You are on page 1of 13

BUDIDAYA PADI

Produksi gabah padi di Indonesia rata-rata 4 - 5 ton/ha. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu tercapainya ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produksi padi berdasarkan asas kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ). SYARAT TUMBUH Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA A.Benih Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan B.Perendaman Benih Benih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam menggunakan daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 - 2 malam hingga benih berkecambah serentak. C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 - 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki. D. Pemindahan benih Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit. F. Pemupukan Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis. Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan POC NASA kemudian disemprotkan ( 3-4 tutup NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan penyakit serta TABEL PENGGUNAAN POC NASA DAN SUPERNASA Waktu Aplikasi 14 hari ( kg ) 30 hari ( kg ) 9 9 1 1 1,5 1,5 5 5 3 3 2 botol ( siram) -

Jenis Pupuk Urea ZA SP-36 KCl Dolomit SPR NASA

Olah Tanah (kg) 36,5 3,5 6,5 20 13 2 botol ( siram)

45 hari ( kg ) 9 1 1,5 5 3 -

60 hari ( kg ) 9 1 1,5 5 3 -

Catatan : Dosis produksi padi 1,2 1,7 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen Waktu Aplikasi 1014 hari ( kg ) 2528 hari ( kg ) 6 6

Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) Urea 12

4245 hari ( kg ) 6

SP-36 KCl SPR NASA POC NASA

10 1 botol (siram) -

50 7 8 5 5 5 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot)

Catatan : Dosis produksi padi 0,8 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen Waktu Aplikasi Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 1014 hari ( kg ) 2528 hari ( kg ) 4245 hari ( kg ) Urea 10 4,5 4 4 SP-36 11,5 KCL 5 6,5 POC NASA 20-40 ttp (siram) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot) 1 ttp/tgk campur 1 ttp/tgk campur HORMONIK NASA NASA Catatan : Dosis produksi padi 0,8 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen

Cara Penggunaan SUPER NASA & POC NASA 1. Pemberian SUPER NASA dengan cara dilarutkan dalam air secukupnya kemudian disiramkan ( hanya disiramkan) 2. Jika dengan POC NASA dicampur air secukupnya bisa disiramkan atau disemprotkan. 3. Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPER NASA atau POC NASA, sedang pupuk makro lainnya disebar secara merata. G. PENGOLAHAN LAHAN RINGAN Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen. H.PENYIANGAN Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55. I. PENGAIRAN Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji. J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Hama putih (Nymphula depunctalis) Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan BVR atau Pestona Padi Thrips (Thrips oryzae) Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR atau Pestona. Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau

(Nephotettix apicalis dan N. impicticep). Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemprotan BVR Walang sangit (Leptocoriza acuta) Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam. Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR atau PESTONA Kepik hijau (Nezara viridula) Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR atau PESTONA Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut "beluk". Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan BVR atau PESTONA Hama tikus (Rattus argentiventer) Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic). Burung Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan. Penyakit Bercak daun coklat Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae. Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC NASA, pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini. Penyakit Blast Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) pemberian GLIO di awal tanam Busuk pelepah daun Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang

telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) pemberian GLIO pada saat pembentukan anakan Penyakit Fusarium Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan Penyakit kresek/hawar daun Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan GLIO Penyakit kerdil Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, bukubuku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA. Penyakit tungro Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR. K. PANEN DAN PASCA PANEN Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk Alat yang digunakan ketam atau sabit Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni) Dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya. Beras siap dikonsumsi.

