You are on page 1of 6

BAB V OLAHRAGA DAN KEBUDAYAAN

Menurut pandangan sosiologis, olahraga ialah suatu interaksi antara individu dalam situasi rasional diantara rentangan bekerja dan bermain. Guntler Lusher (1967) : olahraga adalah kegiatan rasional yang mengandung permainan dengan imbalan yang bersifat ekstrinsik. Makin besar imbalannya cenderung menjadi permainan. Kegiatan olahraga ini tergantung pada seistem organic dan kadang mengacu pada system kepribadian dan jarang berorientasi pada system social budaya.

Gunter Erbach (1966) : Rangsangan utama pengembangan olahraga berakar pada lingkungan hidup seperti ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Bentuk olahraga ini memberikan pengaruh dan menjadi komponen penting dari pembinaan kehidupan individu dan masyarakat.

Dari kedua pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa olahraga merupakan bagian dari kebudayaan. Daniel As (1966) : dalam total jaringan masyarakat, olahraga mempengaruhi dan dipengaruhi politik, struktur social, ekonomi, agama, militier, pendidikan, teknologi, music, ilmu pengetahuan dan kesustraan. Gunter Loschien (1967) : Konsep budaya tidak mengacu pada perilakunya sendiri, tetapi berkaitan dengan pola-pola dan abstraksi yang mendasari perilaku dan terjadi dari unsure-unsur kognitif yang tumbuh dari pengalaman sehari-hari atau ilmiah. Contoh fakta bahwa olahraga bagian dari kebudayaan adalah permainan rugby orang Inggris berubah menjadi American Football dikarenakan struktur budaya kedua Negara itu berbeda.

Olahraga dan Nilai-nilai Budaya Nilai budaya adalah suatu hal yang penting atau berharga dan menjadi orientasi anggota system sosio budaya. Harrold B Barrows (1983), Menggolongkan nilai menjadi dua kategori yaitu : 1. Nilai Etik, berhubungan dengan baik-buruk, benar-salah. 2. Nilai yang mencakup pilihan antara alternative, baik yang abstrak maupun materialsitik bersifat pribadi dan individual. Guntler Luschen (12967): Nilai budaya yang termasuk dalam olahraga adalah prestasi. Orientasi pada prestasi dikemukakan Mc Clelland dalam tingkat system kepribadian n-ach (need of achievement) menjadi pemain dari kebudayaan tingkat tinggi zaman Yunani kuno. Indikasi yang menunjukan hubungan nilai budaya dan permainan : a. Masyarakat yang menekankan tanggungjawab rutin memilih permainan yang menekankan pada peluang. Seperti Rusian Roulet. b. Masyarakat yang menjunjung tinggi kepatuhan memilih permainan yang menekankan pada strategi. Seperti bola voli, bulu tangkis dan lain sebagainya. c. Masyarakat yang berorientasi pada prestasi memilih permainan yang menuntut jasmani dan strategi. Masalah pokok hubungan olahraga dengan kebudayaan adalah bagaimana olah raga mempengaruhi sosio cultural secra menyeluruh. Olahraga menjadi wahana pembinaan bangsa. Setiap prestasi internasional menimbulkan kebanggaan namun nilai nasionalisme bangsa tampak surut dan berubah menjadi nilai ekonomi. Olahraga bias berpengaruh di fungsi terhadap system sosio budaya misalnya saat POM, tak jarang terjadi pertengkaran, perkelahian, atau konflik secara kasar diantara mahasiswa .

GUNTER LUSCHEN (1967) => penitikberatan pada prestasi dapat menjadi sumber disfungsi unsure budaya dan olahraga. DONALD W.CALHOLIN (1987) => olahraga adalah pelarian sekaligus ungkapan dari industrialisme modern. Olahraga adalah cikal bakal industri dan teknologi, sedang perkembangan industry dan teknologi merupakan dasar perkembangan olahraga.

