Professional Documents
Culture Documents
)
Ade Wahyudi, Ardhito, Dearizky R.P.F, Pradana Arthama, Wahyu Azizi, Werdhiningtyas A, Ni Komang Ayu Oka P, Rana Descasari, Tri Mahendra
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK IPB
ABSTRAK
Tujuan praktikum ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada praktikan mengenai jenis, posisi dan fungsi rangka ikan cucut (Carcharinus sp.). Praktikum ini dilakukan dengan membuat rangka ikan cucut. Kerangka ikan cucut tersusun dari tulang-tulang rawan sehingga dapat mengurangi bobot rangka dan dapat menghemat energi. Kepala ikan cucut dibungkus dan dilindungi oleh kondrokranium pada bagian bawah terdapat skeleton visceral yang terdiri dari rahang bawah dan lengkung-lengkung insang. Deret gigi pada ikan cucut dapat tumbuh kembali apabila tanggal. Sirip cucut ada enam macam, sirip dada (sirip pectoral), sirip perut (sirip ventral), sirip dubur (sirip anal), sirip punggung (sirip dorsal) pertama , sirip punggung kedua, dan sirip ekor. Sirip-sirip ini disokong oleh tulang rawan, jari-jari keratin, dan sabuk-sabuk pectoral dan pelvic. Vertebrate ada dua macam: batang dan ekor, masing-masing dengan lengkung-lengkung neural. Hanya vertebra kaudal yang berisi lengkung-lengkung neural. Kata Kunci : Kerangka ikan cucut, kepala ikan, deret gigi, sirip, vertebrate, dan Carcharinus sp. _____________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Ikan dalam melakukan aktivitasnya membutuhkan suatu sistem yang mendukung aktivitas
ikan betina. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam. Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan tulang sejati. Tulang rawan pada banyak vertebrata, kecuali cyclostomata dan elasmobranchii embrional. Hal merupakan ini jaringan
pergerakannya tersebut yaitu sistem rangka. Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh strukturstruktur keras dari tubuh yang bersifat menyokong dan melindungi. Rangka pada ikan seperti halnya pada golongan vertebrata lainnya berfungsi untuk
dimungkinkan
karena dapat memberikan sifat ringan dan kelenturan yang diperlukan oleh dinamika pertumbuhan. Ikan cucut memiliki jenis tulang rawan (chondrichtyes) yang hidup di laut. Ikan cucut cukup banyak diminati sehingga tingkat penangkapan sangat tinggi. Ikan cucut memiliki nilai
menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi pula dalam proses
pembentukan butir darah merah. Pada beberapa penyokong ikan sirip modifikasi menjadi tulang penyalur
bagian yang diminati adalah sirip. Ikan ini memiliki pergerakan yang cukup cepat dan kuat untuk menangkap
Ikan cucut dibedah dan diambil semua dagingnya. Semua bagian rangka ikan cucut dibersihkan dari dagingdaging yang masih menempel dengan memberikan air panas agar mudah terlepas. Setelah ikan cukup bersih dari daging tebalnya perlu dilakukan proses penjemuran agar rangka ikan kering. Setelah dijemur selama beberapa hari. Tahap selanjutnya adalah pemberian cairan amonia agar rangka mudah terlepas dari sisa lemak dan daging yang masih menempel. Setelah rangka bersih dari dagingnya perlu dilakukan
mangsanya. Hal inilah yang menjadi faktor tubuh ikan cucut mampu
mempunyai ukuran yang besar, tulang yang kuat, namun tetap dinamis dalam bergerak. Sistem rangka perlu dipelajari khususnya rangka ikan cucut sebagai salah satu jenis ikan tulang rawan sebagai media pembelajaran rangka untuk diketahui masing-masing dari fungsi rangka tersebut yang dapat mengembangkan ilmu perikanan.
METODOLOGI
Praktikum tersebut dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2012 pukul 09.30-12.30 WIB. Tempat
rangka
yang
kering
dan
bagus.
