You are on page 1of 8

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR

I. Konsep Dasar Penyakit A. Definisi Bayi baru lahir yaitu bayi yang baru dilahirkan sampai berumur 0-24 hari, yang dilahirkan pada kehamilan cukup bulan antara 32-40 minggu dengan berat badan antara 2700-4000 gram. BBL adalah 24 jam pertama setelah kelahiran. Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan B. Tujuan Perawatan Bayi Baru Lahir Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernapasan Mempertahankan suhu tubuh dan cegah hipotermi Mencegah infeksi dan memastikan keamanan dari cidera Mengidentifikasi masalah masalah actual dan potensial yang membutuhkan perawatan lebih lanjut. C. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir 1. Periode I reaktivitas berakhir setelah 30 menit setelah lahir dengan karakteristik : a. Fluktuasi warna dari pink sampai sianosis b. Respirasi irreguler c. Tidak ada bising usus d. Sedikit mucus, menangis kuat, menghisap kuat e. Mata bayi terbuka lebih lama f. Waktu yang cocok untuk memfasilatasi bonding and attachment dan IMD g. Perubahan Fisiologis BBL 2. Periode tidur dimulai setelah periode reaktivitas 1-4 jam, dengan karakteristik :

a. TTV menurun (tenang) b. Warna kulit stabil c. Bising usus terdengar 3. Periode reaktivitas II dimulai di waktu bayi bangun tidur, ditandai dengan respon berlebihan terhadap stimulus, denyut jantung cepat dan perubahan warna sianosis, TTV normal, mulai BAK dan BAB, bayi aktif dankulit pink refleks isap kuat. D. Pemeriksaan Penunjang 1. Gula darah sewaktu 2. Bilirubin dan golongan darah : ABO dan Rhesus faktor 3. Hb, Ht, Lekosit dan Trombosit. E. Penatalaksanaan 1. Mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat untuk mencegah hipotermia. 2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan. 3. Memotong dan mengikat tali pusat, membungkus dengan kasa steril. 4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya. 5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima 6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan gelang nama. 7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi. 8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu sampai enam jam setelah lahir) 9. Pemerikksaan fisik dan antropometri. 10. Pemberian vitamin K 1mg im. 11. Rooming in. II. Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengakajian Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke

ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan. 1. Keluhan a. Data Subjektif 1) Identitas bayi: didasarkan pada informasi dari ibu / pengasuhnya. 2) Riwayat kehamilan, proses persalinan dan umur kehmilan. 3) Faktor sosial: alamat rumah, pekerjaan orang tua, orang-orang yang tinggal serumah, saudara kandung dan sumber/faktor pendukung lain, penyalah gunaan obat/ napza dilingkungan dekat. b. Data Objektif 1) Nilai Apgar: lima unsur yang dinilai: frekuensi denyut jantung, usaha nifas, tonus otot, reflek dan warna. a) Penilaian satu menit setelah lahir: untuk menilai derajat aspiksi. b) Penilaian lima menit setelah lahir: untuk menentukan prognosa. 2) Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan, bayi diperiksa secara sistematis dari: kepala, mata, hidung, muka, mulut, teling, leher, dada, abdomen, punggung extemetis, kulit, genitalia dan anus. 3) Anteropometri: a) Berat badan ditimbang dalam gram b) Panjang badan dalam cm, melalui ukuran fronto occipito. c) Lingkar perut dalam cm, ukuran melaui pusat 4) Refleks: moro, rooting, isap, menggenggam, babinski. 5) Keadaan umum: a) Suhu b) Pernapasan c) Denyut nadi d) Warna kulit

2. Pemeriksaan Fisik a. Sistem Pernapasan (Breathing- B1) Pernapasan kombinasi thotak dan abdominal. Pernapasan cepat. b. Sistem Kardiovaskuler dan Hamatologi (Blood- B2) Takikardi, pembuluh darah tipis dan terlihat dipermukaan. c. Sistem Syaraf (Brain- B3) Lingkar kep froto oksipital/ 34cm,mento oksipital/35 cm,sub oksi bregmatika/ 32 cm. LD 3234 cm, lingkar lengan 10-11 cm, PB 48-50 cm.Refleks primitif, morro (dirangsang lengan & tangan terbuka adduksi), menggenggam menghisap,berjalan dan lain-lain. d. Sistem Perkemihan (Bladder- B4) Urinaria, berkemih dlm 24jam pertama. Genitalia, testis sdh turun,gagal/cryptorchi dism, fimosis/ kulit prepusium lengket, lendir vagina,perdarahan withdra wal. e. Pencernaan (Bowel- B5) Pencernaan, mikonium keluar 24 jam pertama f. Sistem Muskuloskletal dan integumen (Bone-B6) Kulit: Vernik kaseosa/pasta spt keju , 2/3 hr hilang, milia/ bintik keputihan dihidung/pipi 2 mg hilang. Lanugo/ rambut halus muncul. Deskuamasi/kulit mengelupas terjadi 2-4mg I,umumnya terjadi pd BBLR .Kaji eritema toksikam/bercak merah. Bercak mongo lian/bercak hitam pada bokong/betis hilang th I/II .Tanda lahir/nevi. Ikterik/kuning pada kulit dan skelera karena beredarnya billirubin bebas dalam darah berlebihan.

