You are on page 1of 13

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN

PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK


KELOMPOK 2 VALDHE KARUNDENG HAFILIA I. PONGGOHONG RIBKA LIANDO SARWINDASARI

Akuntansi Publik dan Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Manado 2012

BAB I PENDAHULUAN

Analisis impas memberikan informasi tingkat penjualan minimum yang hadus dicapai suatu perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Dari analisis tersebut juga kita dapat mengetahui sampai sejauh mana volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak menderita kerugian. Analisis impas menyajikan informasi untuk perencanaan volume penjualan. Analisis impas merupakan salah satu bentuk analisis biaya volume dan laba. Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana analisis biaya volume dan laba dan bagaimana manfaatnya bagi manajemen/manajerial.

BAB II PEMBAHASAN

PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK Perencanaan laba jangka pendek dilaksanakan oleh manajemen dalam proses penyusunan anggarn. Dalam proses penyusunan anggaran. Dalam proses penyusunan anggaran, manajemen selalu dihadapkan pada pemilihan alternative tindakan yang harus dipertimbangkan dampaknya terhadap laba perusahaan. Manajemen akan dihadapkan pada pemilihan alternative apakah harga jual produk dalam tahun anggaran yang akan datang perlu diturunkan untuk mengungguli posisi pesaingnya di pasar. Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan rugi-laba yang disusun dengan metode variable costing sangat membantu manajemen puncak dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan yang diajukan oleh manajemen menengah. Karena pengambilan keputusan jangka pendek umumnya menyangkut atau mengakibatkan penambahan atau pengurangan volume kegiatan, maka informasi biaya yang dipisahkan menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan akan sangat membantu manajemen. Contoh : PT X Laporan Rugi-Laba Yang Diproyeksikan Tahun Anggaran 2012 Jumlah Pendapatan Penjualan Biaya Variabel Laba Kontribusi Biaya Tetap Laba Bersih 500.000.000 300.000.000 200.000.000 150.000.000 50.000.000 % 100 60 40 30 10

Dari laporan rugi-laba yang disusun menurut metode variable costing tersebut, manajemen dapat memperoleh berbagai parameter (gambaran sesuatu dalam bentuk angka), berikut ini : 1. Impas (break-even) Dari laporan rugi laba yng diproyeksikan tersebut, terlihat target pendapatan yang diharapkan akan dicapai oleh perusahaan adalah sebesar 500.000.000. dari target

pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi beberapa pendapatan minimum yang harus dicapai dalam tahun anggaran yang akan datang, agar perusahaan tidak menderita kerugian. Impas merupakan informasi yang dapat digunakan oleh manajemen untuk memeperoleh gambaran batas bawah pendapatan yang harus dicapai agar dalam tahun anggaran yang akan datang perusahaan tidak mengalami kerugian. Dari data laporan rugi laba yang diproyeksikan dalam contoh di atas, impas dapat dihitung sebesar 375.000.000 (150.000.000 : 40 %).

Angka tersebut menunjukkan bahwa dari target pendapatan penjualan yang direncanakan sebesar 500.000.000 dalam tahun anggaran tersebut, minimum perusahaan harus dapat menjual 375.000.000, agar perusahaan tidak rugi. Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan di atas impas, peruhsaan tersebut baru dapat menghasilkan laba.

2. Margin of safety

3. Shut-down point. 4. Degree of operating leverage. 5. Laba kontribusi per unit.

DEFINISI DAN ASUMSI YANG MENDASARI BEP

Beberapa definisi BEP : Menurut Mulyadi (1997 : 232) Break Even Point adalah suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (1998 : 358) break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan, dimana total biaya (tetap dan variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak rugi. Menurut Bambang Rianto (1995 ; 360) Break even point adalah Volume penjualan dimana penghasilannya (revenue) tepat sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan ataupun menderita kerugian.

Sedangkan menurut S.Munawir (2002 ; 458) titik break event atau tititk pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = biaya total).

Asumsi yang mendasari BEP adalah : 1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya tetap akan selalu konstan dalam kisar volume yang dipakai dalam perhitungan impas, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan. 2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika dalam usaha menaikan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual atau dengan memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan biaya volume laba. 3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan kapasitas produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi hubungan biaya volume laba. 4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding dengan data yang dipakai sebagai dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya volume laba. 5. Efesiensi produksi dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan biaya karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau perubahan metode produksi, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya volume laba. 6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan

7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah, jika perusahaan menjual lebih dari satu macam produk, maka meskipun volume penjualan sama tetapi apabila komposisinya berbeda,maka hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap pendapatan penjualan. 8. Bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

PERHITUNGAN BEP

1. Cara Trial and Error Yaitu dengan menghitung keuntungan operasi suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah, dan sebaliknya. Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan produksi dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total.

