You are on page 1of 21

BAB 7 KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT

Kompetensi : Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan mengetahui mengenai perbedaan kebudayaan dan masyarakat, etnosentrisme, xenosentrisme, dan relativisme kebudayaan. 7.1. Pengertian Kebudayaan dan Masyarakat Definisi klasik kebudayaan seperti dikemukakan oleh Edward B. Taylor adalah keseluruhan kompleks keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Atau secara sederhana bisa dikatakan kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat. (Horton dan Hunt,1991:58). Berdasar asal usul katanya kebudayaan berasal dari bhs Sansekerta buddhayah (bentuk jamak). Bentuk tunggal : buddhi (budi atau akal). Jadi berdasarkan asal usul katanya kebudayaan diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Dari bahasa Inggris culture berasal dari bhs Latin (colere) yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Jadi culture adalah segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. (Soekanto, 1990:188). Selo Sumarjan & Sulaeman Sumardi memberikan pengertian kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, cipta dan karsa masyarakat. (Soekanto, 1990:189). Karya (material culture) menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat dipergunakan oleh masyarakat. Rasa meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah dan nilai-nilai social yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas. Di dalamnya termasuk misalnya agama, ideology, kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Cipta (immaterial culture) merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir yang menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Karsa merupakan kecerdasan dlm menggunakan karya, rasa dan cipta scr fungsional menghasilkan sesuatau yang bermanfaat bagi manusia Kebudayaan dapat dibagi ke dalam dua bentuk yaitu kebudayaan materi dan nonmateri. Kebudayaan nonmaeri terdiri dari kata-kata yang dipergunakan orang, hasil pemikiran,m adat istiadat, keyakinan, dan kebiasaan yang diikuti anggota masyarakat. Kebuadayaan materi terdiri atas benda-benda hasilkarya misalnya, alat-alat, mebel, mobil, bangunan ladang yang diolah, jembatan dsb. Kebudayaan (culture) sering dicampuradukan dengan masyarakat (society), yang sebenarnya arti keduanya berbeda. Kebuadayaan adalah sistem nilai dan norma, sementara masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mendiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memeliki kebuadayaan yang sama, dan melakukan sebagain besar kegiatannya dalam kelompok tersebut. Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain. Kebudayaan adalah suatu sistem nilai dan norma yang terorganisasi yang menjadi pegangan bagi masyarakat tersebut. 7.2. Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam

kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan clam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri yang tidak selalu baik baginya. Kecuali itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas, untuk sebagian besar dipenuhi olch kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar oleh karma kemampuan manusia adalah terbatas, dan dengan demikian kemampuan kebudayaan yang merupakan basil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan. Hasil karca masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di Main melindungi masyarakat terhadap lingkungan dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu: 1. alat-alat produktif, 2. senjata, 3. wadah, 4. makanan clan minuman, 5. pakaian dan perhiasan, 6. tempat berlindung dan perumahan, 7. alat-alat transpor. Dalam tindakan-tindakannya untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam, pada taraf permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di dalam batas-batas untuk melindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang hingga kini masih rendah taraf kebudayaannya. Misalnya suku bangsa Kubu yang tinggal di pedalaman daerah Jambi, masih bersikap menyerah terhadap lingkungan alamnya. Rata-rata mereka itu masih merupakan masyarakat yang belum mempunyai tempat tinggal tetap, hal mana disebabkan karena persediaan bahan pangan semata-mata tergantung dari lingkungan alam. Taraf teknologi mereka belum mencapai tingkatan di mana kepada manusia diberikan kemungkinankemungkinan untuk memanfaatkan dan menguasai lingkungan alamnya. Keadaannya berlainan dengan masyarakat yang sudah kompleks, di mana taraf kebudayaannya lebih tinggi. Hasil karya manusia tersebut, yaitu teknologi, memberikan kemungkinankemungkinan yang sangat luas untuk memanfaatkan hasil-hasil alam dan apabila mungkin menguasai alam. Perkembangan teknologi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Soviet Rusia, Perancis, Jerman dan sebagainya, merupakan beberapa contoh dimana masyarakatnya tidak lagi pasif menghadapi tantangan alam sekitar. 7.3. 7 Unsur Kebuadayaan Universal Istilah ini menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal, yaitu dapat dijumpai pada setiap kebudayaan di manapun di dunia ini. Para antropolog yang membahas persoalan tersebut secara lebih mendalam, belum mempunyai pandangan seragam yang dapat diterima. Antropolog C. Kluckhohn di dalam sebuah karyanya yang berjudul Universal Categories of Culture" telah menguraikan ulasan para sarjana mengenai hal itu. Inti pendapat-pendapat para sarjana itu menunjuk pada adanya tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu: 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transpor dan sebagainya). 2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian peternakan, sistem produksi,

