You are on page 1of 8

1.

USAHA-USAHA KONSERVASI TANAH DAN AIR Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat syarat yang diperluka agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah mempunyai hubungan yang erat dengan konservasi air. metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan menjadi 3 metode yaitu: 1. Metode Vegetatif Menurut Seloliman (1997) metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring menggunakan tanaman sebagai sarana konsevasi tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah. Tanaman penutup tanah selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memeperbaiki struktur tanah, menambahakan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah. selain itu dapat juga dilakukan dengan: 1) Tanaman dengan lajur berselang-seling, pada kelerengan 6-10% 2) Menanam secara kontur (Countur planting), dilakukan pada kelerengan 1518% 3) Pergiliran Tanaman 4) Reboisasi 5) Penanaman saluran pembuang dengan rumput untuk melindungi saluran pembuang agar tidak rusak. 2. Metode Mekanik cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (seloliman,1997).

Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989). 3. Metode Kimia Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra, 1985). Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad,1989). 2. USAHA KONSERVASI TANAH 2.1 TUJUAN Konservasi tanah adalah penempatan tiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Pemakaian istilah konservasi tanah sering diikuti dengan istilah konservasi air.Meskipun keduanya berbeda tetapi saling terkait.Ketika mempelajari masalah konservasi sering menggunakan kedua sudut pandang ilmu konservasi tanah dan konservasi air.Secara umum, tujuan konservasi tanah adalah meningkatkan produktivitas lahan secara maksimal, memperbaiki lahan yang rusk/ kritis, dan melakukan upaya pencegahan kerusakan tanah akibat erosi. sasaran konvervasi tanah meliputi keseluruhan sumber daya lahan , yang mencakup kelestarian produktivitas tanah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendukung keseimbangan ekosistem (Setiahadi,2010). 2.2 Cara-Cara Konservasi tanah

Penghutanan Kembali Penghutanan kembali (reforestation) secara umum dimaksudkan untuk mengembalikan dan memperbaiki kondisi ekologi dan hidrologi suatu wilayah

dengan tanaman pohon-pohonan. Penghutanan kembali juga berpotensi untuk peningkatan kadar bahan organik tanah dari serasah yang jauh di permukaan tanah dan sangat mendukung kesuburan tanah. Penghutanan kembali biasanya dilakukan pada lahan-lahan kritis yang diakibatkan oleh bencana alam misalnya kebakaran, erosi, abrasi, tanah longsor, dan aktivitas manusia seperti pertambangan, perladangan berpindah, dan penebangan hutan. Wanatani Wanatani (agroforestry) adalah salah satu bentuk usaha konservasi tanah yang menggabungkan antara tanaman pohon-pohonan,atau tanaman tahunan dengan tanaman komoditas lain yang ditanam secara bersama-sama ataupun bergantian, khususnya tanaman semusim.Tanaman tahunan mempunyai luas penutupan daun yang relatif lebih besar dalam menahan energi kinetik air hujan, sehingga air yang sampai ke tanah dalam bentuk aliran batang (stemflow) dan aliran tembus (throughfall) tidak menghasilkan dampak erosi yang begitu besar. Sedangkan tanaman semusim mampu memberikan efek penutupan dan perlindungan tanah yang baik dari butiran hujan yang mempunyai energi perusak. Penggabungan keduanya diharapkan dapat memberi keuntungan ganda baik dari tanaman tahunan maupun dari tanaman semusim.macam- macam wanatani diantaranya: Pertanaman Sela Pertanaman sela adalah pertanaman campuran antaratanaman tahunan dengan tanaman semusim.Sistem ini banyak dijumpai di daerah hutan atau kebun yang dekat dengan lokasi permukiman.Tanaman sela juga banyak diterapkan di daerah perkebunan, pekarangan rumah tangga maupun usaha pertanian tanaman tahunan lainnya.Dari segi konservasi tanah, pertanaman sela bertujuan untuk meningkatkan intersepsi dan intensitas penutupan permukaan tanah terhadap terpaan butir-butir air hujan secara langsung sehingga memperkecil risiko tererosi. Pertanaman Lorong Sistem pertanaman lorong atau alley cropping adalah suatu sistem dimana tanaman pagar pengontrol erosi berupa barisan tanaman yang ditanam rapat mengikuti garis kontur, sehingga membentuk lorong-lorong dan tanaman semusim berada di antaratanaman pagar tersebut Sistem ini sesuai untuk diterapkanpada lahan kering dengan kelerengan 3-40%. Talun hutan rakyat