PADI SRI, TEKNIK BUDIDAYA PADI Bagi Indonesia pangan adalah penentu kesejahteraan sebagian besar penduduk pedesaan yang mata pencahariannya pada on farmyang terdiri atas petani berlahan sempit dan buruh tani. Di Indonesia ketahanan pangan dicerminkan antara lain oleh ketahanan komoditi beras yang merupakan komoditas pangan paling strategis di Indonesia. Berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk memprioritaskan pembangunan Indonesia khususnya bagi wilayah yang sumber daya airnya terbatas, sejak tahun 1990 dibentuklah Small Scale Irrigation Management Project (SSIMP). Dengan SSIMP yang menjadi Decentralized Irrigation System Improvement Project (DISIMP) dikembangkan padi SRI di Indonesia. Untuk itu Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Irigasi mengadakan One Day Seminar On The System of Rice Intensification (SRI) Making Land, labor, Water and Capital More Productive for Meeting Food Needs di Jakarta (14/01/08). Acara tersebut dihadiri oleh Sesditjen SDA Departemen PU, Eddy Djayadiredja, Kasubdit Pemanfaatan Air Tanah Direktorat Irigasi Ditjen SDA, Syahrial Achmad, Nippon Koei, Cornell University USA, Norman T. Uphoff dan para pakar bidang SDA. Dalam kata sambutan Direktur Irigasi yang diwakili oleh Syahrial Achmad menjelaskan tentang perlunya untuk melakukan upaya strategis untuk mencapai target peningkatan produksi beras guna menjaga kelangsungan swasembada pangan. Peningkatan produksi bidang pertanian diantaranya dilakukan dengan penyebaran bibit unggul, pemberian pupuk dan pestisida disamping kinerja pengelolaan air irigasi melalui penguatan klembagaan P3A serta memperbaiki bidang pasca panen. Sebenarnya Indonesia telah diperkenalkan metodologi budidaya padi yang mampu meningkatkan produksi secara drastis. Namun hanya perlu input produksi yang kecil seperti air , irigasi, benih pupuk kimia dan biaya produksi lainya. Metodologi ini dinamakan System of Rice Instensification atau yang lazim disingkat SRI. SRI adalah teknik budidaya padi inovatif yang diketemukan tahun 1980an oleh seorang biarawan Perancis bernama Henri de Laulani. Pada sekitar tahun 1980an metodologi ini hanya berkembang terbatas di Madagaskar, tempat Laulani mengabdikan dirinya sejak tahun 1961. Menjelang akhir tahun 1990an, SRI mulai mendunia berkat usaha keras Prof. Dr. Norman Uphoff, mantan Direktur Cornell International Institute for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), Cornel University, Amerika Serikat. Pada tahun 1997, Prof. Norman Uphoff memberikan presentasi di Bogor. SRI saat ini sedang dalam sedang berjalan dan belum selesai . Metode SRI memungkinkan petani untuk : 1. Meningkatkan produksi padi lebih dari 50 % 2. Mengurangi input dan biaya a. Bibit mengurangi antara 80 % 90-% b. Pemberian air Irigasi antara 25% -50% c. Pupuk kimia dikurangi atau ditiadakan d. Beras yang dihasilkan lebih tinggi. Menurut Norman Uphoff SRI tujuan utamanya adalah PRODUCTIVITY tidak hanya meningkatkan HASIL . SRI dalam waktu sama akan menghasilkan produktifitas antara lain : Hasil perunit area lebih tinggi Hasil kerja perhari yang didapat buruh lebih tinggi . Lebih banyak tanaman yang mendapat dengan metode SRI

Mendapat keuntungan yang lebih tinggi . Lima (5) dasar simple dari SRI yang mendasar yaitu : 1. Menggunakan bibit muda : untuk melindungi pertumbuhan potensial 2. Spasi yang lebar dengan menggunakan bibit tunggal 3. Memperhankan tanah basah tetapi tidak menggenang 4. Mempertinggi soil organic 5. Sirkulasi dalam tanah terjaga semaksimal mungkin Dari pengalaman SRI di negara Banglades , Cambodia, China, Indonesia , Nepal , Srilangka Vietnam bahwa rata terjadi pengningkatan untuk padi sebesar rata 52 % untuk pemberian air berkurang 40 % , biaya yang bisa dihemat antara 25 % dan income yang didapat sebesar rata 128 %. (Humas SDA)

Budidaya Padi Hibrida


Pendahuluan Pemintaan terhadap beras dari tahun ke tahun cenderung naik sejalan dengan laju peningkatan jumlah penduduk. Disisi lain varietas unggul yang digunakan petani tidak dapat berproduksi lebih tinggi karena keterbatasan kemampuan genetik tanaman. Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka program intensifikasi padi sudah selayaknya mendapat perbaikan dan penyempurnaan dari berbagai aspek. Padi hibrida berperan untuk meningkatkan produksi. Teknologi pengembangan padi hibrida yang diterapkan secara intensif di daerah asalnya China, India dan Vietnam mampu meningkatkan produktifitas sebesar 15 - 20 %. Keberhasilan penanaman padi hibrida secara intensif menunjukkan bahwa varietas padi hibrida merupakan teknologi yang praktis dalam peningkatan produksi padi. Penyiapan Lahan Pada Prinsipnya lahan untuk budidaya padi hibrida sama dengan penyiapan lahan untuk budidaya padi biasa (inhibrida)

Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak I dibiarkan selama 7 hari dalam keadaan macak-macak, kemudian dibajak II digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah. Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot dengan herbisida pra tumbuh dan dibiarkan selama 7 - 10 hari atau sesuai dengan anjuran.

