You are on page 1of 40

ERGONOMI

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk fitting the job to the worker, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :

Tehnik Fisik Pengalaman psikis Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian Anthropometri Sosiologi Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot. Desain, dll

Pelatihan Ergonomi Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun

ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja. Metode Ergonomi 1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks. 2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja. 3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain. Aplikasi/penerapan Ergonomik: 1. Posisi Kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. 2. Proses Kerja, Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur. 3. Tata letak tempat kerja, Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada katakata. 4. Mengangkat beban, Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Menjinjing beban, Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb: Laki-laki dewasa 40 kg, Wanita dewasa 15-20 kg, Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg, dan Wanita (16-18 th) 12-15 kg Organisasi kerja, Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara : Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun, Frekuensi pergerakan diminimalisasi, Jarak mengangkat beban dikurangi, Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi, dan Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan. Metode mengangkat beban, Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip : Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung, Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.

Metoda ini termasuk 5 faktor dasar : o Posisi kaki yang benar o Punggung kuat dan kekar o Posisi lengan dekat dengan tubuh o Mengangkat dengan benar o Menggunakan berat badan

Supervisi medis, Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.

- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya - Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan - Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur. Kelelahan/Fatique Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut : 1. Kelelahan fisik Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup. 2. Kelelahan yang patologis Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya. 3. Psikologis dan emotional fatique Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja. 4. Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi : Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.

Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya; - Pekerja remaja - Wanita hamil dan menyusui - Pekerja yang telah berumur - Pekerja shift - Migrant. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.

Pemeriksaan kelelahan : Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

Dasar Perancangan Meja dan Kursi Ergonomis

Pendahuluan Masih lekat diingatan, awal tahun ini, kita dihebohkan pembelian kursi-kursi mewah untuk ruang Banggar di DPR, seharga hampir 20 milyar. Benar-benar sangat menyedihkan, bahkan kata"menyakitkan" terasa pas untuk menggambarkannya. Wakil rakyat yang harusnya sebagai representasi rakyat sudah jauh dari harapan. Saya tidak ingin mempolitisir, tapi untuk membuat kursi ergonomis saya hampir tidak bisa memahami jika harus membeli dari Jerman. Memang betul, perancangan sebuah perlengkapan kerja ergonomis harus mengikuti kaidah-kaidah tertentu sehingga benar-benar menimbulkan rasa nyaman dan aman saat dipakai. penelitian pra design, tahap design, teknik pengerjaan, dan pemilihan material, tidak hanya memerlukan kemampuan teknis seorang dari seorang engineer, tapi kedalaman imajinasi akan menjadi pembeda pada hasil akhirnya, dan tidak ada yang perlu diragukan dari teknologi Jerman. Namun saya sangat yakin, industri dalam negeri mampu merealisasikannya jika diberi kesempatan ( saya pikir malah akan lebih baik hasilnya, karena data-data penelitian berasal dari dimensi tubuh orang Indonesia pada umumnya ) Saya sudah ingin upload artikel ini sejak 3 bulan lalu, karena kesibukan, baru sekarang bisa saya upload. Dasar perancangan meja dan kursi ergonomis yang saya sampaikan ini, merupakan landasan teori yang saya gunakan untuk menyusun tugas kuliah S1 tahun 2007, yang berjudul "Usulan Perbaikan Rancangan Meja dan Kursi Kerja yang Ergonomis pada Lini packaging PT. X ". Oleh karena itu apa yang saya sampaikan lewat artikel ini, akan mengacu pada perancangan meja dan kursi. Sesungguhnya, tidak hanya pada obyek ini (meja & kursi), rancangan/disain yang ergonomis pada produk-produk yang operasionalnya berhubungan dengan manusia merupakan persyaratan dasar yang termasuk dalam 6 dimensi kualitas produk, lihat link artikel ini ; http://www.dedylondong.blogspot.com/2011/11/kualitas-produk.html Berikut beberapa contoh penerapan ilmu ergonomi dalam desain.

1. Pendekatan Ergonomis Dalam Perancangan Tempat Kerja Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan serta keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem

dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman .[1] Aspek penting dari perancangan tempat kerja yaitu: Daerah kerja horizontal pada sebuah meja dan kursi kerja/meja .[2]

2. Daerah Kerja Horizontal Batasan untuk jarak menjangkau semakin meningkat jika operator mengendalikan beberapa macam gerakan tubuh Dalam bukunya R.M.Barnes ( Motion and Time Study , terbit tahun 1980 ) mendefinisikan daerah kerja normal dan maksimum , dengan batasan yang ditentukan oleh ruas tengh jari ( mid points of fingers ), sebagai berikut : Daerah Normal: Lengan bawah yang berputar pada bidang horisontal dengan siku tetap. Daerah maksimum: Lengan direntangkan keluar dan diputar sekitar bahu. R.R Farley pada tahun 1955 memberikan dimensi untuk daerah kerja pada gambar 2.1, yang telah dikutip dan dikembangkan secara meluas ( R.R. Farley, General Motors Engineering journal, Vol.2, no.6, 1955, 20-25 )

Gambar 1. Batasan batasan daerah kerja yang dikembangkan oleh R.R Farley pada General Motor pada tahun 1955 ( Ukuran dalam mm )
( Sumber: Eko Nurmianto, Ergonomi konsep dasar dan Aplikasinya, hal 94 )

Ekonomi Gerakan ( Motion Economic ) Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan badan/anggota tubuh manusia, antara lain : 1. Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi keterbatasan dalam melaksanakan gerakan kerja. 2. Bila mungkin kedua tangan harus memulai dan menyelesaikan gerakannya dalam waktu yang bersamaan 3. Kedua tangan jangan menganggur pada waktu yang bersamaan kecuali sewaktu istirahat. 4. Gerakan tangan harus simetris dan berlawan arah

3.

