You are on page 1of 12

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Di Indonesia memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik.. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia. Salah satu masalah dalam membudidayakan tanaman khususnya sayuran dan hortikultura baik di lahan tadah hujan/irigasi, lahan kering, lahan rawa pasang surut maupun rawa lebak adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yaitu serangan hama dan penyakit. Ditemukan beberapa jenis hama sayuran seperti pada tanaman sawi adalah ulat grayak (Spodoptera litura), ulat plutela (Plutela xylostella), penggerek pucuk (Crocidolomia binotlid) pada tanaman timun adalah kutu daun (Aphid gossypii), lalat buah (Dacus cucurbitae), ulat buah (Diaphania indica). Pengendalian hama yang paling utama dilakukan petani adalah penggunaan pestisida. Akan tetapi apabila penggunaan bahan insektisida tersebut kurang bijaksana akan

menimbulkan dampak negatif bagi flora maupun fauna serta lingkungan, dan disamping itu pula bahan kimia atau pestisida tersebut harganya cukup mahal. Untuk menunjang konsep PHT tersebut dalam rangka pengurangan penggunaan bahan insektisida perlu dicari alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan antara lain penggunaan bahan bioaktif (insektisida nabati, attraktan, repelen), musuh alami (parasitoid dan predator serta patogen), serta penggunaan perangkap berperekat. Penelian ini bertujuan untuk menginformasikan komponen pengendalian hama dan penyakit yang berwawasan lingkungan.

1.2 Tujuan Praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui hama, penyakit, dan gulma yang menyerang tanaman sawi dan mengetahui penghitungan intensitas kehilangan hasil. 1.3 Manfaat Mahasiswa dapat mengetahui hama, penyakit, dan gulma yang menyerang tanaman sawi dan mengetahui penghitungan intensitas kehilangan hasil.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pestisida alami dipilih Selain mendukung pertanian organik, di lain pihak untuk mengurangi penggunaan insektisida sintetis, diperlukan alternatif pengendalian yang ramah lingkungan dan murah harganya. Salah satunya adalah dengan menggunakan insektisida yang berasal dari bahan. Tanaman yang dapat dijadikan insektisida nabati pada pengendalian ulat grayak yaitu jenis tumbuhan rumput minjangan (Chromolaena odorata), biji dan daun sirsak, daun dan bunga babadotan, biji saga, daun sembung, dan daun melinjo. Bahan-bahan tersebut memiliki unsur-unsur bioaktif yang bersifat racun perut atau mempengaruhi perilaku makan serangga termasuk ulat grayak. Di antara unsur-unsur bioaktif itu ialah asetoginin dan annonain yang terdapat pada tanaman sirsak. Bahan-bahan tersebut juga mengandung unsur bioaktif lainnya yang bersifat menekan atau

menolak serangga. Selain itu juga biji mimba mengandung azadirachtin terbukti dapat menekan serangan ulat grayak. Ketahanan terhadap serangga hama merupakan salah satu bagian dalam program pemuliaan yang masih perlu terus dikembangkan. Sifat ketahanan terhadap serangga hama dapat dilacak antara lain melalui seleksi karakteristik morfologi dan anatomi daun. Morfologi tanaman (batang, daun dan polong) antara lain mempunyai struktur bulu yang sangat beragam dan hal tersebut diduga dapat mempengaruhi tingkat ketahanan kedelai terhadap serangan hama. Secara morfologi trikoma merupakan alat pelindung tumbuhan dari gangguan luar. Budidaya Tanaman untuk pengendalian penyakit sebelum tanam harus memilih varietas tanaman yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pada waktu tanam harus setiap saat, tetapi untuk musim kemarau, serangan hama akan lebih banyak. Maka penanaman tanaman kubis pada musim kemarau juga perlu dipertimbangkan. Pemeliharaan persemaian yang terpenting adalah penyiraman. Siramlah persemaian setiap pagi dan sore Atau alirkan air kedalam parit yang mengelilingi petakan. Jika terlihat ada serangan jamur, yaitu busuk pangkal batang, segera buang tanaman yan terserang. Pada saat pra panen pengendalian hama secraa mekanis pithesan, yaitu mengambil hama yang ada kemudian dipencet dngan jari ataupun diberikan insektisida nabati. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari.

