You are on page 1of 15

Mensiasati kegagalan penggunaan lapis permukaan aspal beton (ACWC) pada pelaksanaan konstruksi perkerasan jalan. Oleh : Ir.

Sutoyo M Eng Sc Abstrak Di daerah yang beriklim tropis penggunaan aspal dalam jumlah besar sangat tepat karena tingkat penyelimutan aspal yang tebal dapat memperlambat proses oksidasi. AC-WC adalah jenis lapis aus yang memiliki kadar aspal relatif rendah dibanding AC convensional, rata-rata 5,2% s/d 5,4% sementara AC convensional membutuhkan kadar aspal minimal 6,0%. Komposisi gradasi untuk AC-WC sangat sensitif terhadap perubahan kadar aspal, terjadi penambahan 0,2% saja campuran akan tampak sangat basah, sebaliknya apabila dikurangi 0,2% maka campuran akan tampak sangat kering dan rawan terhadap penglupasan (revelling). Oleh karena itu bahan atau material AC-WC harus benar-benar memiliki kwalitas yang sangat tinggi, baik aspal maupun agregatnya. Penggunaan AC-WC hampir sama halnya dengan menggunakan/ memanfaatkan baja dengan kadar karbon yang cukup tinggi, memiliki kekakuan/ kekerasan sangat tinggi namun getas, apabila terjadi salah metoda kerja maka baja akan patah. Demikian halnya dengan AC-WC sangat rawan terjadi retak apabila tidak dilaksanakan dengan cara yang benar dan akurat. Artinya harus hati-hati dengan komposisi agregat halus (tidak boleh pasir alam, meskipun pada spesifikasi disyaratkan dalam jumlah tertentu) dan agregat kasar harus memiliki tingkat kekuatan yang seragam (abrasi untuk setiap butir agregat tidak boleh lebih dari 30%, meskipun dalam spesifikasi hanya berbunyi tidak lebih dari 40%). Tidak diijinkan adanya butiran yang lonjong dan pipih, meskipun pada spesifikasi diberikan toleransi untuk hal ini. Juga tingkat kemurnian aspal minyak, yang mana di lapangan sering terjadi penambahan bahan-bahan tidak diinginkan dalam campuran (solar/ residu) oleh supir dan oknum lainnya (perlu pengujian khusus setiap kedatangan). Pada tulisan ini akan diuraikan secara detail permasalahan-permasalahan yang sering terjadi pada pelaksanaan AC-WC, juga strategi cara mensiasati agar diperoleh AC-WC yang mampu bertahan sampai umur rencana, bahkan melebihinya. Juga kami paparkan strategi perbaikan dan cara pemeliharaan AC-WC yang mengalami kerusakan.

DPU Bina Marga Propinsi Jawa Timur PPK Pembangunan jalan dan jembatan metropolitan Surabaya II 08123264965 0318554638 Fax. 0318552365 Email toyosutoyo@yahoo.com

Sutoyo DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

MEMBANGUN ETOS KERJA APARAT PEMBINA JALAN UNTUK MEWUJUDKAN KINERJA PELAYANAN JALAN YANG HANDAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT 1. LATAR BELAKANG Pada saat Indonesia belum merdeka seluruh rakyat membulatkan tekat untuk bekerja keras, bersatu, dan saling bahu-membahu untuk mewujudkan satu cita-cita yang sangat luhur yaitu lepas dari cengkraman penjajah. Rasa saling menghargai, cinta kasih dan merasa saling membutuhkan diantara sesama bangsa Indonesia sangat kental. Hal ini merupakan sumber energi sangat dahsyat sehingga menjadi kekuatan besar untuk berani melawan penjajah dengan mengorbankan harta, jiwa dan raganya semata-mata untuk kepentingan rakyat Indonesia. Bangga berkorban merupakan bentuk atau wujud pengabdian sejati yang dimiliki oleh para pejuang bangsa saat itu. Saat ini yang tersisa hanya bentuk batu nisan yang bertuliskan nama-nama para pahlawan bangsa. Yang menjadi persoalan adalah mengapa perjuangan tersebut tidak menyisakan prilaku pejuang sejati pada generasi saat ini? Pejuang sejati rela berkorban dengan semua harta yang dimiliki termasuk jiwa dan raganya dipertaruhkan untuk bangsa dan negara. Saat ini jiwa ksatria semacam itu sudah benar-benar luntur tidak berbekas, masing-masing orang ingin menyelamatkan diri dan keluarganya saja. Mereka tidak mau meropotkan diri untuk orang lain, tidak peduli kesulitan orang lain. Ini terbukti setiap individu berfikir apa yang dapat mereka peroleh dalam hidup ini. Semakin hari semakin meningkat jumlah kebutuhan yang mereka harus sediakan. Sehingga tidak sempat lagi berfikir untuk bangsa dan negara yang sudah diperjuangkan oleh para pejuang. Pola fikir ini sudah meracuni aparat pemerintah secara keseluruhan mulai dari staf bawah sampai kepada pucuk pimpinan. Hal ini tercermin dengan adanya kinerja aparat yang tidak maksimal. Banyak produkproduk aparat pemerintah yang tidak memuaskan masyarakat, sebagai contoh terjadinya kerusakan bangunan sebelum umur rencana, keluhan masyarakat atas kerusakan jalan yang sering menimbulkan kecelakaan dan sebagainya. Peraturan dan perundangan cukup banyak dibentuk oleh pemerintah, teknologi sangat cepat berkembang, namun semua ini tidak dimbangi dengan pola pendidikan moral yang memadai. Yang terjadi adalah yang pintar tidak mampu mengaplikasikan teori secara benar dan tepat, tidak mau saling menyadari akan adanya keterbatasan diantara mereka. Sehingga terkesan saling berebut kekuasaan dan memang terjadi perebutan kekuasaan untuk saling menjadi pimpinan. Hal ini akhirnya muncul fitnah dan saling menjatuhkan atau membuka kelemahan-kelemahan dan kekurangan mereka. Apabila mereka mau bersatu dan sadar akan arti kebersamaan maka negara Indonesia sudah sangat maju sebagaimana negara tetangga. Mestinya masyarakat yang pintar adalah memberi pelopor kepada masyarakat kecil untuk membangun negara dengan semangat kebersamaan dan saling menghormati bukan saling ingin untuk berkuasa. Sehingga yang menjadi korban adalah masyarakat kecil, petani susah, pekerja PHK, kemiskinan bertambah dan sebagainya, ini semua perlu pemikiran kita sebgai aparat pemerintah.