sistem distribusi dan sebagainya). 3. Sistem kemasyarakatan (sistern kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan). 4. Bahasa (lisan maupun tertulis). 5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya). 6. Sistem pengetahuan. 7. Religi (sistem kepercayaan). Cultural-universals tersebut di atas, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil. Ralph Linton menyebutnya kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural aclivity.13 Sebagai contoh, cultural universals pencaharian hidup dan ekonomi, antara lain mencakup kegiatankegiatan seperti pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan lain-lain. Kesenian misalnya, meliputi kegiatan-kegiatan seperti seni tari, seni rupa, seni suara dan lain-lain. Selanjutnya Ralph Linton merinci kegiatan-kegiatan kebudayaan tersebut menjadi unsur-unsur yang lebih kecil lagi yang disebutnya trait-complex. Misalnya, kegiatan pertanian menetap meliputi unsure-unsur irigasi, sistem mengolah tanah dengan bajak, sistem hak milik atas tanah dan lain sebagainya. Selanjutnya trait-complex mengolah tanah dengan bajak, akan dapat dipecah-pecah ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil lagi umpamanya hewan-hewan yang menarik bajak, teknik mengendalikan bajak dan seterusnya. Akhirnya sebagai unsur kebudayaan terkecil yang membentuk traits, adalah items. Apabila diambil contoh alat bajak tersebut di atas maka, bajak tadi terdiri dari gabungan alat-alat atau bagian-bagian yang lebih kecil lagi yang dapat dilepaskan, akan tetapi pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Apabila salah-satu bagian bajak tersebut dihilangkan, maka bajak tadi tak dapat melaksanakan fungsinya sebagai bajak. Menurut Bronislaw Malinowski yang selalu mencoba mencari fungsi atau kegunaan setiap unsur kebudayaan, tak ada suatu unsur kebudayaan yang tidak mempunyai kegunaan yang cocok dalam rangka kebudayaan sebagai keseluruhan. Apabila ada unsur kebudayaan yang kehilangan kegunaannya, unsur tersebut akan hilang dengan sendirinya. Kebiasaan-kebiasaan serta dorongan, tanggapan yang didapat dengan belajar serta dasar-dasar untuk organisasi, harus diatur sedemikian rupa, sehingga memungkinkari pemuasan kebutuhan-kebutuhan pokok manusia. 7.4. Kebudayaan sebagai Sistem Norma Kebudayaan berarti menyangkut aturan yang harus diikuti - maka kebudayaan menentukan standar perilaku. Sebagai contoh untuk bersalaman kita mengulurkan tangan kanan; untuk menggaruk kepala boleh menggunakan tangan kiri atau kanan. Karena kebudayaabn kita tidak memiliki norma untuk menggaruk kepala. Istilah norma memiliki dua kemungkinan arti. Suatu noema budaya adalah suatu konsep yang diharapkan ada. Kadang norma statis dianggap sebagai kebudayaan yang nyata. Norma satis sering disebut sebagai suatu ukuran dari perilaku yang sebenarnya, disetujui atau tidak. Norma kebudayaan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan suatu citra kebuadayaan tentang bagaimana seharusnya seseorang bersikap. Berbagai masyarakat telah mencoba berbagai macam pola yang dapat dilaksanakan. Sebagai contoh contoh suatu masyarakat sudah emncoba makan sambil berdiri, duduk di lanati, duduk di kursi atau jongkok di lanatai; mereka boleh makan bersama, atau masing-masing sendiri; boleh menggunakan tangan, sendok; boleh memulai dengan minum anggur, makan soup atau tidak ekduanya. Setiap cara merupakan sekumpulan sejumlah kemungkinan, yang semuanya dapat