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 28 maret 2012 pukul 07.00 di Agroteknopark, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan 1. Pupuk kandang 2. Urea 3. Sp 36 4. Kcl 5. Bibit sawi 3.2.2 Alat 1. Cangkul 2. Sabit 3. Timba 4. Penggaris 3.3 Cara Kerja 1. Menebar pupuk kandang pada bedengan, kemudian mengaduk kedalam tanah sambil menggemburkan bedengan. 2. Mencampurkan Urea, Sp36 dan Kcl kemudian segera menebarkan pada bedengan seperti halnya pupuk kandang kemudian mengaduknya kedalam tanah. 3. Melakukan pemupukan susulan pada umur 15 hari setelah tanam, jenis dan dosis pupuk urea 200 kg/ha dam kcl 75 kg/ha. Kemudian mencampurkan kedua pupuk tersebut dan menaburkannya pada alur samping tanaman pada jarak 10-12 cm dari pokok tanaman, kemudian menutupnya dengan tanah. 4. Melakukan penyulaman 7 hst jika mnemukan tanaman yang mati segera menyulam dengan tanaman yang baru.

5. Melakukan penyiangan gulma disekitar tanaman termasuk diselokan 6. Pengendalian hama dan penyakit tanaman.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan Caisin (Brassica campestris L-Spp) dikenai oleh pelani dengan sebulan sawi hijau alias sawi bakso yang paling banyak dijajakan di pasar-pasar dewasa ini. Batangnya panjang, legap dan daunnya berwarna hijau. Daun-daun tanamannya lebar dan bentuk pipih. Warna tangkai daun putih atau hijau muda. Tanaman sawi banyak diserang oleh tiga hama dan tiga penyakit utama yaitu : Ulat Tanah (Agrotis sp.) Ulat Tanah berwarna coklat sampai coklat kehitaman, menyerang tanaman kecil setelah ditanam di lahan. Serangan biasanya terjadi pada malam hari, karena perilaku ulat ini takut sinar matahari. Pangkal batang tanaman yang masih sangat sukulen digerek hingga putus, menyebabkan tanaman mati karena sudah tidak memiliki titik tumbuh. Apabila tanaman belum diserang, sebaiknya dilakukan pencegahan dengan cara melakukan sanitasi lahan secara benar, termasuk pada galengan atau parit di sekitar lahan. Akan tetapi bila tanaman sudah terserang, perlu dilakukan pemberantasan. Serangan ulat tanah biasanya berlangsung tidak serentak alias sedikit demi sedikit. Apabila ditemukan gejala awal serangan, segera berantas dengan insektisida granul. Taburkan sedikit insektisida tersebut di samping pokok tanaman, dengan dosis 0,3 - 0,4 per tanaman atau 6 kg insektisida granul per hektar. Insektisida granul yang dapat diaplikasikan di antaranya Furadan 3 G dan Curater 3 G. Ulat Grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera exigua) Berukuran sekitar 15-25 mm, berwarna hijau tua kecoklatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badannya. Sedangkan Spodoptera exigua, mempunyai ukuran yang sama dengan Spodoptera litura tetapi warna tubuhnya hijau sampai hijau muda tanpa totol-totol hitam di ruas buku badannya. Kedua jenis ulat ini sering menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan daun berlubang-lubang terutama di daun muda. Agar tanaman tidak terserang, maka perlu dilakukan pencegahan yaitu dengan melakukan sanitasi lahan dengan baik. Selain itu juga perlu dilakukan dengan cara memasang perangkap kupu-kupu di beberapa tempat. Perangkap ini dibuat dari botol-botol bekas air mineral yang diolesi dengan produk semacam lem yang

