You are on page 1of 6

PROFIL WILAYAH Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan

Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa YogyAkarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa. Letak geografi : 110O 21'sampai 110O 50' BUJUR TIMUR dan 7O 46'sampai 8O 09' LINTANG SELATAN Batas Wilayah Kabupaten Gunungkidul: Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman (Propinsi DIY). Sebelah Utara : Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa Tengah). Sebelah Timur :Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah). Sebelah Selatan : Samudera Hindia Kabupaten Gunung Kidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari

pertanian, perikanan dan peternakan , hutan, flora dan fauna, industri, tambang serta potensi pariwisata. Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering tadah hujan ( 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah hujan. Sumberdaya alam tambang yang termasuk golongan C berupa : batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras, kaolin dan pasir kuarsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN Ditinjau dari aspek bentuklahanya, Kabupaten Gunung Kidul terdiri atas 3 bentuklahan utama, yaitu struktural, karst dan fluvial. Dengan adanya kondisi tersebutm maka dapat dipastikan bahwa karakteristik fisik lahan dapat sangat bervariasi, termasuk potensi yang ada didalamnya. Bentuklahan karst dikenal memiliki sistem drainase bawah permukaan, dimana akuifer yang terbentuk memiliki sistem conduit, diffuse dan fissure yang terletak jauh di dalam tanah. oleh karena itu maka di beberapa daerah memiliki kerentann air yang cukup tinggi. Untuk bentuklahan struktural, kondisinya tidak jauh berbeda, dimana kondisi permukaan lebih didominasi oleh batuan yang cadas/keras sehingga pemanfaatannya sangat terbatas seperti untuk

tenaman keras maupun palawija. Sementara itu untuk bentuklahan fluvial cenderung lebih mudah untuk dioleh, distribusi bentuklahan ini ada pada di sekitar sungai Oyo yang berada di bagian tengah di wilayah kabupaten Gunung Kidul. Penggunaan lahan di dalam bentuklahan fluvial dapat berupa sawah irigasi, maupun sawah tadah hujan dan tegalan. Berdasarkan grafik 1 dapat dilihat bahwa terdapat korelasi antara karakteristik fisik lahan dengan penggunaan lahan. Diawal telah dijelaskan bahwa pengolahan lahan yang paling fleksibel ada pada bentuklahan fluvial di bagian DAS Oyo, dengan demikian maka proporsi penggunaan lahan di Kabupaten Gunung Kidul mayoritas didominasi oleh tegalan, dengan kisaran luas 8000 ha, disusul oleh pekarangan dan perumahan 3000 ha, dan persawahan dengan kisaran luas 1000ha. Penggunaan lahan merupakan unsur yang dinamis, sehingga perlu adanya analisis secara multytemporal guna dapat mendeteksi perubahannya. Penggunaan lahan berupa tegalan memiliki tren kenaikan antara tahun 1994-1997, dan kemudian mulai menurun pada tahun 1998. Sementara itu, untuk sawah cenderung menurun pada tahun 1994-1995, dan relatif statis pada tahun 1996-1998, demikian pula dengan pekarangan yang memiliki pola yang sama dengan sawah (grafil 1). Penurunan luas tegalan dapat disebabkan oleh alihfungsi lahan untuk pekarangan. Kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh adanya pertumbuhan penduduk, sehingga semakin banya lahan yang akan dikonversi menjadi hunian. Tegalan merupakan lahan yang paling mudah dan proporsional untuk dijadikan hunian, karena memiliki tingkat produksi yang cukup rendah dan tidak membutuhkan banyak dana untuk proses pengolahannya. Asumsi tersebut terbukti dengan adanya tren kenaikan luas pekarangan pada periode 1997-1998.

Grafik 1. Perubahan Luas Lahan Pertanian Kab. Gunung Kidul Tahun 1994-1998
120000 100000 80000 ha 60000 40000 20000 0 1994 1995 1996 1997 1998 Sawah Tegal Pekarangan Jumlah

Sumber : Sumber :Kabupaten Gunungkidul dalam Angka Tahun 1994-1998 Lahan merupakan salahsatu bentuk sumberdaya alam yang berupa akumulasi dari faktor-faktor fisik yang memiliki nilai tertentu untuk jenis pemanfaatan tertentu. Oleh karena itu maka lahan merupakan bentuk investasi yang dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari tahun 1994-1998, telah terjadi perubahan penggunaan lahan, meskipun nilainya tidak cukup signifikan, namun cukup berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara mikro. Penggunaan lahan di Kabupaten Gunung Kidul cukup bervariasi, luas penggunaan lahan berturut-turut mulai dari yang terluas adalah tegalan, pekarangan/bangunan, hutan rakyat, hutan negara, lain-lain, sawah tadah hujan, sawah irigasi dan kolam. Analisis perubahan penggunaan lahan dapat dinyatakan dengan nilai aktiva dan pasiva. Aktiva adalah adalah kemungkinan keuntungan ekonomi di masa depan yang diperoleh atau dikontrol oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian dimasa lalu (Thompson, dalam Skoussen dkk 2001). Sedangkan pasiiva adalah Pasiva adalah pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan oleh suatu perusahaanpada masa yang akan datang. pengorbanan untuk masa yang akan datang initerjadi akibat kegiatan usaha kewajiban ini dibedakan menjadi utang lancar dan utang jangka panjang. Dalam kaitannya dengan penggunaan lahan, aktiva adalah luas lahan pada tahun awal, sementara itu pasiva adalah luas lahan pada tahun ke-n (tahun pengamatan). Dalam kurunwaktu 5 tahun terdapat perubahan aktiva dan pasiva,