dikerjakan. Melalui coba-coba, situasi kebetulan, atau nbeberapa pengaruh yang tidak disadari suatu masyarakat sampai pada salah satu kemungkinan, mengulanginya dan menerimanya sebagai cara yang wajar untuk memenuhi kebutuhan tertentu, pakai baju batik, makan nasi dsb. Generasi baru menyerap kebiasaan tersebut. Mereka terus menerus melihat cara berperilaku tertentu, mereka yakin itulah cara yang benar. Kejadian itu diteruskan kepada generasi penerus sebagai salah satu kebiasaan. Folkways (kebiasaan) : cara yang lazim yang wajar dalam melakukan sesuatu oleh sekelompok orang. Sebagai contoh berjabat tangan, makan dengan tangan, makan dengan sumpit, makan dengan sendok-garpu, mengenakan sarung, kopiah, pada kesempayan-kesempatan tertentu. Ada dua kebiasaan yaitu (1) hal-hal yang seharusnya diikuti sebagai sopan santun dan perilaku sopan, (2) hal-hal yang harus diikuti karena yakin kebiasaan itu penting untk kesejahteraan masyarakat. Pandangan salah benar yang menyangkut kebiasaan disebut tata kelakuak (mores). Jadi mores (tata kelakuan) adalah gagasan yang kuat mengenai salah dan benar yang menuntut tindakan tertentu dan melarang yang lain. Biasanya anggota suatu amsyarakat sama-sam merasakan keyakinan yang luhur bahwa pelanggaran pada tata kelakuakn mereka akan menimbulkan bencana bagi anggota masyarakat tersebut. Namu kadang-kadang orang luar melihatnya sebagi sesuatu yang tidak masuk akal. Kalau orang yakin bahwa perilaku tertentu merugikan, maka ia akan dikutuk oleh tata kelakuan. Tata kelakua adalah keyakinan tentang salah dan benar dalam perilaku/tindakan. Sebagi contoh kenduri merupakan kebiasaan masyarakat jawa. Dipercaya apabila orang tidak melaksanakan kenduri akan mendatarngkan bencana bagi masyarakat tersebut. 7.5. Etnosentrisme Etnosentrisme bisa diartikan sebagai pandangan bahwa kelompoknya sendiri adalah pusat dari segalanya dan semua kelompok lain dibandingkan dan dinilai sesuai dgn standar kelompok sendiri. Atau secara bebas bisa dikatakan etnosentrisme adalah kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebuadayaan yang paling baik. Kita mengasumsikan tanpa pikir atau argument bahwa masyarakat kita merupakan masyarakat progresif sedangkan masyarakat di luar dunia terbelakang, kesenian kita indah, sedangkan kesenian lain aneh. Etnosentrisme membuat kebuadayaan kita sebagai patokan untuk mengukur baik buruknya, tinggi rendahnya dan ebnar atau ganjilnya kebudayaan lain . ini sering dinyatakan dalam ungkapkan orang-orang terpilih, ras unguul, penganut sejati, dsb.

7.6. Xenosentrisme Istilah ini berarti suatu pandangan yang lebih menyukai hal-hal yang berbau asing. Ini adalah kebailkan yang tepat dari etnosentrisme. Ada banyak kebangga bagi orang-orang tertentu ketika mereka membayar lebih mahal untuk barang-barang impor dengan asumsu bahwa segala yang datang dari luar negeri lebih baik. 7.7. Relativisme Kebudayaan Kita tidak mungkin memahami perilaku kelompok lain dengan sudut pandang motif, kebiasaan dan nilai yang kita anut. Relativisme kebudayaan fungsi dan arti dari suatu unsur adl berhubungan dg lingkungan/keadaan kebudayaannya. Motif, kebiasaan, nilai suatu kebudayaan

hrs dinilai/dipahami dari sudut pandang mereka. Relativisme kebuadayaan juga bisa diartikan segala sesuatu benar pada suatu tempat-tetapi tidak benar pada semau tempat Pertanyaan : 1. Menurut anda apakah musik jazz lebih bagus dari musik dangdut? Bagaimana anda menjelaskan jawaban anda dengan konsep relaitivisme kebudayaan? 2. Apakah etnosentrisme membantu ketahanan nasional atau etnosentrisme membahayakan ketahanan nasional?

