disfungsi kognitif, yang merupakan Gangguan dalam mengingat,

penalaran, dan pemecahan masalah dapat terjadi dengan kelebihan indera. Halusinasi dan Delusions (keyakinan tidak didasarkan pada realitas) mencerminkan

kebutuhan bawah sadar atau takut Sensory Defisit Depresi dan penarikan

Aktivitas Hidup Harian disfungsi persepsi sensori mungkin memiliki dampak terhadap aktivitas hidup sehari-hari

(ADLs) toilet. Visual defisit menyebabkan masalah perawatan diri dengan kegiatan sebagai dasar berpakaian,, dan menyiapkan makanan.Mendengar defisit dapat membatasi orang dari menonton televisi, mendengarkan radio, dan menjawab telepon. bahaya Keselamatan juga ada untuk yang tuna rungu. Orang-orang dengan rasa dan bau defisit mungkin kehilangan minat makan. Mereka yang memiliki defisit sensorik yang melibatkan sentuhan beresiko untuk luka

bakar dan luka pada kaki.Bergerak di luar rumah mungkin mustahil tanpa bantuan khusus atau bantuan. Banyak pekerjaan dilarang untuk orang dengan defisit sensorik, ex: mengemudi mungkin

tidak diperbolehkan. Hal ini semakin membatasi lingkungan di mana mereka dapat bergerak dengan aman,

membuat mereka tergantung pada orang lain. Jika orang yang terkena adalah pengurangan

atau hilangnya pendapatan dapat terjadi. Orang dengan disfungsi kognitif dari kelebihan indera atau kurang mungkin menunjukkan penilaian buruk dan pemecahan masalah selama kegiatan sehari-hari, meningkatkan kebutuhan bagi anggota keluarga untuk memantau kegiatan dan keputusan. Semua kekhawatiran ini terjadi tekanan pada keluarga untuk mengatasi indra 2.8 Faktor-faktor risiko untuk disfungsi Sensori Persepsi di Lingkungan Healthcare Sensory Overloap ICU atau intermediate unit Lampu terang Penggunaan ventilator mekanik Penggunaan EKG monitor Penggunaan oksigen Penggunaan infus Peralatan lainny

Sensory Perampasan Membalut mata Istirahat di tempat tidur Sensory terdapat alat (alat bantu dengar, kacamata) Isolasi tindakan pencegahan Beberapa pengunjung

2.9

Diagnostik Pernyataan:

perseptual perubahan keadaan di mana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah atau pola dari stimulus yang lewat, disertai dengan berlebihan,, terdistorsi, atau mengalami penurunan respon terhadap rangsangan tersebut berkurang (NANDA, 1999). Interaksi Perawat-Klien Ini mendorong fungsi kesehatan indra.Klien beresiko kekurangan indra mungkin perlu sering interaksi yang diprakarsai oleh perawat. Contoh mendorong stimulasi Sensor Persepsi Menyediakan stimulus eksternal berarti dapat membantu klien mengatasi sensor

'kekurangan atau defisit sensorik sebagai; memainkan televisi atau radio sesekali. Bermain tennice, Mendorong penggunaan jam dan kalender, Mendorong klien untuk berpakaian atau hari kegiatan, sampai meletakkan foto

Mendorong pengunjung, membuka tirai, dan menyalakan lampu. Rencana: tempat tidur atau kursi agar klien dapat melihat atau mendengar kegiatan di

daerah tersebut.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kebutuhan persepsi sensori merupakan kebutuhan manusia dimana merupakan proses memilih,menafsirkan yang membutuhkan alat indra yang meliputi pengelihatan,pendengaran,perabaan dan perasaan.pemenuhan kebutuhan persepsi sensorik sangat dibutuhkan untuk berbagai hal dianjtaranya yaitu dalam komunikasi antara perawat dengan pasien.adanya gangguan pada alat indra mempengarui persepsi sensori seseorang dan persepsi setiap orang berbeda-beda yang dipengarui oleh beberapa hal diantaranya lingkungan,pengalaman sebelumnya,gaya hidup,penyakit dan jenis pengobatan seseorang.

