You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Amal seorang hamba itu tergantung dari niatnya, bukan berarti setiap amalan yang memiliki niat baik itu pasti hasilnya baik. Niat yang baik akan menghasilkan kebaikan hanya pada amalan kebaikan atau ketaatan atau yang dibolehkan oleh syariat. Oleh karena itu, niat baik itu tidak mengubah kemaksiatan dari hakikatnya.

Tidaklah pantas seorang jahil menafsirkan keumuman sabda Rasulullah saw. di atas bahwa kemaksiatan itu berubah menjadi ketaatan atau kebaikan karena niat yang baik. Sabda Rasulullah saw. itu hanya berlaku untuk ketaatan dan perkara-perkara yang mubah (yang dibolehkan). Faktor niat memang sangat penting. Ketaatan juga bisa berubah menjadi kemaksiatan karena niat. Begitu juga perkara yang mubah, hal itu bisa berubah menjadi kemaksiatan karena niat. Jadi, pada dasarnya, keabsahan suatu ketaatan itu terikat kepada niat.

Demikian halnya dengan berlipatgandanya pahala dari suatu amal, ia tergantung dari niatnya. Suatu amal, meskipun sepele, tetapi diniatkan dengan niat yang baik dan tujuan-tujuan mulia, maka amal tersebut akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Perkara-perkara yang mubah sekalipun sesungguhnya secara keseluruhannya mengandung satu niat atau lebih. Oleh karena itu, niat-niat yang banyak itu bisa menjadi bentuk ketaatan yang bernilai tinggi serta terdapat pula derajat yang tinggi. Inilah pentingnya seorang hamba itu mengerti tentang hakikat niat. Semakin mengetahui tentang hal ini, seorang hamba akan semakin beruntung. Dengan amal ibadah yang dilakukannya, ia selalu memiliki niat-niat yang baik dan utama, sehingga dengannya ia bisa mencapai derajat-derajat yang utama.

2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka didapat rumusan masalah, yaitu: a. Definisi niat b. Fungsi niat c. Pengaruh niat dalam ibadah d. Dalil dan hadist tentang niat 3. Tujuan a. Agar para mahasiswa dapat memahami tentang betapa pentingnya arti sebuah niat dalam aspek kehidupan. b. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja hal-hal yang dapat dilakukan agar niat menjadikan amalannya ikhlas dan menghindar dari sifat riya. c. Agar mahasiswa tahu tentang dalil dan hadist-hadist yang berkenaan dan niat.

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi Niat

Seorang hamba yang menginginkan keikhlasan dalam seluruh aktifitasnya hendaklah berniat dalam melaksanakan aktifitasnya. Rasulullah saw bersabda, Sesungguhnya semua amal bergantung pada niatnya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya,dia berhijrah kepada Allah dan Rasul-nya ... Sebuah amal bisa

memperoleh pahala yang berlipat karena kecermatan menata niat. Selain meraih pahala yang berlipat, niat yang benar akan melahirkan tekad yang kuat untuk melakukan ketaatan secara maksimal. Begitu juga niat yang tulus dapat mencegah seseorang minder beramal karena ejekan atau cemoohan orang. Amal yang bentuk lahirnya berupa keduniaan akan berubah menjadi amal keakhiratan karena niat yang benar. Muhammad bin Wasi memberi nasehat Perbanyaklah kalian berniat melakukan kebaikan. Insya Allah, berniat melakukan kebaikan adalah amal yang akan terselamatkan dari riya. Niat orang Mukmin lebih baik daripada amalnya. Niat adalah salah satu bentuk keinginan yang datangya dari hati, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh pikiran seseorang, yang juga dipengaruhi oleh ilmu seseorang. Hakikat atau definisi niat adalah menyengaja atau bermaksud melakukan suatu hal dibarengi dengan memulai pekerjaan yang dimaksud saat itu juga. Niat sebagai ruh amal, inti dan sendinya. Amal menjadi benar karena niat yang benar dan sebaliknya amal jadi rusak karena niat yang rusak. Dinukilkan dari sebagian salaf ucapan mereka yang bermakna: Siapa yang senang untuk disempurnakan amalan yang dilakukannya maka hendaklah ia membaikkan niatnya. Karena Allah ta`ala memberi pahala bagi seorang hamba apabila baik niatnya sampaipun satu suapan yang dia berikan (akan diberi pahala).

Berkata Ibnul Mubarak rahimahullah: Berapa banyak amalan yang sedikit bisa menjadi besar karena niat dan berapa banyak amalan yang besar bisa bernilai kecil karena niatnya. (Jamiul Ulum wal Hikam, hal. 71).

2. Fungsi Niat Niat memiliki kedudukan dan fungsi. Kedudukan niat adalah di dalam hati, tidak ada tuntutan untuk melisankannya kecuali haji. Sedangkan fungsi niat adalah sebagai berikut : 1. Untuk membedakan amalan itu ibadah ataupun adat dan perbuatan biasa. Misal: mandi; mandi ini adalah hal biasa, namun jika dilakukan dengan niat ibadah, maka mandi ini akan bernilai ibadah, misal mandi wajib, mandi sebelum ihram, mandi sebelum sholat jum'at, begitu juga orang berkumur-kumur kemudian mencuci muka dan tangan dan mengusap

kepala serta kaki, kalo dilakukan habis bangun tidur dengan tujuan biar bersih maka ini adalah hal biasa bukan ibadah, namun jika di lakukan dengan niat wudhu maka inilah ibadah dsb. 2. Untuk membedakan amalan satu dengan yang lainnya.