B. Diagnosa yang sering muncul 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus berlebih. 2. Resiko hipotermi berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan luar rahim. 3. Resiko infeksi berhubungan dengan sistem imunitas yang diperoleh tidak adekuat

C. Perencanaan

No. 1.

Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus berlebih.

Tujuan dan Kriteria Hasil Tujuan:

Intervensi

Rasional

1. Berikan posisi bayi 1. Mempertahankan snaping potition. patensi jalan nafas Setelah dilakukan tindakan 2. Auskultasi suara nafas 2. Suara nafas tambahan sebelum dan sesudah dapat diketahui melalui keperawatan selama 15 menit suction. auskultasi untuk diharapkan jalan nafas lancar memastikan bersihan jalan nafas dan bersih. 3. Pantau TTV secara ketat 3. Tanda distres Kriteria: laporkan setiap ada tanda pernapasan meliputi distres pernapasan takipnea, retraksi 1. Rata-rata repirasi dalam batas intrakostalis, stridor, normal ( 40-60 x/mnt). bunyi napas abnormal, sianosis 2. Tidak ada suara nafas 4. Lakukan penghisapan 4. Membersihkan jalan tambahan (ronchi dan lendir dengan suction jika nafas perlu wheeziing tidak ada). 5. Lakukan bilas lambung 5. Lambung secara rutin dikosongkan untuk mwmbuang cairan amnion, darah dan mukus yang dapat menyebabkan distensi abdomen dan mengganggu

pernapasan. Memasukan selang NGT kedalam lambung juga akan menyingkirkan atresia esopagus. 6. Bersihkan daerah bagian 6. Menjamin kepatenan tracheal setelah suction jalan nafas dan selesai dilakukan bersihan jalan nafas. 7. Kolaborasi: lakukan 7. Sebagai patensi saat pemasangan laringoskop melakukan penghisapan lendir dan pemberian oksigen 2. Resiko hipotermi berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan luar rahim. 1. Keringkan kulit dan 2. Mecegah kehilangan rambut bayi segera panas. Tidak terjadi hipotermi selama setelah lahir. dilakukan perawatan. 2. Bungkus bayi dengan 3. Mempertahankan suhu Kriteria: selimut yang hangat (hatitubuh bayi tetap stabil a. Suhu dipertahan kan 36,5Chati dengan ruangan ber dan tidak mengalami 37,5C. AC) . hipotermi karena suhu b. Bayi tidak kedinginan. ruangan yang dingin. c. Akral teraba hangat. 3. Letakan bayi dekat 4. Untuk memeperthan dengan ibu bayi seperti kan tubuh bayi tetap dalam dekapan nya atau hangat melalui diatas perut ibu segera konduksi panas kulit setelah kelahiran. ibu dengan kulit bayi.dan Tujuan:

4. Semua tindakan dilakukan di bawah lampu sorot (kalau memungkinkan). 5. Observasi suhu tubuh bayi dan lingkungan.

3.

Resiko dengan

infeksi sistem

berhubungan Tujuan : imunitas yang Tidak terjadi infeksi selama perawatan

6. Hindari evaporasi, konveksi, radiasi, konduksi, untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh karena pengaruh lingkungan. 1.

menumbuhkan keterikatan maternal. 5. Mencegah bayi mengalami hipotermi melalui radiasi panas lampu sorot. 6. Mengetahui sushu tubuh bayi sebagai dasar intervensi selanjutnya. 7. Mencegah kehilangan panas tubuh.

diperoleh tidak adekuat

DAFTAR PUSTAKA

Maryuani, Anik dan Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta: Trans Info Media Nursalam, Rekawati Susilaningrum, dan Sri Utami. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. (1985). Ilmu Kesehatan Anak Jilid III. Jakarta: FKUI

You might also like