Daftar pustaka 1. /search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen

US%3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&q=contoh+pemenuhan+kebutuhan+persepsi +sensorik&meta=&btnG=Google+Penelusuranraga.avaible from http://www.google.co.id accesed on 26 maret 2010 2. Avaible from

http://faculty.ksu.edu.sa/hikmetq/Adult/Concept%20of%20Sensory%20Alteration.ppt accesed on 26 maret 2010 3. wikipedia.org/wiki/NLP Avaible from /htmld.wikipedia.org/wiki/NLP accesed on 26

maret 2010

Pendahuluan Manusia bergantung pada beragam rangsang (stimulus) sensori untuk memberi makna dan kesan pada kejadian yang telah terjadi pada lingkungan mereka. Beragam stimulus tersebut merupakan dasar dalam pembentukan persepsi yang datang dari banyak sumber melalui: 1. Indera penglihatan (visual) contoh : mata 2. Indera pendengaran (auditori) contoh : telinga 3. Indera perabaan (taktil) contoh : kulit 4. Indera penciuman (olfaktori) : hidung 5. Indera pengecap/rasa (gustatori) : lidah Selain 5 panca indera, tubuh juga mempunyai indera yang lain, yaitu: 1. Indera kinestetik, yang memungkinkan seseorang menyadari posisi dan pergerakan bagian tubuh tanpa melihatnya 2. Indera stereognosis, yang memungkinkan seseorang untuk mengenali ukuran, bentuk dan tekstur benda. Definisi Sensori adalah stimulus atau rangsang yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Persepsi adalah proses diterimanya stimulus atau rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadi, gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Sensasi Normal Penerimaan, persepsi dan reaksi adalah 3 komponen setiap pengalaman sensori. Dalam menjalankan fungsinya, organ sensori berkaitan erat dengan sistem persyarafan yang berfungsi sebagai reseptor dan penghantar stimulus sehingga tercipta sebuah persepsi yang dapat menimbulkan reaksi dari individu. Stimulus Organ sensori Sel syaraf Impuls syaraf Medula spinalis otak Reaksi Persepsi Proses penerimaan stimulus Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sensori

1. Usia Bayi tidak bisa membedakan stimulus sensori karena jalur sarafnya belum matang. Lansia mengalami perubahan degeneratif pada organ sensori dan fungsi persyarafan sehingga mengalami penurunan ketajaman dan jarak pandang, penurunan pendengaran, perubahan gustatori dan olfaktori, dll. 2. Medikasi Beberapa antibiotika (mis: streptomisin, gentamisin) bersifat ototoksik dan secara permanen dapat merusak syaraf pendengaran. Kloramfenikol dapat mengiritasi syaraf optik. Obat analgesik, narkotik, sedatif dan antidepresan dapat mengubah persepsi stimulus. 3. Lingkungan Stimulus lingkungan yang terlalu berlebih (ramai/bising) dapat menimbulkan beban sensori yang berlebih, yang biasanya ditandai dengan kebingungan, disorientasi dan tidak mampu membuat keputusan. Stimulus lingkungan yang terbatas (misalkan isolasi) dapat mengarah pada deprivasi sensori. Kualitas lingkungan yang buruk juga dapat memperparah kerusakan sensori. Contohnya penerangan yang buruk, lorong yang sempit. 4. Tingkat kenyamanan Nyeri dan kelelahan mengubah cara seseorang berpersepsi dan bereaksi terhadap stimulus. 5. Penyakit yang diderita Katarak dapat menyebabkan penurunan penglihatan. Infeksi pada telinga dapat menyebabkan gangguan pendengaran, dll. 6. Merokok Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atrofi ujung-ujung saraf pengecap sehingga mengurangi persepsi rasa. 7. Tindakan medis Intubasi endotrakea menyebabkan kehilangan kemampuan bebicara sementara. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi 1. Gangguan Otak