Talun adalah lahan di luar wilayah permukiman penduduk yang ditanami tanaman tahunan yang dapat diambil kayu maupun buahnya.Sistem ini tidak memerlukan perawatan intensif dan hanyadibiarkan begitu saja sampai saatnya panen.Karena tumbuh sendirisecara spontan, maka jarak tanam sering tidak seragam, jenistanaman sangat beragam dan kondisi umum lahan seperti hutanalami.Ditinjau dari segi konservasi tanah, talun hutan rakyat dengankanopi yang rapat dapat mencegah erosi secara maksimal jugasecara umum mempunyai fungsi seperti hutan. Kebun Campuran Berbeda dengan talun hutan rakyat, kebun campuran lebih banyak dirawat.Tanaman yang ditanam adalah tanaman tahunanyang dimanfaatkan hasil buah, daun, dan kayunya. Kadang-kadang juga ditanam dengan tanaman semusim.Apabila proporsi tanamansemusim lebih besar daripada tanaman tahunan, maka lahan tersebutdisebut tegalan.Kebun campuran ini mampu mencegah erosi denganbaik karena kondisi penutupan tanah yang rapat sehingga butiran airhujan tidak langsung mengenai permukaan tanah.Kerapatantanaman juga mampu mengurangi laju aliran permukaan. Hasiltanaman lain di luar tanaman semusim mampu mengurangi risikoakibat gagal panen dan meningkatkan nilai tambah bagi petani. Pekarangan Pekarangan adalah kebun di sekitar rumah dengan berbagaijenis tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan.Lahan tersebut mempunyai manfaat tambahan bagi keluarga petani,dan secara umum merupakan gambaran kemampuan suatu keluargadalam mendayagunakan potensi lahan secara optimal. Tanamanyang umumnya ditanam di lahan pekarangan petani adalah ubikayu, sayuran, tanaman buah-buahan seperti tomat, pepaya,tanaman obat-obatan seperti kunyit, temulawak, dan tanaman lainyang umumnya bersifat subsisten. Tanaman Pelindung Tanaman pelindung adalah tanaman tahunan yang ditanam disela-sela tanaman pokok tahunan.Tanaman pelindung inidimaksudkan untuk mengurangi intensitas penyinaran matahari, dandapat melindungi tanaman pokok dari bahaya erosi terutama ketikatanaman pokok masih muda. Tanaman pelindung ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1.

Tanaman pelindung sejenis yang membentuk suatu system wanatani sederhana (simple agroforestry). Misalnya tanaman pokok berupa tanaman kopi dengan satu jenis tanaman pelindung misalnya: gamal (Gliricidia

sepium), dadap(Erythrina leucocephala)atau kayu manis

subumbrans),

lamtoro

(Leucaena

2. Tanaman pelindung yang beraneka ragam dan membentukwanatani kompleks (complex agroforestry atau system multistrata). Misalnya tanaman pokok berupa tanaman kopidengan dua atau lebih tanaman pelindung misalnya: kemiri(Aleurites muluccana), jengkol (Pithecellobium jiringa), petai(Perkia speciosa), kayu manis, dadap, lamtoro, gamal, durian(Durio zibethinus), alpukat (Persea americana), nangka(Artocarpus heterophyllus), cempedak (Artocarpus integer),dan lain sebagainya. Silvipastura Sistem silvipastura sebenarnya adalah bentuk lain dari system tumpang sari, tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman tahunan bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak sepertirumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Penniseitumpurpoides), dan lain-lain. Silvipastura umumnya berkembang di daerahyang mempunyai banyak hewan ruminansia.Hasil kotoran hewanternak tersebut dapat dipergunakan sebagai pupuk kandang,sementara hasil hijauannya dapat dimanfaatkan sebagai bahanpakan ternak.Sistem ini dapat dipakai untuk mengembangkanpeternakan sebagai komoditas unggulan di suatu daerah. 3.USAHA KONSERVASI AIR 3.1 Tujuan Untuk konservasi air di daerah seperti sungai, danau, waduk tentunya tak lepas dari pengelolaan yang dilakukan demi diperolehnya tatanan air yang setimbang. Tujuan konservasi itu meliputi: a. Pencegahan Banjir dan Kekeringan

Banjir terjadi karena sungai dan saluran-saluran drainase lain tidak mampu menampung air hujan yang turun ke bumi. Penuhnya air permukaan pada sungai dan danau serta saluran drainase lain disebabkan karena air hujan itu tidak merembes ke bumi, melainkan mengalir menjadi air permukaan. Penyebab terjadinya banjir antara lain curah hujan yang tinggi, penutupan hutan dan lahan yang tidak memadai, serta perlakuan atas tanah yang salah. Agar banjir dan kekeringan dapat diantisipasi, maka perlu dibuat peta rawan banjir dan kekeringan pada tiap daerah, menyusun rencana penanggulangan banjir dan kekeringan, dan menyiapkan sarana dan prasarana untuk mengadaptasinya.

Kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencegah banjir adalah: (1) mematuhi ketentuan tentang Koefisien Bangunan Dasar (KBD) bangunan sehingga kemampuan peresapan air ke dalam tanah meningkat; (2) menjaga sekurangkurangnya 70 % kawasan pegunungan tertutup dengan vegetasi tetap; (3) melakukan penanaman, pemeliharaan, dan kegiatan konservasi tanah lainnya pada kawasan lahan yang gundul dan tanah kritis lainnya terutama pada kawasan hulu suatu DAS; (4) menyelenggarakan pembuatan teras pada kawasan budidaya di daerah berlereng; (5) Membangun sumur dan kolam resapan; (6) membangun dam penampung dan pengendali air pada tempat-tempat yang dimungkinkan; (7) pengaturan tata guna lahan yang harus lebih berorientasi kepada lingkungan dan meningkatkan ruang terbuka hijau; (8) alokasi lahan harus lebih berorientasi ke fungsi sosial, lingkungan dan keberpihakan kepada rakyat kecil, sehingga perlu dilakukan pendataan tanah dan land form. Pada kawasan resapan air tidak diperkenankan mendirikan bangunan di kawasan ini arena akan menghalangi meresapnya air hujan secara besarbesaran. Pembangunan jalan raya juga dihindari agar tidak menyebabkan pemadatan tanah dan terganggunya fungsi akuifer. vegetasi yang ada dijaga dan tidak dilakukan penebangan komersial b. Pencegahan Erosi dan Sedimentasi

Erosi dan sedimentasi adalah peristiwa terkikisnya lapisan permukaan bumi oleh angin atau air. Faktor penentu sedimentasi ini adalah iklim, topografi, dan sifat tanah serta kondisi vegetasi. Faktor penyebab erosi yang terbesar adalah pengikisan oleh air. Oleh karena itu upaya pencegahan yang dilakukan berkaitan dengan upaya pencegahan banjir. Erosi juga dapat terjadi pada tepi sungai karena tebing sungai tidak bisa memegang tanah yang terkena arus air. Kegiatan untuk mencegah erosi dan sedimentasi yang dapat dilakukan adalah: (1) tidak melakukan penggarapan tanah pada lereng terjal. Bila kelerengan lebih dari 40% maka tidak diperkenankan sama sekali untuk bercocok tanam tanaman semusim. Sedangkan bercocok tanam pada 10 kawasan yang berlereng antara 15-25 % dilakukan dengan membuat teras terlebih dahulu; (2) Untuk mencegah terjadinya sedimentasi pada sungai, maka pada berbagai lokasi di kawasan berlereng dibuat bangunan jebakan lumpur, berupa parit-parit buntu sejajar kontur dengan berbagai variasi panjang, lebar dan dalamnya parit. Secara periodik parit ini dibersihkan agar dapat berfungsi sebagai penjebak lumpur, terutama pada musim penghujan; (3) mencegah pemanfaatan lahan secara intensif pada lahan yang berada di atas ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut; (4) mencegah pemanfaatan lahan yang memiliki nilai erosi lebih tinggi dari erosi yang diperbolehkan.

c.

Pencegahan Kerusakan Bantaran Sungai

Kerusakan bantaran sungai dapat diakibatkan oleh pengikisan aliran air dan aktivitas manusia yaitu dengan pembuangan sampah, material dan pengurukan untuk melindungi tempat tinggal. Pencegahan timbulnya kerusakan bantaran sungai dapat dilakukan : (1) melindungi bantaran sungai secara teknis dengan pembetonan dan secara vegetasi yaitu penanaman pada bantran sungai dengan pohon supaya tahan terhadap proses pengikisan; (2) melarang dan menindak kepada orang atau pihak yang menggunakan bantaran sungai untuk bangunan tempat tinggal; (3) melarang kegiatan pembuangan sampah dan material sehingga menyebabkan kerusakan bantaran sungai. (Sovea,2010) 3.2 Cara-cara Konservasi Air Ada beberapa cara konservasi air, yaitu: 1) Meningkatkan daya dukung DAS dengan mencegah kerusakan dan memperbaiki catchment area sebagai daerah resapan air melalui upaya konservasi lahan, baik dengan metode mekanis (seperti pembuatan terasering dan sumur resapan) maupun vegetatif 2) Melakukan konservasi air dengan pemanenan air hujan dan aliran permukaan (rain fall and run off harvesting) pada musim hujan untuk dimanfaatkan pada saat terjadi krisis air terutama pada musim kemarau. Pemanenan dilakukan dengan menampung air hujan dan run off melalui pembuatan embung. 3) Mengembangkan Teknologi Dam Parit yang dibangun pada alur sungai untuk menambah kapasitas tampung sungai, memperlambat laju aliran dan meresapkan air ke dalam tanah (recharging). Teknologi ini dianggap efektif karena secara teknis dapat menampung volume air dalam jumlah relatif besar dan mengairi areal yang relatif luas karena dapat dibangun berseri (cascade series). (pemkab grobogan, 2011)

DAFTAR PUSTAKA Kartasapoetra. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta:Rineka Cipta http://grobogan.go.id/info-daerah/artikel/332-konservasi-air-dalam-menanggulangikelangkaan-air.html (diakses 29 April 2012) Sintala, Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: ITB Setiahadi, Bambang. 2010. Konservasi Tanah. http://www.htysite.com/konservasi %20tanah%20vegetatif.htm (diakses 29 April 2012) Soleliman. 1997. Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup Seloliman: Mengelola Lahan Tegalan. Surabaya: Trubus Agrisarana Sovea.2010. Konservasi Sumber Daya air http://ekinaseae.blogspot.com/2010/02/konservasi-sumber-daya-air.html (diakses 29 April 2012) .

You might also like