Sutoyo DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

Saat ini dibutuhkan pejuang di bidang kearifan moral bukan urusan fisik saja, masyarakat butuh bantuan sangat serius. Pada umumnya yang menikmati hidup layak di Indonesia hanya orang-orang tertentu yang memiliki keahlian dan ijazah perguruan tinggi, aparat pemerintah dan lembaga-lembaga negara yang mengelola keuangan negara. Seharusnya mereka sudah sangat layak untuk menjadi pejuang bangsa, namun predikat itu belum melekat di hati mereka. Mereka semakin sibuk dengan kepentingannya sendiri, belum terpanggil untuk memperhatikan kepentingan orang lain. Sebagai contoh aparat pembina jalan mestinya memperhatikan keselamatan dan kenyamanan para pemakai jalan dengan menyediakan kondisi perkerasan jalan yang mantap, bukan membiarkan terjadi kerusakan lebih parah agar mendapatkan alokasi anggaran yang lebih besar. Dengan alasan yang klasik yaitu tidak ada dana, jalan dibiarkan tanpa dirawat. Perlu diketahui bahwa membiarkan jalan rusak berarti secara sengaja merusak perkerasan jalan, dan yang lebih parah lagi mereka tidak peduli keselamatan para pemakai jalan.

2. MAKSUD DAN TUJUAN Memperhatikan terjadinya degradasi kinerja aparat dari tahun ke tahun dengan alasan yang sangat klasik yaitu alokasi anggaran kurang memadai untuk mewujudkan produktivitas maka penulis akan memaparkan kronologi terjadinya degradasi tersebut dengan maksud mengajak aparat pemerintah khususnya pembina jalan untuk mensetup ulang pola fikir yang benar dalam hal melaksanakan tugas bidang jalan. Dengan tujuan utama adalah menciptakan iklim kerja yang berorientasi kepada produktivitas agar dapat menjaga bahkan meningkatkan kinerja jalan yang mantap sehingga mampu memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat

3. KINERJA APARAT PEMERINTAH Aparat pemerintah adalah anggota masyarakat yang secara hukum dikukuhkan sebagai abdi negara yang bertanggung jawab atas dasar tugas dan wewenang yang telah diberikan sesuai bidang kemampuannya. Masyarakat sudah percaya sepenuhnya kepada aparat pemerintah yang ditunjuk untuk melakukan tugas sehari-hari sehingga mampu menyediakan atau memberikan pelayanan yang dibutuhkan atau diharapkan oleh masyarakat. Dengan demikian berarti aparat pemerintah berkewajiban untuk selalu mengasah dan meningkatkan kemampuan di bidangnya agar dapat bekerja secara profesional dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Ukuran profesionalisme dari aparat adalah tingkat efektivitas dan efesiensi produk yang mereka hasilkan. Dengan profesionalisme diharapkan mampu memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan akurat sesuai target dan sasaran yang dicanangkan. Di bidang sarana jalan, seorang aparat pembina jalan disebut profesional apabila mampu menjaga atau bahkan meningkatkan mutu pelayanan jalan setiap saat apapun kondisinya. Mereka lebih mengutamakan kinerja jalan yang mantap dan handal dari pada administrasi dan anggaran. Artinya pada saat awal tahun, umumnya anggaran belum dapat dicairkan meskipun secara definitif DIPA sudah tersedia, dan awal tahun bertepatan dengan intensitas hujan cukup tinggi, sehingga sangat menggagu kondisi badan jalan. Khususnya pada perkerasan jalan yang sudah berumur lebih dari 5 tahun, jumlah retak umumnya saudah banyak, hari ini retak besok sudah terkelupas dan lusa sudah menjadi lubang, bila dibiarkan lebih dari 2 hari akan Sutoyo 3 DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

menjadi kubangan yang sering ditanami pohon pisang oleh masyarakat sebagai bentuk protes dan tindakan penyelamatan darurat. Kalau menunggu anggaran cair untuk memperbaiki kerusakan tersebut maka kondisi kerusakan jalan akan semakin parah dan yang pasti banyak menuai protes dari masyarakat. Maka aparat profesional akan bertindak cepat dan tanggap atas kerusakan-kerusakan kecil tanpa menunggu proses cairnya dana. Karena membiarkan kerusakan jalan berarti merusak jalan dengan sengaja. Sehingga aparat yang bersangkutan akan terkena pasal kelalaian dan tidak bertanggung jawab. Muncul pertanyaan siapa yang bertanggung jawab terhadap ruas jalan apabila SK pejabat fungsional yang baru belum terbentuk? Sementara SK pejabat fungsional berlaku hanya selama 1 (satu) tahun saja. Pada prinsipnya bahwa setiap jengkal ruas jalan ada yang bertanggung jawab, baik PPK maupun Kasatker. Selama SK kasatker dan PPK baru belum ada maka ruas tersebut menjadi tanggung pejabat strukural (Balai dan Dinas Bina Marga). Namun karena keterbatasan sumber daya, maka kepala Balai dan kepala Dinas dapat meminta bantuan pejabat fungsional terdahulu, dan hal ini secara otomatis sudah berjalan meskipun tidak dikomando Namun apabila pejabat yang bersangkutan merasa keberatan akibat tingkat kerusakan terlalu parah maka kepala dinas dapat meminta UPT wilayah terkait dalam hal ini Balai Pemeliharaan Jalan untuk meminjamkan material dan tenaga dan akan diganti apabila anggaran sudah cair. Di Jawa Timur dibentuk 12 (dua belas) Balai Pemeliharaan Jalan tersebar pada wilayah daerah kabupaten/ kota. Unit inilah yang melakukan pemeliharaan ruas-ruas jalan propinsi dan pemantauan/ pengamatan terhadap ruas jalan Nasional yang berada di wilayah kerjanya. Apabila terjadi kerusakan pada ruas jalan nasional maka akan dilaporkan kepada PPK atau Satker yang bersangkutan. Di dalam organisasi Balai Pemeliharaan Jalan terdapat organisasi fungsional yaitu pengamat dan juru jalan dengan tanggung-jawab 40-50 Km untuk pengamat, sedangkan juru jalan dengan tanggung jawab 10 km. Petugas inilah yang dapat diperbantukan kepada Satker untuk melaksanakan perbaikan yang bersifat sementara pada masa anggaran belum dapat dicairkan. Yang penting adalah tertutup semua kerusakan apapun jenis bahan yang digunakan, misalkan ditambal dengan lapen atau burtu bahkan dapat dilakukan cukup hanya dengan agregat dan semen saja. Untuk melihat kinerja aparat Pembina jalan dapat secara langsung dipantau dilapangan berdasarkan kinerja perkerasan jalan. Semakin baik kinerja jalan maka kinerja aparat berarti sangat berperan, namun apabila banyak lubang, ambles, gelombang, alur pada jejak roda kendaraan dan retak-retak maka berarti kinerja aparat yang bersangkutan sangat buruk. Disamping dilihat dari kenerja jalan juga dapat dilihat dari beberapa unsure atau criteria penilaian kinerja aparat antara lain: - kesetiaan - prestasi kerja - tanggung jawab - ketaatan - prakarsa - kejujuran - kerja sama - kepemimpinan Dalam uraian masing-masing unsure akan kami coba untuk memberikan ilustrasi dengan contoh masalah, dan cara mencapainya bila mungkin. Sutoyo 4 DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

