You are on page 1of 16

MAKALAH PLH

NAMA : Fadhli Al Fajri KELAS : XI IPA 3

PENDAHULUAN
Suatu kejadian alam dikatakan sebagai bencana (disaster) apabila mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, prasarana, dan utilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan masyarakat. Namun apabila kejadian alam itu tidak sampai mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, apalagi kerugian harta benda dan kerusakan-kerusakan sarana/prasarana lain, maka kejadian alam itu disebut sebagai fenomena alam biasa. Bencana dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik oleh alam, yang masih dibagi lagi menjadi dua faktor penyebab, yakni: hazards of exogenic origin (bencana alam asal luar), dan hazards of endogenic origin (bencana alam asal dalam). Bencana yang disebabkan oleh proses alam ini adalah bencana akibat proses geologis, proses geomorfologis dan proses klimatologis, yang mengakibatkan bencana alam. Bencana alam sebenarnya merupakan proses alam dengan intensitas yang melebihi normal, seperti: gempa bumi, letusan gunung api, longsoran, dan gelombang badai. Dari bencana alam-bencana alam tersebut di atas, yang termasuk di dalam bencana asal luar (hazards of exogenic origin), adalah: Banjir, Erosi, Gerakan tanah, Debris avalanches, Kekeringan. Sedangkan yang termasuk dalam bencana asal dalam (hazards of endogenic origin), adalah: Gempa bumi, Gelombang pasang (tsunami), Letusan gunung api (hujan abu, aliran lahar, aliran lava). Adapun bencana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia (hazards of anthropogenic origin), adalah: Degradasi lingkungan, Penggundulan hutan yang berakibat pada bencana kekeringan, erosi/banjir, Gempa bumi akibat pembangunan dam, Penurunan tanah/lahan (amblesan/tanah terban), longsoran, dan akibat ulah manusia (dalam rangka pengembangan wilayah yang tidak berwawasan lingkungan). Namun di sini saya hanya akan membahas tentang bencana yang berasal dari luar (hazards of exogenic origin) dan bencana yang berasal dari dalam (hazard of endogenic origin)

DAFTAR ISI
Gempa Bumi ................................................................................. 4 Tanah Longsor .............................................................................. 6 Banjir ............................................................................................. 10 Gunung Meletus ........................................................................... 14 Penutup .......................................................................................... 15 Daftar Pustaka .............................................................................. 16

GEMPA BUMI
Dalam catatan sejarah gempa bumi, pada abad ke 20 hingga abad ke 21 sekarang ini sering sekali terjadi gempa bumi yang berkekuatan besar dan tidak jarang juga yang menyebabkan tsunami. Seperti halnya yang baru-baru ini terjadi yaitu gempa bumi di jepang 11 maret 2011 berskala 9,0 skala richter yang sebelumnya direvisi dari 8,9 SR. Gempa bumi di jepang ini juga menimbulkan gelombang tsunami jepang 2011. Tanggal 26 Oktober 2010 gempa bumi di Mentawai berskala 7,2 SR juga menimbulkan Tsunami mentawai. Selain itu gempa bumi yang tidak kalah dahsyatnya juga terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter mengguncang Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami di samudera Hindia. Bencana alam ini telah merenggut lebih dari 220.000 jiwa (Daftar Gempa Bumi/Tsunami di Abad 20-21). Dari sekian banyak bencana gempa bumi yang terjadi di abad 20 21, pada kesempatan ini duniabaca.com akan sedikit membahas tentang pengertian gempa bumi, Tipe-tipe gempa bumi serta faktor penyebab terjadinya gempa bumi, seperti yang dilansir wikipedia. Pengertian Gempa Bumi Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan Tipe Tipe Gempa Bumi: 1. Gempa Bumi Vulkanik (Gunung Api) Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut. 2. Gempa Bumi Tektonik Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak

perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa vulkanik ialah seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB.

1. Gempa Bumi Tumbukan: Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi 2. Gempa Bumi Runtuhan: Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal. 3. Gempa Bumi Buatan: Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