Pemotretan dilakukan lebih detail pada bagian-bagian tertentu. Rangka kepala terdiri dari
dilaksanakannya praktikum ini adalah di Laboratorium Bio Makro II Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
banyak jenis tulang dan kompleks. Pengamatan difokuskan pada pelindung organ-organ vital seperti otak, mata, dan insang. Kamera digital untuk memotret bagian-bagian tersebut. Gambarkan dan sebutkan bagian-bagian dari rangka tulang belakang dan tulang rusuk. Pengamatan dilakukan pula pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Alat-alat yang dibutuhkan pada praktikum adalah jas lab, pisau dapur, alat-alat bedah, glove, masker, google, baki, lap, serta kamera digital. Bahanbahan yang diperlukan adalah ikan cucut, air, amoniak.
tulang-tulang sirip (D, P, V, A, C). Pemotretan dilakukan tersebut. dan pemberian nama
terhadap
pengamatan
bergantung pada spesies). Insang-insang itu berada di samping, dibelakang, dan kepala ikan hiu. Tubuh ikan hiu dilapisi kulit dermal denticles yang berguna untuk melindungi kulit hiu dari
termasuk dalam sub kelompok (sub grup) Elasmobranchii dari kelompok (grup) ikan Cartilaginous. Saat ini tercatat sedikitnya 370 species ikan cucut di dunia, sebanyak 84 spesies telah dikenali di Indonesia. Pada
kerusakan dan gangguan parasit. Selain itu kulit dermal denticles berfungsi untuk menambah dinamika air. Ikan hiu memiliki beberapa deret gigi yang dapat tumbuh kembali jika gigi sebelumnya tanggal. Kerangka yang dimiliki hiu
perairan dekat pantai (inshore) hingga palung dalam (trench). (Balai Riset Perikanan Tangkap BRKP). Bentuk tubuh hiu yang seperti torpedo
bebeda dengan jenis ikan bertulang lainnya, seperti ikan kod. Tulang ikan hiu tersusun dari tulang rawan
memudahkan hiu untuk bergerak cepat di dalam air. Ikan hiu tergolong hewan karnivora dan dikenal sebagai heawan pemburu yang tangguh. Mayoritas ikan hiu berdarah dingin yang suhu darahnya sama
kepadatan setengah dari tulang. Hal ini dapat mengurangi dapat bobot kerangka, energi.
sehingga
menghemat
dengan suhu air tempat hidupnya. Sementara itu, hanya sebagian sebagian kecil ikan hiu yang berdarah panas. Hiu dapat menghangatkan dengan darahnya lingkungan
bertebra yang banyak dan kengkap dan terpisah-pisah. Pada hiu-hiu tua, tulang tersebut dapat mengapur sehingga
dibandingkan
menjadi lebih berat. Tulang rawan ikan mengandung protein, kalsium, fosfor, karbohidrat, air, serat, lemak, energi, serta
sekitarnya. Kemampuan ini membantu ikan hiu untuk berenang lebih cepat dan berppindah ke lingkungan dingin untuk berburu. Ikan hiu bernapas dengan menggunakan (kadang-kadang lima enam liang atau insang tujuh
komponen alamiah lainnya sebagai nutrisi (Felzenszwalb, Pelielo, Bernardo 2000 in Musfiroh et all 2009).
Berdasarkan penelitian secara klinis, tulang rawan ikan hiu dinyatakan mampu menjaga sel pertumbuhan tumor, dan
Mukopolosakarida yang terdapat pada karbohidrat merangsang system imunity tubuh dan bekerja secara sinergi dengan protein dalam melawan penyakit ketika kalsium organic dan fosforus digunakan oleh tubuh sebagai nutrien. Otak dan organorgan sensori ikan hiu dibungkus dan dilindungi oleh kondrokranium. Di bawahnya ada
penyebaran
membantu
mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tulang, membantu menghindari penyakit rematik, fungsi memperkuat tulang, dan menjaga membantu
menghilangkan rasa pegal dan encok, menjaga kesehatan dan fasilitas tubuh serta menghindari kelainan tulang
belakang yang bengkok (Amin, 2002). Protein tersebut juga diduga memiliki kekuatan menaklukan sel kanker. Di dalam tubuh, protein dalam tulang rawan ikan hiu menghambat
skeleton visceral yang terdiri dari rahang bawah dan lengkung-lengkung insang. Vertebrae 2 macam : batang dan ekor, masing-masing dengan lengkunglengkung neural. Hanya vertebra kaudal yang berisi lengkung-lengkung neural. Sirip-sirip disokong oleh tulang rawan, dan bagian distal diperkuat dengan jari-
pertumbuhan kapiler darah baru yang tidak normal (Yudana 2005 in Musfiroh et all 2009 ). Tulang merupakan sangat timbulnya rawan ikan hiu yang
jari
keratin.