3.1 Kesetiaan Kesetiaan adalah berkaitan erat dengan apa yang mereka cintai. Dalam hal pekerjaan maka seorang aparat hukumnya wajib mencintai tugas atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga dalam kondisi apapun, dimanapun dia bekerja, siapapun yang memimpin, siapapun teman kerjanya, semua tidak mempengaruhi kesetiannya pada pekerjaannya. Mereka memiliki loyalitas yang tinggi, bekerja atas kesadasaran pribadi terhadap tugas yang diemban bukan paksaan atau tekanan dari pimpinan. Mereka mencintai pekerjaan sebagaimana mencintai diri dan keluarganya, serta menganggap bahwa pekerjaannya adalah bagian dari hidupnya. Dengan demikian mereka bekerja siang dan malam tidak akan merasa lelah, malah sebaliknya akan merasa bersalah bila tidak melakukan pekerjaan secara tuntas. Inilah bentuk kesetiaan sejati yang wajib dimiliki oleh aparat pemerintah. Bagi aparat pembina jalan bentuk kesetiaannya adalah sangat peduli kepada ruas jalan yang menjadi wilayah tanggung jawabnya. Mereka akan malu apabila terjadi kerusakan pada ruas jalannya, bukan sebaliknya senang dengan kerusakan jalan karena akan mendapat prioritas pendanaan yang besar. Mereka akan menjaga ruas jalan selalu dalam kondisi prima sebgaimana menjaga kesehatan dirinya. Jalan yang sehat adalah jalan yang mampu menopang arus lalu-lintas secara nyaman dan lancar. Bagaimana cara menumbuhkan rasa kesetiaan ini? Kesetiaan adalah salah sifat dasar/ karakter manusia yang merupakan bawaan sejak lahir atau terbentuk secara alami oleh lingkungan atau sistem dimana mereka tinggal atau bekerja. Sistem dapat membentuk kebiasaan, apabila hal ini berlangsung dalam tahapan waktu tertentu akan membentuk karakter. Pada umumnya setiap ganti pimpinan berganti juga kebijakan nya, sehingga untuk melakukan pembentukan karakter mengalami kesulitan. Mencintai pekerjaan bukanlah hal yang mudah, pada umumnya mereka akan rajin bekerja apabila ada imbalan yang jelas dan memadai. Namun demikian apabila imbalan atau apresiasi yang digunakan sebagai pedoman untuk merangsang supaya mereka rajin bekerja maka bukan kesetiaan yang akan terjadi namun keterpaksaan. Karena kesetiaan berkaitan dengan hati maka hal-hal yang harus sering dilakukan untuk menumbuhkannya adalah dengan memberi apresiasi atau penghargaan dalam bentuk tanggung jawab lebih dan selalu mengevaluasi setiap saat. 3.2. Prestasi kerja Prestasi kerja adalah suatu nilai terhadap seorang atau unit kerja berdasarkan kemampuan melaksanakan pekerjaan atau kegiatan yang telah direncanakan maupun yang tidak terencana. Kegiatan yang terjadi diluar perencanaan sebelumnya dan harus diselesaikan disebut sebagai permasalahan. Penilaian prestasi kerja didasarkan kepada jumlah pengalaman penyelesaian kegiatan yang berhasil mereka lakukan dan jumlah penuntasan permasalahan yang pernah dihadapi. Aparat yang berprestasi adalah aparat yang memiliki kwalitas penyelesaian pekerjaan yang tinggi. Kwalitas yang dimaksud adalah dapat berupa akurasi pekerjaan, kecepatan (manajemen waktu) dalam bekerja, ketenangan dalam menghadapi permasalahan, kemampuan bernegosiasi, yang mana semua hal tersebut mengarah kepada efesiensi dan efektivitas. Aparat yang berprestasi di bidang jalan berarti mampu membangun konstruksi jalan yang awet dan memeliharanya dalam kondisi yang selalu mantap setiap saat. Sutoyo DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim 5