TANAH LONGSOR
Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering kerap terjadi di segala penjuru dunia termasuk indonesia, seperti halnya bencana gempa bumi, bencana banjir dan atau bencana tsunami maupun bencana alam yang lainnya. Akibat dari bencana ini dapat mengakibatkan kehilangan tempat tinggal dan bahkan kematian. Bencana tanah longsor ini dapat terjadi jika gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan.Gaya pendorong diakibatkan oleh oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Sedangkan penyebab gaya penahan adalah kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Ini semua dimulai saat musim kering yang panjang, pada saat itu terjadi penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Akibatnya terjadi rongga-rongga dalam tanah yang kemudian disusul adanya retakan dan rekahan di dalam tanahDi indonesia biasanya bencana tanah longsor terjadi pada bulan november. Tahu sendirikan di bulan itu intensitas curah hujan meningkat. Melalui tanah yang merekah pada musing kering itu, air hujan akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Ditambah sudut lereng yang terjal atau mencapai sekitar 180 derajat sehingga dapat menyebabkan tanah longsor. Dan sudah barang tentu akibat paling pahit akan dialami oleh orang yang tinggal di dekatnya. Faktor Faktor penyebab Longsor 1. Hujan Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November seiring meningkatnya intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Muncul-lah pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan rekahan tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah. 2. Lereng terjal Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang

menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar. 3. Tanah yang kurang padat dan tebal Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng > 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama bila terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika udara terlalu panas. 4. Batuan yang kurang kuat Pada umumnya, batuan endapan gunungapi dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila terdapat pada lereng yang terjal. 5. Jenis tata lahan Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama. 6. Getaran Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak. 7. Susut muka air danau atau bendungan Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan. 8. Adanya beban tambahan Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.

9. Pengikisan/erosi Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal. 10. Adanya material timbunan pada tebing Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah. 11. Bekas longsoran lama Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri:

Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda. Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur. Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai. Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah. Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama. Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil. Longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung) Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:

Bidang perlapisan batuan Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat. Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air). Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat. Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.

13. Penggundulan hutan

Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

14. Daerah pembuangan sampah Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

Akibat dari Tanah longsor sebenarnya bisa dihindari seperti membuat vegetasi atau tidak tinggal di tempat-tempat yang rawan bencana ini. Masih banyak tanah yang lebih aman untuk tempat tinggal yang layak di indonesia. Dan apabila bencana tersebut terjadi, maka kita akan aman. Mudah-mudahan bencana longsor di indonesia semakin berkurang apalagi sampai harus berujung kematian.

BANJIR
Berbicara masalah banjir, sepintas yang terlintas di benak kita, sebagaimana yang sering kita lihat di berita-berita yaitu daerah kali ciliwung jakarta. Daerah tersebut sering sekali menjadi korban banjir dan berbagai daerah lainnya baik di jakarta maupun luar jakarta. Kalau kita mau mengkaji secara mendalam dan untuk mengantisipasi terjadinya banjir, sebenarnya banyak sekali faktor-faktor penyebab banjir, namun dari semua faktor tersebut tentunya ada juga cara menanggulangi banjir. Maka dari itu, lewat artikel ini duniabaca.com kutip dari berbagai sumber sedikit banyak tentang banjir, faktor penyebab terjadinya banjir serta bagaimana cara menanggulangi banjir agar supaya kita terbebas dari bencana tersebut. Definisi Banjir
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam (Suparta (2004) dijelaskan bahwa Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana aja. Dan air itu ngeluyur keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi kapasitasnya. Kondisi inilah yang disebut banjir.

Jenis Jenis Banjir Menurut ahli hidrologi banjir-bajir di indonesia itu dibagi menjadi tiga jenis, antara lain: 1. Banjir Karena Sungai Meluap Banjir jenis ini biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi menampung aliran air yang ada disungai itu akibat debit airnya sudah melebihi kapasitas. Kalo dah kayak gini, airnya itu akan mencari tempat lain (mungkin dah bosan kali airnya lewat situ hehehe) tempat itu ada dikanan kiri sungai yang biasanya merupakan daerah dataran banjir (apa lagi itu dataran banjir, itu bahasa Geomorfologi. Masih nyari2 bahan nih). luapan air ini bisa juga terjadi akibat kiriman (kiriman??? kayak pos aja), bila crah hujan tinggi di hulu sungai dan sistem DAS dari sungai itu rusak maka luapan airnya akan terjadi di hilir sungai. 2. Banjir Lokal Banjir ini merupakan banjir yang terjadi akibat air yang berlebihan ditempat itu dan meluap juga ditempat itu. Pada saat curah hujan tinggi dilokasi setempat dimana kondisi tanah dilokasi itu sulit dalam melakukan penyerapan air (bisa karena padat, bisa juga karena kondisinya lembab, dan bisa juga karena daerah resapan airnya tinggal sedikit) maka kemungkinan terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi sekali.