Kerusakan otak Keracunan Obat halusinogenik 2. Gangguan jiwa Keadaan emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi. Psikosa dapat menyebabkan halusinasi. 3. Pengaruh lingkungan sosio-budaya Mempengaruhi persepsi karena penilaian sosiobudaya yang berbeda. Perubahan Sensori 1. Defisit Sensori Merupakan suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan. Klien tidak mampu menerima stimulus tertentu (misalkan: buta, tuli) atau stimulus menjadi distorsi (misalkan: penglihatan kabur karena katarak). Klien dengan defisit sensori dapat berperilaku dalam cara-cara yang adaptif atau maladaptif. 2. Deprivasi sensori Klien mengalami stimulasi yang tidak adekuat kualitas dan kuantitasnya seperti stimulus yang monoton atau tidak bermakna. Tiga jenis deprivasi sensori adalah: a. Kurangnya input sensori, misalkan: kehilangan penglihatan/pendengaran. b. Eliminasi perintah/makna dari input, misalkan: berada di lingkungan asing. c. Restriksi dari lingkungan, misalkan: tirah baring, lingkungan yang monoton. 3. Beban sensori yang berlebihan Suatu keadaan dimana seseorang menerima banyak stimulus sensori dan tidak dapat secara persepsual untuk menghiraukan stimulus tertentu atau secara selektif mengabaikan beberapa stimulus. Stimulasi sensori yang berlebihan mencegah otak untuk berespons secara tepat atau mengabaikan stimulus tertentu. Toleransi orang oleh beban sensori dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan, sikap dan kesehatan emosional dan fisik. Efek Deprivasi Sensori 1. Kognitif Penurunan kapasitas belajar, ketidakmampuan berpikir atau menyelesaikan masalah, disorientasi, berpikir aneh, peningkatan kebutuhan untuk sosialisasi.

2. Afektif Kebosanan, kelelahan, kecemasan, kelabilan emosional, peningkatan kebutuhan untuk stimulasi fisik. 3. Persepsi Terjadi disorganisasi persepsi pada koordinasi visual, persepsi warna, pergerakan nyata, keakuratan taktil, kemampuan menilai ruang dan waktu. Perubahan persepsi Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari : pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

Gangguan ini dapat bersifat ringan, berat, sementara atau lama. Contoh gangguan persepsi, diantaranya: 1. Halusinasi Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119) Tanda dan gejala : a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain c. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata d. Tidak dapat memusatkan perhatian e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung (Budi Anna Keliat, 1999) Halusinasi dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: a. Halusinasi pendengaran ( auditif, akustik) Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan pada penderita sehingga tidak jarangpenderita bertengakar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.

Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, bahkan mungkin datang dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau bahkan yang menakutkan dan kadang-kadang mendesak/memerintah untuk berbuat sesuatu seperti membunuh dan merusak. b. Halusinasi penglihatan (visual, optik) Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan. c. Halusinasi penciuman (olfaktorik) Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral. d. Halusinasi pengecapan (gustatorik) Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih jarang dari halusinasi gustatorik. e. Halusinasi raba (taktil) Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat, yang bergerak di bawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia. f. Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenia dengan waham kebesaran terutama mengenai organ-organ. g. Halusinasi kinestetik Penderita merasa badannya bergerak gerak dalam suatu ruang atau anggota badannya yang bergerak-gerak, misalnya phantom phenomenon atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik tertentu akibat pemakaian obat tertentu. h. Halusinasi viseral Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya. 2. Ilusi Merupakan interpretasi atau penilaian yang salah tentang pencerapan yang sungguh terjadi pada panca indera, misalnya: bunyi angin didengarnya seperti dipanggil nama, bayangan daun dilihat seperti orang. 3. Depersonalisasi

Merupakan perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi, misalnya: pengalaman diluar tubuh/ OBE, salah satu bagian tubuhnya bukan kepunyaannya lagi. 4. Derealisasi Merupakan perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai dengan kenyataan, misalnya merasakan segala sesuatu seperti dalam mimpi. 5. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi Misalnya anastesi, parastesi, gg penglihatan, perasaan nyeri, makropsia/mikropsia. 6. Gangguan psikofisologik Merupakan gejala atau gangguan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh gangguan emosi, misalkan pada kulit urtikaria, pada otot dan tulang LBP, pada pernafasan timbul sesak/asma, pada jantung terjadi palpitasi, pencernaan mual/muntah diare, perkemihan sering berkemih, mata berkunang-kunang, telinga tinitus. 7. Agnosia Adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan pencerapan sebagai akibat kerusakan otak. Proses Keperawatan dan Perubahan Persepsi Sensori 1.Pengkajian Hal-hal penting selama pengkajian dalam sistem sensori-persepsi seperti: Kebiasaan promosi kesehatan, misal: kebiasaan membersihkan mata/telinga, aktivitas rekreasi, kebiasaan dalam bekerja. Orang yang berisiko: lansia, jenis pekerjaan, gangguan jiwa. Kemampuan untukmelakukan perawatan diri. Lingkungan, terkait dengan kondisi bahaya, mis: tangga, kran air panas/dingin yang tidak bertanda, lantai yang licin, benda tajam. Tingkat sosialisasi klien dan metode komunikasi. Status mental, meliputi: penampilan dan perilaku fisik, kemampuan kognitif dan stabilitas emosional. Pemeriksaan fisik pada panca indera. 2. Diagnosa Keperawatan

Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk perubahan sensori-persepsi: Perubahan sensori/persepsi (penglihatan) b.d. Efek dari penuaan, efek dari operasi mata sementara. Perubahan sensori/persepsi (auditori) b.d efek samping obat, lingkungan yang berisik. Perubahan sensori/persepsi (kinestetik) b.d efek tirah baring. Perubahan sensori/persepsi (gustatori) b.d efek samping kemoterapi. Perubahan sensori/persepsi (halusinasi) pendengaran b.d menarik diri. Defisit perawatan diri b.d kehilangan penglihatan, penurunan sensasi taktil Gangguan harga diri b.d kehilangan pendengaran 3. Perencanaan dan implementasi Rencana perawatan bergantung pada penilaian perawat tentang persepsi dan penerimaan klien tentang perubahan yang terjadi dalam dirinya. Prioritas perawatan harus diatur dengan mempertimbangkan mengenai luasnya perubahan sensori yang terjadi. Tujuan perawatan klien yang mengalami perubahan sensori-persepsi: Klien memelihara fungsi indera yang ada saat ini Menyediakan stimulus yang bermakna di lingkungan Menyediakan lingkungan yang aman Mampu melakukan perawatan diri Klien dapat terlibat aktif dalam kegiatan sosial Tidak terjadi perubahan sensori yang semakin buruk Perawatan klien harus melibatkan peran aktif keluarga

Kelainan Penciuman & Pengecapan jarang berakibat fatal sehingga tidak mendapatkan perhatian medis yang khusus. Tetapi kelainan ini bisa menyebabkan penderita menjadi putus asa karena mempengaruhi kemampuannya untuk menikmati makanan, minuman dan bau yang menyenangkan. Kelainan ini juga mempengaruhi kemampuan penderita untuk mengenali bahan kimia dan gas yang berbahaya, yang dapat menimbulkan akibat yang serius.

Penciuman dan pengecapan sangat berhubungan erat. Serabut pengecap di lidah menentukan rasa; saraf-saraf di hidung menentukan penciuman. Kedua sensasi tersebut dihubungkan ke otak, yang kemudian menggabungkan informasi yang didapat untuk mengenal dan mengapresiasikan rasa. Beberapa rasa (seperti asin, pahit, manis dan asam) bisa dikenal tanpa penciuman, tetapi untuk mengenali rasa yang lebih kompleks (misalnya frambos) diperlukan gabungan dari indera penciuman dan pengecapan. GEJALA Anosmia Anosmia adalah hilangnya atau berkurangnya kemampuan untuk membaui, merupakan kelainan yang paling sering ditemui. Penciuman bisa dipengaruhi oleh beberapa perubahan di dalam hidung, di dalam saraf yang berasal dari hidung menuju ke otak atau di dalam otak. Misalnya jika rongga hidung tersumbat karena pilek, maka penciuman bisa berkurang karena bau tidak sampai ke penerima bau. Kemampuan membaui akan mempengaruhi rasa sehingga pada penderita pilek, rasa dari makanan terasa kurang enak. Sel-sel penciuman kadang mengalami kerusakan sementara oleh virus flu, beberapa penderita tidak dapat membaui atau merasa dengan baik selama beberapa hari atau bahkan bermingguminggu setelah mengalami flu. Kadang hilangnya penciuman atau pengecapan berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bersifat menetap. Sel-sel penciuman bisa mengalami kerusakan atau kehancuran oleh infeksi sinus hidung yang serius atau karena terapi penyinaran untuk kanker. Penyebab tersering dari hilangnya penciuman yang menetap adalah cedera kepala. Serabutserabut dari saraf olfaktorius (saraf yang mengandung penerima bau) terletak pada dasar tengkorak yang memisahkan rongga intrakranial dengan rongga hidung. Hipersomnia Hipersomnia adalah penciuman yang berlebihan, lebih jarang terjadi.