Bagaimana menumbuhkan sikap aparat berprestasi? Sama halnya dengan sikap kesetiaan, prestasi sangat terkait dengan bakat dan kemauan mengolah potensi tersebut. Pada prinsipnya setiap manusia normal memiliki bakat, namun kebanyakan mereka tidak mau memupuk bakat tersebut agar tumbuh subur dan berkembang secara pesat. Mereka sudah terhinggapi penyakit 4M (malu, malas dan menyalahkan serta menuntut). Mereka malu dikatakan bodoh apabila melakukan kesalahan, malas berfikir terhadap hal-hal yang mengandung resiko tinggi, dan cenderung menyalahkan orang lain dari pada dirinya apabila gagal menyelesaikan kegiatan, serta selalu menuntut hak atas semua yang dilakukannya. Mari kita berfikir positif agar penyakit 4M itu tidak hinggap dalam diri kita. Kita harus menganggap bahwa kesalahan adalah embrio kebenaran yang sejati, dan resiko adalah separuh dari harta yang akan kita dapatkan, serta memuji tindakan orang lain adalah modal besar meraih keberhasilan. Dan lebih utama kalau kita selalu berfikir bahwa melakukan pekerjaan atau kegiatan adalah bagian dari pengabdian atau pelayanan hidup sehingga tidak selalu berfikir hak dan kewajiban. 3.3. Tanggung jawab Tanggung jawab adalah bersedia membayar dan atau menerima resiko, artinya mereka sadar bahwa semua hal yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan atau kegiatan pasti ada hambatan atau bahkan permasalahan. Mereka selalu berupaya untuk bekerja secara tuntas apapun permasalahannya, kesulitan bagi mereka adalah proses pembelajaran menuju hasil yang sempurna. Bagi mereka tidak ada istilah gagal, yang ada dalam fikiran mereka adalah semua permasalahan bisa diselesaikan hanya waktu yang membedakan. Semakin cepat suatu kegiatan/ pekerjaan selesai maka semakin efektif dan efesien pekerjaan tersebut, namun ada resiko yang harus di bayar. Besar kecilnya resiko menunjukkan tingkat efektivitas suatu kegiatan. Semakin besar tingkat resiko yang dihadapi maka perlu sistem pengawasan yang intensif dan manajemen yang tepat sehingga dapat mengantisipasi terjadinya kegagalan. Peluang kegagalan yang diubah menjadi keberhasilan inilah keuntungan atau bentuk produktivitas. Sebagai contoh pada design perencanaan hotmix dengan spesifikasi gradasi tertentu pada daerah dingin. Sebagai ahli aspal tentu berfikir bahwa pada daerah dingin tidak diperlukan tebal penyelimutan aspal tang tinggi, karena proses oksidasi berjalan lambat. Maka dalam menentukan jumlah kadar aspal tidak perlu diambil ideal spesifikasi dengan tebal selimut ideal atau maksimal. Dalam kondisi seperti ini seharusnya doplih rentang spesifikasi gradasi paling bawah dan tebal selimut aspal yang minimal yaitu 7 mikron. Maka akan didapatkan jumlah kadar aspal yang relatif kecil dari kebutuhan ideal yang dipersyaratkan, namun secara teknis dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian akan terjadi penghematan jumlah aspal tertentu, inilah salah satu bentuk produktivitas aparat pembina jalan. 3.4. Ketaatan Ketaatan atau kepatuhan adalah kemauan keras untuk bersungguh-sungguh melaksanakan pekerjaan atau kegiatan dengan pengawasan atau tanpa pengawasan. Dalam melaksanakan pekerjaan mereka selalu tunduk kepada spesifikasi yang telah ditetapkan. Aparat dikatakan taat apabila mereka tidak pernah berhenti melakukan kegiatan yang menunjang keberhasilan kerja meskipun tugas rutin dan tugas lain dari pimpinan sudah selesai semua. Mereka selalu berusaha untuk melaksanakan pekerjaan Sutoyo 6 DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

secara baik dan benar sehingga selalu aktif untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang terkait dengan bidang kerjanya. Mereka sangat menghargai waktu, sehingga digunakan semaksimal mungkin untuk selalu berkarya secara maksimal. Bukti ketaataan seorang aparat adalah disiplin, tepat waktu, prosedural, terprogram, serta lebih berorientasi kepada proses dari pada hasil kerja. Bagi mereka administrasi dan metode pelaksanaan yang tepat adalah 90% dari keberhasilan kerja. Mereka berprinsip bahwa dengan melakukan pekerjaan atau kegiatan secara prosedural pekerjaan pasti akan beres. 3.5. Prakarsa Prakarsa termasuk di dalamnya adalah ide-ide segar, inovasi, kreativitas aparat untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan supaya lebih efektif dan efesien. Prakarsa ini akan muncul apabila kita selalu melakukan evaluasi secara rutin dan bertahap terhadap kinerja hasil kegiatan. Atau evaluasi terhadap sistem/ metoda yang digunakan selama masa pelaksanaan kegiatan. Dari hasil evaluasi dapat diketahui nilai produktivitasnya. Apabila terjadi inefesiensi dan inefektifitas maka sejak dini sudah dapat diketahui sehingga dapat mengambil sikap. Mungkin dengan perubahan komposisi material, alat dan tenaga atau merubah sistem atau metoda kerja. Prakarsa dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kinerja hasil kegiatan/ pekerjaan juga kinerja dari aparat terkait. Saat ini sistem anggaran kita berbasis kinerja maka seluruh hasil kegiatan harus langsung memberikan nilai manfaat bagi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Contoh anggaran pembangunan jalan, maka setelah selesai dilaksanakan pembangunan konstruksi perkerasan jalan, harus langsung dapat digunakan oleh masyarakat, antara lain kenyaman meningkat, waktu tempuh berkurang, serta arus lalu-lintas semakin lancar. Dalam sistem anggaran berbasis kinerja tidak boleh ada anggaran terpakai tanpa memberi manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu prakarsa aparat sangat dibutuhkan, karena dengan prakarsa diharapkan dapat lebih meningkatkan produktivitas sehingga mampu memberi pelayanan prima kepada masyarakat. Contoh aplikasi prakarsa di bidang jalan adalah melaksanakan pelebaran pada lokasi tanjakan meskipun dalam gambar rencana tidak terdapat rencana pelebaran. Kalau memungkinkan untuk dilaksanakan perubahan atau pergeseran volume untuk keperluan kegiatan/ pekerjaan pelebaran pada lokasi tanjakan maka harus dilakukan perubahan. Namun apabila secara administrasi tidak memungkinkan maka di lapangan tetap dilakukan perubahan sesuai kebutuhan mengingat sangat dibutuhkan oleh pengguna jalan. Pada umunya di lokasi tanjakan sering terjadi truk bermuatan tidak mampu melintas, apabila tidak tersedia lajur tambahan maka kendaraan lain tidak dapat melintas sehingga mengalami kemacetan, kondisi semacam ini sangat sering terjadi. Oleh karena perlu prakarsa dari aparat pembina jalan agar pelayanan kepada masyarakat terpenuhi secara maksimal 3.6. Kejujuran Kejujuran adalah karakter kehidupan yang paling mendasar. Pada jajaran aparat pemerintah jujur berarti dapat dipercaya dalam melaksanakan tugas dan selalu berhasil. Kejujuran berkaitan erat dengan komitmen dan tanggung jawab, dengan modal jujur semua pihak akan percaya segala ucapan dan tindakannya. Sebagai Sutoyo 7 DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