Persemaian
Pembuatan persemaian dilakukan sebagai berikut :

Tanah diolah, dicangkul atau dibajak, dibiarkan dalam kondisi macak-macak selama minimal 7 hari agar gabah yang ada dalam tanah tumbuh. Kemudian olah tanah kedua sambil membersihkan lahan dari tanaman padi yang tumbuh liar dan gulma. Buat bedengan dengan tinggi minimal 5 - 10 cm, lebar 110 cm dan panjang disesuaikan dengan petak kebutuhan. Pupuk persemaian dengan Urea, SP36 dan KCL masing-masing sebanyak 5 gr/m persegi atau 1 kg benih per 20 meter persegi lahan. Kebutuhan benih untuk 1 hektar areal pertanaman adalah 10 - 20 kg.

Penamaan

Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 10 - 15 hari. Jarak tanam 20 x 20 cm, satu tanaman per rumpun. Populasi bibit di persemaian lebih jarang daripada yang bisa dipraktekan petani, sehingga pada umur 21 hari bibit telah mempunyai anakan.

Varietas yang digunakan Dari hasil uji coba yang telah dilaksanakan telah didapat beberapat beberapa varietas padi hibrida yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian maupun introduksi dari negara China, Vietnam, Jepang dan lain-lain yaitu :

Varitas rokan Varietas Maro Varietas Intani 1 Varietas Intani 2 Varietas Miki 1 Varietas Miki 2 Varietas Miki 3

Pemupukan
Anjuran pemupukan padi hibrida adalah : Musim Kemarau

Takaran pupuk 300 kg Urea, 100 kg SP 36 dan 150 kg KCL/ha. Waktu Pemberian : (1). Saat tanam : 60 kg Urea + 100 kg SP36 + 15 kg KCL/ha. (2). 4 minggu setelah tanam : 90 kg Urea/ha. (3). 7 Minggu setelah tanam : 75 kg Urea + 50 kg KCL/ha. (4). 5 % berbunga : 75 Urea/ha

Musim Hujan

Takaran pupuk 250 kg Urea, 100 kg SP36 dan 150 kg KCL/ha. Waktu pemberian : (1). Saat tanam : 50 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCL/ha. (2). 4 Minggu setelah tanam : 75 kg Urea/ha. (3). 7 Minggu setelah tanam : 75 kg Urea + 50 kg KCL/ha. (4). 5% berbunga : 50 Urea/ha

Pemeliharaan Tanaman

Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu gulma, yang dilakukan paling sedikit 2 kali yaitu menjelang pemupukan ke 2 dan ke 3. Padi hibrida yang ada pada saat ini peka terhadap penyakit tungro dan hama wereng coklat. Maka padi hibrida yang dikembangkan di daerah endemis hama dan penyakit perlu diterapkan PHT dengan monitoring keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng secara intensif. Perhatikan juga serangan tikus sejak dini dan monitoring penerbangan ngengat penggerek batang. Penggunaan pestisida secara bijaksana.

Panen dan Pasca Panen


Pada prinsipnya secara panen dan pasca panen padi hibrida tidak beda dengan padi biasa (inhibrida). Penentuan saat panen sangat berpengaruh terhadap kualitas gabah. Tanaman padi yang dipanen muda juga digiling akan menghasilkan banyak beras pecah. Ciri-ciri tanaman padi yang siap untuk dipanen adalah :

95 % butir-butir padi dan daun bendera sudah menguning. Tangkai menunduk karena serat menanggung butir-butir padi yang bertambah berat. Butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi.

Peralatan panen dapat digunakan sabit bergerigi atau reaper dan dilaksanakan secara beregu. Hasil panen dimasukan kedalam karung kemudian dirontokkan dengan pedal thresher atau power thresher. Keterlambatan perontokan dan pengeringan akan mengakibatkan butir kuning.

