You are on page 1of 19

1

TUGAS TERSTRUKTUR PARASITOLOGI NEMATODA DARAH DAN JARINGAN

Disusun Oleh : Alfian Nur D. A. Ajeng Prastiwi S. W. Mochamad Iqbal Michika Adhisa P. Yuditha Nindya K. R. (G1B011005) (G1B011019) (G1B011045) (G1B011048) (G1B011059)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN KESEHATAN MASYARAKAT PURWOKERTO 2011 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN A. Wuchereria bancrofti Klasifikasi Wuchereria bancrofti: Kingdom Phylum Subclass Ordo Super famili Genus Species : Animalia : Nematoda : Secernemtea : Spirurida : Onchocercidae : Wuchereria : Wuchereria bancrofti

1. Hospes dan Distribusi Hospes yang telah diketahui hanya manusia. Penyakit yang bersangkutan seperti wuchereriasis, elefantiasis dan filariasis bancrofti. 2. Morfologi

(Sumber: Eccies Health Sciences Library. U. Utah) 3. Siklus hidup Cacing dewasa tinggal di dalam saluran limfe dan mikrofilaria terdapat di dalam darah dan limfe. Mikrofilia itu dicerna oleh nyamuk.

Mikrofilia yang tertelan nyamuk bersama darah masuk ke dalam otot thorax nyamuk dan tumbuh. Setelah pertumbuhan 6 sampai 20 hari, larva keluar dari otot dengan menimbulkan kerusakan yang berat dan bergerak ke proboscis. Selama nyamuk menghisap darah maka larva infektif keluar ke proboscis ke kulit hospes baru. Sesudah menembus kulit melalui luka gigitan, larva meneruskan perjalanan ke pembuluh darah dan limfe tempat mereka tumbuh selama setahun. Kemudian mikrofilia akan meninggalkan cacing induknya menembus dinding limfe ke pembuluh darah yang berdekatan.

4. Penanganan Daerah endemi, istirahat dan pindah ke tempat dingin mengurangi jumlah dan derajat serangan peradangan yang akut. Dietilkarbamazin (hetrazan) yang diberikan per os membunuh dengan cepat mikrofilaria dan juga membunuh atau mensterilkan cacing dewasa untuk selamanya. Dosis obat tersebut 2 mg/kg berat badan, 3 kali sehari selama 7-14 hari. Sakit kepala, pusing, nausea dan demam dapat terjadi selama pengobatan.

5. Pencegahan Pencegahan terhadap wucheresiasis di daerah indemi meliputi pemberantasan nyamuk dan mematikan parasit dalam badan manusia yang merupakan sumber infeksi. Pemberian hetrazan secara masalh untuk membasmi mikrofilaria di dalam darah para pengandung dan pemakaian insektisida pemberantasan nyamuk. Perlindungan manusia dengan menutup ruangan dengan kasa kawat, klambu tidur, repellent nyamuk, dan pakaian yang terlindungi. 6. Patologi dan gejala klinis Gelaja filariasis disebabkan oleh cacing dewasa, baik yang hidup maupun yang mati atau yang telah menglamai degenerasi. Mikrofilaria yang tanpak satu tahun sesudah permuln infeksi, agaknya tidak menimbulkan kelainan atau hanya menimbulakn kelainan ringan. Reaksi granuloma pseudotubrekel sekitar cacing yang terjebk menjadi hebat setelah cacing mati. Ini menyumbat pembuluh linfo yang kecil dan menyempitkan yang besarserta akhirnya memisahkan jaringan mekrosis sekitar cacing yang mengalami degenerasi. Saluran limfe menjadi varices atau cabang-cabang kolateral terbuka. Karena vilariasis bancrofti berlangsung selama beberapa tahun maka mempunyai gambaran klinis yang berbeda. Gejala klinis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : filariasis tanpa gejala, filariasin dengan peradngan, dan filariasis dengan penyumbatan. 7. Epidemiologi Parasit ini tersebar luas didaerah tropik dan subtropik. Frekuensi filariasis yang bersifat periodik berhubungan dengan kepadatan penduduk dan kebersihan yang kurang, karena Culex quinquefasciatus sebagai vektor utama terutama membiak di dalam air yang dikotori dengan air got dan bahan organik yang telah membusuk. Sedangkan di daerah Pasifik Selatan vektor utamanya adalah Aedes polynesiensis. Nyamuk Culex quinquefasciatus menggigit pada malam hari dan hidup di rumah pada daerah kota sedangkan nyamuk Aedes polynesiensis menggigit pada siang hari dan hidup di luar rumah serta di daerah hutan.