fungsi kebudayaan
Fungsi Kebudayaan Mengarahkan Tingkah Laku Manusia Salah satu fungsi kebudayaan : mengatur, mengendalikan, dan mengarahkan tingkah laku masyarakatnya. v Fungsi kebudayaan: memberikan tuntunan dan tuntutan kepada masyarakatnya Budaya menuntun masyarakat untuk bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat, dan menuntutnya jika menyimpang dari norma sosial berlaku harapan budaya (culture expectation): harapan masyarakat dari suatu kebudayaan kepada para anggotanya untuk bertingkahlaku sesuai adat istiadat yang berlaku Pengaruh kebudayaan terhadap komunikasi Keberhasilan komunikasi banyak ditentukan oleh kemampuankomunikan memberi makna terhadap pesan yang diterimanya.Semakin besar kemampuan komunikan memberi makna pada pesan yan diterimanya, semakin besar pula kemungkinan komunikan memahami pesan tsb. Bisa jadi komunikan menerima banyak pesan, tetapi tidak memahami makna yg dikandungnya karena kurang kemampuan menafsirkan pesan. Prinsip:Komunikasi merupakan proses penafsiran atau pemberian makna terhadap pesan-pesan. Sebelum mengirim pesan komunikator mengolah dan menafsirkan apakah makna yg dikandung pesan tsb memenuhi tujuan komunikator. Jika makna yg dimaksud komunikator sama dgn maksud komunikan, maka komunikasi dikatakan berhasil, yakni tercapainya persamaan makna Untuk mencapai keberhasilan komunikasi, dibutuhkan sejumlah persayaratan a.l: Kerangka acuan (frame of reference) dan bidang pengalaman (field of experience) Kerangka acuan (frame of reference) :Objek-2 yg dirujuk sewaktu berkomunikasi. Kerangka acuan berkaitan erat dgn bidang pengalaman. Bidang pengalaman menyebabkan timbulnya makna suatu obyek (pesan) yg dijadikan acuan. a. Pengaruh kebudayaan terhadap penafsiran Disamping pengaruh pengalaman pribadi, nilai, norma, adat-istiadat, kebiasaan atau kepercayaandalam setiap kebudayaan, perbedaan pengalaman seseorang (field of experience) mengenai suatu obyek juga dapat mempengaruhi Persepsi: penafsiran (pemberian makna) terhadap suatu obyek.Oleh karena nilai budaya berbeda pada masing-2 kebudayaan, persepsi mengenai suatu obyekpun belum tentu sama dari satu masyarakat ke Kelompok masyarakat lainnya. . b. Pengaruh kebudayaan terhadap sikap anggota kebudayaan Nilai dan norma sosial dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap suatu obyek. Misal: sikap menghargai waktu antara masyarakat Jepang dan Indonesia c. Kebudayaan mengajarkan tata cara berkomunikasi Hasil persepsi dan pembentukan sikap menjadi patokan dalam berkomunikasi. Jika suatu kebudayaan mempersepsi positif terhadap suatu objek, maka objek itu akan ditransmisikan secara positif kepada anggotanya, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain kebudayaan berfungsi juga mengajarkan tata cara berkomunikasi, verbal maupun non-verbal. Komunikasi tampak sebagai hal yg diajarkan (diwariskan) oleh budaya dari generasi ke generasi. Contoh: menganggukkan kepala orang India, berbicara keras masyarakat Batak d. Fungsi komunikasi mentransmisikan nilai budaya Komunikasi berfungsi sebagai alat mensosialisasikan nilai-2 budaya kepada masyarakatnya. Melalui komunikasi masyarakat menstransmisikan warisan sosial (nilai-2, norma sosial, adat

kebiasaan, kepercayaan) dari generasi ke generasi, dari satu kelompok ke kelompok lainnya, dari anggota lama ke anggota baru.

KEBUDAYAAN

1. Defenisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah culture dalam bahasa Belanda disebut cultuur. Kedua kata ini berasal dari kata bahasa latin clere yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian, culture atau cultuur diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Melville J. Herkovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang superorganik karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi teatap hidup walaupun orang-orang menjadi anggota masyarakat senantiasasilih berganti disebabkan kematian dan kelahiran. Sementara Edward B. Taylor melihat kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai masyarakat. Dengan katalain menurut Taylor kebudayaan kesemuannya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Ahli lain, Ralph Linton mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan anggota suatu kebuadayan sebagai keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari

manusia dalam rangka kehidupan masayarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Selo Soemardjan dan soelaeman soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya. Cipta merupakan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasayarakat dan antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Semua karya, rasa, dan cipta ini dikuasai oleh karsa orangorang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau keseluruhan masyarakat.

Dari berbagai defenisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan merupakan system pengetahuan yang meliputi system idea tau gagasan yang terdapat di dalam pikiran manuasia. Perwujudan kebudayaan meliputi benda benda yang diciptakan oleh manusia sebagai mahluk yang berbudaya, baik berupa pola prilaku, bahasa maupun benda-benda atau hasil ciptaan manusia lainnya. Seperti peralatan hidup, organisasi sosila, religi, dan seni. Kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam mempertahankan hidupnya.