Contoh : Misalnya diambil dari contoh aplikasi, diambil volume produksi 6.000 unit, maka dapat dihitung keuntungan operasi adalah : (6.000 x Rp. 100) (Rp. 300.000 + (6.000 x Rp 40) Rp 600.000 (Rp. 300.000 + Rp 240.000) Rp. 60.000 Atau Hasil dalam unit adalah Rp. 60.000/Rp 100 = 6.000 unit Jadi, pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti bahwa BEP-nya terletak di bawah 6.000 unit. Misalnya volume produksi 5.000 unit, dan perhitungannya : (5.000 x Rp 100) (Rp 300.000 + (5.000 x Rp 40) Rp 500.000 (Rp 300.000 + Rp 200.000 Rp 0 Ternyata, pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai BEP yaitu dimana keuntungan netonya sama dengan nol.

2. Rumus Aljabar / Matematis

a. Dasar Unit ( ) = 5.000 unit b. Dasar Sales (dalam rupiah) ( ) ( ) = Rp. 500.000

GRAFIK BREAK EVEN POINT

MARGIN OF SAFETY

Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita rugi. Jika angka impas dihubungan dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang diangarkan atau pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan angka margin of safety. Contoh, PT ELIONA merencanakan volume penjualan sebesar Rp.

172.000.000, sedangkan menurut perhitungan, impas tercapai pada volume penjualan sebesar Rp. 103.200.000. Angka margin of safety adalah sebesar Rp. 68.000.000

(172.000.000-103.200.000), atau jika dinyatakan dalam persentase angka volume penjualan yang dianggarkan adalah sebesar 40 % (Rp. 6.800.000 : Rp 172.000.000). Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan tidak menderita rugi atau dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan volume penjualan yang direncakan, yang tidak mengakibatkan kerugian. Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan yang dianggarkan tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang boleh terjadi adalah sebesar Rp. 68.000.000 atau 40 % nya, agar perusahaan tidak menderita kerugian. Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan dengan marginal income ratio (profit-volume ratio). Laba = profit volume ratio x margin of safety ratio

Dengan memakai data di atas dapat diketahui : Laba = 75 % x 40 % = 30 % Margin of safety ratio (M/S ratio) dapat pula dihitung dengan rumus :

Dari contoh diatas M/S ratio =

ANALISIS HUBUNGAN BIAYA VOLUME LABA UNTUK TIAP PRODUK DALAM PERUSAHAN YANG MEMPRODUKSI DAN MENJUAL LEBIH DARI SATU MACAM PRODUK

Dalam perusahaan yang memproduksi dan menjual lebih dari satu macam produk, manajemen tidak hanya menghadapi masalah mencari komposisi produk yang dijual

yang menghasilkan laba maksimum, namun juga memerlukan informasi kontribusi masing-masing produk dalam menghasilkan laba perusahaan secara keseluruhan.

Contoh : Misalkan, PT El Sari menjual tiga macam produk dengan komposisi sebagai berikut : Produk A = 10.000 unit; Produk B = 15.000 unit; Produk C = 10.000 unit. Perhitungan laba kontribusi untuk masing-masing produk disajikan sebagai berikut :

Persentase Biaya Variabel Pendapatan Laba dari Hasil Produk Penjualan Biaya Variabel Kontribusi Penjualan A 250.000 150.000 100.000 60 % B 450.000 180.000 270.000 40 % C 500.000 150.000 350.000 30 % 1.200.000 480.000 720.000 40 % Biaya Tetap Laba Bersih 500.000 0,6 500.000 220.000

Profit Volume Ratio (P/V Ratio 40 % 60 % 70 % 60 %

Impas

833.333

Penyajian dalam Grafik

MANFAAT ANALISIS BIAYA VOLUME LABA BAGI MANAJEMEN

Hubungan antara biaya, volume dan laba dipengaruhi oleh 5 faktor atau suatu kombinasi faktor-faktor berikut ini : 1) Harga jual persatuan 2) Volume penjualan 3) Komposisi produk yang dijual 4) Biaya variabel pertahun 5) Total biaya tetap. Agar perencanaan laba perusahaan dapat efektif, manajemen harus dapat memperkirakan dampak perubahan masing-masing faktor tersebut terhadap laba bersih, impas dan return of investment perusahaan. Pembuatan anggaran pendapatan dan biaya dan penyajian informasi tersebut dalam grafik laba dan volume merupakan alat yang efektif dalam menyajikan informasi bagi manajemen untuk keperluan perencanaan laba jangka pendek. Hal ini memungkinkan manajemen memperkirakan pengaruh kegiatan atau usaha-usaha yang akan dilaksanakan dan pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap laba, sehingga manajemen dapat memilih berbagai macam usul kegiatan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian laba di masa yang akan datang.

BAB III PENUTUP

Analisis biaya volume laba menghasilkan informasi dampak perubahan harga jual, biaya dan/atau volume penjualan terhadap laba bersih. Dalam penyusunan anggaran, berbagai kemungkinan pilihan harga jual, volume penjualan, dan biaya selalu dihadapi oleh manajemen. Dalam proses penyusunan anggaran, manajemen memerlukan berbagai parameter. Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen, dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam poroses penyusunan anggaran perusahaan. Kiranya makalah yang telah disusun oleh kelompok kami bisa bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran kepada kami sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, 1997. Akuntansi Manajemen : konsep, manfaat dan rekayasa. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN, Yogyakarta. Edisi ke 2.

http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-point-bep

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2101396-pengertian-break point/#ixzz1oGheK217

You might also like