B. Brugia malayi Klasifikasi Brugia malayi: Kingdom Phylum Subclass Ordo Super famili Genus Species : Animalia : Nematoda : Secernemtea : Spirurida : Onchocercidae : Brugia : Brugia malayi

1. Hospes dan Distribusi Manusia merupakan hospes definitif tunggal. Nama penyakit mengenai cacing ini adalah filariasis malayi. 2. Morfologi Cacing dewasa berbentuk benang halus dan berwarna putih, sangat mirip dengan W. bancrofti cacing betina berukran 55x0.16 mm dan yang jantan 23x0.09 mm.

3. Siklus hidup Periodisitas nocturna dari mikrofilia yang bersarung dan berbentuk khas. Dalam tubuh nyamuk mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif pada waktu 6-12 hari.

(Sumber: puskesmaspebayuran.blogspot.com) 4. Penanganan 5. Pencegahan Cara pencegahannya ialah pemberantasan nyamuk Mansonia dengan merusak habitatnya yaitu tumbuh-tumbuhan air Pristia. Salah satunya dengan menggunakan obat fenoksilen 30 (garam Na dan NH4 methylchlorphenoxyacetic). 6. Patologi dan gejala klinis Parasit ini menimbulakan limfangitis dan elefantiasis. Penderita dengan gelaja fariasis mempunyai jumlah mikrofilia lebih tinggi daripada penderita yang tidak menujukan gejala.

7. Epidemiologi Distribusi geografik yang luas daripada parasit ini meliputi Srilangka, Indonesia, Philipina, India Selatan, Asia, Tiongkok, Korea, dan daerah kecil di Jepang. Hospes yang utama adalah nyamuk Mansonia. Nyamuk ini banyak terdapat di daerah rendah yang banyak kolam yang bertanaman Pristia, suatu tanaman air yang penting bagi perindukan bagi nyamuk tersebut. Bila vektor penyakit adalah nyamuk Mansonia, maka penyakit itu terdapat di luar kota, tetapi bila nyamuk Anopheles penyakit itu terdapat di daerah kota.
C. Onchocerca volvulus

Klasifikasi Onchocerca volvulus: Kingdom Phylum Subclass Ordo Super famili Genus Species : Animalia : Nemathelmithes : Secernentea : Spirurida : Onchocercidae : Onchocerca : Onchocerca volvulus

1. Hospes dan Distribusi Manusia adalah hospes utama. Nama penyakitnya seperti onchorcerciasis dan onchocercosis.

2. Morfologi Cacing jantan 19-42 cm x 130-210 m, ujung posterior melengkung keventral terdapat papilla perianal dan kaudal yang jumlah dan ukurannya bervariasi. Cacing betina, 33,5-50 cm x

270-420 m, vulva terbuka terletak sedikit di belakang bagian posterior. D i d a l a m u t e r u s t e r d a p a t l a r v a , m u l a - m u l a o v a l kemudian memanjang dan akhirnya larva (microfilaria) d i l a h i r k a n d a n membesarkan diri dari sarungnya. Microfilaria, tidak bersarung, terdapat dua ukuran yaitu 285-368 x 6-9 m dan 150-287 x 5-7 m,bagian anterior dan posterior tidak berinti. J a r a n g ditemukan dalam jaringan perifer, biasanya di dapat dalam kelenjar limfe dan l a p i s a n k u l i t b e r d e k a t a n d e n g a n i n d u k n y a . D i t e m u k a n p u l a d a l a m s t r a t u m germinativum serta pada konjungtiva corneal.