Disosmia Disosmia adalah berubahnya penciuman yang menyebabkan penderita merasa mencium bau yang tidak enak. Disosmia bisa disebabkan oleh: - Infeksi di dalam sinus - Kerusakan parsial pada saraf olfaktorius - Kebersihan mlut yang jelek, sehingga terjadi infeksi mulut yang berbau tidak enak dan tercium oleh hidung - Depresi. Beberapa penderita kejang yang penyebabnya berasal dari bagian otak yang merasakan bau (saraf olfaktorius) akan merncium bau yang tidak menyenangkan (halusinasi olfaktori). Hal ini merupakan bagian dari kejang, bukan merupakan disosmia. Ageusia Ageusia merupakan berkurangnya atau hilangnya pengecapan. Penyebabnya adalah berbagai keadaan yang mempengaruhi lidah: - Mulut yang sangat kering - Perokok berat - Terapi penyinaran pada kepala dan leher - Efek samping dari obat (misalnya vinkristin-obat antikanker atau amitriptilin-obat antidepresi). Disgeusia Disgeusia adalah berubahnya pengecapan. Penyebabnya bisa berupa: - Luka bakar pada lidah (bisa menyebabkan kerusakan sementara pada jonjot-jonjot pengecap) - Bell's palsy (bisa menyebabkan berkurangnya pengecapan pada salah satu sisi lidah) - Depresi. DIAGNOSA Untuk menguji penciuman, bisa digunakan wewangian yang berasal dari minyak wangi, sabun dan makanan (misalnya kopi atau cengkeh). Untuk menguji pengecapan bisa digunakan gula (manis), jus jeruk (asam), garam (asin) dan aspirin-kuinin-lidah buaya (pahit). Keadaan mulut juga diperiksa, untuk melihat kemungkinan adanya infeksi atau kekeringan (terlalu sedikit ludah). Jarang diperlukan pemeriksaan CT scan maupun MRI kepala. PENGOBATAN

Tergantung kepada penyebabnya, bisa dilakukan hal-hal berikut: - Merubah atau mengentikan pemakaian obat-obat yang diduga menjadi penyebab terjadinya kelainan ini - Menjaga agar mulut tetap basah dengan cara mengulum permen - Menunggu beberapa minggu untuk melihat perkembangan selanjutnya. Tambahan seng (bisa dibeli bebas maupun dengan resep dokter) bisa mempercepat penyembuhan, terutama pada kelainan yang timbul setelah serangan flu.(medicastore)

3.3.

Diagnosa Keperawatan

1. 2. 3. 4. 5.

Gangguan persepsi sensori: pembau/penghidu Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya masa dalam hidung Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip 1. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung 6. Nyeri kronis b.d penekanan [polip pada jaringan sekitar

3.4.

Intervensi dan Rasional 1. Gangguan perseopsi sensori pembau/penghidu

Tujuan : mengembalikan fungsi penciuman ke normal Kriteria Hasil : individu akan mendemonstrasikan penurunan gejala beban sensori berlebih yang ditandai dengan penurunan persepsi penciuman INTERVENSI RASIONAL Anjurkan klien untuk mengubah posisi secara sering,meskipun hanya mengangkat satu sisi tubuh dengan sedikit berulang