10

3. Banjir Akibat Pasang Surut Air Laut Saat air laut pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat, otomatis aliran air di bagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut. Selain melambat, bila aliran air sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau cekungan) maka air itupun akan menyebar kesegala arah dan terjadilah banjir. Faktor Faktor Penyebab Banjir Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yg rendah. Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran2 atau sugai2 dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi). Sebenarnya banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir, mengapa bisa alami??? Karena dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan derah yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa tapi juga tanah2 yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan2 sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yg subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan. Itu faktor penyebab banjir yang alami. sekarang kita tengok yg tidak alami atau akibat dari perubahan Pertama itu perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang. Dan kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini saluran2 yg ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah2 cepat mengalami penjenuhan. Berdasarkan penelitian Diarniti (2007) jumlah vegetasi di denpasar pada tahun 1994 adalah 45.31% dan pada tahun 2003 itu 17.86%, klo gitu dah berkurang 27,45% dari tahun 1994 sampai 2003. Akibat global warming / pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, makanya jngan heran kalau sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah. Berdasarkan analisis statistik data curah hujan dari tahun 1900 sampai tahun 1989 terhadap variansi hujan dengan menggunakan uji F dihasilkan bahwa telah terjadi perubahan intensitas hujan untuk lokasi Ambon, Branti, Kotaraja, Padang, Maros, Kupang, Palembang, dan Pontianak (Slamet dan Berliana, 2006). Berdasarkan kajian LAPAN (2006) banjir yang terjadi di Jakarta Januari tahun 2002, Juni 2004 dan Februari 2007 bertepatan dengan fenomena La Nina dan MJO (Madden-Julian oscillation), kedua fenomena ini menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan diatas normal. Memang, berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut bukan hanya faktor iklim yang menyebabkan terjadinya banjir, tp juga di sebabkan oleh perubahan penggunaan lahan dan penyempitan saluran drainase (sungai).

11

Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan ~penggunaan lahan itu ada pemukiman, sawah, tegalan, ladang dll sedangkan tutupan lahan itu vegetasi yang tumbuh di atas permukaan bumi menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju infiltrasi tanah. Menurut Castro (1959) tingkat aliran permukaan pada hutan adalah 2.5%, tanaman kopi 3%, rumput 18% sedangkan tanah kosong sekitar 60%. Sedangkan berdasarkan penelitian Onrizal (2005) di DAS Ciwulan, penebangan hutan menyebabkan terjadinya kenaikan aliran permukaan sebesar 624 mm/th. Itu baru perhitungan yg di lakukan pada daerah hutan yg ditebang dimana masih ada tanah yang bisa meresapkan air Kembali lagi kita ke hutan yang digunakan sebagai sampel apabila ga ada vegetasi dan pengaruhnya terhadap aliran permukaan dan debit sungai. Onrizal (2005) juga mengungkapkan bahwa penebangan hutan menyebabkan berkurangnya air tanah rata-rata sebesar 53.2 mm/bln. Sedangkan kemampuan peresapan air pada DAS berhutan lebih besar 34.9 mm/bln di bandingkan dengan DAS tidak berhutan. Selain itu hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa apabila tanaman di bawah pohon hutan ~tanaman2 yg kecil2 tuh~ itu hilang akan menyebabkan peningkatan aliran permukaan yang mencapai 6.7 m3/ha/blan. Hasil penelitian Bruijnzeel (1982) dalam Onrizal (2005) yang di lakukan pada areal DAS Kali Mondoh pada tanaman hutan memperlihatkan bahwa debit sungai pada bulan mei, juli, agustus dan september lebih tinggi dari curah hujan yang terjadi pada saat bulan2 tersebut, ini membuktikan bahwa vegetasi sebagai pengatur tata air dimana pada saat hujan tanaman membatu proses infiltrasi sehinggaa air disimpan sebagai air bawah tanah dan dikeluarkan saat musim kemarau. Menurut Suroso dan Santoso (2006) dalam WWF-Indonesia (2007) perubahan penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap peningkatan debit sungai. Hasil penelitian Fakhrudin (2003) dalam Yuwono (2005) menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung tahun 1990-1996 akan meningkatkan debit puncak dari 280 m3/det menjadi 383 m3/det, dan juga meningkatkan persentase hujan menjadi direct run-off dari 53 % menjadi 63 %. Dalam makalah yang sama Yuwono (2005) juga mengungkapkan pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan menaikkan puncak banjir berturut-turut 12,7%, 58,7% dan 90,4%. Menurut Yuwono (2005) pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan meningkatkan laju erosi sebesar 10%, 60% dan 90%. Akibat dari erosi ini tanah menjadi padat, proses infiltrasi terganggu, banyak lapisan atas tanah yang hilang dan terangkut ke tempattempat yang lebih rendah, tanah yang hilang dan terangkut inilah yang menjadi sedimentasi yang dapat mendangkalkan waduk2, bendungan2 dan sungai2. setelah terjadi seperti itu, kapasitas daya tampung dari saluran irigasi tersebut menjadi lebih kecil yang akhirnya dapat menyebabkan banjir walaupun dalam kondisi curah hujan normal. Menurut Priatna (2001) kerusakan tanah akibat terjadinya erosi dapat menyebabkan bahaya banjir pada musim hujan, pendangkalan sungai atau waduk2 serta makin meluasnya lahan-lahan kritis.