(sumber: www.human-healths.com)

3. Siklus hidup

10

(sumber: www.who.int) Cacing dewasa terdapat di dalam jaringan subkutis biasanya dijumpai di dalam benjolan fibrotik dan akan terbentuk kapsula karena reaksi tubuh hospes. Bilamana berlokasi dekat tulang seperti persendian atau diatas tulang kepala, nodule yang permanen akan terjadi. Benjolan itu berisi cacing dan mikrofilaria dalam jumlah yang berbeda-beda. Mikrofilaria berada dalam kulit kemudian terhisap oleh lalat penghisap darah/lalat hitam/bleck fly (Simulium damnosum) sebagai hospes intermedier. Bagian mulut lalat tidak menembus terlalu dalam, berisi cairan kental yang penuh dengan mikrofilaria. Fase pertama dari larva cacing bergerak dari saluran cerna lalat ke otot dada. Kemudian mengalami moulting yang kemudian moulting lagi menjadi larva infektif menjadi bentuk filaria (filariform), filaria muda bergerak kearah mulut lalat dan akan menginfeksi hospes definitif baru. Cacing biasanya berpasangan. Filaria tumbuh menjadi dewassa tinggal dibawah kulit selama kurang dari 1 tahun dan dapat hidup selama lima tahun. 4. Penanganan Obat yang dipakai adalah Ivermectin baik untuk pengobatan masal maupun selektif. 1. Ivermectin merupakan obat pilihan dengan dosis 150 ug/kg berat badan, diberikansatu atau dua kali per tahun pada pengobatan masal. Untuk pengobatan individu, dapatdiberikan pada dosis 100 150 ug/kg berat badan

11

dan diulang setiap 2 minggu, bulan atau 3 bulan hingga mencapai dosis total 1,8 mg/kg berat badan. Obat ini tidak diberikan kepada anak-anak di bawah 5 tahun atau beratnya kurang dari 15 kg, ibu hamil, menyusui, atau orang dengan sakit berat. Ivermectin (Mectizan) mempunyai efek yang kuat dalam membunuh mikrofilaria. Efek samping (mirip Mazotti reaction pada pemberian DEC), jarang terjadi dan jauh lebih ringan berupa : gatal-gatal, erupsi kulit, nyeri otot tulang, edema tungkai dan wajah, demam, pembesaran kelenjar disertai nyeri. Efek samping dapat diatasi dengan analgesik dan kortikosteroid. Pada pemberian selanjutnya efek samping semakin berkurang. Ivermectin mempunyai efek yang kuat dalam membunuh mikrofilaria tapi tidak terhadap cacing dewasa. 2. Suramin merupakan satu-satunya obat yang membunuh cacing dewasa O.volvulus tetapi jarang dipakai mengingat cara pemberiannya yang relatif sulit dantoksiksitasnya tinggi. Penggunaannya hanya: (a)Untuk pengobatan kuratif yang selektif di daerah yang tak ada transmisi atau pada orang yang meninggalkan daerah endemik O.volvulus (b)Pada kasus-kasus onkodermatitis hiperreaktif dan berat dimana gejala-gejala tak dapat dikendalikan dengan ivermectin dosis berulang. 3. Diethylcarbamazine (DEC) hanya membunuh microfilariae Dietilkarmabasin tidak lagi dipakai mengingat efek sampingnya yang berat. 5. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan memberantas hospes intermedier lalat Simulium sp. Pemebrantasan dilakukan dengan insektisida yang sesuai. Pencegahan juga meliputi pengeluaran benjolan, meniadakan sumber infeksi, pemberantasan vektor dan melindungi orang yang suseptibel. Pemberantasan vektor tergantung pada penghancuran larva di dalam air dengan larvisida terutama pada musim kering dan penyemprotan tumbuhtumbuhan dengan insektisida.

