You are on page 1of 7

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PRAGMATIK

TINDAK TUTUR MENURUT AUSTIN

Bahasa Indonesia VI A Kelompok III FERMI ERMELI RETI SEPTRISNA YUSMA DWITA SARI 091000488201024 091000488201055 091000488201088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHAPUTERA MUHAMMAD YAMIN SOLOK 2012

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG Tindak tutur merukan aktivitas menuturkan atau mengujarkan tuturan dengan maksud tertentu (Rustono 1999: 33). Tanpa adanya tuturan atau ujaran orang tidak akan bisa berkomunikasi. Definisi tuturan ini juga sangat banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satunya yaitu Austin yang menyatakan bahwa tuturan itu terbagi atas dua bagian, yaitu performatif dan konstatif. Tuturan performatif adalah tuturan yang di dalam mengutarakan ujaran seseorang yang dapat melakukan sesuatu selain mengatakan sesuatu. Maksudnya dalam sebuah tuturan juga terdapat suatu tindakan. Salah satu contohnya yaitu Saya mohon maaf atas keterlambatan saya. Dalam contoh ini seseorang menuturkan permintaan maaf dan sekaligus memohon maaf atas keterlambatannya. Tuturan konstatif disebut juga tuturan deskriptif (constative utterance), tuturan yang digunakan untuk menggambarkan suatu peristiwa, proses, keadaan, dan sebagainya. Tuturan konstatif ini memberikan gambaran terhadap suatu keadaan atau peristiwa, contohnya Ali pergi ke Jakarta. Jadi dalam tuturan ini menyatakan tentang suatu peristiwa bahwa Ali pergi ke Jakarta.

PEMBAHASAN

Pengertian Tindak Tutur Menurut Austin

Menurur Austin

(1962) dalam Wijana (1996: 23) dan Rustono (1999: 34) tuturan

dibedakan menjadi tuturan konstatif dan tuturan performatif.

A. Tuturan performatif Tuturan performatif adalah tuturan yang pengutaraanya digunakan untuk melakukan sesuatu (Wijana 1996: 23). Austin (1962) dalam bukunya How to do thinks with words mengemukakan pandangannya bahwa di dalam mengutarakan tuturan, seseorang dapat melakukan sesuatu selain mengatakan sesuatu. Contohnya; 1. Saya mohon maaf atas keterlambatan saya. 2. Saya berjanji mulai hari ini akan mematuhi aturan kantor. 3. Saya berani bertaruh bahwa Leonard tidak akan menang melawan Norris . 4. Saya umumkan bahwa tarif angkutan lebaran tidak mengalami kenaikan. 5. Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan, seminar ini secara resmi saya nyatakan dibuka. Kalimat di atas dipergunakan untuk melakukan tindakan, yakni tindakan mohon maaf, berjanji, bertaruh, mengumumkan, dan meresmikan. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa konteks pemakain bahasa merupakan aspek yang sangat penting di dalam memahami sebuah tuturan. Sementara itu, yang dimaksud dengan konteks dalam pragmatik adalah semua latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur. Kenyataan ini menunjukkan bahwa faktor-faktor ekstralingual memegang peranan penting dalam analisis pragmatic. (Levinson, 1983). Termasuk pula analisis terhadap validitas tuturan performatif. Austin (1962) mengemukakan bahwa validitas tuturan performatif tergantung pada terpenuhinya beberapa syarat yang disebut felicity conditions adapun syarat-syaratnya yaitu: 1. Orang yang mengutarakan dan situasi pengutaraan tuturan itu harus sesuai. Tuturan saya umumkan bahwa tarif angkutan lebaran tidak mengalami kenaikan, misalnya diucapkan oleh mentri perhubungan pada jumpa pers. 2

2. Tindakan itu harus dilakukan secara bersungguh-sungguh oleh penutur dan lawan tutur. Contoh tuturannya yaitu Saya berani bertaruh bahwa Leonard tidak akan menang melawan Norris merupakan tuturan performatif bila lawan tutur menerima ajakan penutur. 3. Penutur dan lawan tutur harus memiliki niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan tindakan itu. Contoh selamat ya, atas prestasinya merupakan tindakan performatif bila penutur mengucapkan tuturannya dengan niat dan maksud yang sungguh-sungguh untuk memberi ucapan selamat. Salah seorang murid Austin, John Searle memperluas syarat-syarat validitas tindak tutur yang diajukan oleh gurunya. Menurut Searle tuturan performatif harus memenuhi lima syarat yaitu: a. Penutur harus memiliki niat yang sungguh-sungguh terhadap apa yang dijanjikannya. Contoh saya berjanji akan memberimu sebagian keuntungan yang kita dapat