Selama perontokan agar menggunakan alas dari anyaman bambu, tikar plastik, sehingga gabah hasil perontokan mudah dikumpul kembali. Gabah setelah dirontok dibersihkan dari kotoran gabah hampa dan benda asing lainnya. Pembersihan gabah akan mempertinggi efisiensi pengolahan hasil, mempertinggi daya simpan dan harga jual per satuan berat. Pengeringan agar menggunakan lantai jemur, bila tidak ada panas matahari dapat menggunakan dryer. kematangan gabah dan alat penggilingan sangat menentukan rendemen, tingkat kehilangan hasil dan mutu beras. Umur tanaman yang belum optimal dan tidak seragam akan menurunkan mutu berat dan rendemennya.

Budi Daya Padi Sawah


Diterbitkan November 25, 2009 Pertanian 6 Comments

B. Budi Daya Padi Sawah

Ada beberapa tahapan yang dilakukan para petani dalam malakukan budi daya padi sawah diantaranya yaitu : persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian dan pemberantasan hama dan penyakit serta panen. 1. Persemaian Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati (Anonima, 2008). Benih yang dibutuhkan untuk ditanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak 20 Kg. Benih yang hendak disemai sebelumnya harus direndam terlebih dahulu secara sempurna sekitar 2 x 24 jam, dalam ember atau wadah lainnya. Hal ini dilakukan agar benih dapat mengisap air yang dibutuhkan untuk perkecambahannya (Anonima, 2008). Bedengan persemaian dibuat seluas 100 m2/20 Kg. lahan untuk persemaian ini sebelumnya harus diolah terlebih dahulu, pengolahan lahan untuk persemaian ini dilakukan dengan cara pencangkulan hingga tanah menjadi lumpur dan tidak lagi terdapat bongkahan tanah. Lahan yang sudah halus lumpurnya ini kemudian dipetak-petak dan antara petak-petak tersebut dibuat parit untuk mempernudah pengaturan air (Anonima, 2008). Benih yang sudah direndam selama 2 x 24 jam dan sudah berkecambah ditebar dipersemaian secara hati-hati dan merata, hal ini didimaksudkan agar benih yang tumbuh tidak saling bertumpukan. Selain itu benih juga tidak harus terbenam kedalam tanah karena dapat menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen (penyebab penyakit tanaman) yang dapat menyebabkan busuknya kecambah. Pemupukan lahan persemaian dilakukan kira-kira pada umur satu minggu benih setelah ditanam (tabur). Kebutuhan pupuk yang digunakan yaitu, 2,5 Kg Urea, 2,5 Kg SP36 dan 1 Kg KCL (Anonima, 2008). 2. Pengolahan Tanah Pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman. Tahapan pengolahan tanah sawah pada prinsipnya mencakup kegiatankegiatan sebagai berikut: a. Pembersihan Galengan sawah dibersihkan dari rerumputan, diperbaiki, dan dibuat agak tinggi. Fungsi utama galengan disaat awal untuk menahan air selama pengolahan tanah agar tidak mengalir keluar petakan. Fungsi selanjutnya berkaitan erat dengan pengaturan kebutuhan air selama ada tanaman padi (Anonimb, 2008). Saluran atau parit diperbaiki dan dibersihkan dari rerumputan. Kegiatan tersebut bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma yang terbawa masuk ke dalam petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada bidang olah dibersihkan sebelum tanah diolah (Anonimb, 2008). Jerami tersebut dapat dibakar atau diangkut ke tempat lain untuk pakan ternak, kompos, atau bahan bakar. Pembersihan sisasisa tanaman dapat dikerjakan dengan tangan dan cangkul (Anonimb, 2008).