6. Patologi dan gejala klinis

12

Ada dua hal yang menyebabkan efek patologi yaitu: cacing dewasa dan mikrofilaria. Dari kedua bentuk cacing tersebut, bentuk cacing dewasa tidak begitu patogenik dan bahkan kadang tidak menunjukkan gejala sakit. Tetapi pada kondisi yang buruk cacing didalam subkutan membentuk nodule disebut Onchocercomas, terutama yang menetap didekat tulang. Didaerah Amerika Tengah kebanyakan penderita terdapat nodule diantara tulang rusuk dan paha dan juga didaerah leher dan kepala. Nodule tersebut berbentuk benigna dan relatif tidak sakit. Jumlah nodule berfariasi dari hanya satu sampai ratusan. Nodule tersebut terutama berisi jaringan serabut kolagen yang mengelilingi beberapa cacing dewasa. Nodule akan mengalami degenerasi dapat membentuk abses atau kalsifikasi. Hadirnya mikrofilaria didaerah kulit menyebabkan dermatitis yang berat yang menyebabkan reaksi alergik dan efek toksik disebabkan matinya cacing muda. Gejala pertama adalah gatal-gatal yang menyebabkan luka dn terinfeksi oleh bakteri (infeksi sekunder). Kemudian diikuti dispigmentasi kulit lokal atau lebih luas, kemudian diikuti penebalan kulit dan kulit menjadi pecah-pecah. Gejala menyerupai avitaminosis A, hal tersebut diduga parasit berkompetisi dengan metabolisme vitamin A. Gejala yang lebih lanjut kulit kehilangan elastisitasnya. Depigmentasi berkembang menjadi daerah yang lebih luas terutama daerah kaki. Hal tersebut dapat dikelirukan dengan penyakit lepra. Pada kondisi yang lebih buruk lagi bila terjadi komplikasi dimana mikrofilaria mencapai kornea. Hal tersebut dalat menimbulkan inflamasi pada sklera atau bagian putih dari bola mata. Kemudian diikuti penimbunan jaringan ikat yang mengakibatkan vaskularisasi dari kornea yang dapat mengganggu penglihatan. Terjadinya penimbunan jaringan ikat (fibrous tissue) mengakibatkan pasien buta total. 7. Epidemiologi Tempat perindukan vektor (Simulium) terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai air sungai yang deras. Lalat ini suka menggigit manusia di sekitar sungai perindukannya. Penyakit ditemukan baik pada orang dewasa maupun pada anak. Infeksi yang menahun seringkali diakhiri dengan

13

kebutaan. Kebutaan terjadi pada penduduk yang berdekatan dengan sungai, makin jauh dari sungai kebutaan makin kurang dan oleh karena itu penyakit ini dikenal dengan river blindness. Infeksi cacing ini telah dilaporkan di daerah Afrika, Arab, Guatemala, Meksiko, Venezuela dan Colombia. D. Loa loa Klasifikasi Loa loa: Kingdom Phylum Subclass Ordo Super famili Genus Species : Animalia : Nemathelminthes : Nematoda : Spirurida : Filarioidea : Loa : Loa Loa

1. Hospes dan Distribusi Hospes parasit ini adalah manusia dan mungkin kerayang merupakan hospes definitif tunggal. 2. Morfologi 3. Siklus hidup Cacing dewasa hidup di bawah jaringan kulit daerah punggung, pinggang, axila, penis dan mata. Mikrofilaria ditemukan secara periodik di sirkulasi darah perifer pada waktu siang hari dan di daerah paru pada waktu malam hari. Hospes intermedier adalah lalat Chrysops yang menggigit kulit dan menghisap darah sehingga membawa mikrofilaria dalam tubuh hospes tersebut. Larva berkembang menjadi fase ke 3 dan dalam bentuk filariform muda dan bermigrasi ke mulut. Sehingga menjadi larva yang infektif. Dalam waktu satu jam larva telah menembus ke dalam jaringan subkutis dan otot. Di tempat ini, tumbuh menjadi dewasa selama 12 bulan. Periode prepatent pada manusia sekitar 1 tahun dan cacing dewasa dapat hidup 15 tahun.