5. Untuk menyelesaikan pekerjaan, maka hanya bagian bagian tubuh yang


memang diperlukan sajalah bekerja agar tidak terjadi penghamburan tenaga dan kelelahan yang tidak perlu. 6. Hindari gerakan patah patah karena akan cepat menimbulkan kelelahan. 7. Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas pada bidang yang menyenangkan tanpa perlu sering mengubah fokus. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung. 1. tempat tempat tertentu tak sering dipindah pindah harus disediakan untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap ( gerak rutin ) letakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah dan nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi usaha mencari - cari. Berikut contoh meletakkan material benda kerja yang memungkinkan gerakan keja normal dan standar jangkauan dari pekerja yang umum digunakan dalam mengatur penempata material atau peralatan kerja. ( Gambar 1 ) Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikianrupa sehingga memungkinkan urut urutan gerakan yang terbaik. Tinggi tempat kerja ( mesin, meja dan kursi kerja, dan lain lain ) harus sesuai dengan ukuran tubuh manusia sehingga pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan nyaman. Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan, temperatur, kebersihan, ventilasi udaran dan lain lain. Harus diperhatikan benar benar sehingga dapat diperoleh area kerja yang lebih baik. Studi Gerakan ( Motion Study ) Adalah suatu studi tentang gerakan gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Guna melaksanakan maksud ini, Frank dan Lilian Gilberth telah berhasil menciptakan simbol dari gerakan gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama THERBLIG. Dari ke 17 elemen therblig, pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi efektif atau inefektif therblig.

2.

3. 4. 5.

4.

a. EFFECTIVE THERBLIG Physical Basic Departmentons. - Menjangkau ( reach ) - Membawa ( move ) - Melepas ( release ) - Memegang ( Grasp ) - mengarahkan awal ( Pre-position ) Objective Basic Departmentons - Memakai ( use ) - Merakit ( assemble ) - Mengurai rakit ( diassemble ) b. INEFFECTIVE THERBLIG Mental atau Semi-Mental Basic Departmenton - Mencari ( search ) - Memilih ( select ) - Mengarahkan ( position ) - Memeriksa ( inspect )

- Merencanakan ( plan ) Delay - kelambatan yang tak terhindarkan ( unavoiddable delay ) - Kelambatan yang dapat dihindarkan ( avoidable delay ) - Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcomefatigue) - Memegang untuk memakai ( hold ) 5. Anthropometri Anthropometri menurut Stevension ( 1998 ) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tesebut untuk penanganan masalah desain. Penerapan data anthropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata rata) dan SD ( standar deviasi ) dari suatu distribusi normal . [3] Distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean dan SD. Sedangkan percentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95% percentil ; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5% percentil. Besarnya nilai percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal. Dimensi tubuh manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi satu pertimbangan dalam menentukan sample data yang akan diambil. Faktor-faktor tersebut adalah ; Umur, ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar umur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun Jenis kelamin, pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul Rumpun dan suku bangsa Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh Cacat tubuh secara fisik Anthropometri dibagi atas dua bagian yaitu : Anthropometri statis, pengukuran manusia pada saat posisi diam Anthropometri dinamis, yaitu pengukuran keadaan dan ciri ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atu memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja melaksanakan kegiatannya. Gambar dan Nama Dimensi Tubuh Manusia ( Anthropometri )

a. b. c. d. e. a. b.

6.

Gambar 2. Antropomethri tubuh manusia yang diukur dimensinya


( Sumber: Eko Nurmianto, Ergonomi konsep dasar dan Aplikasinya, hal 52 )

Keterangan Gambar : = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak ( dari lantai s/d ujung kepala ) = tinggi mata dalam posisi tegak = tinggi bahu dalam posisi tegak = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak ( siku tegak lurus ) = tinggi kepalan tangan yang terjujur lepas dalam posisi tegak ( dalam gambar tidak ditunjukkan ) 6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk ( diukur dari alas tempat duduk / pantat sampai dengan kepala ) 7 = tinggi mata dalam posisi duduk 8 = tinggi bahu dalam posisi duduk 9 = tinggi siku dalam posisi duduk ( siku tegak lurus ) 10 = tebal atau lebar paha 11 = ujung paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut 12 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut /betis 13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk 14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha 15 = lebar dri bahu ( bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk ) 16 = lebar pinggul / pantat 17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung ( tidak tampak ditunjukkan dalam gambar ) 18 = lebar perut 1 2 3 4 5

19 20 21 22 23

= panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari = lebar kepala = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari = lebar telapak tangan = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar lebar kesamping kiri kanan ( tidak ditunjukkan dalam gambar ) 24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai tangan yang terjangkau lurus keatas ( vertikal ) 25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur sperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk ( tidak ditunjukkan dalam gambar ) 26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan. 7. Pengumpulan data anthropometri Sebelum merancang meja dan kursi kerja, penulis terlebih dahulu melakukan pengukuran. Berikut dimensi dimensi tubuh ( anthropometri ) yang akan digunakan untuk merancang meja dan kursi kerja . TPo ( Tinggi Popliteal ) Definisi : Tinggi popliteal adalah jarak vertikal dari alas lantai sampai bagian bawah paha Penggunaan : Data ini berguna untuk menentukan tinggi permukaan duduk dari alas lantai Pertimbangan : Harus memperhatikan kekenyalan penutup alas duduk.

a.

Gambar 3. Tinggi Popliteal

b. PPo ( Pantat Popliteal ) Definisi : pantat popliteal adalah jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam ( popliteal ) paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku siku. Penggunaa : Data ini berguna untuk menentukan panjang alas duduk

Gambar 4. Pantat Popliteal

c.

LP ( Lebar Pinggul ) Definisi : lebar pinggul adalah jarak horizontal dari bagian luar pinggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan Penggunaan : Data ini berguna untuk menentukan panjang alas duduk

Gambar 5. Lebar pinggul

d. TSP ( tinggi sandaran punggung ) Definisi : Tinggi sandaran punggung adalah jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai puncak tulang belikat Penggunaan : Data ini berguna untuk menentukan tinggi sandaran punggung dari alas duduk

Gambar 6. Tinggi Sandaran Punggung

e. LSD ( Lebar Sandaran Duduk ) Definisi : Lebar sandaran duduk adalah jarak vertikal dari tulang belikat sebelah kiri ke tulang belikat sebelah kanan. Penggunaan : Data ini berguna untuk lebar sandaran duduk. namun dengan alasan estetika dan kenyamanan maksimal, lebar sandaran duduk penulis sesuaikan dengan lebar pinggul.

Gambar 7. Lebar Sandaran Duduk

f.