b. Pencangkulan Setelah dilakukan perbaikan galengan dan saluran, tahap berikutnya adalah pencangkulan. Sudut sudut petakan dicangkul untuk memperlancar pekerjaan bajak atau traktor. Pekerjaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan saat pengolahan tanah (Anonimb, 2008). c. Pembajakan Pembajakan dan penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua kegiatan tersebut bertujuan agar tanah sawah melumpur dan siap ditanami padi. Pengolahan tanah dilakukan dengan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum dibajak, tanah sawah digenangi air agar gembur. Lama penggenangan sawah dipengaruhi oleh kondisi tanah dan persiapan tanam. Pembajakan biasanya dilakukan dua kali. Dengan pembajakan ini diharapkan gumpalangumpalan tanah terpecah menjadi kecilkecil. Gumpalan tanah tersebut kemudian dihancurkan dengan garu sehingga menjadi lumpur halus yang rata. Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata. Pada petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan bedenganbedengan. Antara bedengan satu dengan bedeng lainnya berupa saluran kecil. Ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi galengan yang berguna untuk memperlancar air irigasi. (Anonimb, 2008). 3. Pelaksanaan Tanam Setelah persiapan lahan beres maka bibit pun siap ditanam. Bibit biasanya dipindah saat umur 20 25 hari. Ciri bibit yang siap dipindah ialah berdaun 5-6 helai, tinggi 22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit sehingga pertumbuhannya seragam. Bibit ditanam dengan cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air. Bibit ditanam dengan posisi tegak dan dalam satu lubang ditanam 2-3 bibit, dengan kedalaman tanam cukup 2 cm, karena jika kurang dari 2 cm bibit akan gampang hanyut. Jarak tanam padi biasanya 20 x 20 cm (Anonima, 2008). 4. Pemupukan Tanah yang dibudidayakan cenderung kekurangan unsur hara bagi tanaman, oleh karena itu diperlukan penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk organik maupun pupuk anorganik. Dosis pupuk tanaman padi sawah sangat dipengaruhi oleh jenis dan tingkat kesuburan tanah, sejarah pemupukan yang diberikan dan jenis padi yang ditanam (Anonima, 2008). Penggunaan dosis pupuk untuk padi sawah untuk lahan satu hektar adalah sebagai berikut Urea 200 Kg, SP36 200 Kg, dan KCL 100 Kg. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu kali budidaya (produksi) padi sawah. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 12 hari dengan dosis pupuk sepertiga dari kebutuhan pupuk keseluruhan, sedangkan sisa pupuk diberikan pada tahap kedua yaitu kira-kira pada waktu tanaman berumur 40 hari (Anonima, 2008). 5. Penyiangan (pengendalian gulma) Perawatan dan pemelihraan tanaman sangat penting dalam pelaksanaan budidaya padi sawah. Halhal yang sering dilakukan oleh para petani adalah penyiangan (pengendalian gulma). Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang hidup bersama tanaman yang dibudidayakan. Penyiangan dilakukan 2 tahap, tahap pertama penyiangan dilakukan pada saat umur tanaman kurang lebih 15 hari dan tahap kedua pada saat umur tanaman berumur 30-35 hari. Penyiangan yang dilakukan adalah dengan cara mencabut gulma dan dimatikan dengan atau tanpa menggunakan alat, biasanya penyiangan ini dilakukan bersamaan dengan dengan kegiatan penyulaman (Anonimc, 2008). 6. Penyemprotan Hama yang sering ditemukan menyerang tanaman padi sawah adalah penggerek batang padi, walang sangit, wereng dan belalang. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan para petani adalah dengan menggunakan pestisida untuk lahan seluas satu hektar petani hanya membutuhkan 2 orang tenaga kerja dan dalam waktu satu hari pemyemprotan tersebut dapat diselesaikan (Anonimc, 2008). 7. Panen Hasil padi yang berkualitas tidak hanya diperoleh dari penanganan budi daya yang baik saja, tetapi juga didukung oleh penanganan panennya. Waktu panen padi yang tepat yaitu jika gabah telah tua