Rujuk ke perubahan proses pola berpikir yang berhubungan dengan ketidakmampuan mengevaluasi realitas untuk mengetahui intervensi tambahan Dengan meningkatkan stimulus sensori yang bervariasi hal ini dapat membantu mencegah perubahan akibat kemunduran sensori yang lain Dengan terlebih dahulu menjelaskan tentang stimulus sensori yang akan dialami individu, kondisi distress, tekanan dan konfusi akan berkurang Kualitas/kuantitas input sensori berkurang akibat immobilitas/pengurangan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya massa dalam hidung Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif dalam 10 15 menit setelah dilakukan tindakan. Kriteria Hasil : RR normal (16 20 x/menit) Suara napas vesikuler Pola napas teratur tanpa menggunakan otot bantu pernapasan Saturasi oksigen 100% RASIONAL Rasional:

INTERVENSI Observasi:

Observasi RR tiap 4 jam, bunyi napas, kedalaman inspirasi, dan gerakan dada Auskultasi bagian dada anterior dan posterior

Mengetahui keefektifan pola napas

Pantau status oksigen pasien

Mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan Mencegah terjadinya sianosis dan keparahan

Mandiri :

Berikan posisi fowler atau semifowler tinggi

Lakukan nebulizing

Mencegah obstruksi/aspirasi, dan meningkatkan ekspansi paru Membantu pengenceran sekret Mengkompensasi ketidakadekuatan O2 akibat inspirasi yang kurang maksimal

Berikan O2 (oksigenasi)

Mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret, bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan analgetik diberikan untuk meningkatkan kenyamanan

Kolaborasi:

Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspetoran, bronkodilator.

Membantu pasien untuk mengeluarkan sekret yang menumpuk

Membantu melapangkan ekspansi paru

Edukasi:

Ajarkan batuk efektif pada pasien

Ajarkan terapi napas dalam pada pasien

1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan setelah dilakukan tindakan dalam 3 x 24 jam. Kriteria hasil : Klien tidak merasa lemas. Nafsu makan klien meningkat Klien mengalami peningkatan BB minimal 1kg/2minggu Kadar albumin > 3.2, Hb > 11 RASIONAL

INTERVENSI

Observasi:

Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai. Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan secara pariodik. Kaji turgor kulit pasien

Pantau nilai laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darah

Untuk mendukung peningkatan nafsu makan pasien Mengetahui keseimbangan intake dan pengeluaran asuapan makanan Sebagai data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan Untuk dapat mengetahui tingkat kekurangan kandungan Hb, albumin, dan glukosa dalam darah

Mandiri:

Pertahankan berat badan dengan memotivasi pasien untuk makan Menyediakan makanan yang dapat meningkatkan selera makan pasien Berikan makanan kesukaan pasien Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (misalkan, pindahkan barang- barang yang tidak enak dipandang) Dorong makan sedikit demi sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat Auskultasi bising usus, palpasi/observasi abdomen

Mempertahankan berat badan yang ada agar tidak semakin berkurang Meningkatkan nafsu makan pasien Merangsang nafsu makan pasien Meningkatkan rasa nyaman pasien untuk makan

Meningkatkan asupan makanan pada pasien

Kolaborasi:

Kolaborasi dengan tim analis medis untuk mengukur kandungan albumin, Hb, dan kadar glukosa darah. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang TKTP pada

Mengetahui adanya bising atau peristaltik usus yang mengindikasikan berfungsinya saluran cerna

Mengetahui kandungan biokimiawi darah pasien

pasien

Diskusikan dengan dokter mengeni kebutuhan stimulasi nafsu makan atau makanan pelengkap

Memberikan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien

Edukasi:

Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal Dukung keluarga untuk membawakan makanan favorit pasien di rumah

Memberi rangsangan pada pasien untuk menimbulkan kembali nafsu makannya

Agar pasien mengetahui kebutuhan nutrisinya dan cara memenuhinya yang sesuai dengan kebituhan Agar pasien mendapatkan gizi yang seimbang dengan harga yang relatif terjangkau Merangsan nafsu makan pasien

1. Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret. Tujuan : Meningkatnya fungsi indera penciuman klien Kriteria hasil: Klien tidak merasa lemas Mukosa mulut klien tidak kering RASIONAL Rasional

INTERVENSI Observasi:

Pantau adanya gejala infeksi

Menjaga timbulnya infeksi Menjaga perilakudan keadaan yang

mendukung terjadinya infeksi

Kaji faktor yang dapat meningkatkan serangan infeksi Rasional

Mandiri :

Awasi suhu sesuai indikasi Pantau suhu lingkungan

Reaksi demam indicator adanya infeksi lanjut Suhu ruangn atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal

Health Education :

Menjaga lingkungan, ventilasi, dan juga pencahayaan dirumah tetap bersih

1. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip Tujuan: peningkatan sosialisasi Kriteria Hasil: Menunjukkan keterlibatan sosial Menunjukkan penampilan peran RASIONAL

INTERVENSI Observasi:

Kaji pola interaksi antara pasien dengan orang lain

Mengetahui tingkat sosialisasi pasien dengan orang lain.