Berdasarkan wujubnya, kebudayaan dapat kita golongkan atas kebudayaan yang bersifat abstrak dan kebudayaan yang bersifatkonkrit.

Kebudayaan yang bersifat abstrak ini letaknya ada didalam pikiran manusia sehingga tidak dapat diraba atau difoto. Misalnya, terwujub sebagai ide, gagasan, nilai-nilai,

norma, peraturan, dan cita-cita. Jadi, artinya buadaya yang bersifat abstrak adalah wujub ideal dari kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang merupakan cita-cita atau harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan. Sekarang wujud ideal ini banyak tersimpan dalam karangan-karangan dan buku-buku, disket, arsip, mikro film, kaset rekaman, dan media lain.

Kebuadayaan yang bersifat konkrit, wujubnya berpola dari tindakan atau perbuatan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau difoto. Koentjaraningrat menyebut sifat konkrit kebudayaan dengan system sosial dan fisik, yang terdiri atas perilaku, bahasa, dan materi.

2. Unsur-Unsur Kebudayaan

Kebudayaan setiap masyarakat tentu terdidiri dari unsur-unsur tertentu yang merupakan bagian dari suatu kebulatan, yakni kebudayaan itu sendiri. Ada beberapa pendapat ahli tentang unsur-unsur kebudayaan. Melville J.Herkovits menyebutkan ada 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu :

Alat-alat teknologi

Sistem ekonomi

Keluarga

kekuasaan politik.

Sementara Bronslow Malinowski, menyebutkan empat unsur kebudayaan yakni :

Sistem norma-norma yang memungkinkan kerja sama antar anggota masayarakat.

Oragnisasi ekonomi

Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan seperti keluarga

Oragnusasi kekuatan

Sedangkan Clyde Kluckhohn menyebutkan tujuh unsur kebudayaan, yakni sebagi berikut :

Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi).

Mata pencaharian hidup dan system-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, system produksi, system distrbusi dan sebagainya)

Sistem kemasyarakatan (system kekerabatan, organisasi politik, system hokum, sstem perkawinan)

Bahasa (lisan maupun tulisan)

Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak)

Sistem pengetahuan

Sistem kepercayaan (religi) Ketujuh unsur kebudayaan pokok diatas disebut sebagai kebudayaan universal (cultural universal). Unsur-unsur kebudayaan ini masih dapat dipecah-pecah lagi

menjadi unsur-unsur kebudayaan yang lebih kecil lagi. Ralph Linton menyebutkan sebagai kegiatan-kegiatan kebudayaan (cultural activity). Contoh, Cultural universal sitem mata pencaharian masih dipecah lagi atas cultural activity pertanian, peternakan, nelayan, perdagangan dan sebagainya. Ralph linton merinci kembali kegiatan-kegiatan kebudayaan tersebut menjadi unsur-unsur yang lebih kecil lagi yang disebut trait-complex. Contoh, kegiatan pertanian dirinci lagi atas unsur-unsur seperti irigasi, system pengelohan tanah dengan bajak, selanjutnya trait-complex mengolah tanah dengan bajak dirinci lagi menjadi traits. Contoh, trait-complex mengolah tanah dengan bajak dirinci lagi menjadi tehnik mengendalikan bajak. Selanjutnya, traits dapat dirinci lagi unsur yang lebih kecil lagi yakni items. Contoh alata bajak bisa dirnci lagi menjadi bagian-bagian tertentu seperti penarik, pisau bajak, dan kemudi. Menurut Bronislaw Malinowski, setiap unsur kebudayaan tersebut memiliki kegunaan yang cocok dalam rangka kebudayaan secara keseluruha. Apabila ada unsur kebudayaan yang kehilangan kegunaanya, unsur tersebut akan hilang dengan sendirinya.

3. Fungsi Kebudayaan

Manusia dan masyarakat selalu menghadapi kekuatan-kekuatan yang tidak selalu menguntungkan dirinya. Kekuatan-kekuatan tersebut bisa berasal dari luar dirinya seperti kekuatan alam maupun kekuatan yang berasal dari dalam dirinya atau masyarakatnya. Selain itu, manusia dan masyarakat juga membutuhkan kepuasan baik kepuasan spiritual maupun kepuasan materil. Sebagian besra kebutuhan manusia dan

masyarakat tersebut, dapat dipenuhioleh kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa fungsi kebudayaan bagi masyarakat.