Ada sabuk-sabuk
bahan
non-toksik untuk
pectoral dan pelvic yang berturut-turut menyokong sirip-sirip pelvik. Hiu bervariasi memiliki dan rahang yang telah pectoral dan
efektif
mencegah pembuluh
pertumbuhan
darah baru. Kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi dalam tulang rawan ikan hiu ini disebabkan oleh proses pengapuran yang terjadi pada tulang rawan,terutama tulang rawan belakang. Walaupun sebagai protein bahan yang bertindak
diperkirakan
berevolusi dari rongga insang yang pertama. Umumnya, hiu sangat lambat dalam mencapai kedewasaan
seksualnya sehingga hiu menghasilkan sedikit keturunan dibandingkan jenis ikan lain. Jumlah sirip pada hiu dan pari berbeda dengan ikan pada umumnya.
anti-angiogenesis
Sirip hiu ada 6 macam, sirip dada (sirip pectoral), sirip perut (sirip ventral), sirip dubur (sirip anal), sirip punggung (sirip dorsal) pertama , sirip punggung kedua, dan sirip ekor. Sirip pari kelompok skate kehilangan sirip duburnya, Pikitch, E.K., Demian, D.C., Elizabeth A.B., Mahmood S.S. 2005. Habitat Use and Demographic Population Structure Of Elasmobranchs At a Carribean Atoll (Glovers Reef, Belize). Marine Ecology Progress Series Vol. 302: 187-197 Rahardjo, P. 2007. Pemanfaatan dan Pengelolaan Perikanan Cucut dan Pari (Elasmobranchii) Di Laut Jawa. [Skripsi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Suwandi. 1997. Ikan Cucut dan Pemanfaatannya. Bogor. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tumisem, Husin A. 2011. Produk Olahan Daging Cucut Bernilai Jual Tinggi. Eksplanasi 6(2): 132-139 Widodo A.A., Mahiswara. 2007. Sumberdaya Ikan Cucut (Hiu) Yang Tertangkap Nelayan Di Perairan Laut Jawa. Jurnal Iktiologi Indonesia 7(1) : 15-21 Yasin, A.W.N. 2005. Pengaruh Pengkomposisian dan Penyimpanan Dingin Daging Lumat Ikan Cucut Pisang (Carcharinus falciformis) dan Ikan Pari Kelapa (Trygon sephen) Terhadap Karakteristik Surimi Yang Dihasilkan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor
sementara pari kelompok rays/stingrays (pari bersengat) kehilangan sirip dubur, sirip punggung, dan sirip ekor.
Sementara ikan memiliki 5 macam, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Ikan seperti coelacanth memiliki 2 sirip punggung yg sama dengan hiu.
DAFTAR PUSTAKA
Jasin. 1999. Zoologi Sinar Wijaya Dasar. Jakarta:
Leiwakabessy, J. 1997. Pembuatan Glue/Perekat Dari Kulit Ikan Cucut (Carcharinus limbatus) Secara Hidrolisis Asam. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Universitas Pattimura Vol.2: 37-42 Munadi, A. 2006. Analisis Sekresi Untuk Tujuan Pengumpulan Ikan Hiu Dalam Penangkapan Ikan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor Musfiroh Ida et all. 2009. Analisis dan aktivitas antiinflamasi tulang rawan ikan hiu [jurnal]. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran-Jatinangor.