TSD ( tinggi siku duduk ) Definisi : Tinggi siku duduk adalah jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku lengan atas membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah. Penggunaan : Data ini berguna untuk menentukan tinggi meja kerja dari alas.

Gambar 8. Tinggi Siku Duduk

g.

Lebar bahu ke pungung ( LBP ) Definisi : Lebar bahu ke punggung diukur dari pusat pesendian di bahu sampai punggung Penggunaan : Untuk menghitung jangkauan normal terhadap punggung, sehingga dapat diketahui jarak efektif meja kerja terhadap tubuh

Gambar 9. Lebar Bahu ke Punggung ( LBP )

h.

JJ ( jangkauan jauh) Definisi : Anthropometri dinamis yang mengukur rentang lengan keluar diputar sekitar bahu. Penggunaan Untuk menentukan panjang dan lebar minimum meja kerja

Gambar 10. jangkauan Jauh

i.

JN ( jangkauan normal ) Definisi : Anthropometri dinamis yang mengukur panjang lengan bawah yang berputar pada bidang horizontal dengan siku tetap. Penggunaan : Menentukan letak alat alat kerja agar berada dalam jangkauan optimum.

Gambar 11. jangkauan normal

8.

Kuisioner Data diperoleh dengan menggunakan Kuisioner Nordic Body Map

Gambar 12. Kuisioner Nordic Body Map

9.

Pembebanan Otot Secara Statis Pada Saat Melakukan Kerja.

Beban otot statis terjadi ketika otot dalam kaadaan tegang ( tension ) tanpa menghasilkan gerakan tangan atau kaki (limbs ). Pergerakan rithmik yang dinamis adalah proses pemompaan aliran darah oleh organ tubuh manusia. Beban otot statis terjadi ketika postur tubuh berada pada kondisi yang tidak natural. Kondisi tersebut diilustrasikan pada gambar 13

Gambar 13 Pengaruh dari tingkat usaha pada lamanya usaha ( Sumber: Eko Nurmianto, Ergonomi konsep dasar dan Aplikasinya, hal 19

10. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Peta ini menggambarkan semua gerakan gerakan bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan suatu pekerjaan. Kegunaan Peta Tangan kiri dan tangan kanan : 1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan 2. menghilangkan atau mengurangi gerakan gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif sehingga akan mempersingkat waktu 3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja 4. Sebagai alat untuk melatih pekerja baru, dengan cara yang ideal. 11. Konsep Persentil Secara statistik, terlihat bahwa ukuran tubuh manusia pada suatu populasi tertentu akan terkonsentrasi pada suatu nilai tengah, dan suatu bagian kecil dari harga ekstrim akan berada dikedua sisi kurva sistribusi. Karena tidaklah praktis untuk mendesain bagi seluruh bagian populasi. Maka dilakukanlah pemilihan pada bagian tengah dari distribusi, dimana sebagian besar nilai terkonsentrasi. Sebagian besar data anthropometri dinyatakan dalam bentuk persenctil. Suatu populasi, untuk kepentingan studi, dibagi dalam seratus kategori prosentase, diurutkan dari nilai terkecil sampai nilai terbesar, pada suatu ukuran tubuh tertentu. Persentil satu ukuran tinggi tubuh, sebagai contoh menunjukkan bahwa 99% dari populasi yang diamati mempunyai tinggi diatas ukuran itu. Demikian juga nilai persentil 95% dari ukuran tinggi tubuh menunjukkan bahwa terdapat 5% bagian populasi yang memiliki

ukuran lebih dari nilai tersebut dan 95% sisanya memiliki tinggi yang sama atau lebih rendah.

Gambar 14. Konsep persentil untuk Anthropometri Statis dan Dinamis


12. Perancangan Kursi Kerja Kursi untuk kerja dengan posisi duduk dirancang dengan metode floor-up, yaitu dengan berawal pada permukaan lantai, untuk menghindarkan adanya tekanan dibawah paha. Setelah ketinggian kursi didapat kemudian barulah menentukan ketinggian meja kerja yang sesuai dan konsisten dengan ruang yang diperlukan untuk paha dan lutut. Kriteria kursi kerja yang ideal adalah sebagai berikut : a. Stabilitas produk Diharapkan suatu kursi mempunyai empat atau lima kaki untuk menghindarkan ketidakstabilan produk. Kursi lingkar yang berkaki lima hendaklah dirancang dengan posisi kaki kursi berada pada bagian luar proyeksi tubuh. Adapun kursi dengan kakigelinding sebaiknya dirancang untuk permukaan yang berkarpet, karena akan terlalu beba ( mudah ) menggelinding pada lantai vynil. b. Kekuatan produk Kursi kerja haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga kompak dan kuat dengan konsentrasi perhatian pada bagian-bagian yang mudah retak ilengkapi dengan system mur baut ataupun keeling - pasak pada bagian sandaran tangan ( arm-rest ) dan sandaan punggung ( back rest ). Kursi kerja tidak boleh dirancang pada populasi dengan persentil dan seharusnya cukup kuat untuk menahan beban pria yang berpersentil 99. c. Mudah dinaik-turunkan ( Adjustable ) Ketinggian kursi kerja hendaklah mudah diatur pada saat kita duduk, tanpa harus turun dari kursi. d. Sandaran punggung Sandaran punggung adalah penting untuk menahan beban punggung kearah belakang ( lumbar spine ). Hal itu haruslah dirancang agar dapat digerakkan naik turun maupun maju-mundur. Selain itu harus pula dapat diatur fleksibilitasnya sehingga sesuai dengan bentuk punggung. e. Fungsional Bentuk tempat duduk tidak boleh menghambat berbagai macam alternative perubahan postur ( posisi ) f. Bahan material Tempat duduk dan sandaran punggung harus dilapisi dengan material yang cukup lunak. g. Kedalaman kursi Kedalaman kursi ( depan-belakang) haruslah sesuai dengan dimensi panjang antara lipat lutut ( politeal ) dan pantat ( buttock ). Wanita dengan anthropometri 5 persentil haruslah dapat menggunakan dan merasakan manfaat adanya sandaran punggung ( back rest ) h. Lebar kursi Lebarkursi minimal sama dengan lebar pinggul wanita 5 persentil populasi i. Lebar sandaran punggung Lebar sandaran punggung seharusnya sama dengan lebar punggung wanita 5 persentil populasi. Jika terlalu lebar akan mempengaruhi kebebasan gerak siku. a. Rekomendasi Perancangan Kursi a. Tinggi kursi