Hasil karya manusia menghasilkan teknologi atau kebudayaan kebendaan. Teknologi memiliki sedikitnya dua kegunaan, yakni melindungi masyarakat dari ancaman lingkungannya dan memberikan kemungkinan kepada masyarakat untuk

memanfaatkan alam. Kita perhatikan masayarakat kita! Untuk menghadapi ancaman kedinginan dan kehujanan, manusia menciptkan pakaian, rumah, payumh mantel, dan sebagainya. Demikian juga untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan makanan, manusia menciptkana teknologi pertanian seprti irigasi, pupuk, traktor, pembibitan dan pencangkokan.

Karsa masyarakat merupakan perwujudan norma dan nilai-nilai sosial dapat menghasilkan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Karsa merupakan daya upaya manusia untuk melindungi diri dari terhadap kekuatan kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan itu, masyarakat menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya merupakan petunjuk atau patokan tentang bagaimana manusia harus bertindak, berbuat, dan menentukan sikap ketika berhubungan satu dengan lainnya. Kaidah yang timbul dari masyarakat ini dapat berupa adat istiadat (custom) taua sejumlah peraturan (hokum) Didalam kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku (patterns of behavior) yang merupakan cara-cara masayrakat untuk bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut. Setiap tindakan manusia dalam masyarakat selalu mengikuti pola-pola perilaku masyarakat tadi.

Khususnya dalam mengatur hubungan antarmanusia, kebudayaan dinamakan pula struktur normative atau designs for living (garis-garis atau petunjuk dalam hidup). Artinya, kebudayaan adalah garis-garis pokok tentang prilaku yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dilarang dan sebagainya. 4. Karakteristik Kebudayaan Tradisional Secara umum, kebudayaan-kebudayaan masyarakat di dunia memiliki beberapa karakteristik umum. Di antaranya adalah kebudayaan merupakan milik bersama, kebudayaan merupakan hasil belajar dan kebudayaan didasarkan pada lambang A. Kebudayaan adalah milik bersama Kebudayaan adalah milik bersama artinya bahwa unsur-unsur yang tercakup dalam kebudayaan seperti idea tau pandangan, nilai dan pola perilaku yang dimili, dijalankan dan dipelihara bersama-sama oleh sekuruh anggota masyarakat sebagai

pendukungnya. Dengan demikian, pandangan atau tindakan-tindakan tertentu yang hanya dilakukan seorang bukanlah sebuah kebudayaan tetapi hanyalah sebuah kebiasaan pribadi. Contoh, seorang memiliki kebiasaan makan nasi yang dicampur dengan pisang. Kebudayaan dihayati dan dijalankan bersama oleh seluruh anggota masyarakat pendukungnya. Hal ini menyebabkan tindakan atau pandangan salah seorang anggotanya dapat dipahami oleh kelompok atau masyarakatnya. Selain itu, karena memiliki kebudayaan yang sama, anggota yang satu dapat meramalkan atau

memperkirakan

perbuatan

anggota

lainnya

dalam

situasi

tertentu

di

dalam

kelompoknya lalu mengambil tindakan yang sesuai. B. Kebudayaan Merupaka Hasil Belajar Semua unsur kebudayaan adalah hasil belajar dan bukan warisan biologis (dibwa sejak lahir). Dengan demikiak, kebudayaan suatu masyrakat dapat berbeda dengan kebudayaan dari mastarakat lainnnya. Contohnya, orang Indonesia makan dengan menggunakan sendok dan orang makan dengan menggunakan sumpit. Kedua pola perilaku ini tidak dibawa seseorang (orang Indonesia dan orang Cina) sejak ia lahir tetapi merupakan hasil belajar dari perilaku generasi sebelumnya. Seseorang mempelajari kebudayaan dengan ikut serta menjadi besra di dalam kebudayaan tersebut. Ralph Linton mengatakan bahwa kebudayaan adalah warisan sosila umat manusia. Artinya, kebudayaan diwariskan melalui hubungan-hubungan sosila yang terus-menerus. Proses penerusan kebudayaan dari suatu generasi kegenerasi yang lainnya disebut enkulturasi atau pembudayaan. C. Kebudayaan Didasarkan Pada Lambang Aspek simbolis yang terpenting dari kebudayaan adalah bahasa yang telah berhasil menggantikan objek dengan lambang berupak kata-kata yang berbeda antara satu objek dengan objek lainnya. Stanley Salthe menegaskan bahwa bahasa (simbolis) adalah fundamen atau dasar tempat kebudayaan manusia dibangun. Unsur-unsur kebudayaan seperti struktur politik, agama, kesenian, organisasi ekonomi tidak mungkin ada tanpa lambang-lambang. Dengan menggunakan bahasa itulah manusia dapat meneruskan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi yang lain.