contoh, pada saat awal tahun umumnya alokasi anggaran belum cair, sedangkan hujan terus-menerus merusak perkerasan jalan. Kalau pada saat itu tidak melakukan perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi maka jumlah dan tingkat kerusakan akan semakin parah dan sangat mengganggu pengguna jalan. Sehingga untuk melaksanakan perbaikan kerusakan tersebut harus pinjam material dan tenaga kepada pihak yang berkompeten di bidang itu. Untuk mendapat pinjaman material dan tenaga tersebut maka aparat yang bersangkutan harus dapat dipercaya dan bertanggung jawab untuk pengembaliannya. Dalam segala hal sebenarnya kejujuran adalah sumber daya terbesar untuk menunjang keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan atau kegiatan, namun kenyataan di lapangan malah sebaliknya. Bahkan banyak yang beranggapan bahwa kejujuran adalah penghambat kemajuan, karier dan lebih celaka lagi sebagai penghambat lancarnya rizqi. Dunia sudah terbalik, orang yang jujur dikatakan bloon, sementara yang pandai dikatakan pandai. Sebagai contoh, pada saat pengajuan anggaran untuk perbaikan jalan, bentuk laporan dibuat kondisi rusak berat dengan melampirkan data dan foto-foto lokasi yang memang tampak rusak parah, dengan harapan dapat anggaran yang besar. Namun apabila ada evaluasi kinerja jalan oleh tim evaluator, maka yang dilaporkan adalah kondisi mantap dan rusak ringan dengan lampiran foto-foto lokasi yang baik-baik. Mestinya sepanjang ruas jalan dilaporkan kondisi jalan persegmen kerusakan sehingga masing-masing segmen pada ruas jalan tersebut dialokasikan anggaran sesuai kebutuhannya. Dengan demikian tidak terjadi ketimpangan anggaran. 3.7. Kerja sama Tidak akan sempurna suatu hasil kegiatan atau pekerjaan tanpa ada kerja sama. Bagaikan musik, semakin lengkap jumlah alat musik dan pemainnya maka akan semakin sempurna kwalitas musiknya. Sebab setiap orang memiliki kemampuan dan kelemahan, sehingga untuk menutupi kelemahan-kelemhan tersebut perlu orang lain yang yang memiliki satu visi yang sama yaitu mewujudkan suatu kegiatan dengan kemampuan yang beragam. Semakin besar volume pekerjaan akan semakin butuh kerja sama. Dan semakin kuat ikatan antar anggota tim tersebut maka akan semakin maksimal hasilnya. Aparat yang sadar akan kelemahan dirinya maka mereka akan semakin merasa butuh bekerja sama dengan lainnya. Sebaliknya bagi yang merasa memiliki segudang kemampuan atau kekuatan justru sebenarnya di situlah letak kelemahannya, karena mereka akan sulit bekerja sama dan mereka dekat dengan kegagalan. Siapa komando untuk melaksanakan kerja sama yang sebenarnya? mestinya setiap aparat harus bisa jadi komando kerja sama terutama komando terhadap dirinya. Inti dari kerja sama adalah kemauan masing-masing individu untuk bergabung dalam menyelesaikan suatu kegiatan atau bahkan permasalahan. Yakinlah bahwa dengan kerja sama pasti sukses, karena memiliki kekuatan yang sempurna. Kerja sama adalah misi kehidupan yang sebenarnya, dengan beraneka ragam memiliki kelebihan dan kekurangan bagi setiap manusia diharapkan untuk saling berinteraksi agar terjadi saling membutuhkan 3.8. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah keberanian memutuskan, mengarahkan, menetapkan strategi atau langkah untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan dengan target Sutoyo 8 DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

tertentu. Akurasi tingkat keputusan, arahan dan penetapan strategi seorang pemimpin menggambarkan kwalitas kepemimpinan seseorang. Pada dasarnya sikap kepemimpinan aparat pemerintah dibentuk melalui pendidikan penjenjangan sesuai daftar urut kepangkatan serta pendidikan formal. Namun demikian mereka memiliki kwalitas dan gaya kepemimpinan berbeda-beda meskipun memiliki pendidikan yang sama. Kepemimpinan type apa yang seharusnya dimiliki oleh aparat pemerintah? Maka jawabnya adalah yang memihak kepada kepentingan masyarakat. Artinya semua kebijakan, arah dan keputusannya selalu memperhatikan kebutuhan rakyat, bukan untuk diri dan kelompoknya. Karena aparat adalah abdi negara, pelayan masyarakat, juga sebagai panutan rakyat, maka sebaiknya setiap aparat mengembangkan sikap kepemimpinan sejati. Kepemimpinan sejati adalah aspiratif, kooperatif, ksatria, berkorban, kesejahteraan, pelayanan, toleran, sederhana, menghormati dan tanggung jawab. Sehingga sikap kepemimpinan yang dimiliki oleh aparat akan berorientasi kepada kepentingan masyarakat yang berujung kepada kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Selalu berfikir realistis dan pragmatis bukan teoritis dan fantasi. Penuh dengan kesederhanaan bukan kemewahan, mau mendengar urusan rakyat bukan memaksakan kehendaknya yang selalu menguntungkan dirinya. Menghormati semua orang tanpa pilih kasih, dan bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukan. Inilah tugas berat yang seharusnya menjadi cita-cita aparat pemerintah supaya dapat mewujudkan cita-cita negara dalam UUD 1945 benar-benar tercapai, yaitu masyarakat adil dan makmur. Kapan hal ini akan terjadi? bagaimana cara mencetak pemimpin yang demikian ideal? Apa yakin ini akan terjadi? Atau akankah muncul secara tiba-tiba? Pada dasarnya pejuang bangsa muncul karena adanya tekanan-tekanan yang sangat berat. Saat ini bangsa kita sedang mengalami masa sulit, terutama kelompok ekonomi menengah ke bawah. Bahkan kemiskinan terus meningkat jumlahnya, pengangguran selalu bertambah setiap tahun, industri tidak berkembang malah tutup, dan masih banyak lagi indikator tentang tekanan berat yang melanda bangsa ini. Apabila ada pejuang yang mampu merubah kondisi ini semua menjadi lebih baik maka dia layak memimpin bangsa ini. Pemimpin sejati selalu berkorban, berkarya dan berjuang dengan kesabaran, bukan mengorbankan kepentingan umum dengan memberi janji agar mendapat dukungan. Dia memimpin karena berjasa bukan karena membeli jasa.

4. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIANNYA Kinerja aparat tergantung dari karakter yang mereka miliki, namun ada sebabsebab lainnya yang juga cukup berpengaruh yaitu lingkungan dimana mereka berada, baik di dalam lingkup pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Dalam birokrasi pemerintahan yang menjadi motor penggerak adalah pemimpinnya, sehingga apabila unit tersebut tidak maksimal dalam melaksanakan kegiatan maka yang dipertanyakan pertama kali adalah siapa pemimpinnya? Kemudian baru siapa saja aparat yang ada di dalamnya. Adapun beberapa hal yang dapat mempengaruhi kinerja aparat adalah sebagai berikut: - kejelasan tugas dan wewenang - besar/ kecilnya bobot tanggung jawab - system penjenjangan karier Sutoyo DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

system evaluasi kinerja pendidikan ketrampilan pengembangan teknologi kenyamanan kerja kemanan tempat bekerja sikap saling menghormati tambahan penghasilan/ kesejahteraan

Secara umum semua hal tersebut harus mendapat perhatian serius setiap saat dan benar-benar harus dipenuhi. Penyebab dari degradasi mental aparat salah satunya adalah tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa unsure yang dibutuhkan mereka. Hal ini masih manusiawi karena kondisi akhir-akhir ini sangat menekan kehidupan yang dapat merubah pola hidup masyarakat kita. Harga sembako terus meroket, biaya pendidikan sangat mahal sedangkan PHK berjalan terus, kemiskinan meningkat tajam dan pengangguran terus bertambah dan lain sebagainya. Sehingga masing-masing orang yang dapat kesempatan langsung memanfaatkan tanpa ada sistem pengendalian yang akurat. Sehingga sangat berpengaruh terhadap kinerja mereka, hal demikian ini terjadi pula dalam jajaran aparat pemerintah termasuk di dalamnya adalah aparat pembina jalan. Sehingga banyak jalan-jalan yang terlihat tidak terpelihara sama sekali. Hal ini terjadi karena terselenggaranya pengaruh-pengaruh tersebut sangat tergantung kepada kebijakan pimpinan, karena dalam surat keputusan pengangkatan jabatan terdapat pasal yang menyatakan dan bersedia melaksanakan tugas lain dari pimpinan sehingga karakter pimpinan sangat mewarnai kebijakan. Apabila kebijakan pimpinan mendukung terselenggaranya hal-hal tersebut secara maksimal maka sudah dapat dipastikan pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan akan sukses dan semua fihak menerimanya. Namun sebaliknya bila kebijakan pimpinan tidak mendukung bahkan bertentangan maka kinerja aparat akan menurun dan tidak akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal bahkan cenderung mengalami kegagalan secara berangsurangsur. Pada prinsipnya setiap manusia butuh penghargaan (apresiasi) dalam bentuk apapun yang penting dihargai lebih dari lainnya. Apresiasi dapat berupa tanggung jawab lebih, atau diberi kedudukan/ jabatan eselon, atau dipublikasikan hasil karyanya di media atau bentuk finansial yang memadai. Dan ini mutlak harus difikirkan oleh pemimpin unit kepada aparat yang dipimpin. Hal ini diperlukan untuk memberi stimulan agar semangat bekerja atau berkarya dapat lebih meningkat dan terus diperbaruhi kemajuannya. Apabila hal ini benar-benar berlaku maka sudah pasti kinerja aparat akan semakin meningkat sehingga mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat setiap saat. Kondisi semacam ini akan dapat mempercepat perkembangan kinerja aparat secara progresfif. Namun apabila sebagian atau semua pengaruh-pengaruh tersebut di atas tidak terselenggara dengan maksimal atau bahkan tidak terlaksana sama sekali maka kinerja aparat sudah pasti akan menurun, kecuali terhadap aparat yang benar-benar memiliki karakter pengabdian sejati. Mereka sama sekali tidak terpengaruh oleh hal-hal itu, bahkan tidak pernah berfikir siapa pemimpinnya model apa kibijakannya, mereka tetap bekerja dengan maksimal. Mereka bekerja bukan atas dasar hak dan kewajiban namun karena panggilan hidup, sehingga apresiasi tidak menjadi hal yang utama. Bila aparat yang demikian bekerja di bidang prasara jalan maka sudah dapat dipastikan Sutoyo DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim 10