14

4. Penanganan Mengeluarkan cacing filaria dewasa dengan pembedahan, bila dapat dicapai merupakan cara pengobatan yang dapat diterima. Waktu terbaik ialah waktu ia bergerak melalui hidung atau konjunctiva. Dapat juga dengan melakukan kemoterapi dengan dietilkar-bamazin. 5. Pencegahan Cara-cara melindungi meliputi pemberantasan Chrysops dengan larvisida sedapatnya, menghilangkan pengandung parasit dengan pengobatan dietilkar-bamazin dan melindungi orang terhadap lalat dengan kelambu, kasa kawat dan repellent. 6. Patologi dan gejala klinis Cacing bergerak di bawah dibawah kulit diantara jaringan dan menyebabkan respons radang. Bila cacing tinggal di suatu lokasi menimbulkan pembengkakan disebut Calabar swelling, dan kemudian menghilang bila cacing bergerak kelain tempat. Cacing dapat bermigrasi ke comjungtiva dan kornea. Pada mata terjadi rangsangan, penyumbatan, nyeri, pembengkakan kelopak mata dan gangguan penglihatan. Gumpalan mikrofilaria dapat menyebabkan timbulnya peradangan eosinofil dan fibrosis di dalam limfa. Selama waktu inkubasi satu tahun atau lebih, terdapat gejala demam ringan, nyeri pada anggota badan, kesemutan, gatal dan urtikaria. 7. Epidemiologi Loaiasis terbatas pada hutan dan tepi hutan di daerah khatulistiwa di Afrika yang banyak hujan. Lalat Chrysops yang mempunyai tempat perindukan di perairan yang berlumpur atau rawa. Lalat itu agaknya lebih banyak menggigit Negro daripada orang berkuli putih. Di daerah hutan tropik dengan banyak hujan hubungan hospes-parasit-vektor terdiri atas manusia, kera dan beberapa spesies Chrysops

E. Acanthocheilonema perstans

15

Klasifikasi Acanthocheilonema perstans: Kingdom Phylum Subclass Ordo Super famili Genus Species G. Morfologi H. Siklus hidup I. Penanganan J. Pencegahan K. Patologi dan gejala klinis L. Epidemiologi : : : : : : :

F. Hospes dan Distribusi

F. Mansonella ozzardi Klasifikasi Mansonella ozzardi: Kingdom Phylum Subclass Ordo Genus Species : : : : : :

Super famili :

1. Hospes dan Distribusi 2. Morfologi 3. Siklus hidup 4. Penanganan 5. Pencegahan

16

6. Patologi dan gejala klinis 7. Epidemiologi


G. Dracunculus medinensis

Klasifikasi Dracunculus medinensis: Kingdom Phylum Subclass Ordo Genus Species : : : : : :

Super famili :

H. Hospes dan Distribusi I. Morfologi J. Siklus hidup K. Penanganan L. Pencegahan M. Patologi dan gejala klinis N. Epidemiologi

17

18

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

19

DAFTAR PUSTAKA American Society of Parasitologists. 2011. The Journal of Parasitology. South Carolina: Biblio Bazaar. Cambridge. 2000. Parasitology, vol. 121 Supplement 2000. USA: Cambridge University Press Foreyt, William J, Ph. D. 2001. Veterinary Parasitology Reference Manual. State of Iowa: Iowa State University Press. Gandahusada, Srisasi, Prof. dr. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Helminthological Society of Washington. 2006. Comparative Parasitology, vol 7374. Michigan, USA: Michigan University Press. Holland, Cellia V. dan Malcolm W. Kennedy. 2002. The Geohelmintes: Trichuris and Hookworm, World Class Parasites: vol. 2. Netherlands: Kluwer Acaddemic Publishers. Natadisastra, Djaenudin dan Dr. Ridad Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran, Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC Rajan T. V. 2009. Textbook of Parasitology. New Delhi: Janpath. Robert, Larery S. dan John J. 2008. Gerald D. Schmidt and Larry S. Roberts Foundations of Parasitology. New York: McGraw-Hill Higher Education. Widyastuti, Retno. 2002. Parasitologi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Website http://journal.uii.ac.id/ http://repository.usu.ac.id/ http://journalofparasitology.org/

You might also like