beberapa penggunaan lahan memiliki nilai aktiva lebih tinggi dari pasiva, dan sebagian lagi memiliki kondisi sebaliknya (grafik 2). Secara konseptual berlaku hubungan bahwa apabila aktiva lebih besar dari pasiva maka terdapat penurunan pada abjek investasi, dampaknya adalah kemungkinan terdapat penurunan jumlah produksi pada komoditi yang terdapat pada lahan yang bersangkutan. Sementara itu untuk nilai aktiva lebih kecil dari pasiva, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai investasi, yang berkaitan dengan kenaikan nilai produksi pada komoditi lahan. Analisis aktiva dan pasiva pada objek lahan merupakan taksiran makro, artinya adalah masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang dependen dengan unsur lahan itu sendiri. Esensi dari analisis ini ada pada eksistensi penggunaan lahan itu sendiri, dan tidak mencakup pada aspek kesuburan lahan, komoditi (kualitas bibit dan pengelolaan lahan), serta produktivitas lahan itu sendiri. Grafik Aktiva dan Pasiva Kab. Gunung Kidul Tahun 1994 dan 1998
90000 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Pekarangan/Bangunan Tegal/kebun Kolam Lahan tidak diusahakan Hutan rakyat Hutan negara lain-lain

ha

1994 2535 5532 24172 81384 71 1384 12844 13212 8784

1998 3017 5314 28147 77163 81 3863 12217 12113 6621

Sumber : Sumber :Kabupaten Gunungkidul dalam Angka Tahun 1994-1998 Dinamika sumberdaya lahan akan selalu berkaitan dengan sumberdaya manusia. Pertumbuhan penduduk merupakan salahsatu aspek yang dapat mempengaruhi perubahan penggunaan lahan./ Kabupaten Gunungkidul memiliki pertumbuhan penduduk yang relatif positif, dimana hampir di setiap kecamatan mengalami kenaikan jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk di daerah ini tidak begitu signifikan, hal

tersebut terkait dengan adanya faktor fisik yang menjadi pembatas dari pertumbuhan itu sendiri. Sumberdaya alam yang tersedia untuk pemenuhan kebutuhan hidup pada beberapa daerah dapat dikatakan minim, sebagai contoh adalah air, padahal air merupakan unsur dasar untuk kehidupan. Lahan yang sulit untuk diolah juga merupakan faktor penghambat, karena akan berkaitan dengan kondisi kerawanann pangan. pertumbuhan penduduk merupakan fungsi dari pertumbuhan penduduk alami dan buatan (migrasi), dengan karakteristik daerah yang seperti ini kemungkinan arus migrasi akan intensif, sehingga banyak penduduk usia kerja yang bermigrasi ke daerah lain untuk mencari pekerjaan. Dari grafik 3 dapat diamati bahwa terjadi pertumbuhan penduduk dalam skala kecil di hampir semua daerah. Pertumbuhan penduduk negatif yang ada di kecamatan Paliyan, Tepus, Rongkop, Pathuk, Nglipar dan Ngawen disebabkan oleh adanya pemekaran wilayah, sehingga terjadi pergeseran batas administratif dan pada akhirnya akan mempengaruhi nilai pencacahan. Grafik 3. Pertumbuhan Penduduk Kab. Gunung Kidul Tahun 19941998
2.00 0.00 -2.00 -4.00 Axis Title -6.00 -8.00 -10.00 -12.00 -14.00 -16.00 Kecamatan

Sumber : Sumber :Kabupaten Gunungkidul dalam Angka Tahun 1994-1998 Pertumbuhan penduduk dan analisis ativa-pasiva penggunaan lahan merupakan gabungan analisis untuk menentukan cadangan sumberdaya terkait dengan penggunaan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat didalamnya. Dalam kurunwaktu 1994-1998 ini, secara umum Kabupaten Gunung Kidul belum mengalami perubahan yang cukup signifikan untuk dapat membawa dampak secara global. KESIMPULAN 1. Karakteristik fisik daerah mempengaruhi penggunaan lahan didalamnya.

2. Pertumbuhan penduduk menyebabkan kenaikan pada kebutuhan ruang untuk hunian, akibatnya akan mengurangi proporsi dari penggunaan lahan lain, termasuk lahan produktif. 3. Aktiva dan pasiva penggunaan lahan Gunung Kidul tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan. 4. Pertumbuhan penduduk selain akan memakan ruang hunian semakin luas, juga berpengaruh pada permintaan akan kebutuhan hidup.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. http://www.gunungkidulkab.go.id/home.php?id=78&mode=content (diakses 23 April 2012) Anonim. http://rahasiaakuntansi.blogspot.com/2010/03/definisi-aktiva-pasiva.html.

(diakses 23 April 2012)

You might also like