PERUBAHAN BUDAYA

1. Akibat Yang Timbul Akibat Perubahan Budaya Seacara garis besar pengaruh dari keanekaragaman dan perubahan budaya dapat kita kategorikan dalam dua hal, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruhnya positifnya adalah terwujubnya integrasi sosial. Sementara pengaruh negatifnya adalah terjadinya konflik baik vertikal maupun horizontal yang berakibat disitegrasi sosial. Selainitu, terjadi juga perubahan tata prilaku dan nilai dalam masayarakat akibat adanya perubahan kebudayan. Disintegrasi atau disebut pula disorganisasi adalah suatu gejala sosila yang menggambarkan adanya ketidak sesuian dan ketidakserasian dintara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan sosial. Sebagai proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat karena perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Masayakat merupakan suatu organisasi yang terdiri dari unsur-unsur yang merupakan satu kesatuan, yang disebut system. Apabila dalam suatu system, salah satu unsurnya tidak berfungsi dengan baik, maka ketidakseimbangan atau keerasian unsure dalam masyarakat akan mengakibatkan disorganisasi sosial yang lama kelamaan berubah menjadi disintegrasi sosila. Situasi disintegrasi ditandai dengan adanya sebagian besar anggota masyarakat tidak lagi mematuhi norma-norma yang berlaku dalam msayarakat.

Perubahan budaya di Indonesia juga menimbulkan perubahan-perubahan padapola prilaku dan tata nilai dalam masyarakat. Modenisasi yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi dan pengetahuan manusia pada satu sisi mendatangkan kemajuan bagi manusia. Namun, pada sisi lain telah mendatangkan benturan budaya. Nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan yang selama ini melekat dalam kebudayaan masayarakat Indonesia mulai meluntur dan diganti nilai-nilai individualistis, materialistis, dan konsumerisme. Akibat lanjutnya adalah jurang kemiskinan yang kian melebar. Selain itu, terjadi pula proses dekadensi moral seperti merabaknya korupsi, kolusi dan nepotisme terjadinya tindak-tindak kriminal, merebaknya kasus-kasus kenakalan remaja, seperi narkoba, tawuran, seksbebas, pemerkosaan dan sebagainya.

2. Pemecahan Masalah Akibat Perubahan Budaya Perubahan budaya bukanlah sesuatu yang harus dihindarikan, para penganut pendekatan konflik mengaggap bahwa konflik adalah gejala kemasyarakatan yang senantiasa melekat di dalam kehidupan setiap masyarakat dan oleh karena itu tidak mungkin dihilangkan. Konflik akan hilang bersama dengan hilangnya masyarakt itu sendiri. Atas dasar itu, hal yang dapat dilakukan adalah mengendalikan agar konflik tersebut tidak berubah wujud menjadi kekerasan yang merugikan bersama dan berakibat pad disintegrasi sosila. Dalam dataran akibat perubahan budaya, hal yang perlu dikembangkan adalah memperkuat filter diri melalui pendidikan dan keagamaan. Pembangunan pendidikan dan keagamaan akan membentengi diri setiap warga Negara terhadap pengaruhpengaruh luar yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Namun, hal ini tidaklah beratri sebagai isolasi diri terhadap dunia di luarnya akan tetapi menyaring atau

mengelola setiap pengaruh yang dating dari luar. Pengaruh yang baik diterima dan pengaruh yang buruk dibuang. Dengan sikap dan tindakan seperti disebutkan diatas, potensi perubahan budaya tidak akan berakibat pada disintegrasi atau disoganisasi masyarakat. Dengan, demikian kesemibangan dan kelangsungan masyarakat

Indonesia sebagai masyarakat multicultural tetap terus terjaga.