bahwa semua ruas jalan tersebut akan selalu mantap setiap saat tanpa harus ada monitor dari atasan secara langsung maupun tidak langsung. Mampukah mencetak aparat yang demikian handal? Pendidikan karakter seperti ini tidak bisa dibentuk secara mendadak, harus dimulai dari kecil dan dalam waktu yang cukup. Saat ini hampir setiap orang sudah berfikir apa untungnya buat dirinya. Apabila ada kesempatan mereka akan selalu berfikir apa yang bisa saya ambil atau saya manfaatkan? Pejuang sejati selalu berfikir kapan negara ini bebas dari penjajah, sehingga semua orang bisa menikmati hidup yang layak. Atau apa yang bisa mereka perbuat untuk orang lain supaya hidupnya bermakna. Realita saat ini adalah yang staf berfikir kapan mereka bisa jadi pejabat, yang sudah menjabat berfikir bagaimana mereka bisa naik atau mempertahankan kursi ini. Sehingga mereka lupa melayani masyarakat. Saling menjatuhkan sesama sahabat sudah dianggap hal yang wajar. Mereka bangga dengan kedudukan bukan kemampuan melayani masyarakat dan produktivitas. Untuk mendapatkan aparat pemerintah yang handal dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mencari bibit unggul melalui seleksi yang ketat, baik dari segi kemampuan teknik maupun segi-segi lainnya yang terkait dengan kebutuhan di lapangan. Yang kedua adalah dengan cara membentuk/ mencetak sumber daya yang ada dengan sistem dan pelatihan secara khusus dalam kurun waktu tertentu. Namun demikian kedua cara tersebut masih belum dapat dilaksanakan secara benar dan tepat, karena keterbatasan sumber daya dan adanya kebijakan pimpinan yang justru lebih dominan. Metode rekrutmen mungkin sudah berjalan, namun masih perlu penajaman lagi. Sedangkan sistem pembentukan aparat yang berkarakter masih perlu dibenahi kembali terutama penilaian kinerja aparat. Oleh karena itu kami mencoba mendekatkan penilaian kinerja aparat secara objektif dengan memilah berdasarkan unsur-unsur terkait sebagaimana tertuang dalam tabel 1. Dari 8 karakter tersebut dapat dilihat kecenderungan kinerja aparat, seperti pada tabel 2 tersebut di bawah ini. Kami mencoba untuk mengelompokkan nilai terhadap jabatan struktural dan fungsional. Nilai yang dimaksud disini adalah nilai minimum yang seharusnya dimiliki oleh yang bersangkutan. Namun demikian apabila aparat yang bersangkutan sudah mencapai nilai minimal tersebut bukan berarti harus menduduki tempat sebagaimana yang seharusnya. Perlu ada tempat kosong lebih dahulu, juga ada kriteria tambahan karena mungkin ada orang lain yang memiliki nilai rata-rata yang sama. Namun demikian yakinlah bahwa bagi aparat yang selalu memupuk dan mengasah karakter melalui latihan yang konsisten maka mereka layak mendapat posisi yang tepat. Apabila penilaian kinerja aparat dilakukan secara objektif seperti contoh pada tabel 1 dan tabel 2 tersebut, maka pemberian apresiasi atau beban tugas baik untuk jabatan struktural maupun fungsional akan lebih mudah dan mendekati tepat dan akurat. Sehingga istilah the right man in the right place benar-benar dapat tercapai. Dengan demikian instansi pemerintah akan dapat melayani kebutuhan masyarakat dengan maksimal. Dan yang lebih penting lagi bahwa akurasi penempatan jabatan atau sistem penjenjangan karier terhadap aparat akan berjalan secara otomatis, sehingga diharapkan dapat memacu kinerja aparat. Pada dasarnya setiap orang suka menerima sesuatu dnamun enggan melepas barang miliknya. Sering tidak kita sadari bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus Sutoyo 11 DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

mau melepas sesuatu yang dimilikinya. Dan kebanyakan manusia selalu mengkhayal dengan istilah jikalau saya mendapatkan sesuatu saya akan ...... Padahal dalam kehidupan nyata ini semua bisa tercapai kalau kita menukar sesuatu, bisa dengan tenaga, keahlian, kepandaian, kemampuan dan lainnya. Hal yang paling penting adalah harus mau berbuat sesuatu lebih dahulu, bukan berjanji akan berbuat. Kebanyakan mereka ragu-ragu untuk berbuat sesuatu karena takut gagal atau tidak menghasilkan sesuatu. Padahal dalam hukum kekekalan energi disebutkan bahwa energi tidak ada yang hilang hanya berubah bentuk. Yakinlah bahwa semakin banyak kita berbuat maka semakin banyak yang akan kita dapatkan. Tabel 1. Unsur-unsur karakter kinerja aparat (contoh penilaian kinerja) No. Karakter Unsur bobot nilai skor 1 Kesetiaan - Kehadiran 40 100 40 - Kesungguhan 30 80 24 - Kesediaan waktu 20 90 18 - Kepedulian 10 90 9 91 2 Prestasi kerja - Kemauan kerja keras 30 80 24 - Penyelesaian masalah 50 70 35 - Akurasi pekerjaan 20 90 18 77 3 Tanggung jawab - Kepemilikan data 25 80 20 - Mengambil resiko 50 70 35 - Kemampuan teknis 25 90 22.5 77,5 4 Ketaatan - Disiplin 40 70 28 - Penguasaan spesifikasi 25 90 22,5 - Administrasi 20 80 16 - Pelaporan 15 80 12 78,5 5 Prakarsa Ide-ide baru 20 70 14 Inovasi 20 80 16 Kreatifitas 20 75 15 Hasil karya 40 80 32 77 6 Kejujuran Kepercayaan 40 90 36 Komitmen 35 80 29 Keberanian 25 60 15 80 7 Kerja sama Menghargai pendapat 30 80 24 Mendukung 35 80 28 Mau berkorban 35 70 25,5 77,5 8 Kepemimpinan Memutuskan 30 70 21 Keteladanan 25 80 20 Mendistribusi tugas 20 75 15 Mengarahkan 15 90 13,5 Pendidikan 10 70 7 76,5 Sutoyo DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

Ket

91

70

70

70

70

70

70

70 12

Tabel 2. Batas minimal penilaian kinerja aparat untuk penempatan jabatan dan tugas. No Karakter Struktural Fungsional Eselon 3-4 Eselon 1-2 Pjbt inti Non inti 1 Kesetiaan 91 91 91 91 2 Prestasi kerja 80 80 80 70 3 Tanggung jawab 75 85 80 70 4 Ketaatan 75 80 75 75 5 Prakarsa 80 85 80 70 6 Kejujuran 75 80 75 75 7 Kerja sama 75 80 80 75 8 Kepemimpinan 80 85 80 70