mengandung hormon sex pemanggil kupu-kupu. Apabila tanaman ditemukan telah terserang ulat ini, segera semprot dengan insektisida yang tepat. Insektisida yang dapat digunakan di antaranya Matador 25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC. Dosis yang digunakan disesuaikan dengan anjuran pada label kemasan Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella) Ulat kecil ini berwarna hijau muda, dengan panjang tubuh sekitar 7-10 mm. Pada saat melakukan penyerangan, ulat ini suka bergerombol dan lebih menyukai pucuk tanaman. Akibatnya daun muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang. Jika serangan sudah sampai ke titik tumbuh tunas, proses pembentukan krop akan sangat terganggu. Lebih parah lagi, krop tidak terbentuk. Agar tidak mudah terserang maka perlu dilakukan sanitasi (penyiangan) lahan dengan baik. Jika serangan hama ini sudah tampak, segera semprot dengan insektisida yang tepat. Insektisida yang bisa dipakai di antaranya March 50 EC, Proclaim 5 SG, Decis 2,5 EC dan Buldok 25 EC. Dosis yang digunakan sesuai anjuran yang ada pada label kemasan. Downy Mildew (Pseudoperonospora sp.), Penyakit ini suka menyerang tanaman sawi putih. Gejala awal, muncul bercak kuning dengan bentuk kotak-kotak mengikuti alur tulang daun. Bercak ini dimulai dari daun tua. Semakin lama daun yang menguning semakin lebar dan mengarah ke daun yang lebih muda di atasnya. Untuk mencegah penyakit ini yaitu dengan cara menghindarkan penanaman sawi putih berdekatan dengan tanaman yang berumur lebih tua dan terserang penyakit ini. Selain itu juga bisa dilakukan dengan cara memperbaiki drainse lahan, terutama pada musim hujan, dan sanitasi lahan secara rutin. Akan tetapi bila sudah terjadi penyerangan segera semprot dengan fungisida yang tepat. Arahkan mata spray ke permukssn daun atas ataupun bawah. Fungisida yang digunakan adalah Anvil 50 SC, Nimrod 250 EC dan Score 250 EC. Dosis yang digunakan disesuaikan dengan yang tercantum pada label kemasan.

Penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) Penyakit ini menyerang tunas pucuk tanaman, baik saat belum terbentuk krop maupun setelah keluar krop sawi putih. Gejala awal terdapat bercak basah di tunas pucuk atau krop. Selanjutnya bercak tersebut meluas dan menjadi busuk basah hingga ke dalam batangnya. Bagian yang terserang tersebut akan mengeluarkan bau busuk. Apabila serangan terjadi sebelum terbentuk krop, titik tumbuh mati sehingga tanaman tidak bisa menghasilkan krop. Jika menyerang setelah keluar krop, maka krop akan rusak, busuk basah dan berbau sangat tidak sedap. Penyakit ini sering menyerang saat hujan dan ketika suhu udara di atas normal. Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan melakukan sanitasi lahan dengan baik. Bila menanam di musim hujan, maka jarak tanam dibuat lebih lebar (60x60 cm). Selain itu selokan juga diperlebar agar sirkulasi air dan udara lancar. Bila gejala serangan ditemukan segera semprot dengan fungisida yang tepat. Pada saat penyemprotan arahkan mata spray lebih banyak ke tunas pucuk tanaman. Fungisida yang digunakan antara lain Bion-M 1/48 WP, Daconil 75 WP dan Topsin M 70 WP. Penggunaannya disesuaikan dengan dosis yang ada pada label kemasan. Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae) Penyakit ini menyerang perakaran tanaman. Gejala penyakit ditunjukkan dengan tanaman tampak layu hanya pada siang hari yang cerah dan panas. Sebaliknya, pada pagi hari kondisi tanaman segar. Pertumbuhan tanaman terhambat. Apabila tanaman dicabut, akan tampak benjolan-benjolan besar seperti kanker di perakarannya. Jika tingkat serangannya sudah parah, tanaman samasekali tidak bisa berproduksi. Pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan a) menghindari menanam di lahan bekas tanaman sawi putih dan familinya (brokoli, bunga kol, kubis, dan sebagainya) yang terindikasi serangan penyakit ini; b) melakukan pergiliran tanaman, terutama dengan jagung dan kacang-kacangan untuk memutus rantai hidup fungi penyebab penyakit ini; c) penggunaan teknologi EMP dikombinasi dengan pengapuran tanah (untuk menaikkan pH tanah). Namun bila tanaman sudah terserang penyakit ini, seharusnya dilakukan pemberantasan. Akan tetapi sampai saat ini belum

ditemukan fungisida untuk memberantas penyakit akar gada, khususnya setelah tanaman terserang. Dengan demikian hal yang perlu diperhatikan adalah melakukan pengawasan dan pencegahan secara ketat agar usaha tani sawi putih berhasil.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan 5.2 Saran

You might also like