Misalnya: orang menjamak sholat dhuhur dan asar, keduanya dilakukan dalam satu waktu dan sama-sama 4 raka'at, maka untuk membedakan ini sholat dhuhur dan itu sholat asyar adalah dengan niat, atau misalnya: kita masuk masjid kemudian kita sholat 2 raka'at, ada kemunkinan kita melakukan sholat tahiyatal masjid atau sholat sunnah qobliyah (sunnah rawatib) untuk membedaknya adalah dengan niat dsb. Dan dengan niat akan diketahui benar salahnya amalan itu, karena syarat ibadah selain niat adalah iklash dan mutaba'ah (mengikuti sunnah nabi) dan ibadah apapun harus memenuhi syarat ini, sedang ikhlas ataupun

tidak amalan tersebut juga tergantung niatnya, kalau niatnya iklhas maka ibadahnya benar tapi kalo niatnya riya' maka ibadahnya salah. 3. Pengaruh Niat dalam Ibadah

Setiap orang akan memperoleh balasan amalan yang dia lakukan sesuai dengan niatnya. Dalam hal ini telah berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: Setiap amalan yang dilakukan seseorang apakah berupa kebaikan ataupun kejelekan tergantung dengan niatnya. Apabila ia tujukan dengan perbuatan tersebut niatan/maksud yang baik maka ia mendapatkan kebaikan, sebaliknya bila maksudnya jelek maka ia mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Beliau juga mengatakan: Hadits ini mencakup di dalamnya seluruh amalan, yakni setiap amalan harus disertai niat. Dan niat ini yang membedakan antara orang yang beramal karena ingin mendapatkan ridla Allah dan pahala di negeri akhirat dengan orang yang beramal karena ingin dunia apakah berupa harta, kemuliaan, pujian, sanjungan, pengagungan dan selainnya. (Makarimul Akhlaq, hal 26 dan 27) Berkata Ibnul Mubarak rahimahullah: Berapa banyak amalan yang sedikit bisa menjadi besar karena niat dan berapa banyak amalan yang besar bisa bernilai kecil karena niatnya. (Jamiul Ulum wal Hikam, hal. 71) Perlu diketahui bahwasanya suatu perkara yang sifatnya mubah bisa diberi pahala bagi pelakunya karena niat yang baik. Seperti orang yang makan dan minum dan ia niatkan perbuatan tersebut dalam rangka membantunya untuk taat kepada Allah dan bisa menegakkan ibadah kepada-Nya. Maka dia akan diberi pahala karena niatnya yang baik tersebut. Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan : Perkara mubah pada diri orang-orang yang khusus dari kalangan muqarrabin (mereka yang selalu berupaya mendekatkan diri kepada Allah) bisa

berubah menjadi ketaatan dan qurubat (perbuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah) karena niat. (Madarijus Salikin 1/107) 4. Dalil dan Hadist tentang Niat

Ayat dan hadits yang berhubungan dengan niat : Allah telah berfirman :

)5: (
Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus (QS Al-Bayyinah : 5 )

(18) (18)
:81-81 : 17:18. Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. 17:19. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik. (QS Al-Isra': 18-19 )

)881 : (

Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.(QS An-Nisa: 114 ) Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya. (HSR. Bukhary-Muslim dari Umar bin Khoththob radhiallahu anhu)

BAB III PENUTUP

1. Simpulan a. Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah taala). b. Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati. c. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah taala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah. d. Seorang mumin akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya. e. Semua pebuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena

mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah. f. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat. g. Hadits diatas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Berbicara tentang niat dalam beramal ibadah adalah permasalahan yang sangat luas, adakalanya seseorang berniat yang ini dan adakalanya berniat yang itu. Adakalanya pula seseorang berniat lebih dari satu. Semuanya adalah diperbolehkan. Yang jelas dan pasti adalah bahwasanya inti dan tujuan dari kesemuanya adalah satu, yaitu seorang hamba berniat karena Allah, dan bukan karena yang lain. Semuanya adalah realisasi dari ikhlas dan para pelakunya berada di atas jalan yang lurus, jalan petunjuk dan kebenaran. 2. Saran Seorang hamba harus terus berupaya memperbaiki niatnya dan meluruskannya agar apa yang dia lakukan dapat berbuah kebaikan. Dan niat itu harus ditujukan semata untuk Allah, ikhlas karena mengharapkan wajah-Nya yang Mulia. Ibadah tanpa keikhlasan niat maka tertolak sebagaimana bila ibadah itu tidak mencocoki tuntunan Rasulullah.

DAFTAR PUSTAKA

59-menjaga-hati-dan-niat-untuk-istiqomah-dalam-beribadah.html Arti Sebuah Niat Blog Kang Okah.htm http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=20 www.asysyariah.com www.hatibening.com http://kumpulanhadistkumpulanhadist.blogspot.com http://nadaahmad.blogspot.com http://opi110mb.com/ http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com www.muslim.or.id

You might also like