5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kinerja aparat pemerintah sangat berpengaruh kepada hasil pekerjaan atau kegiatan, oleh karena itu penyediaan aparat yang handal adalah salah bentuk investasi pemerintah yang sangat dibutuhkan. Pada uraian didepan telah dibahas tentang karakter dan contoh aplikasinya dalam hal penanganan jalan serta hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja aparat pemerintah. Pada dasarnya pengaruh-pengaruh tersebut sangat tergantung dari pemimpin unit kegiatan atau pucuk pimpinan. Sedangkan karakter adalah sifat dasar seseorang yang sangat sulit berubah, bahkan tidak dapat berubah, sehingga perlu ada perimbangan untuk menutup kekurangan karakter tersebut. Suatu pekerjaan penanganan jalan akan efektif dan efesien sangat tergantung dari pengelolaan karakter dan pengaruh-pengaruh tersebut. Bagaimana mengelola dua unsur tersebut agar dapat tercipta suasana yang kondusif sehingga kinerja aparat menjadi maksimal. Sebagai aparat pembina jalan, suka atau tidak suka dituntut memiliki rasa peduli yang sangat tinggi terhadap kondisi badan jalan, karena membiarkan kerusakan jalan sama halnya dengan merusak jalan secara sengaja. Dan perlu diketahui bahwa investasi di bidang jalan bukanlah investasi kecil namun merupakan investasi yang sangat fantastis besarnya. Karena alokasi untuk pembangunan jalan adalah 3 milyar sampai 7 milyar perkilometer panjang jalan, sedangkan biaya perawatan 30 sampai 50 juta setiap kilometer setiap tahunnya. Sehingga membangun etos kerja aparat pembina jalan adalah termasuk investasi yang sangat penting dalam hal penanganan jalan. Hanya dengan etos kerja yang handal kinerja aparat dapat maksimal. Sehingga mampu mempertahankan bahkan meningkatkan mutu kinerja jalan, yang pada gilirannya akan mampu menyediakan kinerja pelayanan jalan yanag mantap setiap saat kepada masyarakat. Untuk membentuk aparat pembina jalan yang handal diperlukan sistem yang tepat, antara lain pemberlakuan sistem penilaian kinerja aparat secara objektif sehingga dalam analisis penempatan personil terjadi istilah the righ man in the right place Jaman dahulu, era tahun 1980 an, pembina jalan sangat malu kalau resortnya tampak rusak berat apalagi sampai diexpose, saat ini sudah berbalik, mereka akan senang karena akan mendapat alokasi anggaran lebih besar. Mereka bangga dengan besarnya anggaran, bukan karena produktivitas. Hal ini terjadi karena sistem penilaian Sutoyo DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim 13

kinerja aparat bersifat subjectiv dan tidak memberikan dampak. Bahkan evaluasi kinerja aparatpun tidak tersentuh sehingga mereka bekerja berdasarkan pesanan atau atas perintah bukan atas kesadaran. Kembali kepada pokok permasalahan bahwa sistem penilian kinerja aparat belum berjalan secara benar dan akurat, juga apresiasi dan sangsinya belum tepat sasaran sehingga wajar kalau tidak terjadi peningkatan kinerja. Dalam upaya memberi dampak positif terhadap sistem kinerja aparat kami mencoba untuk menganalisis unsur-unsur masing-masing karakter dinilai berdasarkan bobot pengaruh setiap unsur terkait. Dengan sistim nilai ini diharapkan mendekati nilai objektif kepada masingmasing aparat. Sebagai bahan masukan nilai adalah pemberian tugas sehari-hari dan tingkat perubahan karakter serta pengembangannya. Sebagai contoh penilaian kinerja aparat adalah tercantum pada tabel 1. Sedangkan untuk pemberian apresiasi berupa jabatan/ karier atau kesejahteraan dan lainnya tercantum pada tabel 2. Khusus kepada aparat yang melakukan kesalahan secara sengaja atau tidak sengaja diberikan sangsi yang setaraf dengan tingkat dan jenis kesalahannya.

5.2. Saran Kebijakan pimpinan sangat mewarnai kinerja instansi pemerintah juga kinerja aparat, karena sistem kepemimpinan selalu berbeda antara satu dengan lainnya. Dan lebih didukung lagi oleh pasal terakhir surat keputusan pengangkatan jabatan disebutkan melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan. Dimana pemimpin mempunyai kewenangan mutlak untuk memberi tugas lain yang diinginkannya. Hal ini sebenarnya cukup mengganggu kinerja aparat, oleh karena itu perlu dipertajam apa yang dimaksud dengan tugas lain. Atau mungkin dapat diganti dengan pasal lain yang lebih tepat yang setaraf fungsinya dengan pasal tersebut, hal ini perlu diskusi lebih lanjut. Karakter atau sifat dasar manusia tidak bisa diubah namun bisa tumbuh subur atau mati dengan siruasi lingkungan atau sistem. Piranti penyubur pertumbuhan karakter adalah apresiasi (jabatan dan kesejahteraan), sedangkan yang membunuh karakter adalah hukuman. Secara normal suasana kerja yang kondusif, saling menghormati, apresiatif adalah hal-hal yang sangat dibutuhkan untuk menghasilkan karya yang baik bagi aparat pada umumnya. Namun bagi mereka yang mampu berkarya maksimal tanpa dipengaruhi oleh hal-hal itu maka mereka itulah pejuang bangsa sejati. Untuk dapat berperilaku seperti ini perlu keyaninan tanpa syarat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, mereka yakin hidup ini adalah pengabdian, melayani bukan untuk dilayani, suka memberi meskipun kekurangan, suka menolong/ membantu tanpa diminta. Itu semua adalah bentuk latihan mental yang mengikuti hokum kekekalan energi, dan ini sangat sesuai dengan hukum alam yang berlaku, bahwa semakin banyak yang kita berikan kepada alam ini maka semakin banyak yang akan kembali kepada kita.

Sutoyo DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

14

Daftar Riwayat Hidup 1. 2. 3. 4. 5. Nama Tempat/ Tgl Lahir Jenis kelamin Status Kawin Pekerjaan/ jabatan : Ir. Sutoyo M Eng Sc : Gresik / 20 September 1965 : Laki-laki : menikah : PNS/ PPK Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Surabaya II : Jl. Raya Waru Km 12 Sidoarjo, Jawa Timur : 031 8554638 : 8552365 : 081 2326 4965 : : ITS , Fakultas Teknik Sipil, lulus tahun 1990 : ITB dan UNSW, Transport, lulus 1996

6. Alamat 7. Telp 8. Fax 9. HP 10. Pendidikan i. Strata 1 ii. Strata 2

Sutoyo DPU Bina Marga Ppropinsi Jatim

15

You might also like