Pasien dapat beristirahat dan

bersosialisasi dengan maksimal. Mandiri:

Tetapkan jadwal interaksi.

Perawat dapat mengerti kondisi psikis pasien.

Identifikasi perubahan perilaku yang spesifik

Keberadaan pendukung sebaya akan menjadi teman untuk bersosialisasi.

Libatkan pendukung sebaya dalam memberikan umpan balik pada pasien dalam interaksi sosial

Motivasi diperlukan dalam mengubah persepsi pasien menjadi lebih baik.

Kolaborasi:

Kolaborasi dengan psikolog untuk memberikan motivasi diri pada pasien

Edukasi:

Pasien dapat meningkatkan sosialisasi dengan dengan baik pada komunitas masyarakat dan sekitarnya.

Berikan informasi tentang sumbersumber di komunitas yang akan membantu pasien untuk melanjutkan dengan meningkatkan interaksi sosial setelah pemulangan

1. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung Tujuan : pengurangan ansietas Kriteria hasil : Pasien tidak menunjukkan kegelisahan Pasien dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif Tidak terjadi insomnia RASIONAL

INTERVENSI Observasi:

Kaji tingkat kecemasan pasien

Mengetahui tingkat kecemasan pasien

Tanyakan kepada pasien tentang kecemasannya

Mengetahui penyebab kecemasan pasien

Mandiri:

Ajak pasien untuk berdiskusi masalah penyakitnya dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihan Berikan posisi yang nyaman pada pasien

Meningkatkan motivasi diri pasien

Tingkat kenyamanan pasien dapat mempengaruhi kecemasan pada pasien

Berikan hiburan kepada pasien

Kolaborasi:

Hiburan akan mengalihkan fokus pasien dari kecemasannya

Berikan obat- obatan penenang jika pasien mengalami insomnia

Edukasi:

Memberikan bantuan farmakologik untuk menenangkan pasien

Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan, dan prognosis Ajarkan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi

Memberi pengetahuan yang faktual pada pasien

Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama prosedur

Relaksasi membantu menurunkan kecemasan pada pasien

Kejelasan mengenai prosedur dapan mengurangi kecemasan pasien

1. Nyeri kronis b.d penekanan polip pada jaringan sekitar Tujuan : nyeri berkurang atau hilang Kriteria hasil : Klien mengungkapakan kualitas nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang Klien tidak menyeringai kesakitan Tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot Tidak terjadi perubahan pola tidur pada pasien RASIONAL

INTERVENSI Observasi:

Kaji tingkat nyeri klien

Observasi tanda-tanda vital dan keluhan klien

Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya. Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien. TTV dapat menunjukkan kualitas nyeri dan respon nyeri oleh tubuh pasien tersebut Untuk mengetahui pengaruh nyeri yang timbul pada pola kesehatan pasien

Kaji pola tidur , pola makan, serta pola aktivitas pasien

Mandiri:

Klien mengetahui teknik distraksi dan relaksasi sehingga dapat mempraktekannya bila mengalami nyeri.

Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi (misal: baca buku atau mendengarkan music)

Kolaborasi:

Menghilangkan/ mengurangi keluhan nyeri klien. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri.

Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi konservatif: pemberian obat acetaminofen; aspirin, dekongestan hidung; pemberian analgesik

Edukasi:

Memberikan pengetahuan pada klien dan keluarga Untuk memaksimalkan tindakan (mengurangi ketidak patuhan)

Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada

klien serta keluarganya Jelaskan pada keluarga dan pasien bahwa dalam penatalaksanaan ini membutuhkan kepatuhan penderita utk menghindari penyebab / pencetus alergi

You might also like