Ketinggian tempat duduk harus sesuai. Bila terlalu tinggi, akan menyebabkan gangguan peredaran darah ditungkai bawah. Bila terlalu rendah akan berakibat: punggung lebih membungkuk, kesulitan berdiri, dan membutuhkan ruang tungkai ( leg room ) yang lebih luas. Jadi tinggi idealnya akan berada sekitar tinggi belakang lutut ( fosa poplitea ), cenderung sedikit lebih rendah. b. Kedalaman tempat duduk Kedalaman tempat duduk perlu mendapat perhatian. Bila terlalu dalam ( melebihi ukuran pantat ke belakang lutut ) akan berakibat tekanan pada daerah belakang lutut tersebut. Bila terlalu sempit ( min. lebar 30 Cm ) masih dapat memenuhi syarat. c. Sandaran Semakin tinggi sandaran punggung, makin baik menyangga pinggang. Sandaran medium, menyangga sampai bahu. Sudut sandaran punggung yang terlalu besar, sebagian besar berat badan akan disangga, sehingga tekanan berat ke pinggul menjadi berkurang. Sudut optimal sekitar 100o 110o ( Sanders et.all,1993 ) sudut permukaan duduk yang optimal adalah 5 o 10o (Sanders et.all,1993 ) d. Alas duduk Guna alas ini adalah untuk mendistribusikan berat tubuh pada permukaan yang lebih besar. Secara umum direkomendasikan ketebalan alas adalah 4-5 cm ( sanders et.all,1993 ) b. Meja kerja Untuk Posisi Duduk Masalah pemilihan tinggi meja dan kursi kerja diilatar belakangi oleh sejumlah studi penelitian. S. konz menyebutkan studi-studi terdahulu dan menjelaskan dalam sebuah eksperimennya. ( Design of work station . J. Industrial engineering., July 1967, P.413 ). Rata-rata proses produksi diukur pada setiap posisi dengan operator yang berbeda dan dalam analisa variansi ketinggian tersebut diubah menjadi berbagai macam ketinggian berarti. Yang paling baik adalan 50 mm dibwah siku, 50 mm diatas siku mengurangi produksi sekitar 1% dan 150 mm dibawah siku menyebabkan produksi berkurang 2,8% . c. Metode Perancangan dan Pengembangan Produk

a. b.

C.

Proses perancangan dan pengembangan produk adalah urutan langkahlangkah atau kegiatan kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan merekomendasikan suatu produk. Secara umum proses pengembangan produk dibagi dalam 6 fase , sebagai berikut : Perancangan Kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk awal. Pengembangan produk Konsep adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya dibarengi dengan spesifikasi, analisa produk pesaing serta pertimbangan ekonomis produk. Perancangan tingkatan system Mencakup difinisi arsitektur dan uraian produk menjadi subsistem subsistem serta komponen komponen. Out put dari fase ini biasanya mencakup tata letakbentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram alian proses pendahuluan untuk proses perakitan akhir. d. Perencanaan detail

Mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Hal lain yang harus diperhatikan adalah ergonomic dan estetika produk. e. Pengujian dan perbaikan Melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi awal produk. Prototipe awal biasanya dibuat dengan menggunakan komponen komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan produksi sesungguhnya. f. Produksi awal Pada fase ini, produk dibuat dengan menggunakan system produksi yang sesungguhnya dengan tujuan untuk melatih tenaga kerja dalam memcahkan permasalahan permasalahan yang mungkin timbul paa proses sesungguhnya. Tahapan dilakukan adalah desain untuk proses manufactur, pembuatan prototype manufactur, penguji prototype, dan analisis ekonomi teknik. Analisa ekonomi teknik untuk mendapatkan gambaran tentang biaya pembuatan produk, nilai ekonomi produk, prediksi keuntungan. Hasil dari analisis ekonomi teknik dapat digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan jika terjadi perubahan-perubahan rencana pengembangan.

Sekian dan Semoga Bermanfaat

Ergonomi-mengangkat dan mengangkut


Posted on 16 Februari 2009. Filed under: K3L | Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan mengangkat dan mengangkut sudah menjadi suatu kegiatan yang tak terpisahkan pada diri manusia. Dalam dunia kerja, kegiatan angkat dan angkut merupakan suatu hal pokok atau bisa disebut esensial, karena hampir di setiap pekerjaan dijumpai kegiatan angkat angkut. Kegiatan angkat angkut biasanya dijumpai di perkebunan, pertambangan, perindustrian, pelabuhan, di pasar, bahkan di kantor pemerintahan maupun swasta.
Pekerjaan mengangkat dan mengangkut jika tidak dilakukan dengan benar dan hati-hati dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Oleh sebab itu maka teknik mengangkat dan mengangkut yang benar serta alat mengangkat dan mengangkut yang ergonomis sangat diperlukan untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi kerja. Kegiatan mengangkat dan mengangkut dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :

1. Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

2. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun, dll. 3. Ketrampilan bekerja. 4. Peralatan kerja. 5. Ukuran beban yang akan diangkut. 6. Metode mengangkut yang benar. Disamping itu, jenis kelamin seseorang juga dapat mempengaruhi kegiatan mengangkat dan mengangkut. Cara mengangkat dan mengangkut yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis, yaitu : 1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot tulang yang lemah dibebaskan dari pembebanan. 2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan. Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis itu setiap kegiatan mengangkat dan mengangkut harus dilakukan sebagai berikut : 1. Pegangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang dengan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari tersebut harus dihindarkan. 2. Lengan harus sedekat-dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus. Fleksi pada lengan untuk mengangkut dan mengangkat menyebabkan ketegangan otot statis yang melelahkan. 3. Punggung harus diluruskan. 4. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan. Dengan posisi kepala dan dagu yang tepat, seluruh tulang belakang diluruskan.

5. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat. Satu kaki ditempatkan ke arah jurusan gerakan yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu mendorong tubuh pada gerakan pertama. 6. Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk gerakan dan perimbangan. 7. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat gravitasi tubuh. Selain hal diatas dalam kegiatan mengangkat dan mengangkut juga harus diperhatikan ketentuan berikut ini : 1. Semua barang/benda yang menghalangi pandangan mata sebaiknya disingkirkan terlebih dahulu, sebelum pekerjaan mengangkat dan mengangkut dilakukan. 2. Tinggi maksimum tempat pemegang dari lantai tidak lebih dari 35 cm. 3. Jika suatu beban harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan agar menggunakan agar menggunakan alat mekanis (katrol). 4. Beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan tubuh. 5. Punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhadap diskus dapat dihindarkan. 6. Mula-mula lutut harus bengkok dan tubuh harus berada pada sikap dengan punggung lurus. Pada kegiatan mengangkat dan mengangkut, dianjurkan agar beban sedekat mungkin pada garis vertikal gravitasi tubuh. Dengan begitu, upaya yang bersifat mengimbangi berkurang dan dihindari aktivitas otot statis yang tidak perlu. Dalam hubungan ini, mengangkut dengan pemakaian gendongan sangat cocok. Adapun pekerjaan mengangkut dengan beban di atas punggung kurang menguntungkan, oleh karena beberapa otot perut menjadi berkontraksi statis. Aktivitas yang dapat menimbulkan Hazard (efek samping negatif) :

1. Mengangkat beban berat di kantor/perusahaan. 2. Mengangkat pasien di Rumah Sakit. 3. Menyebar benih tanaman. 4. Mengoperasikan peralatan di industri, dll Untuk efisiensi dan kenyamanan kerja yang sebesar-besarnya, hendaknya dihindari sejauh mungkin bahwa manusia dipergunakan sebagai alat untuk kegiatan mengangkut dan mengangkat. Faktor resiko yang berpengaruh dalam pemindahan material yaitu : 1. Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan operator. 2. Jarak horizontal dari beban relatif terhadap operator. 3. Ukuran beban yang harus diangkat (berukuran besar) memiliki pusat massa (centre of gravity) yang letaknya jauh dari badan operator. Selain itu juga menghalangi pandangan (vision) operator. 4. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban (mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit dari pada mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang). 5. Beban puntir (twisting load) pada badan operator selama aktivitas angkat beban. 6. Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Untuk mengantsipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan. 7. Stabilitas beban yang akan diangkat. 8. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja. 9. Berbagai macam rintangan yang menghalangi ataupun keterbatasan postur tubuh yang berada pada suatu tempat kerja.

10. Kondisi kerja, meliputi: pencahayaan, temperatur, kebisingan, kelicinan lantai. 11. Frekuensi angkat, yaitu banyaknya aktivitas angkat. 12. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja (lifting team). 13. Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini sama dengan membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan beban pada vertebral discus (VD) dan intervertebral discus (ID) pada vertebral column di daerah punggung. 14. Metode angkat angkut yang benar (tidak boleh mengangkat dan mengangkut beban secara tiba-tiba). Bila alat kerja dari yang paling sederhana sampai pada yang paling rumit tersedia, sebaiknya alat tersebut dipergunakan secara tepat. Tentu saja selalu dipertimbangkan keseimbangan yang tepat diantara penggunaan peralatan kerja dengan prinsip bahwa pekerjaan sebaiknya padat karya. Cara kerja dimodifikasi, agar beban angkat dan angkut dikurangi seperti halnya penggunaan roda pada barang yang diangkat dan diangkut, kereta dorong, dll. Modernisasi telah memungkinkan perubahan tersebut. pemindahan material secara teknis yaitu : 1. Pindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang dengan menggunakan roller (ban berjalan). 2. Gunakan meja yang dapat digerakkan naik turun untuk menjaga agar bagian permukaan meja kerja dapat langsung dipakai untuk memasukkan lembaran logam atau benda kerja lainnya ke dalam mesin. 3. Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan turunkan dengan bantuan gaya gravitasi. 4. Berikan peralatan yang dapat mengangkat, misalnya: pada ujung belakang truk untuk memudahkan pengangkatan material. 5. Bila beban terlalu berat gunakan alat bantu angkat (misalnya: crane). Penyelesaian untuk

6. Rancanglah overhead monorail, diutamakan menggunakan power (tenaga), baik untuk gerakan vertikal ataupun horizontal. 7. Desainlah kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handel yang ergonomis sehingga mudah pada waktu mengangkat. 8. Aturlah peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat benda pada ketinggian permukaan pinggang. 9. Berilah tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya. 10. Siapkan trolley dan pengungkit (lever) untuk mengangkat ujung dari drum (dengan volume 200 liter). 11. Bebaskan area kerja dari gerakan dan peletakan material yang mengganggu jalur (acces) dari operator. 12. Hindarkan lantai kerja dari sesuatu yang dapat membuat licin sehingga akan membahayakan operator pada saat perjalanan memindahkan material. 13. Buatlah suatu ruang kerja yang cukup untuk gerakan dinamis bebas pada operator. 14. Tempatkan semua material sedekat mungkin terhadap operator. Pekerjaan mengangkat dan mengangkut jika dilakukan dengan salah dapat menyebabkan resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja semakin tinggi. Bagian tubuh yang paling paling beresiko terkena dampak dari cara mengangkat dan mengangkut yang benar yaitu tulang belakang. Hal ini tentu sangat berbahaya karena pada tulang belakang terdapat susunan syaraf yang menghubungkan syaraf sensorik dan motorik dengan pengatur syaraf pusat atau otak. Disamping itu juga terdapat resiko lain yang dapat terjadi jika proses mengangkat dan mengangkut dilakukan dengan salah. Adapun contoh kerusakan tulang belakang akibat teknik mengangkat dan mengangkut beban yang terlalu berat antara lain :

