You are on page 1of 2

ASPEK HUKUM ISTBAT NIKAH

A. PENDAHULUAN 1. Pengertian Istbat Nikah Istbat berasal dari bahasa arab dengan asal kata tsabbata, yustabbitu, istbatan, yang berarti menetapkan. Nikah dari bahasa arab asal kata Nakaha, Yunakihu, Nikahan yang berarti perkawinan. Jadi istbat nikah adalah suatu penetapan yang memberikan kepastian hukum terhadap adanya suatu perkawinan. Istbat nikah adalah suatu proses hukum untuk melegalkan sebuah perkawinan yang terjadi sebelumnya, atau memberikan kekuatan hukum terhadap suatu ikatan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita. Permohonan istbat nikah terjadi bisa karena perkawinan/pernikahan yang terjadi sebelumnya tidak memenuhi prosedur, ketentuan dari perundang-undangan yang berlaku seperti pernikahan yang dilakukan tidak di hadapan pejabat pencatat nikah, atau pernikahan yang dilakukan diragukan sah dan tidaknya. Permohonan istbat nikah terjadi bisa karena tidak adanya akta nikah, mungkin karena hilang, terbakar dan lain-lain sebagainya. Padahal akta nikah sebagai bukti autentik tentang terjadinya suatu perkawinan dan masih ada alasan-alasan lain lagi untuk diajukan permohonan istbat nikah ke Pengadilan Agama sebagai lembaga yang mempunyai kompetensi absolut untuk menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara istbat nikah. 2. Azas Itsbat Nikah Didalam Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam ayat (1) menyebutkan bahwa perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah. ayat (2) menyebutkan dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan istbat nikahnya ke Pengadilan Agama. Ayat (3) menyebutkan bahwa istbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan : a. adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian ; b. hilangnya akta nikah ; c. adanya keraguan tentang sah atau tidak salah satu syarat perkawinan ; d. adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Ayat (4) menyebutkan bahwa yang berhak mengajukan permohonan istbat nikah ialah suami atau istri, anak-anak mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu.

B. BEBERAPA KETENTUAN ISTBAT NIKAH Istbat nikah dapat dilakukan oleh kedua suami isteri, atau salah satu dari suami isteri, anak, wali nikah atau pihak lain yang berkepentingan dengan perkawinan tersebut, diajukan ke Pengadilan Agama dalam daerah hukum dimana perkawinan dilangsungkan. Istbat nikah yang diajukan oleh suami isteri harus disebut sebagai pemohon I dan pemohon II, maka perkaranya volunteir. Istbat nikah yang diajukan oleh salah satu dari suami isteri karena salah satu pihak tidak bersedia menjadi permohonan, maka perkaranya kontentius. Istbat nikah terhadap suami yang masih terikat suami isteri dengan perempuan lain, maka isteri yang terdahulu atau isteri-isteri lainnya dijadikan pihak, perkaranya kontentius, kalau pemohon tidak bersedia menjadikannya sebagai pihak, maka perkaranya di NO (Niet Ontvankelijk verklaard). Istbat nikah yang diajukan oleh anak, wali nikah atau pihak lain yang berkepentingan, maka suami isteri atau ahli waris lainnya dijadikan sebagai pihak dan perkaranya kontentius. Istbat nikah yang diajukan oleh isteri terhadap suami yang telah meninggal dunia, maka ahli warisnya dijadikan pihak termohon dan perkaranya bersipat kontentius. Istbat nikah yang diajukan oleh suami atau isteri yang telah meninggal dunia salah satunya dan tidak mengetahui lagi adanya ahli waris yang lain selain dirinya, maka perkaranya bersifat voluntair. C. KUMULASI ISTBAT NIKAH Permohonan istbat nikah dapat dikomulasikan dengan gugatan cerai atau permohonan cerai talak. Permohonan istbat nikah dapat dikomulasikan dengan gugatan warisan. Permohonan istbat nikah dapat dikomulasikan dengan perkara asal usul anak.

D. UPAYA HUKUM TERHADAP ISTBAT NIKAH Orang yang berkepentingan secara hukum dan tidak menjadi pihak dalam permohonan istbat nikah dapat melakukan perlawanan kepada Pengadilan Agama yang memutus perkaranya setelah ia mengetahui adanya istbat nikah. Orang yang berkepentingan secara hukum dan tidak menjadi pihak dalam permohonan istbat nikah, dapat melakukan intervensi kepada Pengadilan Agama yang memeriksa perkara tersebut selama perkara itu belum diputus. Orang yang berkepentingan secara hukum dan tidak menjadi pihak dalam permohonan istbat nikah dan perkaranya telah diputus, dapat mengajukan pembatalan kepada Pengadilan Agama yang memutus perkara istbat nikah tersebut.

H. Helminizami, S.H., M.H Ketua Pengadilan Agama Balikpapan

You might also like