kalimat ini dapat menjadi tuturan performatif bila penutur benar-benar berniat untuk memberikan sebagian keutungan kepada lawan tuturnya. b. Penutur harus berkeyakinan bahwa kawan tutur percaya bahwa tindakan itu benarbenar akan dilaksanakan. Contoh saya berjanji bahwa saya akan menyelesaikan skripsi saya dalam lima hari. Tuturan ini bukan merupakan tindak performatif bila diutarakan oleh penutur yang belum memulai menulis skipsi karena ia tidak mungkin dapat meyakinkan lawan tuturnya, dalam hal ini, pembingnya, bahwasanya ia akan mampu melaksanakan apa yang dijanjikannya. c. Penutur harus berkeyakinan bahwa ia mampu melaksanakan tindakan itu, contoh saya berjanji akan membelikan anda sebuah Toyota Kijang. Kalimat ini merupakan tindakan performatif bila diucapkan oleh seorang jutawan dan sepanjang penutur mengucapkannya secara tulus. d. Penutur harus memprediksikan tindakan yang akan dilakukan (future actin), bukannya tindakan-tindakan yang sudah dilakukan. Contoh saya akan ke rumahmu, tetapi tuturan tadi pagi saya mengikuti upacara bendera bukan tindakan performatif 3

karena yang pertama mempredikasi tindakan yang akan dilakukan ( akan ke rumahmu), sedangkan yang ke dua mempredikasi tindakan yang sudah dilakukan (tadi pagi). e. Penutur harus mempredikasi tindakan yang dilakukannya sendiri, bukan tindakan yang dilakukan oleh orang lain. Contoh saya berjanji akan datang pada pesta pernikahanmu. Kalimat tersebut adalah tuturan performatif karena yang akan datang adalah penutur sehingga ia memiliki kemungkinan untuk melaksanakan tindakan itu. Bila dibandingkan syarat validitas tindak tutur yang diajukan oleh Austin dan Searle dapat diketahui bahwa syarat Austin yang pertama pada hakikatnya sama dengan syarat Searle yang ketiga, syarat Austin yang kedua dan ketiga sama dengan syarat searle yang pertama dan kedua, dan kategori tuturan performatif Austin, yakni pelaku orang pertama dan kata kerja berkala kini sama dengan Searle yang keempat dan kelima.

B. Tuturan Konstatif Menurut Kridalaksana (1984: 201) tuturan konstatif sering disebut juga tuturan deskriptif (constative utterance), tuturan yang digunakan untuk menggambarkan suatu peristiwa, proses, keadaan, dan sebagainya. Sifatnya betul atau tidak betul (Kridalaksana, 1984: 201). Contoh: (1) Ali pergi ke Jakarta dan (2) Saya tidur di hotel. Sedangkan Gunawan (1994: 43) mengatakan bahwa tuturan konstatif adalah tuturan yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya dapat diuji benar atau salah dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia Contoh: (a)Bareh Solok adalah lagu daerah Jawa dan (b) Jakarta adalah ibu kota Indonesia. Kalimat pertama yaitu Ali pergi ke Jakarta menjelaskan tentang suatu peristiwa bahwa Ali pergi ke Jakarta. Sedangkan kalimat ke dua yaitu saya tidur di hotel

menerangkan suatu keadaan tentang seseorang yang tidur di hotel. Pada kalimat Bareh Solok adalah lagu daerah Jawa, berdasarkan penjelasan dari pendapat gunawan kita bisa menguji benar atau salahnya tentang jawaban yang ada pada kalimat tersebut.

PENUTUP

Tindak tutur merupakan aktivitas menuturkan atau mengujarkan tuturan dengan maksud tertentu (Rustono 1999: 33). Tuturan performatif adalah tuturan yang di dalam mengutarakan ujaran seseorang yang dapat melakukan sesuatu selain mengatakan sesuatu. Tuturan konstatif disebut juga tuturan deskriptif (constative utterance), tuturan yang digunakan untuk menggambarkan suatu peristiwa, proses, keadaan, dan sebagainya.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tindak Tutur Menurut Austin. Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan mata kuliah Pragmatik. Terima kasih penulisan sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu.dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada dosen pembimbing ibu Mimi Sri Irfadila S.Pd yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyelesaian makalah ini. Dalam rangka penyempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya tenaga pendidikan

6 i

You might also like