1. Over Exertion Lifting and Carrying yaitu kerusakan jaringan, tubuh yang diakibatkan oleh beban angkut yang berlebihan. 2. HNP (Hernia Nucleus Pulposus) yaitu robeknya bagian dalam dari lempeng menonjol keluar serta mungkin menekan saraf-saraf disekitarnya akibat beban angkut berlebih dan pembebanan tiba-tiba. 3. Back Injury yaitu timbulnya nyeri pada punggung, biasanya sikap kerja atau mengangkat yang tidak benar dipengaruhi oleh arah beban yang diangkat. Cara mengangkat dan mengangkut: a. Mengangkat dan mengangkut beban balok dengan pegangan. 1. Tubuh posisi jongkok, salah satu kaki yang terkuat diletakkan didepan sebagai tumpuan dan sikap punggung diusahakan tegak atau sebesar 60. 2. Tangan mengangkat beban dengan sikap punggung tetap tegak dan meletakkannya pada paha kaki yang terkuat. Pastikan pegangan tangan sudah kuat dan nyaman. 3. Berdiri dengan bertumpu pada kaki yang terkuat, beban diangkat hati-hati dengan sikap punggung masih tegak sampai dengan berdiri sempurna. 4. Saat berjalan, beban harus berada sedekat mungkin dengan tubuh dengan posisi tangan disesuaikan dengan kenyamanan saat berjalan. 5. Saat akan meletakkan beban kembali dilakukan seperti cara mengangkat beban tetapi dengan urutan terbalik. b. Mengangkat dan mengangkut beban tanpa pegangan 1. Tubuh posisi jongkok dengan kaki yang terkuat di depan dan sikap punggung diusahakan tegak. 2. Kedua tangan kedua ujung beban bagian atas, lalu beban dimiringkan ke kiri dan tangan kanan turun ke bawah memegang ujung kanan bawah beban.

3. Beban didorong ke belakang pada kaki yang terkuat, kemudian tangan kiri turun ke bawah memegang ujung kiri bawah. 4. Beban kemudian diletakkan pada paha yang terkuat, gunanya sebagai persiapan untuk berdiri, atau boleh langsung diangkat jika mampu. 5. Kemudian berdiri dengan hati-hati kemudian berjalan, usahakan beban tidak melebihi atau menghalangi pandangan mata.posisikan tangan senyaman mungkin. 6. Saat akan meletakkan beban kembali seperti cara mengangkat beban dengan urutan terbalik. c. Mengangkat dan mengangkut papan 1. Tubuh posisi jongkok dengan kaki yang terkuat di depan dan sikap punggung diusahakan tegak. 2. Kedua tangan mengangkat beban, lalu beban dimiringkan ke kiri dan tangan kanan turun ke bawah memegang ujung kanan bawah beban. 3. Kemudian letakkan beban pada paha kaki yang terkuat dan tangan kiri masih memegang beban yang atas dengan sikap punggung masih tetap tegak. 4. Berdiri dengan hati-hati dengan posisi tangan yang nyaman untuk berjalan. Kemudian berjalan dengan posisi miring agar dapat melihat jalan yang akan dilalui. 5. Saat akan meletakkan beban kembali seperti cara mengangkat beban dengan urutan terbalik. d. Mengangkat dan mengangkut beban di meja. 1. Mengatur posisi beban yang akan diangkat pada meja sehingga memudahkan ketika akan mengangkat.

2. Tubuh dengan posisi jongkok dengan salah satu kaki yang terkuat di depan sebagai tumpuan dan usahakan punggung dalam posisi tegak. 3. Tangan kanan memegang bagian bawah beban dan tangan kiri memeganga bagian atas beban. 4. Letakkan beban pada bahu yang terkuat dan menyandarkannya pada kepala, hindarkan bagian sudut yang lancip agar tidak terkena kepala, kemudian berdiri dengan hati-hati dan berjalan. 5. Saat akan meletakkan beban kembali seperti cara mengangkat beban dengan urutan terbalik. e. Mengangkat beban karung : 1. Perhatikan posisi dasar badan sebelum mengangkat, dan cara memegang kedua sudut karung. 2. Badan dan karung dirapatkan agar tangan kanan dapat mendekap karung dari bawah. 3. Kemudian tangan kiri digerakkan ke pinggang karung. 4. Lutut diluruskan untuk mengangkat beban. 5. Kaki kiri melangkah ke arah tujuan. 6. Pengangkat membelakangi tempat meletakkan beban. 7. Saat akan meletakkan beban kembali, kaki kiri ditekuk perlahan-lahan, kemudian badan dimiringkan ke kanan. 8. Bahu kanan direndahkan agar beban terlepas dengan selamat.

Istilah antropometri berasal dari kata anthro = manusia dan metri = ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Menurut Sanders & Mc Cormick (1987), Pheasant (1988) dan Pulat (1992), antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan

dengan desain tentang sesuatu yang dipakai manusia. Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampai terbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat diklasifikasikan dari 1 percentile sampai 100 percentile. Tujuan pendekatan antropometri dalam perancangan alat dan perlengkapan adalah agar terjadi keserasian antara manusia dengan system kerja (man-machine system), sehingga menjadikan tenaga kerja dapat bekerja secara nyaman, baik dan efisien. Tenaga kerja akan bekerja secara terus menerus pada setiap hari kerja di tempat kerja tersebut. Karena itu perancangan tempat kerja dan peralatan pendukungnya menjadi penting agar sisi buruk yang ada pada setiap produk tidak muncul. Antropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan ergonomis dalam suatu perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas merupakan faktor yang penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Salah satu faktor pembatas kinerja tenaga kerja adalah tiadanya keserasian ukuran, bentuk sarana dan prasarana kerja terhadap tenaga kerja. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan data antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar desain sarana dan prasarana kerja. Data antropometri digunakan untuk macam-macam keperluan. Pada kedokteran kehakiman, salah satu fungsi antropometri adalah untuk identifikasi. Di sektor ketenagakerjaan peranan antropometri cukup dominan dalam menentukan efektifitas dan efisiensi peralatan dan fasilitas kerja. Bagi seorang ahli ergonomi, antropometri merupakan salah satu perangkat untuk mendapatkan hasil akhir berupa hubungan yang harmonis antara manusia dan peralatan kerja. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan desain (design-induced error). Jika disadari bahwa perancangan suatu produk juga dilakukan oleh manusia, maka perancangan sistem manusia-mesin juga tidak lepas dari faktor-faktor manusia karena sebagian dari kesalahankesalahan kerja yang terjadi disebabkan oleh rancangan produk yang tidak mempunyai kompatibilitas dengan manusia yang menanganinya. Karena itu seorang perancang produk mempunyai peran besar dalam mengurangi risiko bahaya akibat kesalahan kerja. Memang kesalahan adalah manusiawi, tetapi penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa kesalahan manusia banyak disebabkan kesalahan rancangan produk. Ini menunjukkan bahwa kesalahan manusia berawal pada perancangannya yang tidak manusiawi dan berakibat pada tahap pemakaiannya sebagaimana juga pada perawatannya. Antropometri di bagi atas dua bagian utama, yaitu: 1. Antropometri Statis, dimana pengukuran pada manusia dilakukan dalam posisi diam dan linier pada permukaan tubuh.