atau matang. Waktu panen tersebut berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah, dan mutu beras yang akan dihasilkan. Keterlambatan panen menyebabkan produksi menurun karena gabah banyak yang rontok. Waktu panen yang terlalu awal menyebabkan mutu gabah rendah, banyak beras yang pecah saat digiling, berbutir hijau, serta berbutir kapur (Anonim. 2008) Panen padi untuk konsumsi biasanya dilakukan pada saat masak optimal. Adapun panen padi untuk benih memerlukan tambahan waktu agar pembentukan embrio gabah sempurna . Saat panen di lapangan dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti tinggi tempat, musim tanam, pemeliharaan, pemupukan, dan varietas. Pada musim kemarau, tanaman biasanya dapat dipanen lebih awal. Jika dipupuk dengan nitrogen dosis tinggi, tanaman cenderung dapat dipanen lebih lama dari biasa. Panen yang baik dilakukan pada saat cuaca terang. Secara umum, padi dapat di panen pada umur antara 110115 hari setelah tanam. Kriteria tanaman padi yang siap dipanen adalah sebagai berikut : 1) Umur tanaman tersebut telah mencapai umur yang tertera pada deskripsi varietas tersebut. 2) Daun bendera dan 90% bulir padi telah menguning. 3) Malai padi menunduk karena menopang bulir-bulir yang bernas. 4) Butir gabah terasa keras bila ditekan.Apabila dikupas, tampak isi butir gabah berwarna putih dan keras bila di gigit.Biasanya gabah tersebut memiliki kadar air 22-25%. Cara panen berbeda-beda tergantung kebiasan serta tingkat adopsi teknologi petani. Panen dapat dilakukan dengan cara memotong batang berikut malainya. Batang padi dipotong pada bagian bawah, tengah, atau atas dengan menggunakan sabit (arit). Gabah hasil panen kemudian dirontokan di sawah. Keterlambatan perontokan dapat menunda kegiatan pengeringan dan dimungkinkan gabah berbutir kuning. Cara perontokan yang dipakai para petani dengan cara dihempaskan. Setahap demi setahap batang padi yang telah dipotong dihempas pada kayu atau kotak gebug agar gabah terlepas dari malai dan terkumpul di alas. Hempasan diulang 23 kali sehingga tidak ada gabah yang tertinggal di malai. Jerami kemudian ditumpuk di tempat yang lain (Junandar, 2008). 8. Umur panen Ada beberapa cara untuk menentukan umur panen padi, yaitu berdasarkan: (1) Umur tanaman menurut diskripsi varietas, (2) Kadar air gabah, (3) Metode optimalisasi yaitu hari setelah berbunga rata, dan (4) Kenampakan malai (Setyono dan Hasanuddin 1997). Waktu (umur) panen berdasarkan umur tanaman sesuai dengan diskripsi varietas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya varietas, iklim, dan tinggi tempat, sehingga umur panennya berbeda berkisar antara 5-10 hari. Berdasarkan kadar air, padi yang dipanen pada kadar air 21-26% memberikan hasil produksi optimum dan menghasilkan beras bermutu baik (Damardjati,1979; Damardjati dkk.,1981). Cara lain dalam penentuan umur panen yang cukup mudah dilaksanakan adalah metode optimalisasi.Dengan metode optimalisasi, padi dipanen pada saat malai berumur 30 35 hari setelah berbunga rata (HSB) sehingga dihasilkan gabah dan beras bermutu tinggi (Rumiati dan Soemadi,1982) Penentuan saat panen yang umum dilaksanakan petani adalah didasarkan kenampakan malai, yaitu 90 95 % gabah dari malai tampak kuning (Rumiati, 1982). 9. Alat panen dan cara panen Alat panen yang sering digunakan dalam pemanenan padi, adalah (1) ani ani, (2) sabit biasa dan (3) sabit bergerigi (BPS, 1996). Dengan diintroduksikannya varietas varietas unggul baru padi yang memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek, maka terjadi perubahan penggunaan alat panen dari ani-ani ke penggunaan sabit biasa/sabit bergerigi. Dalam pemanenan padi tersebut menyebabkan kehilangan hasil rendah (Damardjati,dkk 1988, Nugraha dkk, 1990 b). 10. Pengendalian Hama Tikus Secara Kimiawi Umpan beracun. Cara pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan rodentisida, misalnya Ramortal, Dora, Klerat, Racumin, belerang, dan lainnya. Rodentisida yang dianjurkan sekarang adalah golongan anti koagulan yang bekerja lambat (tikus mati 2-14 hari setelah makan umpan beracun). Umumnya pelaksanaan pengendalian ini dengan memberikan umpan beracun kepada tikus. Namun sebelum dipasang umpan, perlu pemantauan tikus apakah populasinya tinggi atau belum. Tiap petakan sawah diberi sekitar 10 umpan, biasanya disediakan dulu umpan yang tidak beracun guna mengelabuhi tikus untuk tetap memakan umpan. Baru setelah beberapa lama, umpan

beracun dipasang di sawah, (Anonimc, 2008).

You might also like