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Selo Soemarjan dan Soelaiman Sumardi memberikan batasan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan Sosiologi mengklasifikasi tiap kebudayaan menjadi beberapa macam unsur. Unsur-unsur pokok atau besar disebut culture universals, hal ini menunjukan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal artinya dijumpai pada setiap kebudayaan yang ada dipermukaan bumi ini. Empat unsur pokok kebudayaan menurut Melvil Le Y. Herskovit, yaitu : 1. Alat-alat teknologi. 2. Sistem ekonomi. 3. Keluarga. 4. Kekuasaan politik. Sedangkan menurut C. Kluck Hohn ada 7 unsur kebudayaan yang dianggap culture universal, yaitu : 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia. 2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi. 3. Sistem kemasyarakatan. 4. Bahasa. 5. Kesenian. 6. Sistem pengetahuan. 7. Religi. Karena pengertian kebudayaan diatas amat luas sekali, maka selanjutnya Koentjaraningrat merumuskan sedikitnya ada 3 wujud kebudyaan : 1. Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan. 2. Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud benda-benda hasil karya manusia. Ketiga wujud kebudayaan diatas, apabila dirinci secara khusus ke dalam unsur-unsurnya, maka kebudayaan itu sedikitnya ada 7 unsur : 1. Sistem religi dan upacara keagamaan. 2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan. 3. Sistem pengetahuan. 4. Bahasa. 5. Kesenian. 6. Sistem mata pencaharian hidup. 7. Sistem teknologi dan peralatan

Fungsi Kebudayaan Bagi masyarakat Fungsi kebudayaan bagi masyarakat sangat besar. Hal ini disebabkan ada dua aspek, yaitu : 1. Bermacam-macam hakikat yang harus dihadapi oleh masyarakat dan anggota-anggota masyarakat misalnya kekuatan alam sekitar dan kekuatan-kekuatan dalam masyarakat itu sendiri. 2. Manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik dibidang spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar harus dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, mementukan sikapnya kalau berhubungan dengan orang lain. Perkembangan Kebudayaan Perubahan atau perkembangan kebudayaan itu terjadi karena adanya faktor dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam Cepat lambatnya pengembangan dipengaruhi oleh sifat-sifat tradisional, konservatif, progresif, reaktif, aktif dan kematangan masyarakat yang bersangkutan. 1. Adanya kesadaran angota-anggota masyarakat terhadap ketinggalan oleh kemajuan yang dialami masyarakat lain. 2. Adanya kualitas anggota-anggota masyarakat yang kreatif. 3. Adanya suatu kebiasaan yang memberikan penghargaan atau insentif dari masyarakat kepada anggota-anggota yang mencapai prestasi atau mendapatkan inovasi untuk kemajuan masyarakatnya. 4. Adanya suasana persaingan sehat diantara anggota-anggota masyarakat untuk mencapai prestasi tinggi demi kemajuan masyarakatnya. Faktor dari luar 1. Akulturasi Yang dimaksud dengan akulturasi ialah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri yang menyebabkan hilangnya kebudayaan sendiri. 2. Asimilasi Adalah proses pencampuran unsur-unsur kebudayaan dari kebudayaan yang berbeda satu sama lainnya sehingga terbentuk unsur kebudayaan yang baru yang tidak dirasakan asing dan canggung oleh masyarakat pendukungnya. 3. Difusi Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu daerah ke daerah lain atau dari negara ke negara lain. HUBUNGAN KEBUDAYAAN DENGAN BIDANG KEPERAWATAN. Pada hakekatnya kebudayaan sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam hidupnya, tidak terkecuali para perawat dalam melaksanakan tugas-tugasnya dibidang keperawatan akan selalu bersinggungan dengan kebudayaan. Para perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan harus memperhatikan kebudayaan dari pasien yang dirawatnya, karena perbedaan suku, ras dan agama akan mempengaruhi bagaimana

perawat harus bersikap, bertindak dan bertutur kata kepada pasiennya. Salah satu contoh kebudayaan yang ada pada masyarakat diwilayah Kelurhan Argasunya Kota Cirebon, umumnya masyarakat di Kelurahan tersebut sangat Agamis, oleh karena itu dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai perawat diwilayah tersebut kita perlu mengkaji lebih dalam kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakat sehari-hari. Dalam hal ini diambil contoh cara merawat orang yang sakit, diwilayah tersebut kalau yang sakit seorang wanita maka yang harus merawatnya adalah petugas kesehatan yang wanita pula, karena kalau dirawat sama laki-laki katanya haram karena bukan muhrimnya. Dari contoh diatas dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan sangat mempengaruhi bagaimana perawat melaksanakan asuhan keperawatan taerkait dengan bagaimana ia bertutur sapa, bertindak dan bertingkah laku dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

You might also like