2. Antropometri Dinamis, dimana pengukuran dilakukan dengan memperhatikan gerakangerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksankan kegiatannya. Jika seseorang melakukan suatu pekerjaan, maka sangat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pekerjaan itu. Secara garis besar faktor yang mempengaruhi manusia tersebut dapat dibagi dua, yaitu faktor individual dan faktor situasional. Faktor individual berasal dari diri orang itu sendiri misalnya usia, pendidikan, motivasi, pengalaman. Faktor situasional berasal dari luar diri pekerja misalnya. tata letak ruang kerja, kondisi mesin, kondisi pekerjaan, karakteristik lingkungan. Adapun perhitungan antropometri yang diterapkan pada ergonomi sebagai berikut: Antropometri Posisi Berdiri Gambar :

Antropometri posisi berdiri untuk diterapkan pada ergonomi yang terpenting adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tinggi badan Tinggi bahu Tinggi pinggul Tinggi siku Depa Panjang lengan

Antropometri Posisi Duduk Gambar :

Antropometri posisi duduk terpenting yang harus diukur adalah : 1. Tinggi lutut 2. Lipat lutut punggung 3. Tinggi duduk 4. Lipat lutut telapak kaki 5. Panjang lengan bawah dan lengan Antropometri kepala Gambar :

Beberapa bagian yang perlu diukur untuk kepala antara lain : 1. Jarak antara vertek dengan dagu (A) 2. Jarak antara mata dengan dagu (B) 3. Jarak antara hidung dengan dagu (C) 4. Jarak antara mulut dengan dagu (D) 5. Jarak antara ujung hidung dengan lekukan lubang hidung (E) 6. Jarak antara ujung hidung dengan kepala belakang (F)

7. Jarak antarai dengan belakang kepala (G) 8. Jarak antara vertex dengan lekukan di antara kedua alis (H) 9. Jarak antara vertex dengan daun telinga atas (I) 10. Jarak antara vertex dengan lubang telinga (J) 11. Jarak antara vertex dengan daun telinga bawah (K) 12. Lingkar kepala membujur (L) 13. Lingkar kepala melintang (M) 14. Lebar kepala (N) 15. Jarak antara kedua mata (O) 16. Jarak antara kedua pipi (P) 17. Jarak antara kedua lubang hidung (Q) 18. Jarak antara kedua persendian rahang bawah (R) 19. Jarak antara kedua daun telinga (S) 20. Jarak antara cuping hidung (T) Antropometri tangan Gambar :

Pada antropometri tangan beberapa bagian yang perlu diukur adalah : 1. Panjang tangan (A) 2. 3. 4. 5. 6. 7. Panjang telapak tangan (B) Lebar tangan sampai ibu jari (C) Lebar tangan sampai matakarpal (D) Ketebalan tangan sampai matakarpal (E) Lingkar tangan sampai telunjuk (F) Lingkar tangan sampai ibu jari (G)

Antropometri kaki Gambar :

Pada antropometri kaki beberapa bagian yang perlu diukur adalah : 1. Panjang kaki (A) 2. Lebar kaki (B) 3. Jarak antara tumit dengan telapak kaki yang lebar (C) 4. Lebar tumit (D) 5. Lingkar telapak kaki (D) 6. Lingkar kaki membujur (E) Penelitian yang dilakukan Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai operator pneumatic screwdriver usia 22 tahun panjang lengannya rata-rata 18,2 cm dan tinggi tubuh rata-rata 168,5 cm, ternyata yang melakukan kerja pada posisi duduk lebih menerima getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya mengalami stress dibanding yang posisi kerja berdiri. Hasil beberapa temuan penelitian di atas memberi keyakinan bahwa semua peralatan harus didesain sesuai antropometri pengguna. Agar dapat mendesain produk sesuai dengan ukuran manusia, maka dalam mendesain produk harus disesuaikan dengan ukuran terbesar (95 th percentile) dan ukuran terkecil tubuh (5 th percentile). Adapun konsep desain berdasarkan antropometri dibagi menjadi tiga hal penting, yakni : 1. Desain untuk individu ekstrim 2. Desain untuk rataan populasi 3. Desain yang dapat disesuaikan (adjustable range) Desain untuk individu ekstrim banyak dikenal dengan istilah penggunaan persentil. Intinya untuk merancang bagi ukuran yang kecil seperti tinggi orang pendek maka gunakan persentil 5, dan untuk ukuran yang besar seperti tinggi pintu maka gunakan persentil 95. Mungkin gambar di bawah ini bisa memberikan ilustrasi lebih jelas.