BAB VI POLTIK DAN OLAHRAGA

Ada hubungan antara politik dan olahraga di Indonesia : Pada masa akhir kolonial, olahraga dijadikan alat membina nasionalaisme Zaman perang kemerdekaan, dipergunakan untuk membina patriotisme. Pada awal orde baru, olahraga berefungsi sebagai pembinaan integrasi bangsa.

W.J.S Purwadinata (1976) => politik adalah segala urusan dan tindakan kebijaksanaan siasat mengenai pemerintahan suatu Negara atau terhadap Negara lain. Virginia S.Thatcher dan Alexander Mc Queen (1976) => politik adalah bagian dari etika yang berkaitan dengan peraturan pemerintah dari suatu negra untuk memelihara keamanan, perdamaian dan kesejahteraannya. Hubungan keterkaitan olahraga dan polik tidak bias dihindarkan, keduanya marupakan unsur dan system kebudayaan keterhubungan itu tidak selamanaya berfungsi positif, bias juga sebaliknya. PETER MC INTOSH (1963) => keterhubungan bias menjadi buruk dengan dua cara : a. Karena terlalu banyak berinteraksi b. Karena terlalu merendahkan dan menurunkan nilai salah satunya. Olahraga terlalu banyak dalam politik akan mengurangi kegiatan manusia yang serius menjadi kekanak-kanakan atau kegila-gilaan, sedang, bila politik terlalu banyak dalam olahraga dapat merusak permainan sehingga mengubah hakikat kewajaran olahraga itu sendiri. Olahraga dapat digunakan sebagai arena ungkapan jati diri bangsa atau superioritas suatu system ekonomi dan politik pertandingan olahraga pemeran nasionalistik dan aduk politik contohnya dalam peristiwa Asian Games ke IV tahun 1962 di Indonesia. Olahraga dapat menyebabkan konflik antar Negara. Salah satunya pada tahun 1970 terjadi perang sepak bola antara El Savador dan Honduras pada laga final regional. Hal tersebut

menyebabkan putusnya hubungan diplomatik disusul dengan beberapa serangan bom oleh kedua Negara tersebut. Olahraga juga dapat mendamaikan dua Negara bermusuhan, salah satunya diplomasi pingpong dimana tim pingpong Amerika Serikat yang dating atas undangan pemain tenis meja RRC dapat memulihkan hubungan kedua Negara dan meningkatkankontak diplomasi.

TOKOH POLITIK dan OLAHRAGA Brian Mpetrie (1975) => olahraga memberikan 2 kepentingan bagi tokoh politik yaitu : a. Membina citra media b. Membina kesadaran politik Harry Edward pada tahun 1973 mengadakan penelitian tentang keyakinan dan ideologi olahraga dan telah membuat garis besarnya secara sistematik seperti dikutip Donald W.Calhoun (1987) sebagai berikut . Partisipasi keolahragaan itu mengembangkan watak yang baik Mengembangkan nilai kesetiaan Membangkitkan altruisme Membangkitkan nilai kendali diri dan sosial Mengembangkan ketabahan Menyiapkan olaahragawan untuk kehidupan Menyajikan kesempatan untuk kepentingan individu Menghasilkan kebugaran jasmani Membangkitkan kesediaan diri Membantu prestasi belajar Mengembangkan keagamaan Mengembangkan patriotism

Olahraga dan Kesadaran Politik Erian M Petrie (1975) : Olahraga dapat dimanfaatkan tokoh politik untuk membina kesadaran politik penonton. Hal ini dikarenakan karakteristik olahraga adalah mampu melarutkan diri dalam kelompok.

Olahraga dan Nasionalisme Pemerintah selalu terlibat dalam kegiatan olahraga. Nasionalisme olahraga dapat terilhat dengan dibentuknya suatu lembaga pemerintahan yang mengurusi olahraga dan keolahragaan.

You might also like