12

Cara Menanggulangi Banjir 1. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Karena sungai dan selokan merupakan tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah. 2. Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat sungai adalah para pendatang yang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat. Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian, akan tetapi malah sebaliknya, merusak lingkungan. Itu sebabnya pemerintah harus tegas, melarang membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan tidak jelas datang ke kota dalam jangka waktu lama atau untuk menetap.
3. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi. Karena pohon adalah

salah satu penopang kehidupan di suatu ktoa. Banyangkan, bila sebuah kota tidak memiliki pohon sama sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain sebagai penetralisasi pencemaran udara di siang hari, sebagai pengikat air di saat hujan melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi phon, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila hujan tiba.

13

GUNUNG MELETUS
Gunung berapi adalah bukaan, atau rekahan, pada permukaan atau kerak Bumi, yang membenarkan gas, abu, dan batu cair yang panas bebas jauh di dalam bawah permukaan bumi. Aktiviti gunung berapi membabitkan extrusion of rock yang cenderung membentuk gunung atau ciri-ciri berbentuk gunung melalui tempoh masa. Gunung berapi biasanya terdapat di mana plak tetonik berpisah atau bertembung. Rabung tengah laut, seperti Rabung Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge), adalah contoh plak tetonik berpisah; Lingkaran Api Pasifik pula mempunyai contoh gunung berapi yang terhasil akibat pertembungan plak tetonik. Sebaliknya, gunung berapi biasanya tidak terhasil di mana dua plak tetonik bergesel sesama sendiri. Gunung berapi juga boleh terbentuk di kawasan di mana terdapat renggangan pada kerak Bumi dan di mana kerak Bumi menjadi nipis (di kenali sebagai gunung berapi antaraplat bukan titik panas), seperti di Lembah Rift Afrika (African Rift Valley), Rhine Graben Eropah dengan gunung berapi Eifelnya, Lapangan gunung berapi Wells Gray-Clearwater dan Rio Grande Rift di Amerika Utara. Akhir sekali, gunung berapi boleh dihasilkan melalui pluma mantel (mantle plumes), yang dikenali sebagai titik panas; titik panas ini boleh berlaku jauh dari sempadan plak, seperti kepulauan Hawai. Amat menarik, gunung berapi titik panas juga didapati di tempat lain di sistem suria, terutamanya pada bulan dan planet berbatu. Faktor Faktor Penyebab Gunung Meletus 1. Peningkatan kegempaan vulkanik 2. Peningkatan suhu kawah 3. Peningkatan gelombang magnet dan listrik, hingga terjadinya deformasi pada tubuh gunung. 4. Lempeng-lempeng bumi saling berdesakan dan magma di perut bumi pun mendesak serta mendorong permukaan bumi dan memicu aktivitas geologis, vulkanik, dan tektonik. 5. Akibat tekanan yang amat tinggi, magma mendesak keluar (erupsi) dari permukaan bumi sebagai lava.

14

PENUTUP
Itulah sebagian bencana yang sering terjadi di dunia khususnya di negara kita sendiri yaitu Indonesia. Sebenarnya bencana bencana ini tidak hanya di pengaruhi bumi itu sendiri tapi juga ulah manusia yang terlalu serakah yang hanya memikirkan untung tanpa memikirkan apa yang akan terjadi ke depan. Syukurilah yang ada di alam ini jangan kita merusak apa lagi menghancurkannya. Apa kalian ingin melihat anak cucu kita menderita karena ulah keserakahan kalian pada saat ini tentu saja tidak bukan? Oleh karena itu marilah kita jaga kelestarian ala mini dengan bersama sama saling mengingatkan atau membuat larangan di setiap hutan atau pantai karena satu tindakan dapat menyelamatkan banyak orang.

15

DAFTAR PUSTAKA
http://www.beritaindonesia.co.id/berita-utama/tsj-megapolitan-solusi-atasi-banjir/page-2 http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080124053821AA24aFU http://duniabaca.com/penyebab-terjadinya-tanah-longsor.html http://duniabaca.com/jenis-jenis-banjir-serta-berbagai-faktor-penyebab-banjir.html#pengertian http://duniabaca.com/faktor-penyebab-terjadinya-gempa-bumi.html

16

You might also like