Perancangan dengan rataan populasi digunakan jika dirasa penggunaan ekstrim sulit untuk dilakukan dimana kerugian lebih besar daripada keuntungannya. Sementara desain yang dapat diatur-atur (adjustable range) lebih bagus jika dilihat dari dapat tidaknya menyesuaikan ukuran dengan antropometri manusia. Mungkin produk-produk dengan pendekatan ini sering kita lihat di sekitar kita seperti kursi yang dapat diatur ketinggiannya, meja, ukuran tangga dan lain-lain. Penerapan ilmu antropometri yang diterapkan pada ergonomi sangat diperlukan dalam berbagai bidang, salah satunya bidang industri. Istilah antropometri juga dikenal dalam bidang industri, yakni suatu pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya untuk mengukur dimensi tubuh. Kerja manusia Secara garis besar, dapat digolongkan menjadi kerja fisk (otot) dan kerja mental (otak). Pemisahan ini tidak dapat diakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antara satu dengan lainnya. Apabila dilihat dari energi yang dikeluarkan, kerja mental murni relatif lebih sedikit mengeluarkan energi dibandingkan dengan kerja fisik. Kerja fisik dan mental masing-masing mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Tingkat intensitas yang terlampau tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan, sebaliknya intensitas yang terlalu rendah menimbulkan rasa bosan dan jenuh. Karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas yang optimum yang ada diantara kedua batas ekstrim tadi dan tentunya untuk tiap individu akan berbeda. Pekerjaan seperti operator yang bertugas memantau panel control termasuk pekerjaan dengan intensitas fisik yang rendah namun intensitas mental tinggi, sebaliknya pekerjaan material handling secara manual, intensitas fisiknya tinggi namun intensitas mentalnya rendah. Tingkat intensitas kerja optimum, umumnya dilaksanakan apabila tidak ada tekanan (stress) dengan ketegangan (strain). Tekanan disini berkenaan dengan beberapa aspek dari aktivitas manusia atau dari lingkungannya yang terjadi akibat reaksi individu tersebut yang mendapatkan beberapa keinginan yang tidak sesuai. Sedangkan ketegangan merupakan konsekuensi logis yang harus diterima oleh individu sebagai akibat dari tekanan. Di dalam bidang industri juga terdapat istilah yang biasa disebut dengan Biomekanika, yakni suatu pengetahuan yang menyangkut kekuatan tubuh manusia khususnya otot, dimana tujuannya adalah untuk menghindari kelelahan atau fatigue. Karena karyawan atau operator harus memiliki kekuatan

yang besar khususnya otot karena dalam dunia industri yang dibutuhkan bukan hanya operator atau karyawan yang memiliki keahlian khusus tetapi kekuatan otot juga sangat penting karena dalam dunia industri pekerja atau karyawan, dimanapun dapat mengalami kelelahan atau fatigue karena beraktivitas dalam pekerjaannya. Ini juga berkaitan dengan atau sangat diperlukan oleh pekerja untuk menganalisis kesehatan dan keselamatan kerja pekerja atau karyawan dalam sistem kerja tertentu. Fatigue adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Makin berat badan yang dikerjakan dan gerakan semakin tidak teratur, maka timbulnya fatigue akan lebih cepat. Timbulnya fatigue ini perlu dipelajari untuk menentukan tingkat kekuatan otot manusia, sehingga kerja yang akan diakukan atau dibebankan dapat sesuai dengan kemampuan otot tersebut. Menurut Barnes, fatigue dapat dilihat dari tiga hal, yaitu

Perasaan lelah Perubahan fisiologs dalam tubuh Menurunnya kemampuan kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue adalah sebagai berikut:


Besarnya tenaga yang dikeluarkan Frekuensi dan lamanya bekerja Cara dan sikap melakukan aktivitas Jenis olahraga Jenis kelamin Umur

Trifin mengemukakan kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui pengearuh perkerjaan terhadap manusia dalam suatu system kerja, yaitu: criteria faal, criteria kejiwaan, dan criteria hasil kerja.

Kerja faal meliputi, kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan darah, tingkat penguapan, temperature tubuh, komposisi kimia dalam darah dan air seni. Criteria ini digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi-fungsi alat-alat tubuh selama bekerja. Kriteria kejiwaan meliputi, pengujian tingkat kejiwaan, seperti kejemuan, emosi, motivasi, sikap, dan lain-lain. Kriteria kejiwaan digunakan untuk mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama bekerja. Kriteri hasil kerja meliputi, pengukuran hasil kerja yang diperoleh dari perkerja. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui pengruh seluruh kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang diperoleh dari pekerja.

Misalnya, Untuk menciptakan proses pengangkutan yang aman, maka dapat dibuat dan dihitung RWL (Recommended Weight Limit) dan juga LI (Lifting Index). RWL dihitung agar diketahui berapa berat benda yang dapat direkomendasikan untuk diangkut oleh seorang pekerja, sedangkan LI dihitung agar diketahui apakah proses pengangkutan yang dilakukan aman untuk dilakukan atau

tidak. Ukuran aman untuk lifting index ini berkisar antara 1-3, jika nilai LI sudah lebih dari 3, maka pengangkutan tidak aman untuk dilakukan. Dengan adanya bantuan dari biomekanika ini kita dapat mengetahui kemampuan manusia khususnya kekuatan otot manusia, terutama dalam hal mengangkut barang. Dari uraian penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomi, memegang peranan utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja. Hal itu disebabkan karena untuk mendesain produk secara ergonomis yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau mendesain produk yang ada pada lingkungan, haruslah disesuaikan dengan antropometri manusia yang ada di lingkungan itu. Apabila tidak sesuai maka akan menimbulkan berbagai dampak negatif (secara fisik maupun secara psikologis) terhadap kinerja karyawan yang akan terjadi baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu contoh cedera fisik dalam dunia perancangan ditunjukkan dengan banyaknya kasus-kasus kecelakaan yang terjadi di sektor perhubungan maupun industri yang diakibatkan oleh salahnya pendekatan antropometri pada desain. Sementara dampak negatif secara psikologis jika tidak sesuai adalah dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing, dll. Hal ini akan sangat mempengaruhi aspek psikologi dari karyawan. Aspek psikologi yang terkait adalah mengenai rasa aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh karyawan. Apabila karyawan sudah tidak memiliki perasaan nyaman dan aman pada alat kerja serta untuk tempat kerjanya, maka akan berdampak pula terhadap terus menurunnya kinerja karyawan sehingga produktivitas kerjapun berjalan dengan buruk.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/tugas-ergonomi-periode-ketiga-satrio-w3-pa-04/

Pria

No Dimensi*
1 2 3 Panjang jari tangan

Jumlah Data Data Persentil Rata2 Standar Data Min Max 2.5 5 10 50 90 95 97.5 Data Deviasi
3 20.2 24.6 9.5 20.4 24.9 20.7 20.2 20.2 20.2 20.4 20.4 20.4 20.4 24.6 24.6 24.6 24.9 24.9 24.9 24.9 9.6 15.4 16 18.5 19.8 20.2 20.4 20.3 24.8 18 1870.2 2281.1 284.4

Lingkar telapak tangan 3 Panjang telapak tangan 69

You might also like